OLEH
DIMAS FACHRUL ALAMSYAH
B111 11 091
HALAMAN JUDUL
OLEH
DIMAS FACHRUL ALAMSYAH
B111 11 091
SKRIPSI
Diajukan sebagai tugas akhir dalam rangka penyelesaian
studi sarjana Program Kekhususan Hukum Pidana
Program Studi Ilmu Hukum
Pada
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
ii
iii
iv
ABSTRAK
Dimas Fachrul Alamsyah (B 111 11 091). Peranan Laboratorium Forensik
POLRI Cabang Makassar Dalam Pembuktian Terhadap Tindak Pidana
Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika, dibimbing oleh Andi Sofyan
dan Amir Ilyas, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Peranan
Laboratorium Forensik POLRI Cabang Makassar dalam mengungkap
Pembuktian terhadap Penyalahgunaan Tindak Pidana Narkotika dan
Psikotropika pada lingkup kerjanya yaitu Kawasan Indonesia Timur serta
untuk mengetahui apa sajakah yang menjadi penghambat laboratorium
forensik POLRI cabang Makassar dalam melaksanakan tugas maupun
fungsinya.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Forensik Cabang Makassar yang
terletak dijalan Pabaeng-baeng no 8 Makassar, metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian meliputi antara lain : Data Primer sebagai data
utama yaitu data yang membahas mengenai jumlah perkara (PK) serta
barang bukti (BB) yang dibawa dan diperiksa di Laboratorium Forensik
POLRI Cabang Makassar. Dan juga meliputi Data Sekunder yang merupakan
data pelengkap atau pendukung terhadap data utama yang meliputi, bukubuku, peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan rumusan
masalah yang dibahas.
Berdasarkan hasil analisis fakta dan data yang telah diambil di kantor
Laboratorium Forensik POLRI Cabang Makassar, maka Penulis mengambil
kesimpulan yaitu : Laboratorium Forensik POLRI Cabang Makassar pada
umumnya sudah sangat efektif didalam menjalankan peranannya yaitu
sebagai tempat pemeriksaan barang bukti, di Laboratorium Forensik juga
memeriksa barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP untuk kepentingan
penyidikan tindak pidana khususnya tindak pidana penyalahgunaan narkotika
dan psikotropika. Tidak hanya itu saja peranan Laboratorium Forensik POLRI
Cabang Makassar sangat penting didalam menentukan kandungan zat dan
jenis narkotika, yang dimana dari hasil uji Laboratorium Forensik tersebut
dapat diketahui dan didapatkan informasi mengenai golongan narkotika
maupun kandungannya, serta dari hasil pemeriksaan tersebutlah penyidik
dapat menentukan pasal yang akan disangkakan bagi para tersangka atau
terdakwa dalam tindak pidana penyalahgunaan narkotika dan psikotropika,
Pemeriksaan yang dilakukan melalui Laboratorium Forensik sangat
membantu dan besar pengaruhnya didalam mendukung keyakinan hakim,
serta dalam hal membantu hakim untuk memutus suatu perkara, dengan
adanya peran Laboratorium forensik dalam sistem pembuktian atau sebagai
alat bukti di dalam persidangan.
KATA PENGANTAR
dicurahkan
kepada
penulis
sehingga
penulis
mampu
menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat tugas akhir pada
jenjang studi Strata Satu (S1) di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.
Salam dan shalawat kepada Baginda Rasulullah Muhammad S.A.W yang
selalu menjadi contoh panutan yang baik dalam segala tingkah dan
perbuatan yang kita lakukan sehingga dapat bernilai ibadah disisi Allah
SWT. Semoga semua hal yang penulis lakukan berkaitan dengan
penyelesaian skripsi ini dapat bernilai ibadah di sisi-Nya .Aamiin.
Penyelesaian
skripsi
ini
telah
dilakukan
dengan
segenap
vi
kepada ayah Asep Syaptari, SS. MM, Ibu Chairunisyah Kila S.KM, Kakak
Muh. Dzikra Yaza Pratama, dan adik Gizdha Ukhrowina yang tiada hentihentinya mendukung, memotivasi serta mendoakan penulis selama ini.
Semoga kedepannya penulis dapat membalas segala kebaikan yang
diberikan kepada penulis.
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa dalam proses tugas akhir
ini, banyak sekali pihak yang membantu penulis hingga skripsi ini dapat
diselesaikan. Untukitu, maka penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA. Selaku Rektor Universitas
Hasanuddin dan Wakil Rektor, staf serta jajarannya.
2. Ibu Prof. Dr. A. Farida Patittingi, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Hasanuddin, Bapak Prof. Dr. Ahmadi Miru, S.H.,
M.H. selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin,
Bapak Dr. Syamsuddin Muchtar, S.H., M.H. selaku Wakil Dekan II
Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin dan Bapak Dr. Hamzah
Halim, S.H., MH. selaku Wakil dekan III Fakultas Hukum Universitas
Hasanuddin.
3. Ketua Bagian dan Sekertaris Bagian Hukum Pidana beserta seluruh
Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Univesitas Hasanuddin yang
telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalani proses
perkuliahan di Fakultas Hukum Univesitas Hasanuddin hingga penulis
dapat menyelesaikan studinya.
vii
viii
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................
ii
iii
iv
ABSTRAK ..............................................................................................
vi
13
14
POLRI ..................
16
17
17
20
x
23
Pembuktian.............................................................................................
23
28
30
30
32
36
38
40
Narkotika ................................................................................................
41
Psikotropika ............................................................................................
46
49
49
49
50
Analisis Data...........................................................................................
50
51
51
62
Makassar ................................................................................................
64
65
66
67
67
68
Kesimpulan .............................................................................................
68
Saran ......................................................................................................
69
71
xii
BAB I
PENDAHULUAN
pengetahuan
dan
teknologi
yang
semakin
lama
semakin
berkembang dengan pesat, dan salah satu masalah yang paling marak
saat ini adalah masalah Narkotika dan Psikotropika.
Peredaran Narkotika dan Psikotropika secara tidak bertanggung
jawab sudah semakin meluas di kalangan masyarakat. Hal ini tentunya
akan semakin mengkhawatirkan, apalagi kita mengetahui yang banyak
menggunakan Narkotika dan Psikotropika adalah kalangan generasi
muda (generasi penerus bangsa) yang merupakan harapan dan tumpuan
bangsa di masa yang akan datang.
Aparat penegak hukum mengalami kesulitan dalam mengatasai
masalah penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika ini. Disisi lain
masaiah peredaran dan penyalahgunaan ini merupakan perbuatan
terlarang dan sangat membahayakan bagi yang mengkonsumsinya.
Disisi lain masih kurangnya aturan yang memadai untuk menjaring para
Narkotika
dan
Psikotropika
yang
dapat
merugikan
bukti
yang
ditemukan
karena
adanya
suatu
kasus
kematian.
Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika dapat dikategorikan
sebagai kejahatan tanpa korban (crime without victim). Pengertian
kejahatan tanpa korban berarti kejahatan ini tidak menimbulkan korban
sama sekali, akan tetapi si pelaku sebagai korban. Kejahatan yang
secara kriminologi diartikan sebagai crime without victim ini sangat sulit
diketahui keberadaanya, karena mereka dapat melakukan aksinya
3
instansi farmasi,
rumah sakit,
digunakan
untuk
mendatangkan
keputusan
hakim
yang
dapat
kasus
tindak
pidana
penyalahgunaan
narkoba
dan
diberbagai
daerah
Provinsi
yang
memiliki tingkatan
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan salah satu bagian penting di dalam
sebuah penelitian, sebab dengan adanya rumusan masalah akan
memudahkan penelitian untuk melakukan pembahasan yang searah
dengan tujuan yang akan diterapkan, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini, sebagai berikut:
1. Bagaimanakah
Makassar,
peranan
dalam
Laboratorium
Pembuktian
Forensik
Terhadap
POLRI
Tindak
cabang
Pidana
dalam
Pembuktian
Terhadap
Tindak
Pidana
mengetahui dan
menganalisis Hambatan
yang Dialami
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara
Teoritis
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
masalah-masalah yang
menyangkut pembunuhan,
korban ataupun
11
b.
c.
d.
Penunjukan
Laboratorium
pemeriksa
Narkoba
dan
Psikotropika.
d. Surat Edaran Jaksa Agung Rl No. 5 / KRI / 2589 perihal
penunjukan Labkrim Polri untuk pemeriksa tulisan.
e. Surat Ketua Mahkamah Agung Rl No. 808 / XII /1983 perihal
penunjukan Labkrim Polri sebagai pemeriksa barang bukti kasus
kasus pidana umum.
f. Surat edaran Jaksa Agung Rl No. SE / 003/SA/2/1984 tentang
keterangan ahli mengenai tanda tangan dan tulisan sebagai alat
bukti.
g. Peraturan KAPOLRI nomor 21 tahun 2010 tentang susunan
organisasi dan tata kerja satker Mabes Polri.
13
14
peledak
pasca ledakan
&
mobile
phones),
dan
kejahatan
jaringan
15
laboratorium
illegal
(clandestine
labs)
bahan
16
pelayanan
ini
dapat
diberikan
kepada
diminta
17
Kriminologi
18
ilmu
mengungkapkan
pengetahuan
berbagai
termasuk
permasalahan
Kriminalistik
yang
timbul
untuk
misalnya
mengenai:
19
penyidikan dan
melaksanakan
berharga, bagian - bagian atau sub bagian itu berasal dari mana. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa kriminalistik berkaitan dengan
21
keadaan atau asal sesuatu' Jika terdapat darah, maka ahli kriminalistik
dihadapkan pada pertanyaan yang harus dijawabnya, darah itu berasal
dari mana.
Sebuah peluru ditemukan pada tubuh korban, ahli tersebut hams
menjawab peluru itu berasal dari senjata apa dan yang mana. Jika
suatu potongan tulang itu tulang manusia atau binatang, kalau sudah
dipastikan bahwa itu tulang manusia maka diperiksa umur berapa orang
itu, tingginya berapa, tentu semua itu semua itu berguna bagi suatu
identifikasi.
Identifikasi melalui bukti-bukti fisik ini sering sangat menyulitkan
tersangka untuk melepaskan diri atau membela diri. Pemeriksaan
laboratories ini akan membantu terungkapnya suatu tindak pidana yang
telah terjadi, karena barang bukti ini tidak dapat berbohong sedangkan
alat bukti berupa keterangan saksi dan keterangan tersangka atau
terdakwa dapat saja berbohong atau disuruh berbohong.
Hal ini sesuai dengan pendapat Musa Perdana Kusuma adalah
sebagai berikut:
1. Tidak semua peristiwa kejahatan disaksikan oleh saksi mata.
2. Saksi mata dapat berbohong atau disuruh berbohong.
3. Bukti fisik yang jumlahnya tidak terbatas yang tidak dapat
berbohong atau disuruh untuk berbohong karena sifatnya dan bukti
fisik
22
berusaha
menjelaskan
tentang
dari
pembuktian.
23
diterima
akal
terhadap
kebenaran
peristiwa
tersebut.
kesalahan
yang
didakwakan
kepada
terdakwa.Pembuktian juga merupakan ketentuan yang mengatur alatalat bukti yang dibenarkan undang-undang dan boleh dipergunakan
hakim membuktikan kesaiahan yang didakwakan.
Dalam pembuktian, ada beberapa sistem atau teori, yaitu antara
lain :
a. Sistem Atau Teori Pembuktian Berdasarkan Keyakinan Hakim
Semata (Conviction In Time)
Sistem ini menganut ajaran bahwa bersalah tidaknya terdakwa
terhadap perbuatan yang didakwakan, sepenuhnya tergantung
pada penilaian "keyakinan" hakim semata-mata.Jadi bersalah
tidaknya terdakwa atau dipidana tidaknya terdakwa sepenuhnya
24
pembuktian
Conviction
In
Raisone
masih
juga
mengutamakan penilaian keyakinan hakim sebagai dasar satusatunya alasan untuk menghukum terdakwa, akan tetapi keyakinan
hakim disini hams disertai pertimbangan hakim yang nyata dan
logis, diterima oleh akal pikiran yang sehat. Keyakinan hakim tidak
perlu didukung alat bukti sah karena memang tidak diisyaratkan,
meskipun alat-alat bukti telah ditetapkan oleh undang-undang
25
undang-undang,
maka
hakim
harus
menyatakan
27
28
b. Keterangan ahli
Menurut Pasal 1 butir 28 KUHAP, keterangan ahli adalah
keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian
khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu
perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan dalam hal serta
menurut cara yang diatur dalam undang-undang.
c. Surat
Menurut Pasal 187 KUHAP, Surat sebagaimana tersebut pada
Pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan atau
dikuatkan dengan sumpah, adalah:
Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat
oleh pejabat umum yang berwenang atau yang dibuat di
hadapannya, yang memuat keterangan tentang kejadian atau
keadaan yang didengar, dilihat atau yang dialaminya sendiri,
disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang
keterangannya itu;
Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundangundangan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenal hal
yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung
jawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu
hal atau sesuatu keadaan.
surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat
berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu
keadaan yang diminta secara resmi dan padanya;
surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya
dengan isi dari alat pembuktian yang lain.
d. Petunjuk
Menurut Pasal 188 KUHAP ayat (1), Petunjuk adalah
perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena persesuaiannya,
baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak
pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak
pidana dan siapa pelakunya.
e. Keterangan terdakwa
Menurut Pasal 189 ayat (1) KUHAP, Keterangan terdakwa
adalah apa yang terdakwa nyatakan di sidang tentang perbuatan
yang dilakukan atau yang ia ketahui sendiri atau ia alami sendiri.
29
30
31
32
terlarang,
tetapi
dilakukandengan
tidak
berbuat
atau
itu
masih
berlangsung
terus
menerus
yang
disebut
dengan
Berdasarkan
berat-ringannya
pidana
yang
diancamkan,
dapat
36
38
unsur
penghukuman
perbuatanyang
yang
yang
ketiga,
kalimat
menunjukkan
dilarang
selalu
bahwa
diikuti
diadakan
seolah-olah
dengan
tindakan
setiap
penghukuman
dengan
pendapat
penganut
paham
39
juga
mengartikan
sebagai
narkotika
dan
obat
berbahaya.
Narkoba juga biasa diistilahkan sebagai napza.Napza merupakan
singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya.Kedua istilah
ini sudah menjadi istilah yang umum dalam masyarakat. Berdasarkan asal
zat/bahannya narkoba dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Tanaman
a. Opium atau candu/morfin yaitu olahan getah tanaman papaver
somniferum tidak terdapat di Indonesia, tetapi diselundupkan di
Indonesia.
b. Kokain, yaitu olahan daun koka diolah di Amerika (Peru, Bolivia,
Kolumbia).
40
zat
baru
dan diperlukan
rasa
yang
mempunyai
efek
(antitusif).
1. Narkotika
Narkotika secara etimologi berasal dari bahasa Yunani narkoum,
yang berarti membuat lumpuh atau membuat mati rasa.Pada dasarnya
narkotika memiliki khasiat dan bermanfaat digunakan dalam bidang
kedokteran, kesehatan, dan pengobatan serta berguna bagi penelitian
perkembangan,
ilmu
pengetahuan
farmasi
atau
farmakologi
41
Defenisi lain dari Biro Bea dan Cukai Amerika Serikat, antara lain
mengatakan bahwa :
Yang dimaksud dengan narkotika adalah candu, ganja,
cocaine, zat-zat yang bahan mentahnya diambil dari benda-benda
tersebut, yakni morphine, heroin, codein, hashish, cocain, dan
termasuk juga narkotika sintetis yang menghasilkan zat-zat, obatobat yang tergolong dalam hallucinogen, depressant, dan
stimulant.
Secara limitatif, pengertian narkotika dimuat dalam Undangundang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Dalam Pasal 1 butir 1 undang-undang tersebut dinyatakan bahwa :
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintesis maupun semisintetis, yang dapat
menyebabkan penuruna atau peubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam
golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang
ini.
42
narkotika.Dikatakan
penyalahgunaan
narkotika
narkotika
berdampak
pada
timbulnya
istilah
medis
penyalahgunaan
narkotika
yang
untuk
sering
dipakai
menunjukkan
akibat
adanya
efek yang
43
penderita
kehilangan
kontrol
terhadap
dirinya
dan
44
Narkotika golongan I
Narkotika yang hanya digunakan untuk tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta
mempunyai
potensi
sangat
tinggi
mengakibatkan
Narkotika golongan II
Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan
terakhir
dan
dapat
tujuan pengembangan
potensi
digunakan
ilmu
dalam
terapi
pengetahuan
serta
dan
atau
mempunyai
mempunyai
potensi
ringan
mengakibatkan
45
46
mempunyai
potensi
kuat
mengakibatkan
sindroma
mempunyai
potensi
sedang
mengakibatkan
sindroma
47
48
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Untuk pelaksanaan penelitian ini, di pilih di Laboratorium Forensik
POLRI cabang Makassar yang terletak di Jl.Sultan Alauddin No.8
Pa'baeng-Baeng Makassar.
Adapun alasan peneliti memilih lokasi yang langsung dengan masalah
yang akan dibahas dalam Penulisan penelitian, penentuan lokasi ini juga
agar dapat menganalisis pelaksanaan kinerja Laboratorium Forensik
POLRI cabang Makassar dalam melakukan pemeriksaan atau analisa
yang diduga ada kaitannya dengan tindak pidana yang terjadi khususnya
pada tindak pidana penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika.
B.
primer dan data sekunder yang diperoleh dari hasil kajian langsung dan
kajian kepustakaan berupa beberapa literatur dan dokumen-dokumen,
buku, makalah, artikel, serta peraturan perundang-undangan dan bahan
tertulis lainnya dari internet yang terkait dengan pembahasan dalam
penelitian ini.
49
50
BAB IV
PEMBAHASAN
Laboratorium
Forensik
dengan
maksud
untuk
mendapatkan
Laboratoris
Kriminalistik
barang
bukti
dapat
dipenuhi
1. Penyidik Polri
2. PPNS
3. Kejaksaan
4. Pengadilan
5. POM ,TNI ,dan
6. Instansi lain yang sesuai dengan lingkup kewenangannya.
(Perkap Kepolisian Negara Repoblik Indonesia No.10 Tahun
2009, Pasal 9 )
b. Laporan Polisi
Yang
dimaksud
dengan
laporan
polisi
adalah
laporan
yang
untuk pemeriksaan tentunya agak sulit untuk dilakukan oleh karna itu cukup
mengambil beberapa bagian saja dari barang bukti tersebut untuk dilakukan
pemeriksaan secara laboratoris. Penyisihan barang bukti tersebut dilakukan
dalam bentuk berita acara penyisihan barang bukti.
53
2. Tahap Penyelidikan
Pada proses penyelidikan, penyelidik mempunyai wewenang untuk
mencari keterangan dan barang bukti, selain itu penyelidik bersama-sama
penyidik yang telah menerima laporan segera datang ke TKP dan melarang
setiap orang untuk meninggalkan tempat itu selagi pemeriksaan
54
itu belum selesai. Dalam rangka penanganan TKP ini penyelidik maupun
penyidik berusaha antara lain mencari barang bukti yang nantinya akan
dilakukan pemeriksaan di Laboratorium Forensik. Untuk mengenali,mencari,
mengambil serta mengumpulkan barang bukti tersebut memerlukan ketelitian,
kecermatan dan pengetahuan atau keahlian mengenai bahan atau barang
bukti, oleh karena pada tahap itu perlu dilibatkan Laboratorium Forensik.
Sebagai contoh pada kasus pemalsuan produk industri, kebakaran,
pembunuhan, peledak dan pada kasus penyalahgunaan narkotika dimana
barang buktinya sering bersifat mikro yang keberhasilan penemuan dan
pemeriksaan sangat tergantung terhadap teknologi yang dipergunakan.
3. Tahap Penindakan
Salah satu kegiatan penindakan adalah melakukan melakukan
penyitaan terhadap barang bukti atau benda yangada hubungannya dengan
tindak pidana yang terjadi, dalam hal melakukan penyitaan terhadap benda
atau
barang
yang
berbahaya
dan
mudah
terkontaminasi
atau
4. Tahap Pemeriksaan
Tahap
pemeriksaan
merupakan
kegiatan
untuk
mendapatkan
56
Laboratoris
Kriminalistik,
sehingga
unsur
pidana
yang
didakwakan menjadi lebih akurat. Selain itu dalam hal jaksa melakukan
penyidikan kasus tindak pidana khusus, maka jaksa sebagai penyidik dapat
mengirimkan barang bukti untuk diperiksa oleh ahli di Laboratorium Forensik.
4. Petunjuk dan
5. Keterangan terdakwa
Dari kelima alat bukti tersebut di atas, 3 diantaranya yaitu keterangan ahli,
surat dan petunjuk dapat berasal dari produk Laboratorium Forensik Polri
yang berdasarkan pemeriksaan barang bukti di Laboratorium.
Peran dan fungsi Laboratorium Forensik berdasarkan undang-undang
No. 22
fungsi
teknis
kriminalistik/forensik
pemeriksaan
58
Table.1
Data jumlah kasus penyalahgunan narkotika di kawasan Indonesia
Timur yang telah diperiksa di Laboratorium Forensik POLRI Cabang
Makassar selama periode tahun 2010 s/d 2014.
NO
TAHUN
JUMLAH PERKARA
JUMLAH
BARANG BUKTI
(PK)
(BB)
2010
811
6464
2011
863
6578
2013
892
6676
2014
1814
7865
di
Kawasan
Indonesia
Timur
yang
telah
diperiksa
oleh
produk Laboratorium
59
sah
melakukan
tindak
pidana
secara
bersama-sama
60
BULAN
PERMINTAAN
TERTULIS
JANUARI
PENYIDIK POLRI
FEBRUARI
PENYIDIK POLRI
MARET
PENYIDIK POLRI
APRIL
PENYIDIK POLRI
MEI
POM / TNI
JUNI
PENYIDIK POLRI
JULI
PENYIDIK POLRI
AGUSTUS
PENYIDIK POLRI
SEPTEMBER
POM / TNI
10
OKTOBER
PENYIDIK POLRI
11
NOPEMBER
POM / TNI
12
DESEMBER
POM / TNI
TERBUKTI
TIDAK TERBUKTI
61
62
dalam
hal
ini
memerlukan
penangana
khusus
untuk
memperbaikinya.
4. Barang bukti yang dikirim oleh penyidik terlalu sedikit atau rusak selama
pemeriksaan yang dilakukan secara bertahap sehingga memerlukan
waktu yang lama untuk memeriksa barang bukti tersebut.
5. Kurangnya tenaga ahli yang dimiliki oleh pihak Laboratorium Forensik
Polri Cabang Makassar sehingga pemeriksaan barang bukti yang di kirim
ke laboratorium untuk diperiksa menjadi terlambat.
6. Terbatasnya instrumen atau alat yang canggih yang dimiliki oleh
Labroratorium Forensik Cabang Makassar sehingga untuk beberapa
kasus Narkotika memerlukan instrumen teknologi yang canggih dan harus
di kirim ke Laboratorium Forensik Pusat guna mendapatkan pemeriksaan
lebih lanjut.
63
64
dan
alkaloid
merupakan
yang
zat
yang
didapatkan
dari
berbahaya.kokain
tanaman
belukar
Erythroxylon Coca.
3. Papaver Somniferum, jenis tanaman ini yang digunakan adalah
getahnya yang didapat dari buah yang hendak masak , getah yang
keluar berwarna putih dan dinamai Lates. Getah ini dibiarkan kering
pada permukaan buah sehingga berwarna coklat kehitaman dan
sesudah diolah akan menjadi suatu adonan yang menyerupai aspal
lunak,inilah yang dinamakan candu mentah atau candu kasar. Candu
mentah
mengandung
banyak
zat-zak
aktif
yang
sering
minyak ganja dengan bentuk kental padat dengan warna coklat kehitaman
dan bau yang khas yang biasa disebut Hasbish.
Selanjutnya dari jenis Coca dimana jenis tanaman ini yang
diperdagangkan adalah daun yang sudah dikeringkan yang sudah diolah
untuk diambil sarinya. Sedangkan untuk jenis Papaver Somniferum jenis
tanaman ini dalam peredaran perdagangannya berbantuk Candu yang terdiri
dari candu mentah dan candu masak.
Laboratoris
yang
berisi
pengiriman
barang
bukti
dan
dilampirkan pula :
1. Laporan polisi
2. Bila barang bukti merupakan perwakilan (mewakili dari jumlah yang
lebih besar) maka dicantumkan pula berupa jumlah keseluruhannya
dalam berita acara pengambilan/pengumpulan barang bukti.
3. Berita acara penyegelan barang bukti dan berita acara pembungkusan
barang bukti.
4. Surat permohonan pemeriksaan Laboratoris yang jelas.
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Laboratorium Forensik POLRI Cabang Makassar pada umumnya
sudah sangat efektif didalam menjalankan peranannya sebagai tempat
pemeriksaan barang bukti di Laboratorium Forensik dan memeriksa
barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP untuk kepentingan
penyidikan tindak pidana khususnya tindak pidana penyalahgunaan
narkotika dan psikotropika. Tidak hanya itu saja peranan Laboratorium
Forensik POLRI Cabang Makassar sangat penting dalam hal
menentukan kandungan dari jenis narkotika, yang dimana dari hasil uji
Laboratorium forensik tersebut dapat diketahui dan didapatkan
informasi mengenai golongan narkotika maupun kandungannya, serta
dari hasil pemeriksaan tersebutlah penyidik dapat menentukan pasal
yang akan disangkakan bagi para tersangka atau terdakwa dalam
tindak
pidana
penyalahgunaan
narkotika
dan
psikotropika,
68
B. Saran
1. Sebaiknya Pihak dari Kantor Laboratorium Forensik POLRI cabang
Makassar senantiasa melakukan sosialisasi, tentang fungsi ataupun
tata
cara
serta
proses
untuk
mendapatkan
pelayanan
dari
barang
bukti
di
Laboratorium
Forensik
Cabang
Makassar.
2. Laboratorium Forensik POLRI cabang Makassar dalam menjalankan
69
tugas
dan
fungsinya
agar
senantiasa
tetap
meningkatkan
70
DAFTAR PUSTAKA