Anda di halaman 1dari 13

PENINGKATAN BUDIDAYA TAMBAK UDANG SEBAGAI

POTENSI EKONOMI KAWASAN PESISIR KABUPATEN


TULANG BAWANG
(Studi Kasus : Potensi Ekonomi Wilayah Pesisir Kabupaten Tulang Bawang)
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Azas Perencanaan Wilayah

OLEH :
DRAJAT NAVIDA
105060600111058

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTA
APRIL 2012

Abstrak
Kecamatan Rawajitu Timur dan Kecamatan Dente Teladas yang
berada di Kabupaten Tulang Bawang memiliki potensi ekonomi yang
sangat bagus yaitu tambak udang. Budidaya tambak udang yang ada di dua
kecamatan tersebut dikelola oleh PT CPB dan PT DCD, masyarakat hanya
sebagai petambak plasma di perusahaan tersebut. Namun, ada beberapa
tambak

milik

masyarakat

di

areal

tambak

milik

perusahaan.

Pengembangan areal tambak oleh perusahaan tersebut tidak berjalan


dengan semestinya, dimana pemekarannya hingga mendekati pantai dan
sungai. Hal ini menimbukkan kerusakan jalur hijau yang telah disyaratkan
dalam budidaya tambak udang di daerah pesisir. Budidaya tambak udang
tersebut pernah meningkat pesat, namun karena suatu hal dua perusahaan
tersebut mengalami kolaps.
Kata Kunci: Tambak udang, budidaya, jalur hijau.
Abstract
District of Rawajitu Timur and Dente Teladas located in the
District of Tulang Bawang has a great economic potential of the shrimp
ponds. Shrimp aquaculture in the two districts are managed by PT and PT
DCD CPB, the plasma just as a farmer in the company. However, there
are several community-owned farms in the area of company-owned farms.
Development of the pond area by the company is not running properly,
where the building to near the coast and rivers. This gives rise to damage
the green belt that has been required in shrimp aquaculture in coastal
areas. The shrimp aquaculture have increased rapidly, but for some
reason the two companies had collapsed.
Keywords: shrimp, cultivation, green belt.
I.

PENDAHULUAN
Latar belakang
Sistem perekonomian yang ada di Indonesia adalah ekonomi yang berbasis

pasar, dimana pemerintah yang mengatur jalannya sistem ekonomi yang ada.
Sistem ekonomi Indonesia tidak berbasis pada ekonomi kapitalis yang

mengedepankan liberalisme maupun ekonomi sosialis yang berlandaskan


komunis. Hal ini dikarenakan, kedua sistem ekonomi tersebut dianggap tidak
mewakili kehidupan bangsa Indonesia dimana masyarakat mengharapkan bahwa
kegiatan ekonomi tidak membuat perbedaan antara si kaya dan si miskin
semakin jauh. Masyarakat berharap bahwa perekonomian yang dibangun di
Indonesia dapat menjamin kesejahteraan mereka tanpa ada pihak yang merasa
dirugikan.
Ekonomi dalam kamus bahasa Indonesia mempunyai arti sebagai ilmu
mengenai azas-azas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta
kekayaan seperti hal keuangan, perindustrian, dan perdagangan. Menurut
Abraham Maslow, ekonomi adalah suatu bidang kajian yang mencoba
menyelesaikan

masalah

keperluan

azas

kehidupan

manusia

melalui

penggemblengan segala sumber ekonomi yang ada dengan berazaskan prinsip


serta teori tertentu dalam suatu sistem ekonomi yang dianggap efektif dan efisien.
Ekonomi merupakan salah satu pilar suatu kehidupan, dimana seluruh
aktivitas manusia pastinya akan berdampak pada kegiatan ekonomi yang akan
memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Dalam kehidupan sehari-hari pasti akan
berlangsung kegiatan ekonomi. Seperti kegiatan produksi, kegiatan distribusi dan
kegiatan konsumsi serta pemanfaatan sumber daya alam yang ada. Pemanfaatan
sumber daya alam dalam kegiatan ekonomi ini diharapkan tidak merusak
keseimbangan lingkungan yang sudah ada. Karena proses recovery hasil dari
pengambilan sumber daya alam yang tidak terkontrol membutuhkan waktu yang
sangat lama. Pengrusakan lingkungan untuk eksploitasi sumber daya yang ada di
dalamnya hanya akan memberikan keuntungan semu, karena tidak dapat
dinikmati dan dilakukan lagi dalam jangka waktu dekat.
Dalam pemanfaatan sumber daya alam, kegiatan ekonomi dapat dibagi ke
dalam

sub-kegiatan,

diantaranya

pertanian,

perkebunan,

peternakan,

pertambangan, perikanan dan masih banyak diantaranya sesuai dengan jenis


sumber daya alam yang ada. Dari kegiatan tersebut, pastinya akan muncul mata
pencaharian bagi penduduk yang mengolahnya. Mata pencaharian penduduk suatu
daerah tentunya akan berbeda dengan mata pencaharian penduduk daerah lainnya.
Hal ini bisa dipengaruhi dari keadaan alam yang ada. Diantaranya penduduk yang
tinggal di dataran tinggi tentunya akan bermata pencaharian sebagai peternak,

petani, dan pedagang. Penduduk yang tinggal di dataran rendah akan bekerja
sebagai petani, pedagang, peternak, pengrajin hasil bumi. Sedangkan penduduk
yang tinggal di daerah pantai akan memilih mata pencaharian sebagai nelayan,
pekerja tambak dan petani garam.
Dalam usaha tambak terdapat beberapa jenis ikan yang dibudidayakan,
seperti ikan lele, kerapu, mujair, tawas, kakap, bandeng, rumput laut, kerang dan
udang tergantung dari lokasi tambak berada pada perairan laut, perairan pantai
(payau) ataupun perairan tawar.
Seperti lokasi tambak udang yang berada pada pesisir Kabupaten Tulang
Bawang yaitu Kecamatan Dente Teladas dan Kecamatan Rawajitu Timur.
Sebagian besar penduduk yang berada di lokasi tersebut bekerja sebagi nelayan
dan petambak. Tambak yang dibudidayakan adalah tambak udang. Tambak udang
ini bukanlah semata-mata milik dari masyarakat Kecamatan Dente Teladas dan
Kecamatan Rawajitu Timur sendiri. Tambak ini dimiliki oleh dua perusahaan
besar, yaitu oleh industri tambak udang modern PT. Dipasena Citra Darmaja (PT.
DCD) yang berlokasi di Kecamatan Rawajitu Timur dimana kecamatan ini
merupakan pemekaran dari Kecamatan Rawajitu. Selain itu ada juga Kecamatan
Dente Teladas dimana kecamatan ini adalah hasil pemekaran dari Kecamatan
Gedung Meneng yang lahan tambak udangnya dimiliki oleh industri budidaya
udang modern PT. Centralpertiwi Bahari (PT. CPB).
II.
PERTANYAAN PENELITIAN
Bagaimanakah struktur wilayah yang tepat untuk areal industri tambak
udang di daerah tepi pantai tanpa merusak ekosistem yang ada (mangrove) namun
tetap memberikan peluang ekonomi dan usaha bagi masyarakat yang tinggal di
wilayah tersebut?
III.
PEMBAHASAAN
Identifikasi Potensi Ekonomi
Potensi paling besar yang ada di Kabupaten Tulang Bawang, khususnya di
Kecamatan Rawajitu Timur dan Kecamatan Dente Teladas adalah tambak udang.
Namun di samping itu juga terdapat beberapa potensi lain di dua kecamatan
tersebut, seperti pertanian, peternakan, perikanan tangkap, pengolahan ikan, dan
budidaya perikanan.
Di Kecamatan Rawajitu Timur memiliki 8 desa, luas lahan 16.250 ha
dengan jumlah penduduk 34.283 jiwa. Dari luas lahan yang ada terbagi untuk

lahan tambak plasma 6.524,74 ha, kanal inlet dan outlet 4.091,74 ha, fasilitas
umum 2.133,51 ha dan Green Belt seluas 3.500 ha.
Desa-desa yang ada di Kecamatan Rawajitu Timur sebagian besar adalah
areal pertambakan udang. Areal pertambakan udang ini sudah dikelola dan di tata
dengan rapi yang dipisahkan oleh saluran air berupa inlet maupun outlet.
Permukiman penduduk yang ada terletak menyebar diantara areal tambak.
Sebagian besar penduduk di Kecamatan Rawajitu Timur bermata pencaharian
sebaga tambak udang di areal tambak yang dimiliki oleh PT DCD. Sebelum tahun
1997 hasil dari tambak tersebut di ekspor dengan perolehan devisa rata-rata 400
juta dollar AS per tahun. Dari aktivitas pertambakan ini mempengaruhi aktivitas
perekonomian di sektor lainnya, seperti perdagangan.
Untuk Kecamatan Dente Teladas memiliki 8 desa dengan total luas sebesar
23.790,44 ha dengan jumlah penduduk 52.028 jiwa. Luas area tambak udang yang
ada di Kecamatan Dente Teladas sekitar 12.272,62 ha atau 51,6% dari luas lahan
yang ada. Sedangkan lahan untuk sawah non irigasi mempunyai luas sekitar 28%,
dan lahan untuk permukiman seluas 34,4%. Desa yang menjadi lahan tamabak
udang yang dikelola oleh PT CPB hanya ada dua dari 8 desa yang ada.
Masyarakat yang tinggal di kedua desa tersebut mempuyai mata pencaharian
sebagai petambak plasma yang dikontrak oleh PT CPB, sehingga mereka bekerja
sesuai peraturan yang ada di perusahaan tersebut. PT CPB mendapatkan izin
pembuatan areal tambak di Kecamatan Dente Teladas atas dasar putusan Menteri
Kehutanan. Areal tambak tersebut merupakan kawasan hutan seluas 16.221,04 ha
yang dibagi 5.903,73 ha (termasuk green belt seluas 2.819,83 ha) digarap
masyarakat. Tambak rakyat tersebut tata letaknya tidak teratur dan tidak sesuai
dengan kaidah budidaya udang.
Namun timbul masalah dalam pengembangan tambak oleh PT CPB,
dimana pembukaan tambak yang mereka lakukan hampir mendekati pantai dan
alur sungai, hal ini meneybabkan kerusakan green belt seluas 70%. Selain itu
masyarakat juga tidak diperkenankan untuk melakukan kegiatan lain selain
tambak udang, seperti peternakan, karena dikhawatirkan akan menjadi pembawa
penyebar penyakit dan sanitasi bagi budidaya udang.
Analisis Potensi-Masalah

Dari pejabaran diatas dapat diketahui berbagai potensi dan masalah yang
ada di Kecamatan Rawajitu Timur dan Kecamatan Dente Teladas. Di dua
kecamatan tersebut memliki potensi dan masalah yang hampir sama. Kecamatan
Rawajitu Timur dan Kecamatan Dente Teladas sama-sama memiliki potensi
tambak udang. Dari hasil tambak udang yang mendatangkan banyak keuntungan
bagi perekonomian masyarakat, menyebabkan peningkatan kesejahteraan dan
kualitas hidup untuk masyarakat. Sehingga mulai banyak bermunculan pusatpusat perdagangan seperti pasar dan pertokoan. Hal ini mengindikasikan bahwa
keberadaan pasar tersebut memperlihatkan bahwa kesejahteraan masyarakat
meningkat, karena mereka mampu memenuhi kebutuhan pokok mereka. Selain
untuk pemenuhan kebutuhan, keberadan pasar dan pertokoan tersebut juga untuk
menjual hasil tambak mereka.
Selain perdagangan, di dua kecamatan tersebut juga bermunculan kegiatan
ekonomi yang lain. Potensi ekonomi yang lain adalah sebagai berikut.
a. Pertanian
Meskipun lahan yang ada auntuk kegiatan pertanian sangat terbatas,
karena lahan yang ada memang lebih diditik beratkan pada kegiatan
tambak udang. Masyarakat memanfaatkan lahan

lahan kosong yang

berada pada di sepanjang inlet untuk kegiatan pertaian, seperti menanam


jagung, sayuran, ubi kayu, pisang, jeruk dan padi. Hasil pertanian ini
kebanyakan digunakan hanya untuk konsumsi sehari hari oleh
masyarakat. Namun jika hasil melimpah aka akan di jual di pasar.
b. Peternakan
Kegiatan peternakan yang paling banyak adalah ternak kambing. Biasanya
kambing yang diternakkan adalah jenis kambing PE. Selain itu juga ada
ternak sapi dan unggas, namun jumlahnya tidak sebanya ternak kambing.
Kambing hasil ternak tersebut nantinya akan dijual, sedangkan ternak sapi
dan ayam hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari hari saja.
Sayangnya kegiatan peternakan ini tidak mendapat dukungan penuh,
karena dikhawatirkan akan mengganggu kegiatan tambak udang. Karena
bisa saja membawa resiko penyakit yang dapat menyebabkan kegagalan
pda tambak udang.
c. Perikanan tangkap

Perikanan tangkap yang ada di Kecamatan Rawajitu Timur dan Kecamatan


Dente Teladas dilakukan paling banyak di sekitar kanal air. uasaha
perikanan tangkap ini dialkukanmasyarakat dengan alat sederhana seperti
pancing, jala lempar, bubu, ataupun jaring togog (stow net). Hasil dari
perikanan tangkap ini umumnya dijual ketika hasilnya melimpah, ada juga
yang dijadikan berbagai produk olahan seperti kerupuk ikan, dendeng
ikan, ikan asin dan ikan asap. Jenis ikan yang diperoleh juga beragam
seperti udang jerbung, udang api api, baung, kakap putih, bandeng,
sembilang, ikan nila, dan kepiting.
d. Pengolahan ikan
Pengolahan ikan yang ada di Kecamatan rawajitu timur dan Kecamatan
Dente Teladas masih belum optimal. Hal ini dikarenakan proses
produksinya masih mengguankan alat sederhana. Selain itu, ketersediaan
bahan baku dan modal usaha juga menjadi kendala sehingga kegiatan
pengolahan ikan hanya dilakukan untuk kegiatan sampingan sebagai
penambah ekonomi keluarga.
Dari berbagai potensi yang ada, masih saja terdapat masalah yang
menimpa di Kecamatan Rawajitu Timur dan Kecamatan Dente Teladas. Dua
perusahaan besar yang menjadi pemilik tambak udang yang bertempat di
kecamatan tersebut mengalami kolaps dan pengembangan kegiatan tambak
tersebut tidak berjaan dengan perjanjian awal.
PT DCD yang areal tambak udangnya berada di Kecamatan Rawajitu
Timur mengalami kredit macet sehingga masyarakat yang sebagian besar
merupakan petambak plasma PT DCD mengalami kelumpuhan ekonomi.
Sehingga masyarakat harus berusaha sendiri dengan mengembangkan usaha
usaha ekonomi selain membudidayakan udang. Meskipun PT DCD melarang
adanya kegiatan lain di areal tambak udang karena dikhawatirtan akan
mengganggu kegiatan tambak udang tang telah ada.
Sealain PT DCD, PT CPB juga mengalami masalah dalam penoperasian
tambak udang yang ada. Target pengembangan TIR terpadu yang direncanakan
akan tercetak 15.000 unit tambak dalam kurun waktu 5 tahun, ternyata hanya
terealisasi sebanyak 3.200 unit tambak. Tidak tercapainya target ini dikarenakan
sudah adanya kegiatan tambak rakyat sebelum kegiatan tambak yang dilakukan

oleh PT CPB. Selain itu lahan yang ada masih berupa hutan , belukar dan
mangrove serta semak semak. PT CPB menyalahi aturan dalam pembukaan
areal tambak dengan membuka areal mendekati pantai dan alur sungai sehingga
menyebabkan kerusakan green belt hingga 70%.
Selain

itu,

perjanjian

kontrak

dengan

perudsahaan

yang

tidak

menguntungkan sehingga masyarakat tidak dapat mengembangkan usaha ekonomi


yang lain disamping sebagai petambak plasma.
Rekomendasi Struktur Wilayah Untuk Mendukung pengembangan Potensi
Dalam pembuatan areal tambak udang diperlukan berbagai strategi dan
arahan agar tambak udang yang ada tidak merusak lingkungan di sekitar areal
tambak udang tersebut. Diantaranya menurut Hardjowigeno,2001, menyatakan
bahwa tambak adalah kolam ikan atau udang yang dibuat pada lahan pantai laut
dan menggunakan air laut (bercampur dengan air sungai) sebagai penggenangnya.
Tambak berasal dari kata nambak yang berarti mebendung air dengan pematang
sehingga terkumpul pada suatu tempat. Bentuk tambak umumnya persegi panjang
dan tiap petakan dapat meliputi areal seluas 0,5-2 ha. Deretan tambak dapat mulai
dari tepi laut terus ke pedalaman sejauh 1-3 km atau lebih bergantung pada sejauh
mana air pasang laut dapat mecapai daratan.
Penentuan areal untuk tambak udang harus memperhatikan kapasitas daya
dukung lingkungan dimana nilai mutu lingkungan yang ditimbulkan oleh interaksi
dari semua unsur dan komponen (fisik, kimia dan biologi). Daya dukung lahan
untuk areal pertambakan di daerah pantai ditentukan oleh kualitas tanah (tekstur
dan pH), kualitas air tanah (sanitasi dan pH), sumber air asin (asin dan tawar),
hidro-oseanografi (arus dan pasang surut), topografi lahan dan klimatologi daerah
pesisir dan Daerah Aliran Sungai (DAS) di dearah hulu. (Poernomo, 1992)
Yang harus diperhatikan dalam kegiatan tambak udang adalah sumber air
dan kualitas dari air tersebut. Dimana untuk pengairannya akan lebih baik jika
areal tambak udang berada pada lokasi di kawasan dekat pantai ataupun sungai
karena kedua lokasi tersebut akan sangat mudah dalam memasok air sepanjang
tahun sehingga dapat mengendalikan salinitas yang dibutuhkan. Harus
diperhatikan bahwa lokasi tambak sebaiknya tidak pada areal yang berlumpur
karena dapat menghambat pengeluaran air buangan dan air limbah sisa produksi.

Menurut Poernomo, 1992 dan Hardjowigeno,2001, parameter parameter


yang harus diperhatikan dalam yang dapat memepengaruhi mutu air dalam
kegiatan tambak udang antara lain adalah oksegen terlarut, salinitas, suhu,
kecerahan dan pH (keasaman) air. dimana konsentrasi oksigen terlarut harus
berada pada 4 7 ppm untuk mendapatkan hasil yang optimal. Untuk salinitas
yang merupakan kadar garam dalam konsentrasi garam terlarut yang ada di air
berkisar antara 12 20 . Karena pada salinitas 35 pertumubuhan udang
akan terhambat, sedangkan pada salinitas 50 udang mulai mati. Pada salinitas
< 12 udang tidak terganggu namun metabolismenya tidak sempurna.
Untuk suhu perairan disarnkan berkisar pada 27 o 30o C. Sedangkan
kecerahan atau kekeruhan air mengindikasikan bahwa terdapat plankton dan
partikel tanah yang ada di dalam air. Apabila air keruh, maka cahaya matahari
tidak dapat masuk kedalam dasar tambak, sehingga pertumbuhan udang akan
terganggu. Batas kecerahan yang dianjurkan untuk tambak udang antara 30 40
cm untuk hasil yang optimal.
Air yang digunakan untuk budidaya tambak merupakan air laut atau air
payau, dimana air air tersebut mempunyai tingakat keasamaan yang berbeda.
Untuk air laut mempunyai tingkat keasaman yang netral sehingga kondisi tersebut
sesuai untuk kegiatan budidaya tambak udang. Kegunaan dari air payau adalah
untuk mengatur tingkat keasaman dari air laut yang setiap saat bisa berubah.
Selain itu, areal tambak yang dipilih harus bebas dari pencemaran
lingkungan air, karena media hidup dari udang sendiri adalah perairan. Sehingga,
areal tambak hendaknya jauh dari areal pabrik, karena proses produksi dari pabrik
akan mendatangkan banyak limbah. Selain itu juga harus jauh dari areal pertanian
yang banyak menggunakan pupuk kimia, seperti pestisida dalam proses
bertaninya. Areal tambak yang ada di pesisir juga sebaiknya tidak pada areal yang
digunakan untuk pelabuhan, karena sangat mungkin sekali akan banyak kapalkapal bermotor yang menyisakan bahan bakar minyak di wilayah pesisir yang
digunakan sebagai areal tambak udang.
Disamping itu, areal yang dipakai dalam kegiatan tambak udang arus
dalam keadaan rata dan datar, tidak bergelombang atau berbukit. Kelerengan
untuk areal tambak udang sebaiknya berada pada 0-30% sehingga dapat digenangi

oleh air saat pasang surut. Amplitudo pasang surut juga mempunyai kriteria
tersendiri agar tambak udang tidak mengalami gangguan. Saat pasang maka
kisaran maksimum amplitudonya adalah 2 3 m dan rataan ampliudonya antara
1,1 2,1 m, kondisi ini dikatakan layak untuk kegiatan tambak udang.
(Poernomo, 1992).
Kelangsungan budidaya tambak udang juga dipengaruhi oleh iklim di
wilayah tersebut, dimana curah hujan yang semakin sedikit intensitasnya
merupakan kondisi yang baik untuk budidaya tambak udang. Curah hujan rata
rata yang ideal untuk budidaya tambak udang adalah kurang dari 2000 mm/th.
Untuk tekstur tanah yang cocok dalam budidaya tambak udang adalah
tanah dengan tekstur liat berpasir, karena tanah dengan tekstur ini dapat menahan
air sehingga tingkat porositas rendah. Semakin tinggi kadar liat dan semakin
rendah kadar pasir maka akan sangat stabil untuk budidaya tambak udang karena
kedap air. Keberadaan unsur hara yang tinggi dalam tanha juga merupakan faktor
penetu keberhasilan dalam budidaya tambak udang. Karena unsur hara tersebut
memiliki kandungan klekap yang mrupakan makanan alami bagi udang. Klekap
ini adalah sisa jasad renik yang ada di dasar tamabk.
Areal tambak juga dianjurkan tidak memberikan efek negatif bagi
lingkungan sekitrnya dalam jangka panjang. Lokasi tambak harus tetap
memperhatikan kelangsungan hidup dan kestabilan lingkungan. Sehingga harus
ada pembatasan bagi pembangunan areal tambak dalam penggunaan lahannya.
Dalam Undang-Undang No. 5/1990 dan Keppres No. 32/1990 tentang
Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, telah ditentukan bahwa
jarak minimal areal pantai yang dimanfaatkan sebagi tambak udang adalah sekitar
130 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang surut tertinggi dan terendah ke arah
darat. Sedangkan dari tepi sungai minimal berjarak 100 m. Jarak masing masing
dalam lebar tersebut dijadikan sebagai jalur hijau (green belt) untuk menjaga
kelestraian ekologis serta sebagi pelindung usaha budidaya dari gangguan alam,
seperti erosi atau longsor.
Kegiatan budidaya tambak juga harus diseimbangkan dengan ekosistem
wilayah pesisir (coastal ecosystem) agar tidak terjadi dampak negatif terhadap

kehidupan biota, sumber daya dan kenyamanan ekosistem laut setta kesehatan
manuasia dan nilai guna lahannya.
IV.

KESIMPULAN
Kegiatan tambak yang ada di Kecamatan Rawajitu Timur dan Kecamatan

dente Teladas Kabupaten Tulang Bawang disarankan tetap mengikuti persyaratan


khusus seperti tata letak, kondisi air, iklim, tekstur tanah dan topografi sehingga
tidak merusak kawasan di sekitarnya. Pemberian green belt juga berfungsi untuk
melindungi lingkungan disekitar tambak.

DAFTAR PUSTAKA
Yudha, Indra Gumay. Potensi Ekonomi Wilayah Pesisir Kabupaten Tulang
Bawang. Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Hardjowigeno, Sarwono. 2001. Kesesuaian Lahan dan Pererncanaan Tataguna
Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.
Poernomo, 1992. Pemilihan Lokasi Tambak Udang Berwawasan Lingkungan.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Jakarta
Undang-Undang No. 5/1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan
Ekosistemnya
Keputusan Presiden No. 32/1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati
dan Ekosistemnya

PETA EKSISTING

Gambar 1. Desa Desa di pesisir Kecamatan Rawajitu Timur

Gambar 2. Desa desa pesisir di Kecamatan Dente Teladas

Anda mungkin juga menyukai