OLEH :
DRAJAT NAVIDA
105060600111058
Abstrak
Kecamatan Rawajitu Timur dan Kecamatan Dente Teladas yang
berada di Kabupaten Tulang Bawang memiliki potensi ekonomi yang
sangat bagus yaitu tambak udang. Budidaya tambak udang yang ada di dua
kecamatan tersebut dikelola oleh PT CPB dan PT DCD, masyarakat hanya
sebagai petambak plasma di perusahaan tersebut. Namun, ada beberapa
tambak
milik
masyarakat
di
areal
tambak
milik
perusahaan.
PENDAHULUAN
Latar belakang
Sistem perekonomian yang ada di Indonesia adalah ekonomi yang berbasis
pasar, dimana pemerintah yang mengatur jalannya sistem ekonomi yang ada.
Sistem ekonomi Indonesia tidak berbasis pada ekonomi kapitalis yang
masalah
keperluan
azas
kehidupan
manusia
melalui
sub-kegiatan,
diantaranya
pertanian,
perkebunan,
peternakan,
petani, dan pedagang. Penduduk yang tinggal di dataran rendah akan bekerja
sebagai petani, pedagang, peternak, pengrajin hasil bumi. Sedangkan penduduk
yang tinggal di daerah pantai akan memilih mata pencaharian sebagai nelayan,
pekerja tambak dan petani garam.
Dalam usaha tambak terdapat beberapa jenis ikan yang dibudidayakan,
seperti ikan lele, kerapu, mujair, tawas, kakap, bandeng, rumput laut, kerang dan
udang tergantung dari lokasi tambak berada pada perairan laut, perairan pantai
(payau) ataupun perairan tawar.
Seperti lokasi tambak udang yang berada pada pesisir Kabupaten Tulang
Bawang yaitu Kecamatan Dente Teladas dan Kecamatan Rawajitu Timur.
Sebagian besar penduduk yang berada di lokasi tersebut bekerja sebagi nelayan
dan petambak. Tambak yang dibudidayakan adalah tambak udang. Tambak udang
ini bukanlah semata-mata milik dari masyarakat Kecamatan Dente Teladas dan
Kecamatan Rawajitu Timur sendiri. Tambak ini dimiliki oleh dua perusahaan
besar, yaitu oleh industri tambak udang modern PT. Dipasena Citra Darmaja (PT.
DCD) yang berlokasi di Kecamatan Rawajitu Timur dimana kecamatan ini
merupakan pemekaran dari Kecamatan Rawajitu. Selain itu ada juga Kecamatan
Dente Teladas dimana kecamatan ini adalah hasil pemekaran dari Kecamatan
Gedung Meneng yang lahan tambak udangnya dimiliki oleh industri budidaya
udang modern PT. Centralpertiwi Bahari (PT. CPB).
II.
PERTANYAAN PENELITIAN
Bagaimanakah struktur wilayah yang tepat untuk areal industri tambak
udang di daerah tepi pantai tanpa merusak ekosistem yang ada (mangrove) namun
tetap memberikan peluang ekonomi dan usaha bagi masyarakat yang tinggal di
wilayah tersebut?
III.
PEMBAHASAAN
Identifikasi Potensi Ekonomi
Potensi paling besar yang ada di Kabupaten Tulang Bawang, khususnya di
Kecamatan Rawajitu Timur dan Kecamatan Dente Teladas adalah tambak udang.
Namun di samping itu juga terdapat beberapa potensi lain di dua kecamatan
tersebut, seperti pertanian, peternakan, perikanan tangkap, pengolahan ikan, dan
budidaya perikanan.
Di Kecamatan Rawajitu Timur memiliki 8 desa, luas lahan 16.250 ha
dengan jumlah penduduk 34.283 jiwa. Dari luas lahan yang ada terbagi untuk
lahan tambak plasma 6.524,74 ha, kanal inlet dan outlet 4.091,74 ha, fasilitas
umum 2.133,51 ha dan Green Belt seluas 3.500 ha.
Desa-desa yang ada di Kecamatan Rawajitu Timur sebagian besar adalah
areal pertambakan udang. Areal pertambakan udang ini sudah dikelola dan di tata
dengan rapi yang dipisahkan oleh saluran air berupa inlet maupun outlet.
Permukiman penduduk yang ada terletak menyebar diantara areal tambak.
Sebagian besar penduduk di Kecamatan Rawajitu Timur bermata pencaharian
sebaga tambak udang di areal tambak yang dimiliki oleh PT DCD. Sebelum tahun
1997 hasil dari tambak tersebut di ekspor dengan perolehan devisa rata-rata 400
juta dollar AS per tahun. Dari aktivitas pertambakan ini mempengaruhi aktivitas
perekonomian di sektor lainnya, seperti perdagangan.
Untuk Kecamatan Dente Teladas memiliki 8 desa dengan total luas sebesar
23.790,44 ha dengan jumlah penduduk 52.028 jiwa. Luas area tambak udang yang
ada di Kecamatan Dente Teladas sekitar 12.272,62 ha atau 51,6% dari luas lahan
yang ada. Sedangkan lahan untuk sawah non irigasi mempunyai luas sekitar 28%,
dan lahan untuk permukiman seluas 34,4%. Desa yang menjadi lahan tamabak
udang yang dikelola oleh PT CPB hanya ada dua dari 8 desa yang ada.
Masyarakat yang tinggal di kedua desa tersebut mempuyai mata pencaharian
sebagai petambak plasma yang dikontrak oleh PT CPB, sehingga mereka bekerja
sesuai peraturan yang ada di perusahaan tersebut. PT CPB mendapatkan izin
pembuatan areal tambak di Kecamatan Dente Teladas atas dasar putusan Menteri
Kehutanan. Areal tambak tersebut merupakan kawasan hutan seluas 16.221,04 ha
yang dibagi 5.903,73 ha (termasuk green belt seluas 2.819,83 ha) digarap
masyarakat. Tambak rakyat tersebut tata letaknya tidak teratur dan tidak sesuai
dengan kaidah budidaya udang.
Namun timbul masalah dalam pengembangan tambak oleh PT CPB,
dimana pembukaan tambak yang mereka lakukan hampir mendekati pantai dan
alur sungai, hal ini meneybabkan kerusakan green belt seluas 70%. Selain itu
masyarakat juga tidak diperkenankan untuk melakukan kegiatan lain selain
tambak udang, seperti peternakan, karena dikhawatirkan akan menjadi pembawa
penyebar penyakit dan sanitasi bagi budidaya udang.
Analisis Potensi-Masalah
Dari pejabaran diatas dapat diketahui berbagai potensi dan masalah yang
ada di Kecamatan Rawajitu Timur dan Kecamatan Dente Teladas. Di dua
kecamatan tersebut memliki potensi dan masalah yang hampir sama. Kecamatan
Rawajitu Timur dan Kecamatan Dente Teladas sama-sama memiliki potensi
tambak udang. Dari hasil tambak udang yang mendatangkan banyak keuntungan
bagi perekonomian masyarakat, menyebabkan peningkatan kesejahteraan dan
kualitas hidup untuk masyarakat. Sehingga mulai banyak bermunculan pusatpusat perdagangan seperti pasar dan pertokoan. Hal ini mengindikasikan bahwa
keberadaan pasar tersebut memperlihatkan bahwa kesejahteraan masyarakat
meningkat, karena mereka mampu memenuhi kebutuhan pokok mereka. Selain
untuk pemenuhan kebutuhan, keberadan pasar dan pertokoan tersebut juga untuk
menjual hasil tambak mereka.
Selain perdagangan, di dua kecamatan tersebut juga bermunculan kegiatan
ekonomi yang lain. Potensi ekonomi yang lain adalah sebagai berikut.
a. Pertanian
Meskipun lahan yang ada auntuk kegiatan pertanian sangat terbatas,
karena lahan yang ada memang lebih diditik beratkan pada kegiatan
tambak udang. Masyarakat memanfaatkan lahan
oleh PT CPB. Selain itu lahan yang ada masih berupa hutan , belukar dan
mangrove serta semak semak. PT CPB menyalahi aturan dalam pembukaan
areal tambak dengan membuka areal mendekati pantai dan alur sungai sehingga
menyebabkan kerusakan green belt hingga 70%.
Selain
itu,
perjanjian
kontrak
dengan
perudsahaan
yang
tidak
oleh air saat pasang surut. Amplitudo pasang surut juga mempunyai kriteria
tersendiri agar tambak udang tidak mengalami gangguan. Saat pasang maka
kisaran maksimum amplitudonya adalah 2 3 m dan rataan ampliudonya antara
1,1 2,1 m, kondisi ini dikatakan layak untuk kegiatan tambak udang.
(Poernomo, 1992).
Kelangsungan budidaya tambak udang juga dipengaruhi oleh iklim di
wilayah tersebut, dimana curah hujan yang semakin sedikit intensitasnya
merupakan kondisi yang baik untuk budidaya tambak udang. Curah hujan rata
rata yang ideal untuk budidaya tambak udang adalah kurang dari 2000 mm/th.
Untuk tekstur tanah yang cocok dalam budidaya tambak udang adalah
tanah dengan tekstur liat berpasir, karena tanah dengan tekstur ini dapat menahan
air sehingga tingkat porositas rendah. Semakin tinggi kadar liat dan semakin
rendah kadar pasir maka akan sangat stabil untuk budidaya tambak udang karena
kedap air. Keberadaan unsur hara yang tinggi dalam tanha juga merupakan faktor
penetu keberhasilan dalam budidaya tambak udang. Karena unsur hara tersebut
memiliki kandungan klekap yang mrupakan makanan alami bagi udang. Klekap
ini adalah sisa jasad renik yang ada di dasar tamabk.
Areal tambak juga dianjurkan tidak memberikan efek negatif bagi
lingkungan sekitrnya dalam jangka panjang. Lokasi tambak harus tetap
memperhatikan kelangsungan hidup dan kestabilan lingkungan. Sehingga harus
ada pembatasan bagi pembangunan areal tambak dalam penggunaan lahannya.
Dalam Undang-Undang No. 5/1990 dan Keppres No. 32/1990 tentang
Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, telah ditentukan bahwa
jarak minimal areal pantai yang dimanfaatkan sebagi tambak udang adalah sekitar
130 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang surut tertinggi dan terendah ke arah
darat. Sedangkan dari tepi sungai minimal berjarak 100 m. Jarak masing masing
dalam lebar tersebut dijadikan sebagai jalur hijau (green belt) untuk menjaga
kelestraian ekologis serta sebagi pelindung usaha budidaya dari gangguan alam,
seperti erosi atau longsor.
Kegiatan budidaya tambak juga harus diseimbangkan dengan ekosistem
wilayah pesisir (coastal ecosystem) agar tidak terjadi dampak negatif terhadap
kehidupan biota, sumber daya dan kenyamanan ekosistem laut setta kesehatan
manuasia dan nilai guna lahannya.
IV.
KESIMPULAN
Kegiatan tambak yang ada di Kecamatan Rawajitu Timur dan Kecamatan
DAFTAR PUSTAKA
Yudha, Indra Gumay. Potensi Ekonomi Wilayah Pesisir Kabupaten Tulang
Bawang. Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Hardjowigeno, Sarwono. 2001. Kesesuaian Lahan dan Pererncanaan Tataguna
Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.
Poernomo, 1992. Pemilihan Lokasi Tambak Udang Berwawasan Lingkungan.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Jakarta
Undang-Undang No. 5/1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan
Ekosistemnya
Keputusan Presiden No. 32/1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati
dan Ekosistemnya
PETA EKSISTING