Anda di halaman 1dari 22

Dhaniquinchy's Blog

Just another WordPress.com weblog


PERS DI MASA ORDE BARU
Next Generation Network (NGN)

Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua dengan


Prestasi Belajar Siswa
BAB I
PENDAHULUAN
1. A. Latar Belakang
Seperti yang diketahui bahwa, saat ini dunia sedang mengalami resesi ekonomi. Hal ini tentu
memberikan dampak yang cukup signifikan baik secara langsung maupun tidak langsung
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut Iman Sugema (2008) mengemukakan
bahwa resesi ekonomi yang kini melanda Amerika Serikat, juga gejolak keuangan di
beberapa belahan dunia, tidak boleh dipandang dengan sebelah mata. Pemerintah harus
waspada dan antisipatif karena resesi ekonomi Amerika Serikat kemungkinan akan semakin
paran sehingga bisa berdampak hebat terhadap kehidupan ekonomi di dalam negeri. Di sisi
lain, faktor keuangan di beberapa belahan dunia yang lain kini juga bergejolak dan potensial
berimbas ke mana-mana, termasuk ke Indonesia. Fakta ini menunjukkan bahwa status
perekonomian suatu negara sangat berpengaruh terhadap kehidupan seseorang. Permasalah
ekonomi tersebut saling berpengaruh dan berdampak pada pendidikan anak-anak mereka.
Coteman (Hasan, 2002;10) mengemukakan masalah ekonomi bahwa :
Di beberapa Negara berkembang banyak menyoroti masalah perbedaan tingkat pencapaian
hasil belajar antara sekolah, yakni perbedaan latar belakang sosial ekonomi anak didik yang
akan menyebabkan perbedaan sosial cultural yang besar pada sekolah, yang akan mendorong
pada perkembangan sekolah untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal. Kondisi
tersebut dapat menghambat pada sebagian orang tua untuk berpartisipasi dalam pengelolaan
pendidikan di sekolah. Jumlah pendapatan orang tua secara keseluruhan sangat
mempengaruhi dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab seseorang, lebih-lebih
tanggung jawab orang tua terhadap anaknya dalam proses pendidikan.
Menyongsong era globalisasi yang akan datang yang tak terelakkan dewasa ini, pemerintah
telah berusaha semaksimal mungkin melakukan berbagai upaya untuk lebih mengutamakan
pendidikan. Upaya tersebut hampir mencakup segala komponen pendidikan, seperti
perubahan kurikulum, pengadaan buku pelajaran dan sarana belajar lainnya. Penyempurnaan
sistem pendidikan, penataan organisasi dan usaha-usaha lain yang berkaitan dengan
peningkatan pendidikan.
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sanjaya, 2006 : 65) yang berbunyi:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Sebegitu jauh tujuan pendidikan tersebut, maka secara umum siswa dilatih untuk terampil
mengembangkan penalaran, terutama dalam ilmu pengetahuan. Setiap manusia mempunyai
aktifitas-aktifitas yang telah membudaya maksud membudaya di sini adalah aktivitasaktivitas atau perilaku-perilaku yang bereksistensi secara micro atau dalam kaitan yang kecil.
Dan khusus dipandang sebagai insan pelajar yang hidup dalam struktur sosial yang micro
yakni keluarga dan latar belakang interaksi-interaksi sosialnya yang berlangsung
Pendidikan selalu berkenaan dengan pembinaan manusia, maka keberhasilan pendidikan
sangat tergantung pada unsur manusianya. Unsur manusia yang penting atau yang
menentukan keberhasilan pendidikan adalah pelaksanaan pendidikan itu sendiri yaitu guru.
Gurulah ujung tombak pendidikan, sebab guru secara langsung berupaya mempengaruhi,
membina, dan mengembangkan kemampuan siswa agar menjadi manusia yang cerdas,
terampil, dan mempunyai moral yang tinggi.
Peningkatan mutu pendidikan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berkaitan dalam
satu sistem, di mana satu sama lainnya tidak boleh mengalami ketimpangan. Oleh karena itu,
dalam lingkup sekolah diharapkan terjadi pola hubungan yang serasi antara beberapa bagian
seperti keberadaan guru, sarana dan prasarana belajar, keadaan ekonomi siswa, lingkungan
sekitar sekolah, dan kebijakan pemerintah. Salah satu komponen pendidikan yang perlu
mendapatkan perhatian serius adalah komponen siswa sebagai salah satu komponen penting
dalam kemajuan pendidikan, merupakan sekelompok orang yang dijadikan subyek belajar
dan dapat dijadikan ukuran dalam menilai peningkatan pendidikan pada bangsa dan negara.
Meningkatnya prestasi belajar yang diperoleh siswa dapat diukur dari nilai hasil belajar yang
dicapainya. Hasil belajar yang diperoleh siswa pada suatu jenjang pendidikan dapat dijadikan
dasar sebagai indikator untuk mengukur kemampuan siswa dalam menguasai pelajaran pada
jenjang sebelumnya. Dalam skala yang lebih kecil misalnya sekelompok siswa sebagai
subyek belajar merupakan sesuatu hal yang sangat memegang peranan penting dalam
keberhasilan pendidikan diukur dengan nilai atau angka.
Siswa yaitu manusia yang hidup dalam satu lingkungan sosial yang micro atau kecil yaitu
keluarga. Peranan keluarga sebagai pendorong perkembangan pengetahuan individu
dipengaruhi oleh interaksi sosialnya yang dinamis, dan status sosial ekonomi keluarga. Jika
perekonomian cukup, lingkungan material yang dihadapi siswa dalam keluarganya itu lebih
luas, maka ia dapat kesempatan yang luas pula untuk mengembangkan berbagai
kecakapannya. Termasuk di dalamnya menu-menu makanan guna kesehatan yang baik, serta
sikapnya terhadap lingkungan keluarga, hubungan dengan orang tua dan saudaranya yang
dinamis dan wajar.
Faktor yang sangat mempengaruhi proses belajar mengajar dapat digolongkan menjadi dua,
golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern dapat diartikan sebagai faktor
dari dalam individu, sebagai peranan utama sebagai subyek belajar, seperti kesehatan,
kenormalan tubuh, minat, watak. Faktor intern sangat perlu mendapatkan perhatian bagi
peningkatan prestasi belajar. Sedangkan faktor ekstern seperti faktor keluarga dan
lingkungan. Faktor keluarga dapat berupa keadaan atau kondisi ekonomi orang tua atau

keluarga siswa. Peranan ekonomi orang tua secara umum dapat dikatakan mempunyai
hubungan yang positif terhadap peningkatan prestasi belajar siswa ini disebabkan proses
belajar mengajar siswa membutuhkan alat-alat atau seperangkat pengajaran atau
pembelajaran, di mana alat ini untuk memudahkan siswa dalam mendapatkan informasi,
pengelolaan bahan pelajaran yang diperoleh dari sekolah.
Keadaan ekonomi orang tua siswa turut mendukung siswa dalam pengadaan sarana dan
prasarana belajar, yang akan memudahkan dan membantu pihak sekolah untuk peningkatan
proses belajar mengajar. Seperangkat pengajaran atau pembelajaran membutuhkan biaya
yang tidak sedikit. Perangkat belajar mengajar maksudnya buku-buku pelajaran, pensil,
penggaris, buku-buku Lembar Kerja Soal (LKS), penghapus, dan lain-lain.
Pada kesempatan ini peneliti ingin meneliti tentang : Hubungan antara tingkat pendidikan,
tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan orang tua siswa dengan prestasi belajar siswa.
Uraian di atas mendasari sehingga peneliti memberi Judul Penelitian ini Hubungan Status
Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa SMK Negeri 2 Palopo
Jurusan.
1. B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya, maka rumusan masalahnya dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran status sosial ekonomi orang tua siswa SMK 2 Negeri Palopo
Jurusan Otomotif ?
2. Seberapa besar prestasi belajar siswa SMK Negeri 2 Palopo Jurusan Otomotif?
3. Apakah terdapat hubungan antara status sosial ekonomi orang tua siswa dengan
prestasi siswa SMK Negeri 2 Palopo Jurusan Otomotif ?
1. C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mendapat gambaran status sosial ekonomi orang tua siswa SMK 2 Negeri
Palopo Jurusan Otomotif.
2. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa SMK Negeri 2 Palopo Jurusan Otomotif.
3. Untuk mengetahui hubungan antara status sosial ekonomi orang tua siswa dengan
prestasi siswa SMK Negeri 2 Palopo Jurusan Otomotif.
1. D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah atau instansi terkait, hasil penelitian ini dapat menjadi bagian
informasi dan sumbangan pemikiran terhadap arah kebijaksanaan yang akan ditempuh

oleh pemerintah atau instansi terkait sehubungan dengan upaya peningkatan prestasi
belajar siswa SMK Negeri 2 Palopo Jurusan Otomotif .
2. Bagi sekolah dan orang tua siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat berupa bahan informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan prestasi
belajar
3. Bagi penulis atau peneliti, hasil penelitian ini merupakan latihan bagi penulis dalam
mengaplikasikan teori dan menghubungkannya dengan kenyataan untuk
mengumpulkan pikiran dan analisis secara sistematis dalam memecahkan masalah
yang timbul di masyarakat dengan menggunakan metode ilmiah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
1. A. Tinjauan Pustaka
2. 1. Pengertian belajar
Slameto (2003;2) mengungkapkan bahwa belajar sebagai suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Sementara Hamalik (2001;28) menjelaskan bahwa belajar adalah suatu
perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Lebih lanjut lagi
hamalik menyatakan bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
pengalaman.
Sejalan dengan itu Gulo (2002:73) memberikan batasan tentang belajar yaitu seperangkat
kegiatan, terutama kegiatan mental intelektual, mulai dari kegiatan yang paling sederhana
sampai kegiatan yang rumit. Mudjiono dan Dimyati (2000:10) mengatakan bahwa
pengertian belajar yaitu merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa isi.
Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai.
Hakim (2002:1) menjelaskan pengertian belajar yaitu suatu proses perubahan di dalam
kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan
kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan
kemampuan.
Belajar itu sendiri dapat pula diartikan sebagai aktivitas pengembangan diri mulai
pengalaman yang bertumpu pada kemampuan diri belajar di bawah bimbingan guru.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu
proses yang dilakukan oleh individu sehingga dapat membawa perubahan tertentu terhadap
tingkah laku, sikap, keterampilan dan pengetahuan secara sadar dan bertahap sebagai akibat
dari interaksi dengan lingkungannya. Sikap dan tingkah laku pemahaman tentang konsep
belajar secara teoritis cukup beragam pandangan dan tinjauan yang dicapainya.
Slameto (1991:2) menuliskan secara khusus tentang pengertian belajar sebagi berikut:

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Kegiatan belajar pada akhirnya bertumpuh pada suatu tujuan, yaitu terjadinya perubahan dan
hasil belajar tertentu yang diharapkan adalah perubahan ke arah yang lebih baik dan positif.
Sardiman AM (1988:23) menjelaskan pemahaman lain tentang belajar adalah sebagai berikut:
Belajar adalah membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak
hanya berkaitan dengan pemahaman ilmu pengetahuan tetapi juga berbentuk kecakapan,
keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak dan penyesuaian diri.
Dari beberapa kutipan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manusia jika tanpa kegiatan
untuk belajar akan menyebabkan manusia tidak akan ditinggalkan keberadaannya sebagai
manusia jika melalui proses pendidikan.
Nana Sudjana (1989:5) mengemukakan pandangan lain tentang belajar yaitu suatu proses
yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seorang. Perubahan sebagai hasil dari
proses belajar yang ditujukan dalam berbagai bentuk.
Lester dan Alice Craw (Roestiyah, 1986:8) mengemukakan bahwa belajar adalah kebiasaan,
pengetahuan dan sikap. Selanjutnya belajar diartikan luas oleh A.Tabrani Rusyan dkk (1998)
sebagai berikut:
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan,
penggunaan, dan penilaian, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai
aspek kehidupan atau pengakuan yang terorganisasi.
Dari pengertian di atas terdapat kata perubahan yang berarti seseorang yang telah mengalami
proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik dalam aspek pengetahuannya,
keterampilannya, maupun dalam sikapnya. Perlu bahan tingkah lakunya dalam aspek
pengetahuan ialah dan tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti, dalam
aspek keterampilan ialah dari tidak terampil menjadi terampil.
Menurut Burton (Usman 1990:2) mengemukakan bagian lain sehubungan dengan pengertian
belajar menjelaskan bahwa:
Belajar adalah sebagai perubahan tingkah laku dari individu dengan lingkungannya.
Perubahan yang berarti bahwa seseorang telah mengalami sesuatu proses belajar, akan
mengalami perubahan tingkah laku baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan dan aspek
sikap.
Segala apa yang dimiliki oleh alat indera manusia merupakan alat bantu yang digunakan
untuk belajar dalam pengertian memudahkan untuk memahami gejala atau obyek agar terjadi
perubahan sikap dan tingkah laku yang lebih nyata.
Nilai perubahan yang diharapkan dalam proses belajar bukanlah perubahan tanpa arah yang
jelas, tetapi harus mencakup suatu arah pembinaan yang lebih terarah sesuai dengan tujuan
pendidikan dalam skala yang lebih luas.

Sardiman (1988:30) mengemukakan hal ini kembali yaitu :


Pada intinya tujuan belajar itu mendapatkan pengetahuan keterampilan dan penanaman
sikap mental dan nilai-nilai. Pencapaian tujuan belajar berarti akan menghasilkan belajar.
Relevan dengan uraian mengenai tujuan belajar tersebut.
Belajar merupakan kegiatan yang penting dalam kegiatan manusia, karena belajar terwujud
perubahan tingkah laku, sikap pengetahuan dan keterampilan sehingga maju mundurnya
pribadi manusia dapat dinilai dan kegiatan tidaknya orang tersebut berproses dalam kegiatan
belajar yang baik yaitu perubahan ke arah yang lebih positif. Tujuan yang lebih mendasar
yaitu terlepas dari kebodohan dan menciptakan masyarakat negara yang mandiri.
1. 2. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa
Sebagaimana sudah dijelaskan pada bagian terdahulu bahwa belajar merupakan kegiatan
yang dilakukan dengan penuh kesadaran untuk menghadapkan pada suatu perubahan ke arah
yang lebih maju. Kegiatan belajar akan berjalan dengan lancar jika didukung oleh faktorfaktor yang menyebabkan seseorang yang mengalami hambatan dalam usahanya untuk
memenuhi suatu gejala atau obyek yang sedang atau yang akan dipelajari jika terjadi hal yang
sebaliknya, maka seseorang yang melakukan kegiatan belajar dapat dikatakan gagal dalam
memahami gejala atau obyek sehingga usaha belajarnya tidak mampu membawa ke arah
perubahan yang diharapkan.
Slameto (1991:54 ) mengatakan bahwa dalam melakukan kegiatan belajar ada banyak faktor
yang mempengaruhinya, namun secara mendasarkan faktor tersebut dapat dibagi dalam
cakupan besar faktor ekstern dan intern.
Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar pada dasarnya dikategorikan menjadi dua bagian,
yaitu faktor intern dan faktor ekstern:
1. Faktor intern adalah faktor yang bersumber dari dalam individu. Faktor-faktor yang
bersifat intern yang dapat menjadi penyebab kesulitan belajar misalnya: cacat fisik
alat indera, sakit atau gangguan kesehatan lainnya. Sedangkan psikis misalnya:
motivasi, konsentrasi, minat, bakat serta kecenderungan lingkungan belajar dan lainlain.
2. Faktor ekstern adalah faktor yang bersumber dari luar diri individu, seperti pengaruh
sarana, dan prasarana pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan sosial siswa di
sekolah, kurikulum di sekolah dan lain-lain.
Slameto (1991:54-60) menguraikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar siswa.
Adapun faktor-faktor yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. a. Faktor sosial ekonomi
Dalam lingkungan masyarakat kita melihat bahwa ada pembeda-bedaan yang berlaku dan
diterima secara luas oleh masyarakat. Di sekitar kita ada orang yang menempati jabatan
tinggi seperti gubernur dan walikota dan jabatan rendah seperti camat dan lurah. Di sekolah
ada kepala sekolah dan ada staf sekolah. Di RT atau RW kita ada orang kaya, orang biasa saja
dan ada orang miskin.

Perbedaan itu tidak hanya muncul dari sisi jabatan tanggung jawab sosial saja, namun juga
terjadi akibat perbedaan ciri fisik, keyakinan dan lain-lain. Perbedaan ras, suku, agama,
pendidikan, jenis kelamin, usia atau umur, kemampuan, tinggi badan, cakep jelek, dan lain
sebagainya juga membedakan manusia yang satu dengan yang lain.
Beragamnya orang yang ada di suatu lingkungan akan memunculkan stratifikasi sosial
(pengkelas-kelasan) atau diferensiasi sosial (pembeda-bedaan).
Menurut Ralph Linton Status sosial adalah sekumpulan hak dan kewajiban yang dimiliki
seseorang dalam masyarakatnya. Orang yang memiliki status sosial yang tinggi akan
ditempatkan lebih tinggi dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan orang yang status
sosialnya rendah.
Selanjutnya Menurut Barger Kelas sosial adalah stratifikasi sosial Ekonomi dalam hal ini
cukup luas yaitu meliputi juga sisi pendidikan dan pekerjaan karena pendidikan dan
pekerjaan seseorang pada zaman sekarang sangat mempengaruhi kekayaan atau
perekonomian individu.
Keberhasilan suatu kegiatan belajar yang dilakukan oleh setiap individu sangat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yang dianggap cukup berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar
siswa di sekolah adalah faktor sosial ekonomi atau faktor keadaan ekonomi.
Slameto (1991:65) menjelaskan bahwa: keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan
hasil belajar anak. Kebutuhan-kebutuhan anak harus terpenuhi adalah : makanan, pakaian,
kesehatan, dan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, buku-buku.
Fasilitas belajar ini hanya dapat terpenuhi jika orang tuanya mempunyai cukup uang.
Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan anak kurang terpenuhi akibatnya
kesehatan anak kurang terganggu sehingga belajar anak juga terganggu. Akibat yang lain
adalah anak selalu dirundung kesedihan sehingga anak merasa minder dengan teman lain, ini
pasti mengganggu prestasi belajar anak.
Dari kutipan yang diungkap oleh Slameto jelas memberikan perbandingan gambaran antara
siswa yang berada dalam kehidupan orang tua yang cukup mampu secara ekonomi akan
mendukung atau mendorong bahkan dapat mengacu prestasi belajar seorang siswa jika
dibandingkan dengan siswa yang berada dalam lingkungan keluarga yang kurang mampu.
Siswa yang hidup di lingkungan keluarga di mana secara ekonomi orang tuanya dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya, karena tidak dapatlah dipungkiri bahwa salah satu yang
mendukung kelancaran siswa menghadapi proses belajar adalah apabila terpenuhi
kebutuhannya dalam hal ekonomi dalam menunjang prestasi belajar.
Dari beberapa uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ruang lingkup status sosial
ekonomi meliputi tingkat pendidikan dan tingkat pekerjaan (pendapatan) karena pendidikan
dan pekerjaan seseorang pada zaman sekarang sangat mempengaruhi kekayaan atau
perekonomian individu.
Keberhasilan suatu kegiatan belajar yang dilakukan oleh setiap individu sangat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yang dianggap cukup berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar
siswa di sekolah adalah faktor sosial ekonomi yang terdiri dari tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan, jumlah tanggungan dalam keluarga.

1) Tingkat pendidikan
Dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, tentang pembaharuan
sistem pendidikan nasional, pembaharuan dimaksud adalah memperbaharui visi, misi dan
strategis pembangunan pendidikan nasional. Pendidikan nasional mempunyai visi
terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk
memperdayakan semua warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang
berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
Pendidikan nasional mempunyai misi antara lain:
1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang
bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia;
2. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak
usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar.
3. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk
mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral.
4. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat
pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai
berdasarkan standar nasional dan global
5. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan
berdasarkan prinsip otonomi daerah dalam konteks Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Berdasarkan visi dan misi pendidikan nasional tersebut, pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan bentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Pembaharuan sistem pendidikan memerlukan strategi tertentu. Strategi pembangunan
pendidikan nasional dalam undang-undang ini meliputi:
1)

Pelaksanaan pendidikan agama serta akhlak mulia.

2)

Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi.

3)

Proses pembelajaran yang mendidik dan dialogis.

4)

Evaluasi, akreditas, dan sertifikasi pendidikan yang memberdayakan.

5)

Peningkatan keprofesionalan pendidik dan tenaga ke pendidikan.

6)

Penyediaan sarana belajar yang mendidik.

7)

Pembiayaan pendidikan yang sesuai dengan prinsip pemerataan dan berkeadilan.

8)

Penyelenggaraan pendidikan yang terbuka dan merata;

9)

Pelaksanaan wajib belajar.

10) Pelaksanaan otonomi manajemen pendidikan.


11) Pemberdayaan perang masyarakat.
12) Pusat pembudayaan dan pembangunan masyarakat.
13) Pelaksanaan pengawasan dalam sistem pendidikan nasional.
Dengan strategi tersebut diharapkan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional dapat terwujud
secara efektif dengan melibatkan berbagai pihak secara aktif dalam penyelenggaraan
pendidikan. Pembaruan sistem pendidikan Nasional perlu pula disesuaikan dengan
pelaksanaan otonomi daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia.
Tujuan pendidikan nasional tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, pada
pasal 15. Mengemukakan keseluruhan pendidikan antara lain:
a)
Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan
perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi.
b)
Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta
didik terutama untuk bekerja dalam bidan tertentu.
c)
Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan pascasarjana
yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.
d) Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah sarjana yang mempersiapkan
peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.
e)
Pendidikan lokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik
untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal setara dengan program
sarjana.
f)
Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah dan tinggi yang
mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan
pengetahuan tentang ajaran agama dan / atau menjadi ahli ilmu agama.
g)
Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang
berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan
secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat dasar dan menengah.
Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang diselenggarakan dalam
bentuk-bentuk perguruan tinggi, seperti akademik, Politeknik, sekolah tinggi, institut, dan
universitas.

Menurut peraturan pemerintah Nomor 30 Tahun 1990 Tentang pendidikan tinggi seperti,
mengemukakan tujuan pendidikan sebagai berikut:
1. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memeliki kemampuan
akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan. Mengembangkan dan/atau
menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.
2. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian
serta mengupayakan penggunaan untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat
dan memperkaya kehidupan nasional.
Untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi tersebut. Lembaga pendidikan tinggi di Indonesia
melaksanakan tiga misi Tridarma pendidikan tinggi di Indonesia yaitu misi pendidikan,
penelitian dan pengkajian di bidang IPTEK, serta memberikan pengabdian kepada
masyarakat bagi kemanusiaan dan sesuai dengan kebutuhan pembangunan.
Dalam proses pendidikan tersebut akan nampak pengaruhnya yang nyata dalam tingkah laku.
Keterampilan dan pengetahuan. Apabila telah memperoleh pendidikan maka di dalam dirinya
telah terjadi proses perubahan dan pembudayaan yang akan meningkatkan harkat dan
martabat sebagai manusia. Perubahan ini akan meningkat kualitasnya sebagai sumber daya
manusia dan sekaligus akan menambah kemampuan memperbaiki mutu hidupnya dan
kesejahteraan keluarganya. Di lain pihak pendidikan tidak hanya untuk mengembangkan
pribadi tetapi bersifat lebih luas yaitu untuk mengembangkan masyarakat.
Untuk meningkatkan kualitas sumber daya keluarga. Sektor pendidikan khususnya
pendidikan formal. Memegang peranan yang penting. Karena pendidikan berusaha untuk
memanusiakan manusia. Sewajarnyalah jika ahli filsafat Imanuel Kant mengemukakan
bahwa Manusia hanya akan dapat menjadi manusia karena dan oleh pendidikan.
Beberapa ahli menjelaskan pandangan tentang manfaat pendidikan formal dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup.
Wijaya (2007 : 2) mengemukakan bahwa jalur pendidikan formal sangat penting sebagai
pedoman dasar-dasar pengetahuan, sikap, mental, kreativitas dan keinginan untuk maju.
Tirtaraharja (1997 : 1) mengemukakan bahwa: Pendidikan itu diharapkan membantu
manusia untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi kemanusiaannya.
Untuk membangun dan mempertahankan hidup secara layak keluarga diharapkan mampu
menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan tanggapan terhadap informasi-informasi
khususnya bagaimana membangun suatu keluarga sejahtera.
Suatu masyarakat atau bangsa hanya dapat berkembang dan maju apabila warga
masyarakatnya telah memiliki tingkat pendidikan yang tinggi untuk melakukan pembangunan
dan memberikan hasil yang dinyatakan dalam pembangunan. Kenyataan di negara-negara
maju membuktikan bahwa negara yang ekonominya kuat dan laju pertumbuhan yang mantap
adalah juga negara-negara dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi bagi rata-rata
penduduknya. Sebagai contoh dapat dikemukakan hasil studi Edwar E. Denison, Simanjuntak
(Andarias, 1995 : 17) yang menyatakan bahwa 23% dan pertumbuhan pendapatan nasional

Amerika Serikat pada tahun 1929 sampai dengan tahun 1957 merupakan kontribusi
pertambahan kualitas pekerja yang terutama diakibatkan oleh peningkatan pendidikannya.
Salah satu aspek positif sebagai akibat pengaruh pendidikan terhadap sumber daya manusia
adalah peningkatan mutu kerjanya. Hasil penelitian Sukmono (Andarias, 1990;12)
mengemukakan bahwa pendidikan mempengaruhi keterampilan. Kaitannya dengan kualitas
tenaga kerja dalam masyarakat dapat dilihat pada besarnya upah/gaji sebagai pencerminan
dan prokduktifitas kerja. Ini membuktikan bahwa pendapatan rata-rata pekerja yang
berpendidikan tinggi lebih besar dibandingkan dengan pekerja yang berpendidikan rendah.
Dengan demikian jelaslah bahwa pendidikan khususnya pendidikan formal merupakan
investasi besar dalam suatu pembangunan keluarga sejahtera. Karena melalui pendidikan
dapat diciptakan manusia-manusia yang memiliki pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap
dalam suatu pembangunan. Untuk itulah pendidikan perlu mendapat perhatian yang sungguhsungguh baik dan individu, keluarga, dan masyarakat.
2) Tingkat pendapatan
Salah satu konsep pendapatan yang penting dalam seluruh ekonomi adalah konsep
pendapatan. Dalam hal ini konsep pendapatan yang biasanya diwujudkan dalam bentuk Gross
National Product (GNP) ataupun dalam bentuk pendapatan perkapita biasanya dijadikan tolak
ukur akan keberhasilan dalam sebuah perekonomian.
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai pendapatan maka ada baiknya penulis
mengemukakan beberapa ahli, antara lain.
Menurut Sumitro Djojohadikusumo (1960:16) Memberikan batasan pendapatan sebagai
berikut:Jumlah barang-barang dan jasa-jasa yang mempengaruhi tingkat kehidupan.
Simanjuntak (1981;21) mengemukakan bahwa pendapatan yaitu:
Semua penghasilan yang diterima oleh setiap orang dalam kegiatan ekonomi pada suatu
periode. Pendapatan adalah penghasilan yang berupa upah atau gaji, bunga, denda,
keuntungan, dan suatu arus uang yang diukur pada suatu periode waktu tertentu.
Selanjutnya Winardi (1969 : 88) berpendapat bahwa yang dimaksud dengan pendapatan
adalah :
Cara normal untuk memperoleh suatu pendapatan terdiri dari pada tindakan melakukan
prestasi ekonomi bernilai dengan perkataan lain. Dengan jalan menyelenggarakan jasa-jasa
atau produksi benda-benda untuk mana terdapat permintaan yang bertenaga.
Dari ketiga batasan yang dikemukakan di atas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa pendapatan
diartikan semua barang dan jasa serta uang diperoleh atau di terima oleh masyarakat dalam
satu tahun dan biasanya diwujudkan dalam skop nasional (National Income) dan adakalanya
dalam skop individual yang lazim disebut pendapatan perkapita (Personal income).
a) Jenis-Jenis Pendapatan

Dengan bertolak pada beberapa batasan pendapatan yang telah dikemukakan di atas, maka
garis besarnya pendapatan dapat dibagi atas dua jenis yaitu :
1)

Pendapatan nasional

Bila pendapatan National dilihat uang muka dapat disebut produksi nasional (National
Product), yakni, seluruh penghasilan yang diterima golongan masyarakat pemilik faktorfaktor produksi, yakni pemilik tanah, tenaga kerja, modal dan pemimpin dalam waktu
tertentu.
2)

Pendapatan perseorangan

Pendapatan perseorangan (Personal Incom) yakni seluruh penghasilan yang diterima oleh
masing-masing individu dalam kegiatan ekonomi pada suatu periode tertentu. Yakni selama
satu tahun. Personal income dapat dibedakan menurut nilai yang diterima yakni :
1. Pendapatan nominal, yakni pendapatan yang dinyatakan dalam bentuk sejumlah uang.
2. Pendapatan riil (nyata) yakni pendapatan sejumlah barang dan jasa yang dapat dibeli
dengan pendapatan normal.
3. Berdasarkan cara mengkaji, maka pendapatan perseorangan dapat dibagi atas
beberapa macam sebagai berikut:
1. Pendapatan perseorangan berupa upah, ialah sejumlah uang, barang atau jasajasa yang diterima oleh seseorang dalam periode tertentu atas pemakaian
tenaga atau pemikiran, terasuk dalam hal ini gaji pegawai negeri/ABRI dan
lain-lain.
2. Pendapatan perseorangan berupa pendapatan modal, ialah pendapatan
seseorang dan pemilik modal misalnya orang yang membeli surat-surat
berharga, uang menyimpan di bank akan menerima pendapatan berupa bunga
dan seterusnya. Yang kesemuanya itu mencerminkan bahwa semakin besar
modal yang dimiliki seseorang makan akan semakin besar pula
kesempatannya untuk memperoleh penghasilan yang benar.
3. Pendapatan pengusaha berupa pendapatan yang diterima pengusaha.
Pendapatan ini sering kali merupakan kumpulan dan beberapa pendapatan
misalnya upah pengusaha + pendapatan modal + keuntungan + upah
menanggung resiko dan lain-lain.
4. Pendapatan tani berupa pendapatan yang diperoleh karena penggarapan tanah.
Pendapatan tanah yang juga dapat terdiri dari kumpulan berbagai pendapatan
misalnya upah tenaga kerja, modal, resiko petani, dan pendapatan lebih dari
perbedaan letak kesuburan tanah.
Berdasarkan kedua jenis pendapatan yang telah dikemukakan, maka dalam penelitian ini jenis
pendapatan yang digunakan adalah pendapatan perseorangan atau lazim disebut pendapatan
perkapita (personal income).

b) Pendapatan orang tua


Tingkat pendapatan orang tua erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang
belajar selain harus dipenuhi kebutuhan pokoknya. Misalnya makanan, pakaian, perumahan,
kesehatan, dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi,
penerangan, alat tulis menulis, buku-buku, dan lain-lain sebagainya. Adanya fasilitas belajar
tersebut, akan memungkinkan anak untuk belajar dengan baik. Namun semua kebutuhan akan
fasilitas belajar tersebut baru akan terpenuhi dengan baik bila ekonomi keluarga memadai.
Untuk belajar anak memerlukan sarana dan prasarana yang dibutuhkan, misalnya membayar
uang SPP, alat tulis menulis, pakaian sekolah, buku-buku literatur, uang transportasi dan lainlainnya demikian pula ketenangan, keamanan, kesehatan baik jasmani maupun rohani.
Bagi keluarga yang tergolong pendapatannya rendah tentunya sulit baginya untuk
menyediakan sarana belajar minimal harus dipenuhi dengan baik. Mungkin tempat belajarnya
tidak ada, kalaupun ada tidak memenuhi persyaratan hanya merupakan tempat belajar yang
sederhana.
Anies (1979 ; 37) mengemukakan tentang pendapat dan tempat belajar yaitu :
Kemerosotan belajar di sekolah atau kesulitan belajar dipengaruhi pula oleh kemorosotan
sosial ekonomi orang tua, ada tidaknya tempat belajar sendiri, banyaknya anggota keluarga
yang tinggal dalam satu rumah dan fasilitas-fasilitas lainnya .
Juga demikian secara psikologi akan menimbulkan kekecewaan. Anak menjadi kecewa
karena memerlukan peralatan belajar tetapi tidak terpenuhi, akhirnya semangat untuk belajar
yang tadinya besar dapat menurun kembali. Dengan demikian faktor sosial ekonomi dalam
hal ini tingkat pendapatan orang tua merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar siswa.
3) Jumlah tanggungan
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap belajar anak adalah jumlah tanggungan orang
tua siswa. Jika orang tua siswa memiliki latar belakang sosial ekonomi yang cukup maka
akan terpenuhi segala kebutuhan, tetapi sebaliknya jika tidak maka hanya sebagian saja yang
mampu dipenuhi oleh orang tua.
Slameto menjelaskan bahwa keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar
anak. Anak sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makanan,
pakaian, perlindungan kesehatan dan lain-lain juga kebutuhan fasilitas belajar seperti ruang
belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku-buku dan lain-lain. Fasilitas belajar
ini hanya dapat terpenuhi jika mempunyai cukup uang. Jika siswa hidup dalam keluarga yang
miskin maka kebutuhan siswa akan kurang terpenuhi akibatnya kesehatan siswa akan
terganggu sehingga akan berdampak pada belajar siswa yang juga akan terganggu.
Sardiman (1998) mengemukakan sehubungan dengan pemenuhan kebutuhan sebagai
berikut :
Pemenuhan kebutuhan siswa di samping bertujuan untuk memberikan materi kegiatan
secepat mungkin, juga materi pelajaran yang sudah diselesaikan dengan kebutuhan biasanya

menjadi lebih menarik. Dengan demikian maka akan lebih membantu pelaksanaan proses
belajar mengajar. Adapun yang menjadi kebutuhan jasmanilah adalah seperti makan, minum,
tidur, pakaian, dan lain-lain.
Keadaan ekonomi yang memadai dapat diukur dengan tingkat pendapatan orang tua, jumlah
keluarga, dan besarnya beban tanggung jawab biaya yang dikeluarkan untuk masa waktu
tertentu. Kemampuan orang tua siswa secara positif dapat mendukung kemampuan belajar
siswa sebagai peserta didik yang dilihat dan peningkatan prestasi belajar atau minimal
mampu berada pada standar nilai prestasi yang cukup membanggakan.
1. 3. Prestasi belajar otomotif
Dalam peradaban modern, otomotif memegang peranan penting dalam rangka
mengembangkan kemampuan menghadapi masalah-masalah yang timbul sebagai akibat
interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Pada perubahan kurikulum 1998 yang
berlaku mulai tahun 1994, kelas satu dan dua sedangkan urutan materi pokok bahasan/sub
pokok bahasan akan dibahas secara teratur berdasarkan pembagian catur wulan, dan juga
menunjukkan tingkat kedalaman dan keluasan materi pokok yang akan diuraikan sekaligus
cara pembelajarannya pada mata pelajaran otomotif. Sebagaimana tercantum dalam garisgaris besar program pengajaran pada mata pelajaran otomotif di SMK adalah siswa memiliki
pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk mengembangkan kemampuan berpikir.
Konsep utama yang harus dipelajari oleh siswa pada mata pelajaran otomotif antara lain
wilayah, sumber daya, interaksi, kerja sama antar wilayah, jaga raya dan kelestarian
lingkungan. Konsep di atas memerlukan teknik,metode dan alat pengajaran yang berbedabeda. Sejalan dengan tujuan pengajaran otomotif dalam meningkatkan prestasi belajar maka
upaya guru bagaimana harus menggunakan metode yang efektif agar siswa bisa mengerti dan
memahami pelajaran otomotif, dalam peningkatan prestasi belajar otomotif di SMK tersebut.
Pelajaran otomotif sebagai sistem pembelajaran di dalamnya, terdapat pula metode ceramah
dan metode diskusi sebagai salah satu komponen dalam memberikan pengajaran kepada
siswa. Metode ini merupakan salah satu cara menyampaikan materi pelajaran melalui
penuturan secara lisan maupun secara tertulis untuk mencapai prestasi belajar pada mata
pelajaran otomotif.
Prestasi belajar mata pelajaran otomotif di sini dimaksud adalah pelajaran yang diberikan
oleh guru misalnya saja dengan menggunakan metode ceramah, harus menggunakan
kelompok eksperimen. Maksudnya adalah metode pelajaran yang berorientasi pada
pemberian informasi pelajaran yang disusun secara teratur untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Sedangkan pengajaran otomotif dengan menggunakan metode diskusi adalah
menyampaikan pengajaran di mana guru dan siswa terlibat secara aktif mencari jalan
memecahkan masalah dalam mencapai tujuan.
Jika hal ini tercapai atau digunakan dalam pengajaran otomotif maka penerapan pelajaran
otomotif yang diberikan oleh guru kepada siswa akan timbul suatu motivasi belajar sehingga
dari motivasi ini timbullah yang namanya prestasi belajar pada mata pelajaran otomotif.
Peningkatan prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dapat digambarkan dalam bentuk
nilai. Perolehan dan perubahan sikap ke arah yang lebih positif.

Menurut Habeyb (1991 : 284) bahwa prestasi berarti apa yang telah diciptakan atau hasil
pekerjaan. Hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh jalan keuletan bekerja
membangkitkan perasaan.
Dari pendapatan tentang prestasi di atas. Dapat disimpulkan bahwa prestasi ialah hasil yang
telah dicapai seseorang dengan jalan keuletan bekerja dan melakukan aktivitas tertentu.
Pemahaman lain tentang prestasi belajar yang dikemukakan oleh Abdullah (1998:2)
menjelaskan bahwa :Prestasi belajar merupakan suatu pengetahuan yang dikuasai anak
dalam bidang studi atau mata pelajaran tertentu. Lanjut Tirtahardja (1989:30) menuliskan
bahwa prestasi belajar hasil perubahan tingkah laku yang dimiliki yaitu pengetahuan sikap
dan keterampilan.
Dari beberapa kutipan di atas bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang paling utama di
mana merupakan cerminan dari tingkat penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang dimiliki oleh peserta didik sebagai: hasil belajar dalam bentuk nilai atau angka sesuai
dengan hasil tes dilakukan penilaian hasil belajar adalah tercapai tidaknya tujuan
pembelajaran.
Tirtahardja (1989:45) menjelaskan pemahaman penilaian bahwa motivasi belajar sebagai alat
untuk mengecek cara belajarnya, bakat dan kemampuan yang dimilikinya.
Di kalangan pakar dan praktisi pendidikan masih ada pro dan kontra terhadap dijadikan nilai
yang diperoleh pada suatu studi mata pelajaran dalam pendidikan. Kenyataan demikian
disebabkan oleh banyaknya faktor yang perlu menilai sesuatu prestasi belajar di samping itu
alasan lain karena terkadang keaslian dari nilai-nilai yang ada disangsikan keasliannya secara
umum dapatlah dimengerti bahwa nilai dari setiap mata pelajaran yang diperoleh dapatlah
dianggap benar. Karena terdapat beberapa bukti bahwa siswa yang rajin dan tekun belajar
mendapat nilai yang tinggi dibandingkan dengan siswa yang tidak rajin belajar.
Sehubungan dengan di atas Abdullah, (Ambo Enre, 1988:2) mengemukakan bahwa:
Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan pengetahuan yang dikuasai oleh anak. Tinggi
rendahnya prestasi belajar dapat menjadi indikator sedikit banyaknya yang dikuasai oleh anak
dalam bidang studi atau kegiatan tertentu.
Dalam kenyataan hasil dari proses pembelajaran terimplementasi dari nilai-nilai atau angka
yang didapatkan oleh siswa pada setiap mata pelajaran. Sehingga tinggi rendahnya nilai dari
mata pelajaran merupakan suatu patokan untuk mencari suatu kesimpulan bahwa siswa
tersebut berprestasi tinggi atau rendah. Penilaian dari hasil belajar dapat ditempuh dalam
berbagai cara dan bentuk cara paling umum adalah penilaian proses dan penilaian akhir
kegiatan belajar mengajar.
Sahabuddin (2007 : 35) menjelaskan bahwa : Penilaian berproses dimulai dari awal pelajaran
sampai akhir pelajaran berlangsung. Baik dalam satu kali pertemuan maupun pada akhir
periode pelajaran dalam kurun waktu tertentu.
Prestasi belajar yang baik bagi siswa, tidak begitu saja dengan mudah untuk dicapai
melainkan ada hal-hal yang mempengaruhi, utamanya dalam melakukan proses
pembelajaran, sehingga tinggi rendahnya suatu prestasi belajar yang dicapai tergantung pada

mantapnya daya dukun faktor-faktor yang mempengaruhi siswa dalam melakukan proses
belajar.
Sardiman (1998) juga mengungkapkan tentang prestasi belajar bahwa:
Prestasi belajar atau hasil belajar di sekolah tingkat keberhasilan siswa di dalam
mempelajari bahan pelajar di sekolah yang diberikan oleh guru. Hasil itu diwujudkan dalam
bentuk nilai atau skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai mata pelajaran yang
bersangkutan.
Umar Tirtaharja (1989:30) menulis bahwa prestasi hasil belajar adalah perubahan tingkah
laku yang meliputi tiga dominan, yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dengan
demikian prestasi belajar dan hasil belajar penguasaan sikap, pengetahuan dan keterampilan
yang dimiliki atau diperlihatkan oleh peserta didik sebagai hasil kegiatan belajar yang
diwujudkan dalam bentuk nilai atau angka sesuai dengan hasil prestasi belajar.
1. B. Kerangka Pikir
Hubungan status sosial ekonomi orang tua siswa dengan prestasi belajar siswa SMK Negeri
2 Palopo Jurusan Otomotif . Penelitian ini akan membahas bagaimana hubungan ekonomi
orang tua dengan prestasi belajar siswa.
Dalam bentuk perbandingan antara tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dan jumlah
tanggungan orang tua dengan prestasi belajar siswa. Maka peneliti membuat suatu alur
pemikiran yang menggambarkan proses pencapai tujuan peneliti. Kita melihat segi status
sosial ekonomi orang tua di mana menghasilkan 3 (tiga) faktor penting dalam memenuhi
kebutuhan anak atau siswa adalah kebutuhan akan sarana dan prasarana dalam menunjang
prestasi anak. Di mana faktor yang mempengaruhi anak sosial ekonomi orang tua adalah
tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan. Dari ketiga faktor di atas, jelas
sangat menunjang anak atau siswa dalam pendidikan terutama akan belajar semakin
meningkat dan prestasi siswa akan mengalami meningkat.
Skema Kerangka Berpikir

Gambar 2.1 : Diagram Kerangka Berpikir Penelitian


1. C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikir yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis
adalah : Terdapat hubungan yang signifikan antara status sosial ekonomi orang tua dengan
Prestasi Belajar Siswa SMK 2 Negeri Palopo Jurusan Otomotif.
BAB III
METODE PENELITIAN
1. A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian Ex-post facto yang bersifat korelasional. Di mana
penelitian mengkaji hubungan antara dua variabel yaitu variabel status sosial ekonomi orang

tua siswa dan variabel prestasi belajar siswa di mana variabel tersebut telah terjadi sebelum
kegiatan penelitian. Penelitian ini di laksanakan di SMK Negeri 2 Palopo.
1. B. Variabel dan Desain Penelitian
Penelitian ini melibatkan dua buah variabel yaitu variabel bebas berupa status sosial ekonomi
orang tua siswa dan diberi simbol (Y), serta variabel terikat berupa prestasi belajar siswa dan
diberi simbol (X).
Berdasarkan rumusan di atas, maka dapat digambarkan hubungan antar variabel penelitian
sebagai berikut :
Keterangan:
X : Status sosial ekonomi orang tua
Y

: Prestasi Belajar siswa

Gambar 3.1 : Skema hubungan antara variabel


1. C. Defenisi Operasional Variabel
Untuk memperjelas ruang lingkup dan variabel penelitian ini, maka berikut ini akan
dikemukakan defenisi operasional variabel.
1. Status sosial ekonomi orang tua adalah tingkat kemampuan ekonomi seseorang dalam
memenuhi kebutuhannya yang dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, tingkat
pendidikan dan jumlah tanggungan dalam keluarga.
2. Prestasi Belajar siswa, adalah nilai yang diperoleh siswa SMK Negeri 2 Palopo
Jurusan Otomotif setelah kegiatan pembelajaran pada semester I.
1. D. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMK Negeri 2 Palopo Jurusan Otomotif pada
tahun ajaran 2009/2010 dengan jumlah 270 siswa. Adapun ukuran sampel penelitian
sebanyak 30 siswa di mana hal ini didasarkan menurut Suharsimi (2006 : 134) bahwa jika
ukuran populasi lebih dari 100 maka sampel dari populasi tersebut diambil antara 10%-15%
atau 20%-25%.
Teknik peyampelan dilakukan dengan cara cluster random sampling, di mana populasi
dikelompokkan terlebih dahulu menurut kelas (kelas 1, 2 dan 3). Karena nilai semester I
siswa kelas satu belum ada, maka sampel penelitian hanya diambil dari kelas 2 dan 3.
Selanjutnya setelah pengelompokan diambil secara acak dari setiap kelas sebanyak 15 siswa.
1. E. Teknik Pengumpul Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan guna memperoleh data yang sesuai dengan variabel
penelitian adalah sebagai berikut:

1. Data Prestasi belajar siswa diperoleh dengan teknik dokumentasi, di mana data-data
nilai siswa sampel penelitian diambil dari dokumen sekolah .
2. Data tentang status sosial ekonomi orang tua diperoleh dengan menggunakan angket,
yang dibagikan kepada siswa di mana angket tersebut akan diisi oleh orang tua siswa
yang bersangkutan.
1. F. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini hanya berupa angket tentang status sosial ekonomi orang tua
siswa. Instrumen tersebut dikembangkan dalam beberapa indikator yaitu tingkat pendidikan
orang tua, pendapat orang tua, dan jumlah tanggungan orang tua. Sebelum angket digunakan
makan dilakukan proses validasi konstruk oleh dosen yang berkompoten.
1. G. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan dengan memadukan teknik analisis
kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif menggunakan dua macam teknik statistik, yaitu
statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif ditujukan untuk
mendeskripsikan data hasil penelitian berupa rata-rata, proporsi, persentase, standar deviasi,
grafik, dan tabel-tabel distribusi skor, terhadap setiap variabel yang diteliti. Statistik
inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian, yakni menguji hubungan antara
prestasi belajar siswa dengan status sosial ekonomi orang tua, baik secara parsial maupun
secara bersama-sama.
Analisis kualitatif ditujukan untuk mendeskripsikan dan memberi pemaknaan terhadap hasilhasil yang diperoleh pada analisis kuantitatif serta hasil-hasil pengamatan (observasi),
wawancara dan angket.
Sebelum dilakukan uji hipotesis, diperlukan uji persyaratan analisis. Menurut Sugiyono
(2004) mengemukakan sebelum melakukan uji korelasi maka harus dilakukan uji persyaratan
analisis yang harus dipenuhi yaitu uji normalitas dan homogenitas. Untuk itu, analisisnya
digunakan bantuan komputer dengan program SPSS 15.0 For Windows..
Teknik analisis yang digunakan dalam pengujian hipotesis penelitian ini adalah analisis
korelasi Product Moment yang di analisis dengan bantuan perangkat lunak komputer
(software) SPSS 15.0 For Windows Evaluation Version.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, A. Enre. 1988. Pokok-Pokok Layanan Bimbingan Belajar. Ujung Pandang; FIP
IKIP Ujung Pandang.
Anies, 1979. Tidak Bodoh Tapi Tinggal Mengapa? Majalah Psikologi Popular ANDA
A. Tabrani Rusyan dkk, 1998. Pendekatan dalam Belajar Mengajar. Tarsita : Bandung.
Cece, Wijaya. 2007. Pendidikan Remedial. Bandung; Remaja Rosda karya.
Usman, 1990. Menjadi Guru Profesional. PT. Remaja : Rasdakarya : Bandung.

Gulo. W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta


Habeyb, B. 1991. Kamus Populer. Jakarta; Centra.
Hakim. Thursam. 2002. Belajar secara Efektif: Puspaswara. Jakarta.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung; Bumi Aksara.
Hasan. 2002. HubunganTingkat pendidikan dan Pendapatan Dengan Partisipasi Orang Tua
dalam pengelolaan Pendidikan Dimadrasah Tsanawiyah dengan Prestasi. Tesis. Makassar;
PPs UNM.
Iman Sugema. 2008. Indonesia Dalam Era Globalisasi. Jakarta; Fakultas Ekonomi UI.
Nana Sudjana, 1989. Metode Statistik. Tarsita Bandung.
Roestiyah, N.K, 1986. Didaktik metodik. Jakarta : PT. Bina Aksara.
Sahabuddin, 2007. Mengajar dan Belajar Dua Aspek Dari Proses Yang Disebut Pendidikan.
Makassar; Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar.
Sardiman, AM, 1988. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raya Grafindo
Persada.
Simanjuntak & Adarias, 1995. Pendapatan Perkapita Nasional. Jakarata; Fakultas Ekonomi
UI.
Simanjuntak, 1981. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta; Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Slameto, 1991. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta : Jakarta.
Sudjana. Nana. 1996. Metode Statistik. Tarsito, Bandung.
Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT.Rineka Cipta.
Sugiyono, 2004. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Sumitro, Djojohadikusumo, 1960. Ekonomi Dalam Bidang Pendapatan. Jakarta; Centre.
Winardi, 1969. Proses Ekonomi. Bandung; Tarsito
Tirtaharja, Umar, 1997. Pengantar Pendidikan. Makassar; FKIP Universitas Negeri
Makassar.
Masukan ini dipos pada Juni 1, 2010 12:32 pm dan disimpan pada tugas . You can follow any responses to this
entry through the RSS 2.0 feed. Anda dapat memberikan tanggapan, atau trackback dari situs anda.

Tinggalkan Balasan

Blog pada WordPress.com. Tema: Black-LetterHead oleh Ulysses Ronquillo.


Ikuti

Follow Dhaniquinchy's Blog


Get every new post delivered to your Inbox.
Powered by WordPress.com

Anda mungkin juga menyukai