Di susun oleh :
Nama : siti fatimah
Nim : EOD114014
Kata Pengantar
Puji dan Syukur kita panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini saya membahas mengenai perkiraan harga dan
pengaruh dari sifat hasil perikanan terhadap perkiraan harga.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu saya mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun. Kritik konstruktif dari pembaca sangat di harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat membantu menambah pengethuan terhadap pembaca
kususnya mengenai perkiraan harga kususnya tentang perikanan.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Ma. Sabak
21 September 2016
Daftar isi
Kata Pengantar........................................................................................................... ii
Daftar isi............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
I.1 Latar Belakang.................................................................................................... 1
1.2 Tujuan.............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................... 2
2.1 Sumber Data...................................................................................................... 2
2.1.1 Data Primer.................................................................................................. 2
2.1.2 Data sekunder............................................................................................... 2
2.2 Penetapan Harga Keseimbangan..............................................................................3
2.3 Pengertian Harga................................................................................................. 4
2.4 Kebijakan Harga................................................................................................. 4
2.5 Metode Penetapan harga....................................................................................... 5
2.6 Tujuan penetapan harga........................................................................................ 5
2.7 Efek Penetapan Harga.......................................................................................... 6
2.8 Kebijakan harga perikanan dan peternakan.................................................................6
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................7
3.1 Kesimpulan....................................................................................................... 7
3.2 Saran............................................................................................................... 7
Daftar Pustaka............................................................................................................ 8
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Perkembangan perikanan di Indonesia saat ini diarahkan pada perkembangan Budidaya
Ikan Konsumsi, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, semakin berkurangnya
populasi ikan di wilayah perikanan tangkap, wilyah penangkapan yang tercemar limbah,
kondisi cuaca yang tidak jelas, harga bahan operasional penangkapan yang semakin mahal
dan permintaan ikan konsumsi yang semakin banyak, baik itu ikan air laut maupun ikan air
tawar. Perkembangan Budidaya Ikan Komsumsi juga semakin diminati oleh sebagian besar
masyarakat di Indonesia dari masyarakat pesisir pantai ataupun masyarakat yang di daerah
rawah atau daerah pertanian, hal ini karena sistem budidaya ikan konsumsi yang lebih
mudah, lebih efisien dan permintaan pasar yang lebih besar akan Ikan Konsumsi dalam waktu
tertentu.
Masih besarnya pangsa pengeluaran pangan sebagian besar masyarakat berarti bobot
inflasi kelompok pangan terhadap inflasi semakin besar. Apalagi karakter produk pangan
dengan nilai elastisitas permintaan dan penawaran yang rendah menyebabkan besarnya
fluktuasi harga pangan. Inflasi dan fluktuasi dapat mempengaruhi pasar uang kemudian akan
mempengaruhi stabilitas ekonomi makro.
Stabilitas ekonomi makro merupakan jaminan bagi investor untuk berinvestasi
sehingga dapat menciptakan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi. Faktor moneter yang
menyebabkan inflasi adalah peningkatan penawaran uang melebihi peningkatan permintaan
uang, yang disebabkan oleh defisit pemerintah, pengembangan kredit oleh sistem perbankan,
dan surplus neraca pembayaran yang disebabkan oil booming dan bantuan asing, dan faktor
yang disebabkan oleh cost push inflation adalah meningkatnya komoditas utama
1.2 Tujuan
dapat menetapkan harga penjualan secara bijaksana, agar tidak terdapat pengaruh
buruk terhadap proses pemasaran hasil perikanan mengenai perkiraan harga yang akan di
tetapkan pada setiap produk perikanan yang telah siap di perjual belikan kepaada konsumen
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sumber Data
2.1.1 Data Primer
Jenis data primer ialah data yang di dapat langsung saat memasarkan produk ke
objek pemasaran, seperti metode observasi dan metode wawancara. Dari data observasi di
dapatkan objek pemasaran yaitu Perumahan Tata Suya, yang terletak di Kota Malang.
Tempat pemasaran tersebut di anggap pas untuk memasarkan produk pemasaran yang
kami tawarkan.
Sedangkan data lainnya yaitu pengumpulan data dengan menggunakan metode
wawancara didapatkan respons yang cukup baik dari para konsumen. Kebanyakan dari
mereka menanggapi positif dari cara kami memasarkan atau pun merespons positif produk
perikanan yang kami tawarkan. Namun terkadang sebagian konsumen masih banyak yang
menganggap produk perikanan sebagai makanan yang asing bagi mereka, sehingga
beberapa konsumen sempat menolak atau tidak ingin membeli produk yang kami tawarkan.
Namun ada juga yang menganggap produk olahan perikanan sebagai alternatif makanan
yang cukup unik bagi mereka, sehingga banyak yang tertarik untuk membeli produk
yang kami tawarkan adalah produk olahan seperti Crspy. Karena mereka menganggap
makanan tersebut lebih higienis dan berbeda dari produk olahan lainnya.
Selain memperoleh data menggunakan metode wawancara, pengumpulan data yang
lainnya adalah menggunakan kuisioner . Dari data kuisioner yang didapatkan pada saat
melakukan pemasaran didaerah Tata Surya, kami mengetahui bahwa masarakat daerah Tata
Surya menaruh minat lebih pada produk perikanan Batari . Hal ini dikarenakan masih
jarangnya produk batari yang diperjual belikan.
Menurut Rahardjo (2011), observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan
menggunakan panca indera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk memperoleh
informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil observasi berupa
aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi
seseorang. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau
kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian.
2.1.2 Data sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder
umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data
dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.
Menurut Kandari (2010), sebelum proses pencarian data sekunder dilakukan, kita
perlu melakukan identifikasi kebutuhan terlebih dahulu. identifikasi dapat dilakukan
dengan cara membuat pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1) Apakah kita
memerlukan data sekunder dalam menyelesaikan masalah yang akan diteliti? 2) Data
sekunder seperti apa yang kita butuhkan? Identifikasi data sekunder yang kita
butuhkan akan membantu mempercepat dalam pencarian dan penghematan waktu serta
biaya.
2
secara otomatis akan tetapi melalui suatu proses mekanisme pasar yakni tarik menarik antara
kekuatan pembeli dengan permintaannya dan kekuatan penjual dengan penawarannya.
Berdasarkan pengertian tersebut maka harga keseimbangan dapat diartikan harga yang
terbentuk pada titik pertemuan kurva permintaan dan kurva penawaran. Terbentuknya harga
dan kuantitas keseimbangan di pasar merupakan hasil kesepakatan antara pembeli
(konsumen) dan penjual (produsen) di mana kuantitas yang diminta dan yang ditawarkan
sama besarnya. Jika keseimbangan ini telah tercapai, biasanya titik keseimbangan ini akan
bertahan lama dan menjadi patokan pihak pembeli dan pihak penjual dalam menentukan
harga (Kotler, 2005).
2.3 Pengertian Harga
Harga merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam pemasaran suatu
produk, karena harga adalah satu dari empat baur pemasaran (product, price, place,
promotion). Harga adalah suatu nilai tukar dari produk barang maupun jasa yang dinyatakan
dalam satuan moneter. Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu penjualan
karena harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dari
penjualan produknya baik berupa barang maupun jasa. Menetapkan harga terlalu tinggi akaan
menyebabkan penjualan akan menurun, namun jika harga terlalu rendah akan mengurangi
keuntungan
2.4 Kebijakan Harga
Kebijaksanaan penentuan harga jual barang yang dihasilkan dari sumberdaya alam,
sesungguhnya erat sekali hubungannya dengan usaha pemasaran barang (marketing) yang
dilaksanakan. Dalam pemasaran, untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan sangat
diperlukan adanya berbagai informasi. Demikian pula dalam menentukan salah satu
kebijaksanaan harga jual barang Khusus mengenai kebijaksanaan harga jualbarang yang di
produksi. Sebenarnya masalah penjualan dan penetapan harga itu merupakan salah satu
bagian dari rencana kerja dalam rangka persiapan penjualan. Tugas bagian penjualan itu
meliputi pekerjaan persiapan penjualan dan pelaksanaannya. Justru dalam persiapan
penjualan inilah sebenarnya lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan yang antara lain
mengadakan penelitian tentang:
cuaca yang tak menentu, dsb. Akibat harga yang meningkat tersebut, banyak produk terkait
yang menjadi ikut mahal. Konsumen juga akhirnya mengurangi konsumsi mereka terhadap
ikan atau produk perikanan.
2.8 Kebijakan harga perikanan dan peternakan
Sebenarnya perikanan dan peternakan sudah termasuk dalam naungan pertanian,
karena jika ditinjau dari pengertian pertanian, yang memanfaatkan sumberdaya hayati.
Kebanyakan kebijakan-kebijakan harga dalam peternakan dan perikanan juga sama dengan
kebijakan pada pertanian, misalnya pada kebijakan pemasaran atau kebijakan input, Tak ada
yang bisa memungkiri bahwa Indonesia adalah negeri yang dikelilingi oleh perairan. Potensi
perairan yang terkandung di bumi indonesia adalah keberkahan yang tak ternilai harganya.
Potensi perairan di Indonesia adalah domain garapan dari kementerian kelautan dan
perikanan. Kementerian inilah yang mengeluarkan kebijakan-kebijakan berkenaan dengan
pengelolaan, pemanfaatan termasuk penegakan hukum di sektor perairan.Orientasi
pengelolaan sektor perairan harus mampu memenuhi sebesar- besarnya kemakmuran rakyat
seperti yang tertuang dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 3. Oleh karena itu, dibutuhkan
kebijakan-kebijakan yang pro rakyat.
Kebijakan impor ikan yang kembali dibuka oleh Menteri Kelautan dan Perikanan
dianggap sebagai kebijakan yang memotong pendapatan nelayan lokal. Alasan dibukanya
impor ikan tersebut adalah untuk memenuhi kekuranganproduksi bagi perusahaan
pengolahan ikan, tetapi pada kenyataannya ikan impor tersebut banyak masuk ke pasar
tradisional, menyebabkan ketidakstabilan harga ikan di pasaran. Ikan-ikan yang diimpor pun
adalah ikan yang banyak ditemui di perairan Indonesia, seperti ikan tongkol, ikan kembung,
dan lain-lain. Harga ikan impor yang sangat murah menyebabkan harag ikan turun, karena
pasar telah dipenuhi oleh ikan impor, akhirnya hasil tangkapan nelayan lokal tidak laku
terjual karena tidak dapat berdaing dengan harga ikan impor tersebut Dalam peternakan pun,
tidak jauh dari impor. Sejak tahun 2010, pemerintah dengan gencarnya melakukan impor sapi
ke Indonesia. Hal itu ditujukan untuk memenuhi kebutuhan nasional yang tinggi. Kemudian
diterapkan pula peraturan tentang ekspor ternak, dimana binatang ternak pedaging tidak
diimpor hidup- hidup, melainkan diimpor setelah disembelih. Tetapi, pada pertengahan tahun
2011 kemarin, pemerintah membuka impor sapi dari australia. Dengan adanya peraturan
tersebut, mengakibatkan para peternak dalam skala kecil menyerah untuk melanjutkan
usahanya karena merugi dan akhirnya enggan untuk beternak lagi.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah kami jelaskan diatas, bisa ditarik kesimpulan, bahwa
pada dasarnya kebijakan pemerintah sebenarnya bertujuan untuk mensejahterakan
masyarakatnya. Namun, pemerintah menjadi dilema saat kepentingan konsumen bertubrukan
dengan kepentingan produsen. Impor produk tani dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi
permintaan konsumen yang berlebihan, malah menjadi bumerang bagi para produsen, yang
menjadi merugi karena dagangannya kalah saing dengan produk impor. Kebiasaan konsumtif
masyarakat yang sudah mendarah daging yang harus diberantas. Jangan ada lagi pengalihan
lahan pertanian. Jika masyarakat terus konsumtif, dan tidak produktif, bagaimana jika suatu
saat nanti terjadi kelangkaan bahan makanan karena bencana atau sebab lainnya di negara
yang biasa mengekspor ke indonesia (vietnam, thailand, atau australia contohnya), tentu
mereka akan mengurangi ekspor mereka untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Jika hal
tersebut terjadi, maka dari mana masyarakat indonesia akan mencukupi kebutuhan akan
pangan jika tidak menggiatkan usahatani. Dilihat dari faktor produksi, Indonesia memiliki
lahan luas yang bisa dipergunakan untuk pertanian. Tinggal bagaimana pemerintah
mendukung para usahatani agar tidak merugi, maka akan banyak para investor yang
menanamkan sahamnya dibidang pertanian Contohkan saja negeri China, yang memberikan
suku bunga kredit bank komersil sebesar 5,31%, sehingga memberikan kemudahan bagi para
pelaku usahatani. Jika dibandingkan bunga kredit pertanian indonesia yang sebesar 14%,
wajar saja masyarakat Indonesia memilih bekerja sebagai pegawai negeri daripada pelaku
usahatani, karena dari segi finansial, mereka berpendapat bekerja di bidang usahatani kurang
menguntungkan
3.2 Saran
Dalam memperkirakan harga perikanan atau yang sudah menjadi suatu produk hal
harus dilakukan adalah menngetahui data primer dan sekunder,, agar kita dapat mengetahui
keadaan yang akan menjadi tempat pemasaran kita sehingga kita dapat menyesuaikan jenis
ikan apa dan produk perikanan seperti apa yang akan kita pasarkan di lokasi tersebut yang
tentunya tidak merugikan pihak perusahaan, dan harga dapat di jangkau oleh konsumen dan
memahami metode penetapan harga, dan setelah kita memperkirakan harga yang akan kita
tetapkan kita juga harus memikirkan efek dari harga tersebut agar tidak terjadi efek atau
pengaruh terhadap nilai jual dan produk perikanan terhadap harga yang telah kita perkirakan
agar tidak terjadi kerugian
Daftar Pustaka
m.okezone.com/read/2011/11/28/19/535319
pasfmpati.com/101/index.php?
option=com_content&view=article&id=45:joomla-communityportal&catid=1:latest-news
mycopypast.blogspot.com/2010/01/tujuan-metode-pendekatan-penetapan.html
mycopypast.blogspot.com/2010/01/cara-cara-penetapan-harga-produk.html
mycopypast.blogspot.com/2010/01/kebijakan-penetapan-harga-produk.html
shugabst2.blogspot.com/2011/02/macam-macam-kebijakan-pertanian.html
id.wikipedia.org/wiki/pertanian
m.kompasiana.com/post/bisnis/2011/12/07/kebijakan-impor-ikan-sama-denganmenghianati-nelayan/
faridmudlofar.blogspot.com/2011/06/politik-dan-kebijakan-perikanan.html
m.kompasiana.com/post/agrobisnis/2011/06/12/sapi-australia-untuk-siapa/