Anda di halaman 1dari 74

RANGKUMAN EKONOMI MAKRO 1

TUGAS AKHIR
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Ekonomi Makro 1
yang dibina oleh Bapak Agus Sumanto, S.E.,M.SA

Oleh:

Anita Julia 170431622085

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN EKONOMI
Desember 2018
BAB 3

PENDAPATAN NASIONAL

A. Circular Diagram Flow

Pendapatan
Pasar Faktor-
Faktor Produksi
Pembayaran
faktor
prod
Tabungan
Perseorangan

Pasar Uang Perusahaan

Pajak
Investasi
Rumah Tangga Pemerintah

Konsumsi Pendapatan
Pasar Barang dan perusahaan
Jasa

Gambar 3.1 Circular Digram Flow

Sebelum memasuki pembahasan mengenai pendapatan nasional, perlu diketahui


mengenai aliran-aliran kemana aliran uang digunakan dan kemana aliran uang
berasal oleh pelaku-pelaku ekonomi.
B. Penentu Produksi Barang dan Jasa

1. Faktor Produksi

Faktor produksi adalah input yang digunakan untuk menghasilkan barang dan
jasa. Dua faktor produksi terpenting adalah tenaga kerja dan modal.

K = K̅

L = L̅

Dalam hal ini, teknologi produksi yang ada dapat menentukan berapa banyak
output diproduksi dari jumlah modal dan tenaga kerja tertentu.

Y = F (K, L) → fungsi produksi

Jika sesorang dapat menemukan alternatif lain yang lebih baik. Maka, output yang
akan dihasilkan juga semakin banyak.

Fungsi produksi memiliki skala hasil konstan jika peningkatan dalam faktor-
faktor produksi sama dengan peningkatan output yang dihasilkan.

Skala hasil konstan:

zY = F (zK, zL)

2. Penawaran Brang dan Jasa

Secara matematis:

Y = F (̅K, ̅L)
Y = Y̅
C. Bagaimana Pendapatan Nasional Didistribusikan ke Faktor-Faktor
Produksi

1. Harga Faktor Produksi

Harga faktor produksi adalah jumlah yang dibayar kepada faktor-faktor


produksi. Dalam hal ini, fokus utama faktor produksi dalam perekonomiam yaitu
modal dan tenaga kerja. Sedangkan imbal baliknya untuk modal berupa bunga
(rent) dan tenaga kerja berupa upah (wages).

Gambar 3.2 Faktor


Produksi Dikompensasi

2. Keputusan yang Dihadapi Pasar Kompetitif

Asumsi yang digunakan adalah perusahaan yang bersifat kompetitif. Artinya,


perusahaan yang memiliki ukuran yang kecil dan dampaknya kepada harga pasar
juga kecil. Selain itu, perusahaan tidak dapat mempengaruhi upah pekerja karena
banyak perusahaan lokal lain yang menarik pekerja.

Y = F (K, L)

Perusahaan akan memproduksi output yang lebih jika memiliki banyak mesin atau
tenaga kerja yang bekerja lama. Perusahaan akan menjual output pada tingkat
harga P, membayar upah pekerja W, dan menyewa modal R. Dalam hal ini,
diasumsikan perusahaan menyewa modal dari rumah tangga.

Tujuan perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba adalah penerimaan


dikurangi dengan biaya.
Laba = Penerimaan – Biaya Tenaga Kerja – Biaya Modal
= PY – WL – RK
atau

Laba = PF (K,L) – WL – RK

Hal ini menunjukkan bahwa laba bergantung pada harga produk P, harga faktor W
dan R dan jumlah faktor L dan K.

3. Permintaan Perusahaan terhadap Faktor Produksi

Produk marginal tenaga kerja (marginal product of labour, MPL) adalah


tamabahan output yang dihasilkan dari tambahan satu unit tenaga kerja, dengan
penggunaan modal yang tetap. Fungsi produksinya:

MPL = F (K, L+1) – F (K, L)

Kebanyakan produk marginal bersifat menurun (diminishing marginal product).


Hal ini disebabkan karena modal dianggap tetap dan jumlah tenaga kerja yang
semakin meningkat membuat pekerjaan menjadi kurang produktif dan tidak
efisien.

Dalam gambar 3.3, menunjukkan hubungan antara jumlah output dengan


mempertahankan modal dan mengubah tenaga kerja.
Gambar 3.3 Fungsi Produksi

Perusahaaan akan mempertimbangkan untuk menambah tenaga kerja atau tidak


dan berdampak kepada laba yang akan didapat.

∆ Laba=∆ Penerimaan−∆ Biaya


¿ ( P x MPL )−W
Tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan dilihat dari seberapa penerimaan
tambahan dibandingkan dengan upah. Maka, perusahaan dapat menambah jumlah
tenaga kerja sampai di posisi maksimal dimana penerimaan tambahan sama
dengan upah.

P x MPL = W

atau

MPL = W/P

W/P atau upah riil adalah pembayaran kepada enaga kerja yang diukur dalam unit
output, bukan dalam mata uang.
Gambar 3.4 Grafik Produk Marginal Tenaga Kerja

Gambar 3.4 menunjukkan bahwa bagaimana produk marginal tenaga kerja


bergantung kepada jumlah tenaga kerja (dengan modal konstan).

Produk marginal modal (marginal product of capital, MPK) adalah jumlah


output tambahan yang diperoleh perusahaan dari unit modal tambahan dengan
mempertahankan jumlah tenaga kerja tetap.

MPK = F (K+1, L) – F (K, L)

Konsep produk marginal modal sama dengan konsep produk marginal tenaga
kerja dan bersifat menurun.

∆ Laba=∆ Penerimaan−∆ Biaya

¿ ( P x MPK )−R

Untuk memaksimalkan laba, perusahaan akan menggunakan lebih banyak modal


hingga MPK sama dengan harga sewa riil.

MPK = R/P
R/P atau harga sewa modal riil adalah harga sewa yang diukur dalam unit barang,
bukan mata uang.

Kesimpulannya adalah perusahaan meminta setiap faktor produksi sampai


produk marginal faktor tersebut sama dengan harga faktor riilnya.

4. Pembagian Pendapatan Nasional

Setiap faktor produksi dibayar berdasarkan kontribusi marginalnya dalam


produksi. Maka, upah riil yang dibayarkan kepada tenaga kerja adalah MPL x L
dan pengembalian riil total yang dibayarkan pemilik modal adalah MPK x K.

Pendapatan yang tersisa setelah perusahaan membayar faktor-faktor produksi


disebut laba ekonomis.

Laba Ekonomis = Y – (MPL x L) – (MPK x K)

Jika menghitung distribusi pendapatan:

Y = (MPL x L) + (MPK x K) + Laba Ekonomis

Penentuan laba ekonomis diasumsikan jika fungsi produksi memiliki skala hasil
konstan. Maka, laba ekonomis sama dengan nol. Jika setiap faktor produksi
dibayar pada produk marginalnya, maka jumlah pemabayaran faktor produksi
sama dengan output total.

F (K, L) = (MPK x K) + (MPL x L)

Apabila laba ekonomis bernilai nol. Maka, masih mendapatkan laba.


Gambarannya bahwa modal merupakan milik sendiri, bukan hasil dari menyewa.
Sehingga, laba ekonomis dan pengembalian modal distukan. Inilah yang disebut
dengan laba akuntansi.

Laba Akuntansi = Laba Ekonomis + (MPK x K)

Kesimpulannya adalah output total dibagi di antara pembayaran untuk tenaga


kerja dan modal, tergantung pada produktivitas masrginalnya.

5. Fungsi Produksi Cobb-Douglas


Fungsi ini akan menjelaskan mengenai bagaimana perekonomian aktual
mengubah modal dan tenaga kerja menjadi GDP.

Dalam perhitungan tersebut, maka fungsi produksi memiliki dua unsur yaitu:

Pendapatan Modal = MPK x K ¿ a Y

dan

Pendapatan Tenaga Kerja = MPL x L = (1−a)Y

aadalah konstanta antara nol sampai satu yang mengukur bagian modal dari
pendapatan

Fungsi Cobb-Douglas:

F (K, L) = A K a L1−a

Aadalah parameter yang lebih besar dari nol yang mengukur produktivitas
teknologi yang ada.

Dalam hal ini, fungsi produksi Cobb-Douglas memiliki skala konstan. Artinya,
jika modal dan tenaga kerja meningkat, maka output juga meningkat dengan
proporsi yang sama.

a −a ( 1−a ) Y
MPL = (1 – a) A K L = → Produk marginal tenaga kerja
L

a−1 1−a aY
MPK = a A K L = → Produk marginal modal
K

Dari persamaan di atas, maka dapat diketahui penyebab yang merubah produk
marginal dari kedua faktor tersebut. Y/L adalah produktivitas tenaga kerja rata-
rata, sedangkan Y/K adalah produktivitas modal rata-rata. Maka, produktivitas
marginal proporsional dengan produktivitas rata-rata.

D. Penentu Permintaan terhadap Barang dan Jasa

Komponen GDP terdiri atas: konsumsi C, investasi I, pembelian pemerintah G,


dan ekspor neto NX. Kali ini, hanya akan berfokus kepada tiga sektor saja.
Y=C+I+G

a. Konsumsi

Pendapatan yang telah diterima oleh rumah tangga merupakan output. Pemerintah
kemudian menarik pajak kepada rumah tangga. Pendsapatan setelah pajak disebut
pendapatan disposabel. Semakin besar pendapatan disposabel, maka semakin
banyak tingkat konsumsi.

C = C (Y-T)

Kecenderungan konsumsi marginal (marginal propensity to consume, MPC)


adalah jumlah perubahan konsumsi ketika pendapatan disposabel meningkat satu-
satuan. Nilai MPC dikisaran nol sampai satu. Artinya rumah tangga akan
mengeluarkan biaya untuk konsumsi sebesar MPC untuk setiap tambahan
pendapatan.

Jadi, bila :

Δ Yd = perubahan kenaikan pendapatan yang siap dibelanjakan,

Δ C = perubahan konsumsi

Maka :

∆C ∆C
akan bernilai positif dan kurang dari satu , 0 <
∆ Yd ∆ Yd < 1

Fungsi konsumsi dapat ditulis kedalam bentuk persamaan :

C = a + b Yd

Dimana :

C = konsumsi
Yd = pendapatan yang dapat dibelanjakan
a = konsumsi dasar tertentu yang tidak tergantung pada pendapatan
b = kecenderungan konsumsi marginal (MPC)
Gambar 3.5 Fungsi Konsumsi

b. Investasi

Baik perusahaan maupun rumah tangga membeli barang-barang investasi.


Perusahaan membeli barang-barang investasi untuk menambah persediaan
modalnya dan mengganti modal yang ada setelah habis dipakai. Investasi I dapat
diartikan sebagai penanaman modal atau pemilikan sumber-sumber dalam jangka
panjang yang akan bermanfaat pada beberapa periode mendatang.

Jumlah barang-barang modal bergantung kepda tingkat bunga r. Tingkat bunga


terbagi menjadi tingkat bunga riil dan tingkat bunga nominal. Tingkat bunga
nominal adalah tingkat bunga yang harus dibayarkan tanpa melihat seberapa
tingkat inflasi. Tingkat bunga riil adalah tingkat bunga nominal yan dikurangi
dengan tingkat inflasi.

Persamaan investasi:

I = I (r)

Hubungannya adalah ketika tingkat bunga tinggi, maka investasi akan menurun.
Hal ini dikarenakan ketika tingkat suku bunga naik dikhawatirkan kegiatan
investasi tersebut jika dilanjutkan akan menambah biaya yang melebihi
keuntungan yang di dapat.

Gambar 3.6 Fungsi Investasi

c. Pembelian Pemerintah

Pembelian pemerintah merupakan salah satu pengeluaran pemerintah. Salah satu


pengeluaran pemerintah adalah transfer kepada rumah tangga, seperti tunjangan
kesejahteraan untuk orang miskin atau jaminan sosial. Pembayaran transfer tidak
dimasukkan dalam komponen G karena tidak dapat ditukarkan dalam bentuk
output.

Pembayaran transfer mempengaruhi permintaan terhadap barang dan jasa secara


langsung. Pembayaran transfer adalah lawan dari pajak: pengaruhnya kepada
pendapatan disposabel.

Jika G = T, maka anggaran berimbang

Jika G > T, maka anggaran defisit

Jika G < T, maka anggaran surplus


Dalam hal ini, pengeluaran pemerintah bersifat eksogen yang ditetapkan melalui
kebijakan fiskal.

E. Permintaan dan Penawaran Barang dan Jasa dalam Ekuilibrium

Dalam hal ini, penentu tingkat konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah


terhadap output dipengaruhi oleh tingkat suku bunga. Peran tingkat suku bunga
dapat mempengaruhi permintaan dan penawaran terhadap barang dan jasa serta
mempengaruhi permintaan dan penawaran terhadap dana pinjaman.

1. Ekulibrium di Pasar Barang dan Jasa

Y=C+I+G
C = C (Y-T)
I = I (r)
G = G̅
T = T̅
Permintaan berasal dari persamaan-persamaan di atas. Sedangkan penawaran
berasal drai faktor produksi:

Y = F (̅K, ̅L)
Y = Y̅
Maka, identitas pendapatan nasional:
Y = C (Y-T) + I (r) + G
Dikarenakan variabel G dan T ditetapkan oleh kebijakan, dan tingkat output Y
yang ditetapkan oleh faktor-faktor produksi dan fungsi produksi, maka:
Y̅ = C (Y̅-T̅) + I (r) + G̅
Tingkat bunga memainkan peran untuk menjamin bahwa permintaan dan
penawaran seimbang.

2. Ekulibrium di Pasar Uang

Y–C–G=I

Y – C – G disebut tabungan nasional. Dalam hal ini tabungan akan terbagi dalam:
S = (Y – T – C) + (T – G) = I

(Y – T – C) adalah tabungan swasta dan (T – G) adalah tabungan publik.


Untuk melihat bagaimana tingkat bunga menyeimbangkan pasar uang, maka
identitas pendapatan nasional:

Y - C (Y-T) + G = I (r)
Y̅ - C (Y̅-T̅) + G̅ = I (r)
S̅ = I (r)

Gambar 3.7 Tabungan, Investasi dan Tingkat Bunga

Pada tingkat ekulibrium, hasrat rumah tangga untuk menabung seimbang dengan
hasrat perusahaan untuk menanamkan modal dan jumlah dana pinjaman yang
ditawarkan sama dengan jumlah yang diminta.

3. Perubahan Tabungan
Gambar 3.8

Peningkatan Pembelian Pemerintah:

Dampaknya kepada peningkatan permintaan akan barang dan jasa. Kenaikan


pembelian pemerintah berdampak kepada penurunan investasi. Dengan penurunan
investasi, maka akan menaikkan tingkat bunga.

Penurunan Pajak:

Dampaknya terhadap peningkatan disposable income. Sehingga meningkatkan


konsumsi yang juga menurunkan investasi. Maka, tingkat bunga dinaikkan.

4. Perubahan Permintaan Investasi

Permintaan investasi disebabkan oleh adanya inovasi teknologi dan kebijakan


pemerintah yang membatasi atau mendorong investasi.
Gambar 3.9 Perubahan Permintaan Investasi

Dalam gambar 3.9 menunjukkan bahwa investasi equilibrium tidak berubah.


Asumsinya adalah tabungan tetap sehingga penawaran akan dana pinjaman tetap.
Peningkatan permintaan investasi meningkatkan tingkat bunga ekuilibrium.

Gambar 3.10 Perubahan Permintaan Investasi

Dalam gambar 3.10 menunjukkan bahwa perubahan tingkat bunga berpengaruh


pada konsumsi dan tabungan. Jika tingkat bunga meningkat, makan konsumsi
berkurang dan tabungan meningkat. Penurunan konsumsi membuat sumber daya
bisa diinvestasikan.

BAB 4

UANG DAN INFLASI

A. Pengertian Uang

Uang adalah persediaan aset yang dapat dengan segera digunakan untuk
melakukan transaksi.

Fungsi uang:

a. Penyimpan nilai: uang digunakan untuk mengubah daya beli pada masa
kini ke masa depan

b. Unit hitung: uang dapat digunakan untuk mengukur transaksi ekonomi

c. Media pertukaran: uang sebagai sesuatu yang dapat diubah untuk


membeli barang dan jasa
Jenis uang:

a. Uang atas unjuk: uang yang ditetapkan oleh pemerintah

b. Uang komoditas: uang yang intriksinya sama dengan komoditas

1. Bagaimana Kuantitas Uang Dikendalikan

Jumlah uang yang beredar di masyarakat akan diatur oleh pemerintah melalui
Bank Sentral dengan kebijakan moneter.

a. Operasi pasar terbuka: membeli (meningkatkan jumlah uang beredar)


dan menjual obligasi pemerintah (menurunkan jumlah uang beredar).

b. Mengubah persyaratan cadangan: tidak pernah benar-benar digunakan.

c. Mengubah tingkat diskonto yang bank-bank anggota (tak memenuhi


persyartan cadangan) bayar untuk meminjam dari bank sentral.

2. Pengukuran Kuantitas Uang

Simbol Cakupan Aset


C Mata uang
Mata uang + deposito penerimaan, traveler’s check,
M1
dan deposito yang dapat diuangkan
M1 + neraca reksadana pasar uang ritel, deposito
M2 tabungan (termasuk rekening deposito pasar uang),
dan deposito jangka kecil
M2 + deposito jangka besar, kesepakatan
M3 pembelian-ulang, neraca reksadana pasar uang
institusi

B. Teori Kuantitas Uang

1. Pengukuran Kuantitas Uang

Persamaan kuantitas menunjukkan hubungan antara transaksi dan uang.


Uang x Perputaran = Harga x Transaksi

MxV=PxT

Dalam hal ini, V disebut perputaran uang transaksi.

Persamaan ini menujukkan bahwa jika satu dari variabel-variabel tersebut


berubah, maka variabel yang lain juga harus berubah untuk mejaga kesamaan.

2. Dari Transaksi Menjadi Pendapatan

Dikarenakan jumlah transaksi sulit diukur, maka T diganti dengan output Y.


Transaksi dan output saling berkaitan, namun tidak sama. Nilai mata uang
transaksi adalah proporsional dengan nilai mata uang dari output.

Uang x Perputaran = Harga x Output

MxV=PxY

Dalam hal ini, V disebut perpuataran uang pendapatan.

3. Fungsi Permintaan Uang dan Persamaan Kuantitas

M/P atau keseimbangan uang riil menunjukkan kuantitas uang dalam bentuk
jumlah barang dan jasa yang bisa dibelinya.

Fungsi permintaan uang adalah persamaan yang menunjukkan apa yang


menentukan keseimbangan uang riil yang ingin ditahan orang. Fungsi:

(M/P)d = kY

Dimana k adalah konstanta yang menyatakan berapa banyak uang yang ingin
ditahan orang untuk setiap dolar pendapatan. Persamaan ini menyatakan bahwa
kuantitas keseimbangan uang riil yang diinginkan adalah proporsional terhadap
pendapatan riil.

M/P = kY >>>>> M(1/k) = PY >>>>> MV = PY


Dalam hal ini V = 1/k. Artimya ketika banyak orang yang menahan uang, maka
uang tidak berpindah tangan. Begitu juga sebaliknya. Sehingga parameternya
adalah sisi yang berlawanan.

4. Asumsi Perputaran Konstan

MV̅ = PY

Perubahan M menyebabkan perubahan proporsional dalam GDP nominal atau


PY. Artinya, perputaran yang tetap dan kuantitas menentukan nilai dolar dari
outpuy perekonomian.

5. Uang, Harga dan Inflasi

Penentu tingkat harga dalam perekonomian:

1. Faktor-faktor produksi dan fungsi menentukan tingkat ouput Y.

2. Jumlah uang beredar, M, menentukan nilai output nominal, PY.

3. Tingkat harga P adalah rasio dari nilai nominal output PY terhadap tingkat
output.

Dengan kata lain, kapabilitas produksi dari perekonomian menentukan GDP riil,
kuantitas uang yang menentukan GDP nominal, dan deflator GDP adalah rasio
dari GDP nominal terhadap GDP riil.

Sehingga, teori kuantitas uang menyatakan bahwa bank sentral, yang mengawasi
jumlah uang yang beredar, memiliki kendali atas tingkat inflasi. Jika bank sentral
mempertahankan jumlah uang yang beredar tetap stabil, tingkat harga akan stabil.
Jika bank sentral meningkatkan jumlah uang yang beredar dengan cepat, tingkat
harga akan meningkat cepat.

C. Seigniorage: Penerimaan dari Percetakan Uang

Pemerintah dapat mendanai pengeluaran melali tiga cara:

1. Dengan melalui peningkatan pajak


2. Meminjam dari masyarakat melalui penjualan obligasi

3. Mencetak uang baru (seigniorage)

Ketika mencetak uang untuk mendanai pengeluaran, pemerintah meningkatkan


jumlah uang yang beredar. Kenaikan jumlah uang yang beredar menyebabkan
inflasi. Mencetak uang untuk meningkatkan penerimaan adalah seperti
menetapkan pajak inflasi.

D. Inflasi dan Tingkat Bunga

1. Bunga Nominal dan Bunga Riil

Tingkat bunga yang dibayar bank sebagai tingkat bunga nominal dan kenaikan
daya beli tingkat bunga riil.

r=i–π

Tingkat bunga riil adalah perbedaan antara tingkat bunga dan tingkat inflasi.

2. Efek Fisher

i=r+π

Persamaan Fisher menunjukkan tingkat bunga bisa berubah karena dua alasan
yaitu tungkat bunga riil dan tingkat inflasi. Dalam teori kuantitas dan persamaan
Fisher sama-sama menyatakan bagaimana pertumbuhan uang mempengaruhi
tingkat bunga nominal. Menurut teori kuantitas, kenaikan dalam tingkat
pertumbuhan uang sebesar 1 persen menyebabkan kenaikan 1 persen dalam
tingkat inflasi. Menurut persamaan Fisher, kenaikan 1 persen dalam tingkat
inflasi sebaliknya menyebabkan kenaikan 1 persen dalam tingkat bunga nominal.
Inilah yang dimaksud dengan efek Fisher.
BAB 5

PEREKONOMIAN TERBUKA

A. Arus Modal dan Barang Internasional

1. Peran Ekspor Neto

Dalam perekonomian terbuka, sebagian output dijual untuk domestik dan


sebagian diekspor ke luar negeri.

Y = Cd + Id + Gd + EX

Cd + Id + Gd adalah pengeluaran domestik dan EX adalah pengeluaran luar


negeri..

C = C d + Cf

I = Id + If
G = Gd + Gf

Menjadi

Y = (C – Cf) + (I - If) + (G - Gf) + EX

Ubah menjadi

Y = C + I + G + EX - (Cf + If + Gf)

Jumlah pengeluaran domestik atas barang dan jasa mancanegara (Cf + If + Gf)
adalam pengeluaran impor IM.

Y = C + I + G + EX - IM

Ekspor neto NX: ekspor dikurangi impor

Identitas perhitungan nasional:

NX = Y – (C + I + G)

Ekspor Neto = Output – Pengeluaran Domestik

Persamaan ini menunjukkan bahwa dalam perekonomian terbuka, pengeluaran


domestik tidak perlu sama dengan output barang dan jasa. Jika ouput melebihi
pengeluaran domestik, kita mengekspor perbedaan tersebut: ekspor neto positif.
Jika output lebih kecil dari pengeluaran domestik, kita mengimpor perbedaan itu:
ekspor neto adalah negatif.

2. Arus Modal Internasional dan Neraca Perdagangan

Y = C + I + G + NX

Y – C – G = I + NX

S = I + NX

NX = S – I

Neraca Perdagangan = Arus Modal Keluar Neto


Jika NX positif, maka akan terjadi surplus perdagangan. Sedangkan NX negatif,
maka terjadi defisit perdagangan. Jika sama dengan nol, maka perdagangan
seimbang. Identitas perhitungan pendapatan nasional menunjukkan arus dana
internasional untuk membiayai akumulasi modal serta arus barang dan jasa
internasional adalah dua sisi mata uang yang sama.

B. Tabungan dan Investasi dalam Perekonomian Terbuka Kecil

Perekonomian terbuka kecil maksudnya adalah perekonomian dari bagian kecil


dunia dan tidak berdampak kepada tingkat bunga dunia. Sehingga terjadilah
moblitas sempurna yang memungkinkan penduduk negara dapat mengakses
penuh ke pasar uang dunia. Oleh karena itu, r harus sama dengan tingkat bunga
dunia r*.

r = r*

Model:

NX = S̅ - I (r*)

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa neraca perdagangan NX bergantung


pada variabel-variabel yang menentukan tabungan dan investasi.

Gambar 5.1 Tabugna dan Investasi dalam Perekonomian Terbuka Kecil


1. Pengaruh Kebijakan terhadap Neraca Perdagangan

Kebijakan Fiskal Dalam Negeri

Kenaikan dalam G akan mengurangi tabungan nsional. Sehingga tabungan lebih


kesil dibandingkan dengan investasi. Penurunan dalam T akan meningkatkan
konsumsi. Sehingga tabungan juga mengalami penurunan. Penurunan S akan
berdampak kepada penurunan NX. Maka, perubahan kebijakan fiskal yang
mengurangi tabungan akan menyebabkan defisit perdagangan.

Gambar 5.2

Kebijakan Fiskal Luar Negeri

Kenaikan tingkat dunia akan meningkatkan biaya untuk berutang dan mengurangi
investasi. Penurunan investasi meningkatkan NX.
Gambar 5.3

Pergeseran Investasi

Perubahan tersebut dapat terjadi ketika pemerintah mengubah undang-undang


perpajakan untuk mendorong investasi dengan memberikan kredit pajak investasi.
Kenaikan I menurunkan NX.

Gambar 5.4
C. Kurs
x
BAB 6

PENGANGGURAN

A. Tingkat Pengangguran Alamiah

1. Rata-rata tingkat pengangguran di mana ekonomi berfluktuasi.


2. Dalam resesi, tingkat pengangguran yang sebenarnya naik di atas tingkat
alami.
3. Dalam ledakan, tingkat pengangguran yang sebenarnya turun di bawah
tingkat alami.
4. Notasi:
L = pekerja dalam angkatan kerja
E = pekerja yang dipekerjakan
U = pengangguran
U/L= Tingkat Pengangguran
5. Asumsi:
L adalah tetap
s = Tingkat pemutusan kerja, bagian dari tenaga kerja yang kehilangan
pekerjaan setiap bulannya.
F = Tingkat perolehan pekerjaan, bagian dari pengangguran yang
mendapatkan pekerjaan setiap bulannya.
Sebuah kebijakan yang bertujuan untuk mengurangi tingkat pengangguran
alamiah akan berhasil hanya jika menurunkan s atau meningkatkan f.

B. Pencarian Pekerjaan & Pengangguran Friksional


Pengangguran friksional: disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan pekerja
untuk mencari pekerjaan
Penyebab:
1. Pekerja memiliki kemampuan, preferensi yang berbeda
2. Pekerjaan memiliki persyaratan keterampilan yang berbeda
3. Mobilitas geografis pekerja tidak instan
4. Arus informasi tentang lowongan dan calon karyawan tidak sempurna
Cara mengatasi:
1. Banyak kebijakan tatis berusaha menurunkan tingkat pengangguran
alamiah dengan mengurangi penggangguran friksional
2. Sedangkan program pemerintah lainnya secara tidak sengaja
meningkatkan pengangguran friksional. Salah satunya adalah asuransi
pengangguran

C. Kekakuan Upah-Riil dan Pengangguran Struktural


C. Pengalaman Pada Pasar Tenaga Kerja Amerika Serikat

1. Durasi Pengangguran

Sebagian masa mengganggur adalah pendek: di Amerika 8 dari 10 masa


menganggur, atau 80 persen berakhir dalam satu bulan. Durasi penggangguran
memiliki implikasi penting dalam kebijakan tatis.

2. Variasi Tingkat Pengangguran di antara Kelompok Demografis

Para pekerja lebih muda memiliki tingkat pengangguran lebih tinggi ketimbang
para pekerja yang lebih tua. Penyebab pengangguran adalah tingkat perolehan
kerja yang rendah dan tingkat pemutusan hubungan kerja yang tinggi.

3. Tren dalam Pengangguran

Tingkat pengangguran alamiah di AS tidak pernah stabil. Berikut hipotesis tren


pengangguran AS yaitu:

a. demografis, perubahan demografis tidak sepenuhnya mempengaruhi


pengangguran AS
b. pergeseran tatisti, semakin besar tatisti semakin besar pemutusan kerja
c. produktivitas, perubahan produktivitas berkaitan dengan perubahan tingkat
pengangguran
4. Transisi Masuk dan Keluar dari Angkatan Kerja
Model tingkat pengangguran alamiah berasumsi bahwa besarnya tingkat angkatan
kerja adalah tetap. Pengangguran adalah pemutusan hubungan kerja dan alasan
meninggalkan pengangguran adalah memperoleh kerja. Sekitar 1/3 pengangguran
adalah pekerja yang baru masuk angkatan kerja. Individu yang masuk dan
meninggalkan angkatan kerja membuat tatistic pengangguran lebih sulit
diintrepresentasikan. Para pekerja yang putus asa dianggap keluar dari angkatan
kerja dan tidak ditampilkan dalam data tatistic. Pengangguran adalah masalah
ekonomi dan masalah social

D. Pengalaman Pada Pasar Tenaga Kerja Eropa


BAB 7

PERTUMBUHAN EKONOMI 1: AKUMULASI MODAL DAN


PERTUMBUHAN POPULASI

A. Akumulasi Modal

Model pertumbuhan Solow menunjukkan pertumbuhan persediaan modal


pertumbuhan angkatan kerja dan kemajuan teknologi berinteraksi dalam
perekonomian, serta bagaimana pengaruhnya terhadap output barang dan
jasa suatu negara keseluruhan .

1) Penawaran dan Permintaan terhadap Barang


Penawaran barang menurut Model Sorrow menyatakan bahwa output
bergantung pada persediaan modal dan angkatan kerja. Dapat dirumuskan
sebagai:

Y = F (K,L)

Asumsinya adalah fungsi produksi memiliki skala pengembalian konstan


atau skala hasil konstan (constan returns to scale).

Zy = F (Zk, Zl)

Dimana nilai z lebih dari 0 atau positif

Fungsi produksi dengan skala pengembalian konstan memungkinkan kita


menganalisis seluruh variabel dalam perekonomian dibandingkan dengan jumlah
angkatan kerja. Pembuktiannya jika z= 1/L

Y/L = F(K/L, 1)

y = f(k)

Kemiringan dari fungsi produksi i ni menunjukkan berapa banyak output


tambahan yang dihasilkan seorang pekerja ketika mendapatkan satu unit tambahan
modal. Dapat dirumuskan dalam:

MPK = f (k + 1) – f (k)
Grafik Fungsi Produksi

2) Permintaan terhadap Barang dan Fungsi Konsumsi

Permintaan terhadap barang dalam model Solow berasal dari konsumsi dan
investasi.

Y=c+i

Dimana output per pekerja Y merupakan konsumsi per pekerja C dan


investasi per pekerja I.

Model Solow mengasumsikan bahwa setiap tahun orang menabung


sebagian sebagian S dari pendapatan mereka dan mengonsumsi sebagian.

C = (1-s) y

Bagaimana pengaruh fungsi konsumsi terhadap investasi dalam


perhitungan pendapatan nasional:
y = (1-s)y + i

i = sy

3) Pertumbuhan Persediaan Modal dan Kondisi Mapan

Persediaan modal dapat berubah sepanjang waktu dan mengarah ke


pertumbuhan ekonomi. Terdapat dua kekuatan yang mempengaruhi yaitu
investasi dan depresiasi. Investasi mengacu kepada pengeluaran untuk perluasan
usaha dan peralatan baru dan dampaknya kepada pertambahan persediaan modal.
Sedangkan depresiasi mengacu kepada penggunaan modal dan berdampak kepada
penurunan persediaan modal.

Investasi pekerja i sama dengan sy. Dengan mengganti fungsi produksi


untuk y.

I = sf(k)

Untuk depresiasi sendiri dapat diasumsikan bahwa sebagian tertentu dari


persediaan modal δ menyusut setiap tahun. δ dalam hal ini disebut dengan tingkat
depresiasi. Dampak dari investasi dan depresiasi terhadap persediaan modal dapat
dirumuskan dalam persamaan:

∆k = i – δk

Karena i sama dengan sf(k), dapat ditulis sebagai:

∆k = sf(k) – δk

Persediaan modal k* dimana jumlah investasi sama dengan jumlah


depresiasi. Jika perekonomian berada dalam tingkat persediaan modal ini, maka
persediaan modal tidak akan berubah karena dua kekuatan yang beraksi secara
seimbang. Yaitu pada k*, ∆k = 0 sehingga persediaan modal k dan output f(k)
dalam kondisi mapan sepanjang waktu.
4) Mendekati Kondisi Mapan: Sebuah Contoh Numerik

Asumsi:

Y = K1/2 L1/2

Untuk menurunkan fungsi produksi per pekerja f(k):

1 1
1
Y K 2 L2 K
L
=
L
=
L ( ) 2

y = Y/L dan k = K/L, maka y = √ k

Mengikuti kemajuan perekonomian selama bertahun-tahu adalah salah satu


cara mencapai tingkat persediaan modal pada kondisi mapan.

∆k = sf(k) – δk

Mengikuti kemajuan perekonomian selama bertahun-tahun adalah salah satu


cara mencapai tingkat persediaan modal pada kondisi mapan.
0 = sf(k) – δk

k∗¿
¿
f ¿¿

Contoh Perhitungan:

Asumsi:

1. 30 persen dari output ditabung (s = 0,3)

2. 10 persen dari persediaan modal terdepresiasi setiap tahun (δ =0,1 ¿

3. 4 unit modal per pekerja (k = 4)

Maka,

1. 4 unit modal per pekerja menghasilkan 2 unit output per pekerja

2. 0,7 untuk konsumsi, i = 0,6 dan c = 1,4

3. δk = 0,4

4. Perubahan persediaan modal = 0,2

Mendekati Kondisi Mapan: Sebuah Contoh Numerik

Asumsi: y = √ k ; s = 0,3 , δ =0,1, k = 4

Tahun k c y i δk ∆k

1 4,000 2,000 1,400 0,600 0,400 0,200

2 4,200 2,049 1,435 0,615 0,420 0,195

3 4,395 2,096 1,467 0,629 0,440 0,189

∞ 9,000 3,000 2,100 0,900 0,900 0,000


5) Pengaruh Tabungan terhadap Pertumbuhan

Dalam Model Solow dikatakan ‘jika tingkat tabungan tinggi,


perekonomian akan mempunyai persediaan modal yang besar dan tingkat output
tinggi. Begitu juga dengan sebaliknya’.

Kenaikan tingkat tabungan s menunjukkan bahwa jumlah investasi untuk


setiap persediaan modal tertentu lebih tinggi. Kenaikan itu membuat fungsi
tabungan bergeser ke atas. Kondisi mapan awal k*1, investasi melebihi depresiasi.
Persediaan modal meningkat sampai perekonomian mencapai kondisi mapan yang
baru k*2, dengan lebih banyak modal dan output.

B. Tingkat Modal Kaidah Emas

1) Membandingkan Kondisi Mapan

Ketika memilih kondisi mapan, tujuan pembuat kebijakan adalah


memaksimalkan kesejahteraan individu yang membentuk masyarakat. Individu itu
sendiri tidak peduli pada jumlah modal dalam perekonomian, atau bahkan jumlah
output. Masyarakat hanya peduli terhadap jumlah output yang dikonsumsi.

Nilai kondisi mapan k yang memaksimalkan konsumsi disebut tingkat


modal Kaidah Emas yang dinyatakan dengan k*emas.

Alur:

y=c+i

c=y–i

Karena mencari konsumsi pada kondisi mapan, maka dapat mengubah nilai
kondisi mapan untuk output dan investasi.

C* = f(k*) –δk*

Persamaan ini menunjukkan bahwa kenaikan modal pada kondisi mapan


memiliki dampak yang berlawanan terhadap konsumsi pada konsumsi mapan. Di
satu sisi, lebih banyak modal berarti lebih banyak output. Di sisi lain, lebih
banyak modal juga berarti lebih banyak output yang harus digunakan untuk
mengganti modal yang habis pakai.

Apabila tingkat modal di bawah kondisi mapan Kaidah Emas, maka


kenaikan modal pada kondisi mapan akan meningkatkan konsumsi pada kondisi
mapan.Apabila tingkat modal di atas kondisi mapan Kaidah Emas, maka kenaikan
modal pada kondisi mapan mengurangi konsumsi pada konsumsi mapan.

Tingkat modal Kaidah Emas, produk marginal sama dengan depresiasi.

MPK = δ
Pengaruh neto dari unit modal tammbahan terhadap konsumis adalah MPK – δ.
Jika MPK – δ > 0, maka kenaikan modal akan meningkatkan konsumsi, sehingga
k* ada di bawah tingkat kaidah Emas. Jika MPK – δ < 0, maka kenaikan modal
akan mengurangi konsumsi, sehingga k* ada di atas tingkat kaidah Emas

MPK – δ = 0
2) Mencari Kondisi Mapan Kaidah Emas: Sebuah Contoh Numerik

y = √k

Untuk melihat hasil yang tersedia bagi sang pembuat kebijakan, ingatlah
bahwa persamaan berikut berada pada kondisi mapan:

k∗¿
¿
s
f ( k )∗¿= ¿
δ

3) Transisi Menuju Kondisi Mapan Kaidah Emas

Sejauh ini, kita mengasumsikan bahwa pembuat kebijkan dapat dengan


mudah memilih kodnsisi mapan perekonomian dan langsung melompat ke sana.
Dalam kasusu ini, pembuat kebijakan akan memilih kondisi mapan dengan
konsumsi tinggi kondisi mapan kaidah emas. Namun, anggaplah bahwa
perekonomian telah mencapai kondisi mapan  lain.
a. Memulai dengan terlalu banyak modal

Ketika kita mengasumsikan bahwa sampai perekonomian mencapai


kondisi mapan yang baru. Karena kita mengasumsikan bahwa kondisi mapan
yang baru adalah kondisi mapan kaidah emas, maka konsumsi harus lebih tinggi
dari pada sebelum terjadi perubahan tingkat tabungan, meskipun output dan
investasi lebih rendah.

b. Memulai dengan terlalu sedikit modal


Ketika perekonomian dimulai di atas kaidah emas, mencapai kaidah emas
menghasilkan konsumsi yang lebih tinggi pada seluruh titik waktu. Ketika
perekonomian dimulai di bawah kaidah emas, mencapai kaidah emas perlu
menurunkan konsumsi lebih dahulu untuk meningkatkan konsumsi di masa depan.

C. Pertumbuhan Populasi

1) Kondisi Mapan untuk Pertumbuhan Populasi

Pertumbuhan populasi adalah salah satu alasan mengapa persediaan modal


per pekerja mengecil. Agar perekonomian berada pada kondisi mapan, investasi
harus mengimbangi pengaruh depresiasi dan pertumbuhan populasi.

Untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, kita harus memperluas


model Solow untuk mencakup dua sumber lain dari pertumbuhan ekonomi. Jadi,
kita tambahkan pertumbuhan populasi pada model. Kita akan mengasumsikan
bahwa populasi dan angkatan kerja tumbuh dengan tingkat konstan n.

Gambar diatas menunjukkan pertumbuhan populasi dalam model solow.


Agar perekonomian ada di kondisi mapan, investasi s f(k) harus mengatasi
dampak depresiasi dan pertumbuhan populasi (d + n)k. Ini ditunjukkan oleh
perpotongan dua kurva. Kenaikan tingkat tabungan menyebabkan persediaan
modal tumbuh ke kondisi mapan.
Seperti depresiasi, pertumbuhan populasi adalah salah satu alasan mengapa
persediaan modal per pekerja menurun. Jika n adalah tingkat pertumbuhan
populasi dan d adalah tingkat depresiasi, maka (d + n)k adalah investasi impas
(break-even investment) jumlah yang diperlukan untuk mempertahankan
persediaan modal per pekerja k konstan.

2) Dampak Pertumbuhan Populasi

Negara-negara dengan pertumbuhan populasi yang lebih tinggi akan


memiliki tingkat GDP per kapita yang lebih rendah. Ketika tingkat petumbuhan
populasi meningkat, maka depresiasi juga meningkat. Dan kondisi mapan yang
baru memiliki tingkat modal per pekerja yang lebih rendah ketimbang kondisi
mapan awal. Jadi, model Solow memprediksi bahwa perekonomian dengan
tingkat pertumbuhan populasi yang lebih tinggi akan memiliki tingkat modal per
pekerja yang lebih rendah dan pendapatan yang lebih rendah pula.

Kenaikan tingkat pertumbuhan populasi menggeser garis yang mewakili


pertumbuhan populasi dan depresiasi ke atas. Kondisi mapan baru memiliki
tingkat modal per pekerja lebih rendah daripada kondisi awal. Jadi, model Solow
memprediksi perekonomian dengan tingkat pertumbuhan populasi lebih tinggi
akan memiliki tingkat modal per pekerja lebih rendah dan karenanya pendapatan
lebih rendah.

3) Pandangan Alternatif pada Pertumbuhan Populasi

a. Model Malthusian

Memperkirakan bahwa semakin meningkatnya populasi akan secara terus


menerus membebani kemampuan masayarakat untuk memnuhi kebutuhannya
sendiri.

b. Model Kremerian

Menurut Kremerian, dengan semakin banyaknya penduduk, maka akan


semakin banyak ilmuwan, penemu, dan ahli mesia yang akan memberikan
kontribusi pada inovasi dan kemjuan teknologi.
BAB 8

PERTUMBUHAN EKONOMI II: TEKNOLOGI, BUKTI EMPIRIS DAN


KEBIJAKAN

A. Kemajuan Teknologi dalam Model Solow


Model Solow mengansumsikan hubungan yang tidak berubah antara imput
modal dan tenaga kerja serta output barang dan jasa. Namun dapat
dimodifikasi untuk mencakup kemajuan teknologi yang merupakan
variabel eksogen.

Efisiensi Tenaga Kerja: Y = F(K,L x E)


Efisiensi tenaga kerja mencerminkan pengetahuan masyarakat tentang
metode-metode produksi; ketika teknologi mengalami kemajuan, efisiensi
kerja meningkat. Efisiensi tenaga kerja juga meningkat ketika ada
pengembangan dalam kesehatan, pendidikan atau keahlian angkatan kerja.
Inti dari pendekatan terhadap model kemajuan teknologi ini adalah bahwa
peningkatan efisiensi tenaga kerja E sejalan dengan peningkatan angkatan
kerja L. Asumsi yang paling sederhana tentang kemajuan teknologi adalah
bahwa kemajuan teknologi menyebabkan efisiensi tenaga kerja L tumbuh
pada tingkat konstan g. Bentuk kemajuan teknologi itu disebut
pengoptimalan tenaga kerja dan g disebut tingkat kemajuan teknologi
yang mengoptimalkan tenaga kerja.

1. Kondisi Mapan dengan Kemajuan Teknologi


Teknologi menyebabkan jumlah pekerja efektif meningkat. Sekarang
menganalisis perekonomian dalam hal kuantitas per pekerja efektif.
Notasi:
k = K/(LxE) menunjukan modal per pekerja efektif
y = Y/(L x E) menunjukan output per pekerja efektif
Persamaan yang menujukan evolusi k sepanjang waktu sekarang
berubah menjadi
Δk = sf(k) – ( ϑ + n + g )k

Namun demikian, karena k = K/(L x E), maka investasi pulang-pokok


meliputi tiga kaidah: untuk menjaga k tetep konstan, ϑk dibutuhkan untuk
mengganti modal terdepresiasi, nk dibutuhkan untuk memberi modal bagi
“para pekerja efektif” baru yang diciptakan oleh kemajuan teknologi.

2. Dampak Kemajuan Teknologi


Mengacu pada model Solow, hanya kemajuan teknologi yang bisa
menjelaskan peningkatan standar kehidupan yang berkelanjutan.
Konsumsi per pekerja efektif pada kondisi mapan adalah
c* = f(k*) – ( ϑ + n + g )*
Konsumsi pada kondisi mapan dimaksimalkan jika :
MPK = ϑ + n +g,
Atau
MPK – ϑ = n + g
Yaitu, pada tingkat modal Kaidah Emas, produk marginal modal neto,
MPK – ϑ, sama dengan tingkat pertumbuhan output total, n + g. Karena
perekonomian aktual mengalami pertumbuhan populasi dan kemajuan
teknologi, maka kita harus menggunakan kriteria ini untuk mengevaluasi
apakah hal itu memiliki modal yang lebih besar atau lebih kecil dari
kondisi mapan Kaidah Emas.

B. Dari Teori Pertumbuhan Sampai Data Empiris Pertumbuhan

1. Pertumbuhan Yang Seimbang

Menurut model Solow, kemajuan teknologi menyebabkan nilai berbagai


variabel meningkat secara bersamaan pada kondisi mapan. Hal ini yang
disebut pertumbuhan yang seimbang.
1) Pertimbangkan output per pekerja Y/L dan persediaan modal per pekerja
K/L.
2) Variabel ini tumbuh sebesar dan pada tingkat kemajuan teknologi.

Kemajuan teknologi juga mempengaruhi harga faktor. Upah riil meningkat


sepanjang peningkatan teknologi, namun harga sewa riil modal tetap
konstan. Harga riil modal (diukur sebagai pendapatan modal riil dibagi
dengan persediaan modal) mempunyai nilai yang hampir sama.

Prediksi model Solow tentang harga faktor dan ketepatan prediksi ini
terutama patut diperhatikan ketika dibandingkan dengan teori
perkembangan perekonomian kapitalis Karl Marx. Marx mempredisikan
bahwa pengembalian modal akan menurun sepanjang waktu dan hal ini
akan mengarah pada krisis politik serta ekonomi.

2. Convergence
Convergence merupakan kemampuan perekonomian dunia yang miskin
untuk mengejar perekonomian dunia yang sudah maju. Menurut model ini
kapan pertemuan (convergence) perekonomian terjadi bergantung pada
perbedaan saat mereka memulai. Di satu sisi, jika dua perekonomian
dengan kondisi mapan yang sama seperti yang ditentukan oleh tingkat
tabungan, tingkat pertumbuhan populasi, dan efisiensi tenaga kerja, karena
kesalahan sejarah mulai dengan persediaan modal yang berbeda.

3. Akumulasi Faktor Versus Efisiensi Produksi


Dilihat dari sisi akuntansi, perbedaan internasional dalam pendapatan per
kapita dapat dibagi menjadi:
a. Perbedaan faktor produksi, seperti kuantitas modal fisik dan modal
manusia.
b. Perbedaan efisiensi dalam penggunaan faktor produksi.

Kesenjangan yang besar antara si kaya dan si miskin disebabkan oleh


perbedaan akumulasi modal (termasuk sumber daya manusia) atau
perbedaan fungsi produksi. Ada beberapa cara untuk menginterprentasikan
kolerasi positif ini. Salah satu hipotesisnya adalah bahwa perekonomian
yang efisien dapat mendorong akumulasi modal:
1) Akumulasi modal dapat dapat mendorong efisiensi yang lebih baik.
2) Faktor akumulasi dan efisiensi produksi digerakan oleh variabel ketiga.

C. Kebijakan Untuk Mendorong Pertumbuhan Mengevaluasi Tingkat


Tabungan
Tingkat tabungan menentukan tingkat modal dan output pada kondisi mapan
(stady state). Satu tingkat tabungan tertentu menghasilkan kondisi mapan Kaidah
Emas, yang akan memaksimalkan konsumsi per pekerja sekaligus kesejahteraan
ekonomi.
Untuk memutuskan berada letak perekonomian terhadap Kaidah Emas, perlu
dibandingkan antara produk marjinal modal setelah depresiasi (MPK - δ) dengan
tingkat pertumbuhan output total (n + g). Kondisi Kaidah Emas adalah MPK –
δ = n + g.
Jika perekonomian beroperasi dengan modal yang lebih kecil dari Kaidah
Emas, maka produk marjinal yang kian menurun menyatakan bahwa MPK –
δ > n + g. (kenaikan tingkat tabungan secara bertahap akan meningkatkan
akumulasi modal yang mengarah ke kondisi mapan dengan konsumsi yang
tinggi, meskipun akan lebih rendah untuk sebagian transisi menuju kondisi
mapan yang baru)
Jika perekonomian beroperasi dengan terlalu banyak modal, maka MPK – δ
< n + g. (akumulasi modal akan berlebih: menurunkan tingkat tabungan akan
meningkatkan konsumsi untuk saat ini dan yang akan datang).

1. Mengubah Tingkat Tabungan


Cara yang paling tepat yang bisa dilakukan pemerintah untuk memengaruhi
tabungan nasional adalah melalui tabungan masyarakat (perbedaan antara jumlah
penerimaan pajak pemerintah dan pengeluarannya).
 Defisit anggaran (T < G), meningkatkan tingkat bunga dan menyusutkan (crowding
out) investasi; penurunan persediaan modal yang diakibatkannya adalah bagian dari
beban utang nasional pada generasi mendatang.
 Surplus anggaran (T > G), pemerintah bisa membayar sebagian utang
nasional dan mendorong investasi.
Selain itu juga mempengaruhi tabungan nasional dengan memengaruhi tabungan
swasta (tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga dan perusahaan.

2. Mengalokasikan Investasi Perekonomian


Pemerintah mengandalkan pasar untuk mengalokasikan modal secara efisien.
Pemerintah juga secara aktif mendorong bentuk-bentuk modal tertentu. Ini akan
terjadi jika proses produksi baru dan perbaikannya dijalankan selama proses
pengumpulan modal (fenomena yang disebut belajar melalui tindakan) dan jika
gagasan ini menjadi bagian dari telaga pengetahuan masyarakat. Produk
sampingan itu disebut eksternalitas teknologi (atau imbasan ilmu pengetahuan).
Dengan adanya eksternalitas itu pengembalian modal sosial melebihi
pengembalian perseorangan, dan manfaat dari peningkatan akumulasi modal bagi
masyarakat lebih besar ketimbang yang dinyatakan oleh model Solow. Selain itu,
beberapa jenis akumulasi modal bisa menghasilkan eksternalitas yang lebih besar
ketimbang akumulasi modal lainnya. Sebagian besar ekonom bersikap skeptis
terhadap kebijakan industri, karena dua alasan. Pertama, mengukur eksternalitas
dari sektor-sektor yang berbeda begitu sulit. Kedua, proses politis adalah jauh
dari sempurna. Salah satu jenis modal yang perlu melibatkan pemerintah adalah
modal masyarakat. Modal perseorangan menciptakan tingkat laba yang mudah
diukur bagi perusahaan yang memiliki modal, di mana manfaat dari modal
masyarakat lebih banyak diserap.

3. Mendorong Institusi yang Tepat


Suatu pemerintahan yang ideal harus berperilaku sebagai “tangan yang
menolong” (helping hand) pada sistem pasar, perlindungan hak milik,
pelaksanaan perjanjian yang telah disetujui, promosi kompetisi, penindakan
pelaku kejahatan dan lain sebagainya. Namun terkadang, pemerintah menyimpang
dari bentuk ideal ini dan berperilaku lebih sebagai “tangan yang menyerobot”
dengan menggunakan wewenang yang dimiliki negara-negara untuk memperkaya
sekelompok kecil individu sementara masyarakat luas menderita

4. Mendorong Kemajuan Teknologi


Model Solow menganggap kemajuan teknologi sebagai variabel eksogen. Banyak
kebijakan public dirancang untuk mendorong kemajuan teknologi. Sebagian besar
dari kebijakan ini mendorong sektor swasta untuk menyalurkan sumber daya ke
inovasi teknologi. Kebijakan industri juga menyarankan bahwa pemerintah
seharusnya mengambil peran yang lebih aktif dalam mempromosikan industri-
industri tertentu yang merupakan kunci bagi kemajuan teknologi yang pesat.

D. Di Luar Model Solow (Teori Pertumbuhan Endogen)

1. Model Dasar
Y= AK
Di mana Y adalah output, K adalah persediaan modal, dan A adalah
konstanta yang mengukur jumlah output yang diproduksi untuk setiap unit
modal.
∆K = sY  – δK
Persamaan ini menyatakan bahwa perubahan persediaan modal (∆K) sama
dengan investasi (sY) dikurangi depresiasi (δK).
∆Y/ Y  = ∆K/ K = sA – δ
Persamaan ini menujukkan apa yang menentukkan tingkat pertumbuhan
output ∆Y / Y . Jadi perubahan sederhana dalam fungsi produksi bisa
mengubah secara dramatis prediksi tentang pertumbuhan ekonomi. Dalam
model Solow, tabungan akan mendorong pertumbuhan untuk sementara,
tetapi pengembalian modal yang kian menurun pada akhirnya akan
mendorong perekonomian mencapai kondisi mapan di mana pertumbuhan
hanya bergantung pada kemajuan teknologi eksogen. Sebaliknya, dalam
model pertumbuhan endogen, tabungan dan investasi  bisa mendorong
pertumbuhan berkesinambungan.

2. Model Dua –  Sektor
Perkonomian memiliki dua sector, yang bisa kita sebut perusahaan
manufaktur dan universitas riset. Perusahaan memproduksi barang dan
jasa, yang digunakan untuk konsumsi serta investasi dalam modal fisik,
Universitas memproduksi faktor-faktor produksi yang disebut “ilmu
pengetahuan”. yang kemudian digunakan secara bebas oleh kedua sektor.
Perekonomian dijelaskan oleh fungsi produksi untuk perusahaan, fungsi
produksi untuk universitas, dan  persamaan akumulasi-modal.
Y = F [K, (1-u) LE ] (fungsi produksi dalam perusahaan manufaktur)
∆E = g(u) E (fungsi produksi dalam universitas riset)
∆K = sY − δK (akumulasi modal)

Di mana:
a. u adalah bagian dari angkatan kerja di universitas (dan 1 - u
adalah  bagian dalam perusahaan manufaktur)
b. E adalah persediaan ilmu pengetahuan (yang pada gilirannya
menentukan efisiensi tenaga kerja)
c. g adalah fungsi yang menunjukkan bagaimana pertumbuhan ilmu
pengetahuan bergantung pada bagian angkatan kerja yang berada
di universitas.
Hasil pertumbuhan konstan dalam efisiensi tenaga kerja pada tingkat g ini
adalah sama dengan asumsi yang dibuat dalam model Solow dengan
kemajuan teknologi.
Baik s maupun u mempengaruhi tingkat pendapatan, meskipun hanya u
yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan pendapatan pada kondisi mapan.
Jadi, model pertumbuhan endogen ini mengambil langkah kecil dengan
tujuan menunjukkan keputusan-keputusan kemasyarakatan mana yang
menentukan tingkat perubahan teknologi.

3. Mikroekonomi dari Penelitian dan Pengembangan


Jika orang berpikir tentang proses penelitian dan pengembangan sejenak,
maka tiga fakta akan muncul.

a. Meskipun ilmu pengetahuan merupakan barang publik namun banyak


penelitian dilakukan di  perusahaan-perusahaan yang dijalankan dengan
morif mencari laba.
b. Penelitian menjadi menguntungkan karena inovasi memberikan
perusahaan kekuatan monopoli temporer, selain karena sistem patennya,
karena ada keunggulan untuk menjadi perusahaan pertama di pasar dengan
produk baru.
c. Ketika sebuah perusahaan berinovasi, perusahaan lain juga
mengembangkan perusahaan itu untuk menghasilkan inovasi generasi
berikutnya. Fakta ini (terutama mikroekonomi) tidak mudah dikaitkan
dengan model-model  pertumbuhan (terutama makroekonomi) yang telah
kita bahas.
BAB 9

PENGANTAR FLUKTUASI EKONOMI

A. Fakta tentang Siklus Bisnis


1. GDP dan Komponennya
Produk Domestik Bruto (PDB) mengukur pendapatan dan
pengeluaran total pada perekonomian. PDB adalah instrument paling
tepat untuk menjelaskan siklus bisnis. Pertumbuhan ekonomi tidak selalu
tetap, perubahan PDB dapat mempengaruhi sektor lainnya.

2. Pengangguran dan Hukum Okun


Selain pendapatan nasional siklus bisnis juga dipengaruhi oleh pasar
tenaga kerja. Saat terjadi resesi, pengangguran meningkat. Dalam hal ini,
Hukum Okun menjelaskan bahwa tingkat pengangguran memiliki
hubungan negatif dengan GDP riil.
Perubahan Persentase GDP riil = 3,5% - 2 x Perubahan pada Tingkat
Pengangguran

Hukum Okun merupakan pengingat bahwa faktor-faktor yang


menentukan siklus bisnis pada jangka-pendek. Pergerakan jangka-pendek
pada GDP sangat berkorelasi dengan pemanfaatan tenaga kerja.
Penurunan pada produksi barang dan jasa yang terjadi selama resesi
selalu berkaitan dengan peningkatan jumlah pengangguran.

3. Indikator-Indikator Ekonomi Utama


Cara ekonom meramalkan kondisi ekonomi adalah dengan melihat
indikator utama. Yaitu, variabel yang cenderung berfluktuasi lebih
cepat pada perekonomian secara keseluruhan. Berikut daftar data
tersebut:
a. Rata-rata minggu kerja produksi bagi pekerja di sektor manufaktur.
b. Rata-rata klaim mingguan pada asuransi pengangguran.
c. Pesanan barang-barang konsumen dan material baru disesuaikan
dengan inflasi.
d. Pesanan baru, barang-barang modal non pertahanan.
e. Kinerja produsen.
f. Pemberian izin untuk mendirikan bangunan-bangunan baru.
g. Indeks harga saham.
h. Jumlah uang beredar.
i. Perbedaan tingkat bunga.
j. Indeks ekspektasi konsumen.

B. Horison Waktu dalam Makroekonomi


Horison waktu dalam makroekonomi, berkaitan erat dengan penjelasan tentang
perbedaan fluktuasi jangka panjang dan jangka pendek. Perbedaan penting antara
jangka pendek dan jangka panjang adalah perilaku harga. Dalam jangka panjang
harga bersifat fleksibel. Tetapi, dalam jangka pendek, banyak harga bersifat
“kaku”. Dampak kekakuan harga jangka pendek dari perubahan jumlah uang
beredar tidak sama dengan dampak jangka panjang.
Model fluktuasi ekonomi harus memperhitungkan kekakuan harga jangka-pendek.
Output dan kesempatan kerja harus melakukan beberapa penyesuaian.

Model Permintaan Agregat dan Penawaran Agregat

Model penawaran dan permintaan agregat mempelajari bagaimana tingkat harga


agregat dan jumlah output agregat ditentukan dalam jangka pendek. Model ini
memberikan cara membedakan kinerja perekonomian dalam jangka pendek dan
dalam jangka panjang. Model permintaan agregat dan penawaran agregat adalah
model canggih yang melibatkan interaksi diantara banyak pasar.

a. Permintaan Agregat

Permintaan agregat merupakan pengeluaran yang diinginkan pada semua sektor


produksi yang terdiri dari konsumsi, pembelian domestik swasta, pembelian
barang dan jasa pemerintah, dan ekspor neto.
Asumsi bahwa perputaran uang adalah konstan, maka jumlah uang yang beredar
menentukan nilai mata uang dari seluruh transaksi dalam perekonomian. Jika
harga meningkat, maka transaksi membutuhkan banyak uang dan jumlah transaksi
dan jumlah barang atau jasa yang diminta akan menurun.

Kurva Pergeseran Permintaan Agregat :


b. Penawaran Agregat
Penawaran agregat adalah hubungan antara jumlah barang dan jasa yang
ditawarkan dan tingkat harga.

Jangka Panjang

Jangka Pendek
Kebijakan Stabilisasi

Guncangan yang menggeser kurva permintaan agregat disebut guncangan


permintaan (demand shock), dan guncangan yang menggeser kurva penawaran
agregat disebut guncangan penawaran (supply shock). Guncangan ini mengurangi
kesejahteraan ekonomi dengan mendorong output dan kesempatan kerja jauh dari
tingkat alamiah.

Guncangan pada Permintaan Agregat

Penggunaan kartu kredit pada masyarakat menyebabkan penurunan permintaaan


uang. Hal ini ekuivalen dengan kenaikan perputaran uang. Ketika setiap orang
memegang lebih sedikit uang, parameter permintaan uang k akan turun. Artinya
setiap dolar beralih dari tangan ke tangan dengan cepat, sehingga perputaran V
(=1/k) meningkat.

Jika uang beredar tetap konstan, maka kenaikan perputaran menyebabkan


pengeluaran nominal meningkat dan kurva permintaan agregat bergeser ke kanan,
Dalam jangka pendek, kenaikan permintaan meningkatkan output perekonomian
yang menyebabkan perekonomian mengalami booming. Karena itu, perusahaan
mempekerjakan lebih banyak pekerja, meminta para pekerja untuk lembur, dan
menggenjot pengguanaan pabrik serta peralatan mereka.

Tingkat permintaan agregat yang tinggi mendorong harga dan upah. Serta
perekonomian secara bertahap mendekati tingkat produksi alamiah. Tetapi selama
masa transisi ke tingkat harga yang lebih tinggi, output perekonomian lebih tinggi
daripada tingkat alamiahnya. Untuk mengurangi ledakan ekonomi dan
mempertahankan output lebih dekat ke tigkat alamiah.

Guncangan pada Penawaran Agregat

Guncangan penawaran adalah guncangan pada perekonomian yang bisa


mengubah biaya produksi barang serta jasa yang mempengaruhi harga yang
dibebankan perusahaan pada konsumen. Karena memiliki dampak yang langsung
terhadap tingkat harga, guncangan penawaran disebut juga guncangan harga.
Berikut ini adalah beberapa contoh:
1. Hama yang menghancurkan pertanian. Penurunan penawaran
makanan mendorong harga makanan naik
2. Kenaikan agresivitas serikat pekerja. Ini mendorong kenaikan upah
dan harga barang – barang yang diproduksi oleh pekerja serikat kerja.
3. Organisasi kertel minyak internasional. Dengan membatasi
persaingan, produksi minyak utama bisa meningkatkan harga minyak
dunia.

Anda mungkin juga menyukai