A. Pengertian Dasar
1. Sektor Basis
Sektor basis adalah sector yang menjadi tulang puggung perekonomian
daerah karena mempunyai Keuntungan Kompetitif (Competetive Advantage)
yang cukup tinggi. Kegiatan basis bersifat exogen / independent / export. Pada
dasarnya kegiatan ekspor adalah semua kegiatan baik penghasil produk maupun
penyedia jasa yang mendatangkan uang dari luar wilayah disebut kegiatan basis.
Lapangan kerja dan pendapatan di sector basis adalah fungsi dari permintaan yang
bersifat exogenous (tida tergantung pada kekuatan intern / permintaan local).
2. Sektor Nonbasis
Sector nonbasis adalah sector-sektor lainnya yang kurang potensial, tetapi
berfungsi sebagai penunjang sector basis atau Service Industries. Sector nonbasis
(service) hanya untuk memenuhi kebutuhan local, sehingga permintaan sector ini
sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat setempat. Dengan
demikian, sector ini terikat terhadap kondisi ekonomi setempat dan tidak bisa
berkembang melebihi pertumbuha ekonomi wilayah.
Y=B+S
Dimana: Y = Perekonomian sutu daerah
B = Sektor basis
S = Sektor Nonbasis
B. Penggandaan Basis
Analisis basis dan nonbasis pada umumnya didasarkan atas nilai tambah.
Penjumlahan pendapat sector basis dan pendapatan sector nonbasis merupakan
total pendapat wilayah tersebut.
Misalnya, penggabungan lapangan kerja basis dan lapangan kerja
nonbasis. Di dalam suatu wilayah dapat dihitung berapa besarnya lapangan kerja
basis dan lapangan kerja nonbasis, dan apabila kedua angka itu dibandingkan,
dapat dihitung nilai rasio basis (base ratio) dan kemudian dapat dipakai untuk
menghitung nilai pengganda basis (base multiplier). Rasio basis (base ratio)
adalah perbandingan antara banyaknya lapangan kerja nonbasis yang tersedia
untuk setiap satu lapangan kerja basis. Besarnya perubahan lapangan kerja total
untuk setiap satu perubahan lapangan kerja di sector basis disebut penggandaan
basis (base multiplier). Nilai penggandaan basis lapangan kerja dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
1. Metode Langsung
Metode langsung dapat dilakukan dengan survey langsung kepada pelaku
usaha ke mana mereka memasarkan barang yang diproduksi dan dari mana
mereka membeli bahan-bahan kebutuhan untuk menghasilkan produksi tersebut.
Dari jawaban yang mereka berikan, dapat ditentukan berapa persen produk yang
dijual ke luar wilayah dan berapa persen yang dipasarkan di dalam wilayah.
3. Metode Campuran
Metode campuran yaitu gabungan antara meode asumsi dengan metode
langsung. Dalam metode campuran diadakan survei pendahuluan, yaitu
pengumpulan data sekunder, biasanya dari instansi pemerintah atau lembaga
pengumpul data seperti BPS. Dari data sekunder berdasarkan analisis ditentukan
kegiatan mana yang dianggap basis dan nonbasis. Asumsi apabila 70% atau lebih
produknya diperkirakan dijual ke luar wilayah maka kegiatan itu langsung
dianggap basis. Sebaliknya, apabila 70% atau lebih produknya dipasarkan di
tingkat lokal maka langsung dianggap nonbasis.
4. Metode Location Quotion
Metode Location Quotion (LQ) membandingkan porsi lapangan kerja/nilai
tambah untuk sektor tertentu di wilayah kita dibandingkandengan porsi lapangan
kerja/nilai tambh untuk sektor yang sama secara nasional. Dalam bentuk rumus,
apabila yang digunakan adalah data lapangan kerja, hal tersebut dapat dituliskan
sebagai berikut :
l i /e
LQ¿ L / E
i
Shift share atau berbagai analisis adalah sebuah analisis teknik yang
digunakan secara luas, kadang-kadang digunakan untuk retrospektif peristiwa
perubahan. Analisis ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi industri dianggap
memiliki keunggulan komparatif di wilayah tersebut.
St = Vjt – ( Vt / Va ) Vja
∆ Yt = K . ∆ Yb ………… (1)
Yt
K=
Yb
Yt 1 1 1 1
K= = = = = … … … … .(2)
Yb Yb Yt −Yn Yt Yn Yn
− 1−
Yt Yt Yt Yt Yt
1
Ks=
Yn
1−
Yt
[ ]
1
∆ Yt = ∆ Yb … … … ( 3 )
Yn
1−
Yt
Yt = X + I + C ……………. (4)
∆ Yt =∆ X +∆ Ir + ∆ Cr …………… (5)
Untuk mendapatkan analisis yang lebih mendetail tentang tiga sektor yang
mempengaruhi pendapatan wilayah, selanjutnya akan digunakan simbol-simbol
yang lebih sederhana, tanpa mengubah sedikitpun sasaran dari perumusan Tiebout
yaitu dengan menggunakan konsep propensity, yaitu hasrat untuk membelanjakan
pendapatan. Simbol-simbol yang akan digunakan adalah sebagai berikut :
1
∆ Yt = ∆ ( X+ Ir ) … … … … .. ( 10 )
1−( c ) . ( cr )
Sektor ekspor :
Xp = Penerimaan dari ekspor kepada pihak swasta / luar negeri
Xg =Penerimaan dari ekspor kepada pemerintah pusat, yaitu barang / jasa
yang dibeli dari pemerintah di wilayah analisis
Sektor investasi :
Irb = Penerimaan dari investasi di bidang usaha (business)
Irh = Penerimaan dari investasi di bidang perumahaan (housing)
Irg = Penerimaan dari investasi di bidang pemerintah di wilayah analisis
Org = Penerimaan dari kegiatan rutin pemerintah di wilayah analisis
1
∆ Yt= . ∆ ( X p+ X g + I rt + I rh + I rg +Org ) … … … … ( 11 )
1−( c ) . ( cr )
Rumus di atas dinamakan dengan pengganda jangka pendek (short run multiplier)
1
∆ Yb= ∆ ( Xp+ Xg )
1−[ ( c ) . ( cr )+ (ib ) . (ibr ) + ( ih ) . ( ihr ) + ( ig ) . ( igr )+ ( og ) .(ogr ) ]
Dimana :
ibr = Proporsi dari investasi di bidang business yang menjadi pendapatan regional
ogr= Porsi dari belanja rutin pemerintah (barang dan jasa) yang menjadi
pendapatan regional
G. Myrdal (Pesimistis)
I. Friedman
J. Purnomosidi Hadjisaroso
K. Jeffrey G. Willismson
Vw=
√ Ve(Yi−Ӯ ) 2❑ . fi/n
Ӯ
Vw =tngkt dispar.tertmbng
fi = pddk sub region ke i
n = pddk nas. ( total reg)
Yi = Pendpt /kap sub reg
ke i
Y = Pendpt /kap nasional
TEORI BASIS EKONOMI
Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional dan Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara