Pengembangan Produk
Disusun Oleh:
Kelompok 2B
Nurul Rohmanisari
Sani Asmi Ramdani L.
Arini Eka Pratiwi
Myra Kharisma Izzati
Riza Wernawati
260112150538
260112150539
260112150567
PENGEMBANGAN PRODUK
I.
1.1
Preformulasi
formulasi
sediaan
yang
stabil,
efektif,
dan
aman.
Data preformulasi akan sangat membantu dalam memberikan arah yang lebih
sesuai untuk membuat suatu rencana bentuk sediaan.
Organoleptis
Organoleptis adalah studi preformulasi yang harus dilakukan untuk mengetahui
pemerian zat aktif terdiri dari warna, bentuk, aroma dan rasa zat aktif dengan
menggunakan terminologi deskriptif. Uji organoleptis sangat berguna dalam
melakukan identifikasi awal mengenai suatu zat yang akan dibuat suatu sediaan. Uji
ini dilakukan dengan tujuan mengetahui bentuk dari bahan yang akan digunakan
dalam formulasi, agar tidak salah dalam mengambil bahan-bahan untuk formulasi.
Dalam menentukan zat yang akan digunakan, dapat mengamatinya dari segi bentuk,
warna, rasa juga aroma.
a.
Warna
Warna memegang peranan penting dalam identifikasi suatu sediaan sebelum
membuat suatu sediaan injeksi. Karena hal yang akan dilihat pertama kali adalah
warna dari bahan-bahan itu. Warna biasanya merupakan fungsi inheren kimia obat
karena terkait dengan ketidakjenuhan. Intensitas warna terkait dengan keberadaan
konjugasi ketidakjenuhan di samping keberadaan khromofor , seperti NH2, -NO2 dan
CO- (keton) yang mengintensifkan warna.
b.
Bentuk
Bentuk juga memegang peranan yang sangat penting dalam identifikasi. Setelah
menentukan warna, biasanya yang dilihat terlebih dahulu adalah bentuk dari bahan
itu. Sehingga akan benar-benar yakin bahwa yang digunakan dalam formulasi adalah
bahan-bahan yang tepat.
c.
Bau / Aroma
Sebagian zat memiliki aroma yang khas dan kemungkinan bau yang inheren
(terkait) dengan keberadaan gugus fugsional yang terdapat dalam molekul obat.
Adakalanya zat sama sekali tidak berbau atau dapat pula berbau pelarut residu
pelarut. Hal ini penting karena dalam farmakope ada ketentuan batas maksimal
pelarut yang diperbolehkan ada dalam obat (terutama karena alas an toksisitas).
Dengan uji organoleptis, dapat mempermudah identifikasi suatu bahan.
Terutama bahan yang mengandung aroma yang khas. Daftar beberapa istilah
organoleptik dalam FI Ed. IV.
Warna
Putih
Rasa
Asam
Aroma
Sedikit beraroma cuka
Bentuk
Hablur
Hampir putih
Asin
Aroma Khas
Berserat
Putih kekuningan
Pahit
Aroma menusuk
Granul
Kuning
Manis
Aroma aromatik
Serbuk halus
Kuning pucat
Membakar
Aroma lemah
Partikel seperti
Kuning kecoklatan
Dingin
pasir
Krem
Pedas
Serbuk ruah
Krem pucat
Tidak berasa
Tidak beraroma
Higroskopis
Keabu-abuan
Sedikit pahit
Serbuk amorf
Merah tua
Sangat pahit
Aroma
Merah muda
Merah jingga
permen
Merah
Aroma
tidak
asam
enak Serpihan
Bentuk jarum
klorida
lemah
Coklat
2.
Analisis fisikokimia
Data analitik zat aktif, yang mencakup data kualitatif, data kuantitatif dan
kemurnian.
a
penetapan identitas dan kadar zat aktif. Untuk penetapan kualitatif biasanya
digunakan kromatografi lapis tipis, spectrum serapan inframerah, reaksi warna,
spectrum serapan ultraviolet dan reaksi lainnya. Penetapan kadar zat aktif biasanya
dilakukan dengan metode spektrofotometri, kromatografi gas, kromatografi cair
kinerja tinggi (KCKK), titrasi kompleksometri, asam basa, argentometri, iodometri,
dan sebagainya. Penetapan kadar dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kadar
dari zat aktif yang akan digunakan dalam pembuatan sediaan.
b Kemurnian
Preformulasi harus mempunyai daya memahami kemurnian suatu zat aktif.
Ketidakmurnian dapat mempengaruhi stabilitas, misalnya kontaminasi logam dengan
kadar seperjuta (ppm) dapat merusak beberapa golongan senyawa tertentu.
Kemurnian juga dapat memberikan efek yang lain bagi untuk efek terapi yang di
harapkan. Metode lain yang berguna dalam menilai kemurnian adalah analisis termal
Suhu lebur
Suhu lebur suatu bahan secara termodinamika didefinisikan sebagai suhu
dimana fase cair dan padat berada dalam kesetimbangan. Penentuan suhu lebur
merupakan indikasi pertama dari kemurnian bahan karena keberadaan jumlah relative
kecil pengotor dapat terdeteksi dengan penurunan atau pelebaran suhu lebur.
suhu lingkungan proses yang dapat menunjukkan profil termal apabila sampel
dipanaskan antara suhu kamar dan suhu leburnya. Apabila tidak ada masalah karena
panas, sampel tidak akan mengabsorbsi atau melepas panas sebelum mencapai suhu
leburnya.
Higroskopisitas
Senyawa dikatakan higroskopis jika senyawa tersebut menarik / mengambil
kelembapan dan suhu pada kondisi spesifik dalam jumlah signifikan. Tingkat
higroskopis yang tinggi dapat mempengaruhi efek yang tidak dikehendaki dari sifat
fisika dan kimia suatu bahan obat yang menyebabkan terjadinya perubahan sehingga
secara farmasetik sulit atau tidak mungkin dilakukan penanganan secara memuaskan.
Spectra absorben
Molekul dengan struktur tidak jenuh mampu mengabsorbsi cahaya pada rentang
Konstanta ionisasi
Memberikan informasi tentang ketergantungan kelarutan dari senyawa pada pH
Aktivitas optikal
Molekul yang mampu memutar cahaya dan cahaya terpolarisasi secara merata
dinyatakan sebagai aktif secara optic. Jika bekerja dengan suatu senyawa yang aktif
secara optic selama penelitian praforlmulasi, maka sangat penting untuk memantau
rotasi optic tersebut karena penentuan kuantitatif secara kimia saja tidak cukup.
(Agoes, Goeswin. 2009).
3.
Uraian Fisik
Uraian fisik dari suatu obat sebelum pengembangan bentuk sediaan penting
untuk dipahami, kebanyakan zat obat yang digunakan sekarang adalah bahan padat.
Kebanyakan obat tersebut merupakan senyawa kimia murni yang berbentuk amorf
atau kristal. Obat cairan digunakan dalam jumlah yang lebih kecil, gas bahkan lebih
jarang lagi. Untuk mengembangkan bentuk sediaan maka perlu diketahui tentang
uraian fisik suatu bahan agar mempermudah dalam menentukan metode membuat
sediaan.
b Pengujian Mikroskopik
Pengujian mikroskopik dari zat murni (bahan obat) merupakan suatu tahap
penting dalam kerja (penelitian) preformulasi. Pengujian ini memberikan indikasi
atau petunjuk tentang ukuran partikel dari zat murni seperti juga struktur kristal.
Pengujian mikroskopik bertujuan untuk mengetahui tentang ukuran partikel.
Sehingga pada saat pembuatan sediaan tetes mata akan diketahui ukuran partikel jika
memang bentuk sediaan adalah suspensi.
Ukuran Partikel
Ukuran partikel zat yang larut dalam air tidak merupakan masalah
kecil,
dengan menetapkan konsentrasi kesetimbangan suatu obat dalam suatu fasa air
(biasanya air) dan suatu fasa minyak (biasanya oktanol atau chloroform) yang satu
dengan lainnya berkontak pada suhu konstan. Kebanyakan obat yang larut lemak
akan lewat dengan proses difusi pasif sedangkan yang tidak larut lemak akan
melewati pembatas lemak dengan transport aktif. Karena hal ini maka perlu
mengetahui koefisien partisi dari suatu obat.
Khusus untuk obat yang bersifat larut air maka perlu pula diketahui konstanta
disosiasi agar diketahui bentuknya molekul atau ion. Bentuk molekul lebih muda
terabsorpsi daripada bentuk ion.
a
Polimerfisme
Suatu formulasi yang penting adalah bentuk kristal atau bentuk amorf dari zat
obat tersebut. Bentuk-bentuk polimorfisme biasanya menunjukkan sifat fisika kimia
yang berbeda termasuk titik leleh dan kelarutan. Bentuk polimorfisme ditunjukkan
oleh paling sedikit sepertiga dari senua senyawa-senyawa organik.
b Kelarutan
Suatu sifat kimia fisika yang penting dari suatu zat obat adalah kelarutan,
terutama kelarutan sistem dalam air. Suatu obat harus memiliki kelarutan dalam air
agar manjur dalam terapi. Agar suatu obat masuk kedalam sistem sirkulasi dan
menghasilkan suatu efek terapeutik, obat pertama-tema harus berada dalam bentuk
larutan. Senyawa-senyawa yang relative tidak larut seringkali menunjukkan absorpsi
yang tidak sempurna atau tidak menentu.
Dalam
pembuatan
sediaan
injeksi
kelarutan
sangat
penting
untuk
Disolusi
Perbedaan aktivitas biologis dari suatu zat obat mungkin diakibatkan oleh laju
disolusi. Laju disolusi adalah waktu yang diperlukan bagi obat untuk melarut dalam
cairan pada tempat absorpsi. Untuk obat yang diberikan secara oral dalam bentuk
padatan, laju disolusi adalah tahap yang menentukan laju absorpsi. Akibatnya laju
disolusi dapat mempengaruhi onset, intensitas dan lama respon serta bioavailabilitas.
d Kestabilan
Salah satu aktivitas yang paling penting dalam preformulasi adalah evaluasi
kestabilan fisika dari zat obat murni. Pengkajian awal dimulai dengan menggunakan
sampel obat dengan kemurnian yang diketahui. Adanya pengotoran akan
menyebabkan kesimpulan yang salah dalam evaluasi tersebut.
Karakteristik Larutan
Konstanta disosiasi
Konstanta disosiasi digunakan untuk mengetahui Ph dalam proses pembuatan
sediaan steril. Saat suatu asam HA larut dalam air, sebagian asam tersebut terurai
(terdisosiasi) membentuk ion hidronium dan basa konjugasinya. Hubungan dengan
pembuatan sediaan injeksi yaitu sediaan harus sesuai dengan pH yang hampir sama
dengan pH darah supaya jika obat di suntikkan dalam tubuh dan tercampur dalam
darah maka tidak terjadi nyeri. Dan efek terapinya tercapai.
b.
Kelarutan
Semua sifat fisika atau kimia bahan aktif langsung atau tidak langsung akan
dipengaruhi oleh kelarutan. Dalam larutan ideal, kelarutan bergantung pada suhu
lebur. Hubungan dengan pembuatan sediaan injeksi yaitu sediaan harus larut dalam
pembawanya sehingga ketika sediaan tersebut di suntikkan efek terapinya bisa
tercapai dengan cepat.
d Disolusi
Disolusi merupakan tahap pembatas laju absorbsi suatu obat menuju sirkulasi
sistemik.Uji ini digunakan untuk mengetahui waktu zat aktif mulai dilepaskan untuk
memperoleh kadar yang tinngi dalam darah.
e
Stabilitas
Stabilitas fisika dan kimia dari bahan aktif murni sangat perlu untuk dievaluasi
karena jika terdapat keberadaan pengotor dapat menyebabkan kesimpulan yang salah.
Hubungan dengan pembuatan injeksi karena pada sediaan injeksi keadaan harus steril
dan bebas dari keberadaan pengotor.
Studi preformulasi pada dasarnya berguna untuk menyiapkan dasar yang
rasional
untuk
pendekatan
formulasi,
Untuk
memaksimalkan
kesempatan
keberhasilan memformulasi produk yang dapat diterima oleh pasien dan akhirnya
menyiapkan dasar untuk mengoptimalkan produksi obat dari segi kualitas dan
penampilan.
I.2
Formulasi
Formulasi merupakan pembuatan berbagai bentuk sediaan yang mengandung
bahan aktif yang telah dikenal dan diketahui serta pembuatan berbagai bentuk sediaan
dengan bahan aktif baru. Formulasi bertujuan untuk mendapatkan obat yang
memenuhi sifat khasiat, keamanan, nyaman digunakan, serta memiliki stabilitas yang
baik. Beberapa hal dalam formulasi sediaan farmasi harus diperhatikan seperti
kelarutan, absorbsi dan kecepatan disolusi, stabilitas kimia dan enzimatik,
ketersediaan di pasaran, serta kemudahan penggunaannya.
Dalam melakukan formulasi ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan
meliputi bahan aktif, bahan tambahan, dan bahan pengemas. Bahan aktif adalah
bahan yang ditujukan untuk menciptakan khasiat farmakologi atau efek langsung lain
dalam diagnosis, penyembuhan, peredaan, pengobatan atau pencegahan penyakit,
atau untuk memengaruhi struktur dan fungsi tubuh (BPOM, 2006). Bahan tambahan
atau eksipien merupakan zat tambahan yang digunakan untuk merubah zat aktif
menjadi bentuk sediaan farmasi yang sesuai untuk digunakan pada pasien. Fungsi
penambahan eksipien dalam formulasi antara lain:
1) Memodulasi kelarutan dan bioavailabilitas dari bahan aktif
2) Meningkatkan stabilitas bahan aktif di dalam sediaan
3) Membantu bahan aktif menjaga/menyesuaikan bentuk polimorfik
4) Mempertahankan pH dan osmolaritas
5) Sebagai antioksidan, agen pengemulsi, propelan aerosol, pengikat, dan
penghancur
Sediaan Solid
Tablet
Definisi: Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan
sebagai tablet cetak dan tablet kempa (FI IV). Keunggulan tablet :
a Merupakan sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan terbaik dari
semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas
c
d
tenggorokan.
Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus, seperti
h
i
sadar/pingsan);
Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak dan padat, tergantung
pada sifat amorf, flokulasi, atau rendahnya bobot jenis;
Zat aktif yang sulit terbasahi, lambat melarut, dosisnya cukup besar atau
tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna, atau kombinasi
dari sifat tersebut, akan sulit atau tidak mungkin diformulasi dalam bentuk
Kapsul
Definisi: Bentuk sediaan padat yang terbungkus dalam suatu cangkang keras
atau lunak yang dapat larut (Syamsuni, 2006).
Keuntungan:
a. Bentuknya menarik dan praktis
b. Cangkang kapsul tidak berasa sehingga dapat menutupi obat yang
memiliki rasa dan berbau tidak enak
c. Mudah ditelan dan cepat hancur dalam perut sehingga cepat diabsorpsi
d. Dokter dapat mengombinasikan beberapa macam obat dan dosis yang
berbeda-beda sesuai kebutuhan pasien
e. Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak membutuhkan bahan
tambahan/eksipien seperti pada pil/tablet.
Kerugian:
a. Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang mudah menguap dan zat-zat
higroskopis.
b. Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan
cangkang kapsul
c. Tidak dapat diberikan untuk balita
d. Tidak bisa dibagi-bagi
C.
1)
Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh (FI IV).
Kelebihan Suppositoria:
Dapat digunakan untuk pasien yang tidak bisa diberikan melalui
rute oral.
Dapat digunakan untuk zat aktif tidak sesuai melalui rute oral, misal
karena efek samping pada saluran cerna, tidak stabil pada pH
saluran cerna.
Sesuai untuk obat dosis besar dimana untuk pemberian oral sering
tidaknya feses)
Meningkatkan efek samping lokal sepert proctitis
Ovula
- Definisi: Sediaan padat yang umumnya berbentuk telur, mudah melunak
dan meleleh pada suhu tubuh, dapat melarut, dan digunakan sebagai obat
luar khusus untuk vagina (Syamsuni, 2006).
- Bahan dasar: Basis yang banyak digunakan dalam pembuatan sediaan
ovula basis kombinasi PEG dengan berbagai berat molekul. Pada basis ini
sering juga ditambahkan surfaktan dan bahan pengawet seperti turunan
paraben. Umumnya pH ovula diatur sampai pH asam (sekitar 4,5) agar
sesuai dengan pH vagina normal. Keasaman ini akan mengurangi
pertumbuhan mikroorganisme pathogen.
D.
dipadatkan
Dapat digunakan untuk anak-anak dan orangtua yang seukar menelan
- Kerugian:
a. Tidak tertutupnya rasa dan bau yang tidak enak
b. Terkadang dapat lembab atau basah pada penyimpanan
1.2.2
Sediaan Semisolid
Formulasi sediaan semisolid biasanya mengandung bahan-bahan seperti :
1)
Zat aktif
2)
W/O, basis air dalam minyak. Basis emulsi ini bersifat emolien,
oklusif, mungkin terasa berminyak, dan sulit dicuci. Biasanya terdiri
dari basis minyak + air <45%) + surfaktan dengan HLB 8.
O/W, minyak dalam air. Basis ini bersifat tidak oklusif, tidak terasa
berminyak, mudah dicuci, dan tidak bersifat emolien. Formula O/W
dapat digunakan untuk menyerap cairan yang encer. Biasanya terdiri
dari basis minyak + air (> 45%) + surfaktan dengan HLB 9
ini.
Zat tambahan lain (Krilla, 2009):
- Buffer (Penyangga)
A.
Salep
- Definisi: Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan
digunakan sebagai obat luar (FI III).
- Persyaratan:
a. Pemerian: tidak boleh tengik
b. Kadar: kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat
keras atau narkotik, kadar bahan obat adalah 10%
c. Dasar salep: Kecuali dinyatakan lain, bahan dasar atau basis salep yang
digunakan adalah vaselin putih. tergantung dari sifat bahan obat dan
tujuan pemakaian salep. Basis salep dipilih diantara beberapa bahan
berikut:
- Basis senyawa hidrokarbon: vaselin putih, vaselin kuning, malam
putih, malam kuning atau campurannya.
- Basis serap: lemak bulu domba
- Basis yang dapat dicuci dengan air atau basis emulsi: emulsi
minyak dalam air
- Basis yang dapat larut air: PEG atau campurannya
d. Homogenitas: jika salep dioleskan pada kaca atau bahan transparan
lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen
e. Penandaan: Pada etiket harus tertera obat luar
B.
Krim
- Definisi: Krim adalah bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi yang
mengandung satu atau lebih bahan obat yang terlarut atau terdispersi
dalam bahan dasar yang sesuai dan mengandung air tidak kurang dari
60% (Syamsuni, 2006).
- Krim terbagi dua tipe, yaitu krim tipe minyak dalam air (M/A atau O/W)
dan krim tipe air dalam minyak (A/M atau W/O). Krim yang dapat dicuci
dengan air (M/A) ditujukan untuk penggunaan kosmetik dan estetika.
- Bahan pengelmusi krim harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim
yang dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi krim dapat digunakan
emulgid, lemak bulu domba, stearilalkohol, dan PEG. Stabilitas krim
akan rusak jika sistem campurannya terganggu oleh perubahan suhu dan
komposisi, misalnya ada penambahan salah satu fase secara berlebihan.
C.
Pasta
1.2.3
Sediaan Liquid
Formulasi sediaan liquid biasanya mengandung bahan-bahan seperti:
1.
Zat aktif
2.
Pelarut/pembawa
Pelarut/pembawa yang biasa digunakan adalah air, sirup, juice dan
minyak. Selain itu dapat juga digunakan: alkohol USP, alkohol yang
diencerkan, rubbing alcohol (70% etil alkohol), gliserin USP, propilen
glikol USP, dan air murni USP
3.
Pemanis
Pemanis yang sering digunakan dalam sediaan cair oral adalah sukrosa.
Sukrosa memiliki beberapa kelebihan diantaranya tidak berwarna,
sangat larut dalam air, stabil pada rentang pH 4-8 dan dapat
meningkatkan viskositas sediaan cair. Contoh lain pemanis lainnya
antara lain sorbitol dan manitol.
4.
gliserol,
atau
Pengawet
Pengawet yang digunakan dalam sediaan larutan harus nontoxic, tidak
berbau, stabil, dan dapat bercampur dengan komponen formula lain
yang digunakan selama pengawet ini bekerja dalam melawan mikroba
potensial spektrum luas. Contoh pengawet dalam sediaan cair antara lain
etanol,
nipasol.
6.
Pendapar
Pendapar harus kompatibel dengan eksipian lainnya dan tidak toksis.
Pendapar yang sering digunakan antara lain karbonat, sitrat, dan laktat
7.
Humektan
Contoh: gliserin, sorbitol, dan propilen glikol
8.
Antioksidan
Antioksidan yang ideal bersifat nontoksik, noniritan, efektif pada
konsentrasi rendah, larut dalam fase pembawa, stabil, tidak berbau dan
tidak berasa. Contoh antioksidan: asam askorbat, asam sitrat, dan Nametabisulfit
9.
Perasa digunakan untuk menutupi rasa tidak enak dan membuat agar
obat dapat diterima oleh pasien terutama anak-anak. Beberapa contoh
perasa untuk sediaan cair: aprikot, peach, vanilla dapat menutupi rasa
asin; coklat dan mint dapat menutupi rasa pahit; raspberry dapat
menutupi rasa asam.
10. Pewarna
Penambahan zat pewarna biasanya disesuaikan dengan rasa sediaan
tersebut. Zat pewarna digunakan untuk menambah penampilan sediaan
atau sebagai identitas suatu sediaan. Contoh: Sunset yellow FCF.
11. Emulgator
Emulgator digunakan untuk mencegah penggabungan kembali globulglobul. Emulgator membentuk lapisan film diantara globul-globul
tersebut sehingga proses penggabungan menjadi terhalang.
Emulgator A/M: sorbitan mono-oleat
Emulgator M/A: akasia, gelatin, bentonit (alumunium silikal hidrat)
12. Suspending agent.
Suspending agent digunakan untuk memperlambat pengendapan,
mencegah penurunan partikel, dan mencegah penggumpalan resin dan
bahan berlemak.
a. Golongan Polisakarida: acacia gum, asam alginat, dextrin, tragakan,
xanthan gum.
b. Golongan selulosa larut air: Karboksimetil selulose sodium/Na.
CMC, Metil selulosa.
c. Golongan tanah liat (Clays): bentonit, alumunium magnesium silikat,
Hectocrite, Veegum
d. Golongan sintetik: karbomer, colloidal silicon dioxide
A.
Larutan
Definisi: Larutan adalah sedian cair yang mengandung satu atau lebih
zat kimia yang terlarut, misal: terdispersi secara molekuler dalam
pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur (FI
IV)
2.
3.
4.
Kerugian:
1.
2.
Stabilitas
dalam
bentuk
larutan
biasanya
kurang
baik
Larutan
merupakan
media
ideal
untuk
pertumbuhan
mikroorganisme
4.
5.
Formula umum :
a.
Zat aktif
b.
Pelarut/pembawa
c.
B.
Eliksir
-
Formula Umum
a.
Zat berkhasiat
b.
c.
d.
Bahan
pembantu
anticaplocking
(pemanis;
agent;
pewangi;
penstabil
kimia
pewarna;
pengawet;
seperti
pendapar,
pengompleks, antioksidan)
C.
Suspensi
-
Keuntungan :
1.
2.
Digunakan untuk formulasi sediaan yang sukar larut dalam air yang
tidak bisa di formulasikan sebagai larutan.
3.
4.
5.
terlebih dahulu
Kekurangan :
1.
Kestabilan rendah
2.
3.
4.
5.
6.
D.
Emulsi
-
Definisi: Emulsi adalah sistem dua fasa, yang salah satu cairannya
terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil (FI IV)
Tujuan
pembuatan
bentuk
sediaan
emulsi
diantaranya
untuk
b.
Zat aktif
b.
c. Emulgator
d. Zat pengawet
e. Bahan pembantu sesuai kebutuhan: antioksidan, pendapar, pemanis,
pewangi, pewarna, dll.
II.
2.1
2.1.1
1)
dari suatu gas pada permukaan padatan, dan dengan menghitung jumlah adsorbat gas
pada permukaan dalam bentuk monolayer ditentukan luas spesifiknya.
Adsorpsi fisika dihasilkan dari forsa yang relatif lemah diantara molekul gas
adsorbat dan permukaan adsorben dari serbuk yang diuji. Penentuan biasanya
dilakukan pada suhu nitrogen cair. Jumlah gas biasanya ditentukan secara volumetrik
atau melalui prosedur aliran kontinu (continous flow).
Dalam USP 32-NF 27 terdapat monografi Specifif Surface Area yang
membahas tentang luas permukaan spesifik dari serbuk. Dasar teori dan penentuan ini
adalah secara Brunauor, Emmet, dan Teller (BET). Penentuan dilakukan menurut
multipoint measurement dan single-print measurement. Selain itu juga dibahas teknik
eksperimental yang terdiri dari metode 1: The Dynamic Flow Method dan metode 2:
The Volumetric Method.
2)
Ukuran partikel
Dalam menentukan ukuran partikel, terdapat 3 metode yaitu dengan
menggunakan mikroskop, pengayakan, dan sedimentasi. Selain itu, cara lain untuk
menentukan ukuran partikel meliputi elutriasi, sentrifugasi, permeasi, adsorpsi,
pemindaian zona elektronik (coulter counter), dan penghambatan cahaya. Pada
umumnya, ukuran rataan partikel menurut teknik/cara ini dapat memberikan ukuran
partikel rataan berdasarkan berat/bobot (metode ayakan, pemencaran cahaya,
sedimentasi) dan berdasarkan volume (pemencaran cahaya, pemindaian zona
elektronik, penghambatan cahaya, permeasi udara, dan bahkan cara mikroskop optik).
3)
Sudut istirahat
Sudut istirahat merupakan cara/teknik yang relatif sederhana untuk
h
r
Sifat aliran
Bagus sekali
Baik
Sudut istirahat
25-30
31-35
4)
36-40
41-45
46-55
56-65
>66
kontener yang diperlukan untuk pengemasan, aliran granul, efisiensi alat pengisi
untuk pembuatan tablet dan kapsul, serta kemudahan kerja dalam penanganan serbuk.
Karakteristik yang digunakan untuk mendeskripsikan serbuk )dan granul) meliputi
porositas, volume sejati, dan keruahan.
Porositas adalah void x 100. Nilai ini harus ditentukan secara eksperimen
melalui pengukuran volume yang diokupasi dari sejumlah berat serbuk dan V ruahan.
Volume sejati V dari serbuk adalah ruangan yang diokupasi oleh serbuk.
Serbuk dengan bobot-jenis-tampak rendah dan volume ruahan besar dianggap
ringan, sebaliknya serbuk dengan bobot-jenis-tampak tinggi dan volume ruahan kecil
dinyatakan sebagai berat.
5)
rasio Hausner. Prosedur dasar adalah mengukur 1) volume yang tidak dimampatkkan,
vo, dan 2) volume akhir yang dimampatkan. Vf adalah volume material sesudah
serbuk dimampatkan sampai titik di mana terjadi lagi perubahan volume.
Indeks kompresibilitas = 100 x [(V0-Vf)/V0]
Rasio Hausner= V0/Vf
Indeks
kompresibilitas (%)
<10
11-5
16-20
Sifat aliran
Bagus sekali
Baik
Cukup
Rasio Hausner
1,00-1,11
1,12-1,18
1,19-1,25
21-25
26-31
32-37
>38
Lewat
Buruk
Sangat buruk
Sangat sangat buruk
1,26-1,34
1,35-1,45
1,45-1,59
>1,60
Sediaan Tablet
Tablet merupakan campuran dari satu atau lebih campuran bahan aktif (API)
dengan sejumlah komponen tidak aktif atau eksipien. Secara garis besar, pengujian
tablet dapat dikelompokkan dalam 3 aspek atau kategori:
-
Konfirmasi sifat bahan aktif dan produk (identitas, kuantitas, pengotor, integritas,
dan lain sebagainya).
Menetapkan ketersediaan farmasetik dari gugus aktif, baik secara in vitro maupun
in vivo pada manusia, dan jika dipersyaratkan juga pada hewan.
Identifikasi
Pengujian pertama dan penting dari tablet adalah memastikan bahwa tablet
mengandung bahan aktif yang sesuai dengan label. Tablet diambil sejumlah tertentu
kemudian diekstraksi dengan pelarut yang sesuai emudian dlakukan uji kromatografi
dan dibandngkan dengan pembanding. Hasil yang didapat dibandingkan bedasarkan
kesamaan spektrum UV dan atau waktu retensi melalui analisis kromatografi. Uji ini
merupakan uji kualitatif, dapat dilakukan dengan KLT atau dengan KCKT.
Penentuan kadar
Uji ini merupakan versi kuantitatif. Prosedur ekstraksi sama dengan proses
identifikasi. Konsentrasi larutan ekstrak ditentukan melalui uji spesifik yang sudah
tervlidasi atau metode kromatografi teradap larutan baku pembanding.hasil uji dapat
berbeda antara satu bets dengan bets yang lainnya, akan tetapi harus berada dalam
rentang spesifikasi seperti persyaratan pada label, misalnya antara 90-105%.
Beberapa armakope memberikan rentang yang lebih sempit misalnya 98-102%.
Keseragaman kandungan
Uji ini bertujuan untuk menentukan konsistensi kandungan bahan aktif dari
tablet. Umumnya untuk uji ini ada 2 pendekatan, yaitu menentukan variasi berat
tablet atau keseragaman kandungan.
Pengotor
Semua pengotor dapat meningkat jumlahnya selama masa sintesis, preparasi,
dan degradasi produk. Pada umumnya partikel pengotor ditentukan dari ruahan bahan
farasetik (raw material), sedangkan dari perspektif produk jadi yang dianalisis hanya
keberadaan pengotor toksik. Dalam hal ini yang harus ditetapkan adalah produk harus
bebas dari pengotor spesifik atau pengotor berada dalam rentang spesifikasi yang
dapat diterima.
Friabilitas
Pengujian friabilitas bertujuan untuk menentukan, dalam kondisi tertentu,
friabilitas tablet tidak di salut. Suatu fenomena di mana permukaan tablet mengalami
kerusakan dan/atau menunjukkan bukti mengalami pemipihan atau pecah ketika
mengalami syok mekanik atau mengalami pengikisan.
Uji kekerasan
atau
penanganan
selama
manufaktir,
pengemasan,
pengapalan,
dan
peracikan/perakitan obat.
Uji kehancuran
Uji ini dilakukan untuk menetapkan seberapa cepat suatu tablet hancul/pecah
menjadi agregat dan/atau partikel lebih halus. Uji kehancuran ini beranggapan bahwa
jika produk hancur dalam waktu singkat, diharapkan bahan aktif akan dilepas seperti
yang diharapkan. Selain itu, uji kehancuran ini diharapkan pula sebagai antisipasi
tentang kualitas produk.
jawaban tujuan dari pengujian dipercepat, maka harus dilakukan pengujian jangka
panjang.
melakukan preparasi suatu kapsul dengan dosis akurat, ketersediaan hayati yang
bagus, mudah diisi dan diproduksi, stabilitas yang baik, dan berpenampilan elegan.
Pada skala industri, pelet yang sudah disalut yang didesai untuk tujuan
pelepasan dimodifikasi sering pula dimasukkan dalam kapsul gelatin keras. Pemilihan
uuran kapsul untuk produk omersial dilakukan selama pengembangan produk. Pilihan
tersebut ditentukan antara lain oleh persyaaratan formulasi, seperti dosis bahan
berkhasiat dan bobot jenis serta karakteristik pengempaan API dan komponen
formulasi lainnya.
A
Bahan Penambah
Persyaratan eksipien dalam sediaan farmasi termasuk sediaan berbentuk
kapsul
adalah
untuk
meningkatkan
stabilitas,
kegunaan,
penampilan,
dan
Variasi berat
Keseagaman unit dosis dibuktikan dengan menentukan variasi bera dan
keseragaman kandungan. Metode yang digunakan adalah menimbang sejumlah isi
dari tiap kapsul tersebut.
Keseragaman kandungan
Kecuali dinyatakan lain pada monografi individual kapsul, jumlah bahan aktif
ditentukan berada pada rentang 85% sampai 115% dari persyaratan pada label.
Uji stabilitas
Uji ini dilakukan untuk menentukan stabilitas intrinsik molekul bahan aktif
dan pengaruh faktor lingkungan, seperti temperatur, kelembapan, cahaya, komponen
formulasi, serta sistem penutup dan wadah. Pengujian secara stress, pengujian
stabilitas jangka panjang, dan uji studi dipercepat dapat membantu menentukan cara
penyimpanan yang sesuai dan antisipasi usia guna produk.
perubahan
warna
dari
desikan
diobservasi
dan
selanjutnya
dari sediaann pada kecepatan yang sudah ditentukan sebelumnya, larut dalam cairan
saluran cerna, menjaga waktu tinggal yang cukup, dan diabsorbsi pada kecepatan
yang akan mengganti obat yang dimetabolisme dan diekskresi.
Pada umumnya obat yang sesuai untuk diinkorporasikan ke dalam sediaan lepas
lambat haruslah menunjukkan karakteristik sebagai berikut:
Kecepatan absorbsi tidak boleh terlalu lambat atau terlalu cepat. Obat dengan
kecepatan absorbsi dan ekskresi lambat biasanya secara inheren bekerja lama
sehingga tidak perlu mempreparasi sediaan lepas lambat. Obat dengan waktu
paruh dangat singkat, kurang dari 2 jam, merupakan calon obat yang kurang baik
untuk sediaan lepas lambat karena untuk formulasi diperlukan sejumlah besar
dosis obat tersebut. Begitu pula obat yang kerjanya dipengaruhi sistem enzim,
kemungkinan bekerja lebih lama daripada yang diindikasikan secara kuantitatif,
yaitu waktu paruh, akibat efek residual dari menurunnya biosistem.
Obat diabsorbsi secara uniform di saluran cerna. Obat untuk sediaan lepas
lambbat harus menunjukkan kelarutan air yang baik dan menjaa waku tinggal
yang cukup di daluran cerna. Obat yang diabsorbsi buruk atu bervariasi dan pada
kecepatan yang tidak dapat diduga bukanlah calon obat yang baik untuk sedian
lepas lambat.
2.1.5
cepat. Pada tahun 2008, FDA, Amerika Serikat mengeluarkan panduan Guidance for
industry: Orally Disintergrating Tablets. Ada 3 hal penting yang dikemukakan dalam
panduan tersebut, yaitu:
Waktu hancul in vitro ODT lebih kurang 30 detik (menggunakan alat uji
waktu hancur USP atau alat yang ekuivalen)
Waktu hancul dalam skala beberapa detik merupakan sasaran dari sediaan
ODT.
Evaluasi ODF:
Ketebalan
1.
Ketahanan pelipatan
Kadar-kandungan API
Disintegrasi in vitro
Morfologi permukaan
Evaluasi rasa.
2.2
2.2.1
Organoleptis
Meliputi pewarnaan, bau, rasa dan dari seeiaan emulsi pada penyimpanan
pada suhu endah 5oC dan tinggi 35oC pada penyimpanan masing-masing 12 jam.
2.
telah
bebas
dari
gelembung
udara,
ukur
volume
dari
tiap
campuran: volume rata-rata larutan yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari
100%, dan tidak satupun volume wadah yang kurang dari 95% dari volume yang
dinyatakan pada etiket. Jika A adalah volume rata-rata kurang dari 100% dari yang
tertera pada etiket akan tetapi tidak ada satu wadahpun volumenya kurang dari 95%
dari volume yang tertera pada etiket, atau B tidak lebih dari satu wadah volume
kurang dari 95%, tetapi tidak kurang dari 90% dari volume yang tertera pada etiket,
lakukan pengujian terdadap 20 wadah tambahan. Volume rata-rata larutan yang
diperoleh dari 30 wadah tidak kurang dari 100% dari volume yang tertera pada etiket,
dan tidak lebih dari satu dari 30 wadah volume kurang dari 95%, tetapi tidak kurang
dari 90% seperti yang tertera pada etiket (Voigt, R. 1995).
2.2.2
Evaluasi Suspensi
laju
sedimentasi
digunakan
untuk
mengetahui
kecepatan
Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas ukur kering terpisah
dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih dari dua setengah kali volume yang
Jika
telah
bebas
dari
gelembung
udara,
ukur
volume
dari
tiap
Organoleptis
Meliputi pewarnaan, bau, rasa dan dari seeiaan emulsi pada penyimpanan
pada suhu rendah 5oC dan tinggi 35oC pada penyimpanan masing-masing 12 jam.
2)
Volume Terpindahkan
Untuk penetapan volume terpindahkan, pilih tidak kurang dari 30 wadah, dan
selanjutnya ikuti prosedur berikut untuk bentuk sediaan tersebut. Kocok isi dari 10
wadah satu persatu.
Prosedur:
Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas ukur kering terpisah dengan
kapasitas gelas ukur tidak lebih dari dua setengah kali volume yang diukur dan telah
dikalibrasi, secara hati-hati untuk menghindarkan pembentukkan gelembung udaa
pada waktu penuangan dan diamkan selama tidak lebih dari 30 menit.
Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari tiap campuran: volume
rata-rata larutan yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100 %, dan tidak
satupun volume wadah yang kurang dari 95 % dari volume yang dinyatakan pada
etiket. Jika A adalah volume rata-rata kurang dari 100 % dari yang tertera pada etiket
akan tetapi tidak ada satu wadahpun volumenya kurang dari 95 % dari volume yang
tertera pada etiket, atau B tidak lebih dari satu wadah volume kurang dari 95 %, tetapi
tidak kurang dari 90 % dari volume yang tertera pada etiket, lakukan pengujian
terdadap 20 wadah tambahan. Volume rata-rata larutan yang diperoleh dari 30 wadah
tidak kurang dari 100 % dari volume yang tertera pada etiket, dan tidak lebih dari satu
dari 30 wadah volume kurang dari 95 %, tetapi tidak kurang dari 90 % seperti yang
tertera pada etiket.
3)
Penentuan viskositaas
Dilakukan terhadap emulsi, pengukuran viskositas dilakukan dengna
viskometer brookfield pada 50 putaran permenit (Rpm).
4)
5)
Metode pengenceran
Emulsi yang sudah dibuat dimasukkan dalam gelas piala kemudian diencerkan
dengan air. JIka dapat diencerkan maka emulsi tipe minyak dalam air dan sebaliknya.
6)
7)
Metode warna
Beberapa tetes larutan bahan pewarna lain ( metilen ) dicampurkan ke dalam
contoh emulsi. Jika selurih emulsi berwarna seragam maka emulsi yang diuji berjenis
minyak dalam air, oleh karena air adalah fase luar. Sampel yang diuji bahan warna
larut sudan III dalam minyak pewarna homogen pada sampel berarti sampel tipe air
dalam minyak karena pewarna pelarut lipoid mampu mewarnai fase luar.
2.3
1)
Uji Sterilitas
Uji sterilitas dilakukan untuk menetapkan apakah bahan farmakope yang
harus steril memenuhi syarat berkenaan dengan uji sterilitas seperti yang tertera pada
masing-masing monografi. Suatu produk dikatakan steril bila memenuhi persyaratan
dalam uji sterilitas dan kemungkinan hasil positif dapat terjadi karena teknik yang
salah atau kontaminasi lingkungan pada waktu pengujian. Ketentuan hasik dari uji
sterilitas yang dilakukan adalah jika terdapat kontamiasi mikroba dengan
menggunakan prosedur farmakope, maka ditentukan bahwa bahan tersebut tidak
memenuhi syarat, begitu pun sebaliknya, jika terdapat kegagalan menunjukkan
adanya kontaminasi mikroba dengan menggunakan prosedur dalam farmakope, maka
ditentukan bahwa bahan tersebut memenuhi syarat. Terdapat 2 metode uji sterilitas,
yaitu:
minyak yang tidak larut dalam isopropyl miristat, dan zat padat. Prinsip pada
pengujian ini adalah dengan menuangkan bahan uji ke dalam media yang kemudian
diinkubasi selama minimal 14 hari. Bahan uji sebelum dimasukkan ke dalam media
akan mengalami perlaukan awal yang berbeda-beda untuk masing-masing produk
farmasi. Bahan uji merupakan larutan yang pada produk farmasi dan kesehatan
kecuali yang berbentuk cairan digunakan untuk membilas atau mendispersi produk
tersebut.
Uji Endoktoksin
Pada proses sterilisasi produk parenteral menggunakan panas, bakteri gram
negatif yang mungkin ada dalam produk akan ati dan lisis terjadi, kemudian
endotoksin akan terlepas dan tetap tinggal di dalam produk dan bersifat stabil
terhadap panas. UJi pirogen dan endotoksin memiliki banyak metode, yaitu bacterial
endotoxin test (BET), metode kelinci (Rabbit test), dan yang terbaru Limulus
amoebocyte lysate (LAL) test. LAL test adalah uji in-vitro untuk deteksi dan analisis
kuantitatif endotoksin bakteri. Metode analisis LAL yang dilakukan mencakup teknik
gel-clot dan turbidimetri kinetik dan kromogenik (kolorimeter). LAL test adalah
metode alternatif terhadap rabbit pyrogen test yang difokuskan pada deteksi senyawa
pirogen dalam produk, untuk menghindari penggunaan hewan/binatang dalam
percobaan dan metode ini lebih akurat (Wibowo, 2015).
2.4
2.4.1
Evaluasi Salep
Evaluasi salep biasa dilakukan dengan beberapa pengujian sebagai berikut:
1)
Daya menyerap air diukur sebagai bilangan air, yang digunakan untuk
mengkarakterisasikan basis absorpsi. Bilangan air dirumuskan sebagai jumlah air
maksimal (g), yang mampu diikat oleh 100 g basis bebas air pada suhu tertentu
(umumnya 15-20o C) secara terus-menerus atau dalam jangka waktu terbatas
(umumnya 24 jam), dimana air tersebut digabungkan secara manual. Kedua bilangan
ukur tersebut dapat dihitung satu ke dalam yang lain melalui persamaan:
2)
Kandungan Air
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk menentukan kandungan air dalam
salep.
3)
Konsistensi
Metode penetrometer
4)
Penyebaran
Penyebaran salap diartikan sebagai kemampuan penyebarannya pada kulit.
Termoresistensi
Dihasilkan melalui tes berayun. Dipergunakan untuk mempertimbangkan
daya simpan salep di daerah dengan perubahan iklim (tropen) terjadi secara nyata dan
terus-menerus.
6)
Ukuran Partikel
Untuk melakukan penelitian orientasi, digunakan grindometer yang banyak
dipakai dalam industri bahan pewarna. Metode tersebut hanya menghasilkan harga
pendekatan, yang tidak sesuai dengan harga yang diperoleh dari cara mikroskopik,
akan tetapi setelah dilakukan peneraan yang tepat, metode tersebut daat menjadi
metode rutin yang baik dan cepat pelaksanaannya (Rokiban, 2014).
2.4.2
1)
Organoleptis
Evalusai organo leptis menggunakan panca indra, mulai dari bau, warna,
Evaluasi pH
Evaluasi pH menggunakan alat pH meter, dengan cara perbandingan 60 g :
200 ml air yang di gunakan untuk mengencerkan , kemudian aduk hingga homogen,
dan diamkan agar mengendap, dan airnya yang di ukur dengan pH meter, catat hasil
yang tertera pada alat pH meter.
3)
Kemudian bagian atasnya di beri kaca yang sama, dan di tingkatkan bebanya, dan di
beri rentang waktu 1 2 menit. kemudian diameter penyebaran diukur pada setiap
penambahan beban, saat sediaan berhenti menyebar (dengan waktu tertentu secara
teratur).
4)
emulgel, dengan cara menggunakan mikroskop sediaan diletakkan pada objek glass,
kemudian diperiksa adanya tetesan tetesan fase dalam ukuran dan penyebarannya.
5)
1)
Evaluasi Fisik
2)
Evaluasi Kimia
Kadar dan stabilitas zat aktif dan lain-lain
3)
Evaluasi Biologi
Kontaminasi mikroba
Salep mata harus steril untuk salep luka bakar, luka terbuka dan penyakit
kulit yang parah juga harus steril.
III.
PENETAPAN PENGEMASAN
3.1
Definisi Pengemasan
Pengemasan adalah wadah atau pembungkus yang dapat membantu mencegah
atau
mengurangi
terjadinya
kerusakan-kerusakan
pada
bahan
yang
3.2
Fungsi Pengemasan
Fungsi paling mendasar dari pengemasan adalah untuk mewadahi dan
2)
3)
Sebagai identitas produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan sebagai alat
komunikasi dan informasi kepada konsumen melalui label yang terdapat pada
kemasan.
4)
5)
6)
7)
8)
9)
4)
5)
Hanya obat yang berasal dari satu batch saja yang boleh ditempatkan dalam
satu palet.
6)
Produk yang rupa dan bentuknya sama tidak boleh dikemas pada jalur yang
berdampingan.
7) Pada jalur pengemasan, nama dan nomer batch harus terlihat jelas.
8)
Produk antara dan produk jadi yang masih dalam proses pengemasan harus
selalu diberi label identitas dan jumlah.
9)
Produk yang telah diisikan kedalam wadah akhir tapi belum diberi label, harus
dipisah dan diberi tanda.
10) Peralatan pengemasan tidak boleh bersentuhan langsung dengan produk.
11)
a)
Tidak toksik
Bahan kemasan tidak mengganggu kesehatan manusia secara langsung
maupun tidak langsung, seperti kandungan Pb.
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
kemasan
sangat
mempengaruhi
efisiensi
penggunaan
ruang
penyimpanan, cara penyimpanan, daya tarik konsumen dan cara pembuatan serta
bahan kemasan yang digunakan. Banyak konsumen yang berbelanja karena tertarik
oleh kemasannya dengan bentuk yang aneh aneh, misalnya bentuk oval/patung dan
sebagainya lebih disukai.
Pada umumnya produsen selalu berusaha untuk mengurangi berat kemasan
yang digunakan karena dengan berkurangnya berat berarti energi yang dibutuhkan
untuk transportasi akan berkurang pula sehingga akan menurunkan harga jual dari
produk yang bersangkutan. Hal ini akan lebih menarik bagi konsumen, sehingga
dapat diharapkan untuk memenangkan persaingan.
i)
j)
Biaya rendah
Salah satu cara untuk mempertahankan produk tersebut terjangkau oleh daya
beli konsumen adalah menurunkan biaya pengemasan sampai batas dimana kemasan
masih dapat berfungsi dengan baik. Hal ini penting karena konsumen akan
melakukan pemilihan terhadap produk yang sama yang ditawarkan dengan harga
yang lebih rendah.
k)
Syarat khusus
Selain syarat syarat yang telah disampaikan, masih ada syarat syarat
khusus yang perlu diperhatikan, misalnya iklim daerah pemasaran yaitu tropis,
subtropis, kelembabannya dan lain lain.
3.3
Pemilihan Kemasan
Faktor Pengamanan
Kemasan harus melindungi produk terhadap berbagai kemungkinan yang
dapat menjadi penyebab timbulnya kerusakan barang, misalnya: cuaca, sinar
matahari, jatuh, tumpukan, kuman, serangga dan lain-lain. Contohnya, kemasan
biskuit yang dapat ditutup kembali agar kerenyahannya tahan lama.
2)
Faktor Ekonomi
Perhitungan biaya produksi yang efektif termasuk pemilihan bahan, sehingga
biaya tidak melebihi proporsi manfaatnya. Contohnya, produk-produk refill atau isi
ulang, produk-produk susu atau makanan bayi dalam karton, dan lain-lain.
3)
Faktor Pendistribusian
Kemasan harus mudah didistribusikan dari pabrik ke distributor atau pengecer
sampai ke tangan konsumen. Di tingkat distributor, kemudahan penyimpanan dan
pemajangan perlu dipertimbangkan. Bentuk dan ukuran kemasan harus direncanakan
dan dirancang sedemikian rupa sehingga tidak sampai menyulitkan peletakan di rak
atau tempat pemajangan.
4)
Faktor Komunikasi
Sebagai media komunikasi kemasan menerangkan dan mencerminkan produk,
citra merek, dan juga bagian dari produksi dengan pertimbangan mudah dilihat,
dipahami dan diingat. Misalnya, karena bentuk kemasan yang aneh sehingga produk
tidak dapat diberdirikan, harus diletakkan pada posisi tidur sehingga ada tulisan
yang tidak dapat terbaca dengan baik; maka fungsi kemasan sebagai media
Faktor Ergonomi
Pertimbangan agar kemasan mudah dibawa atau dipegang, dibuka dan
mudah diambil sangatlah penting. Pertimbangan ini selain mempengaruhi bentuk dari
kemasan itu sendiri juga mempengaruhi kenyamanan pemakai produk atau
konsumen.
6)
Faktor Estetika
Keindahan pada kemasan merupakan daya tarik visual yang mencakup
pertimbangan penggunaan warna, bentuk, merek atau logo, ilustrasi, huruf, tata letak
atau layout, dan maskot. Tujuannya adalah untuk mencapai mutu daya tarik visual
secara optimal.
7)
Faktor Identitas
Secara keseluruhan kemasan harus berbeda dengan kemasan lain, memiliki
identitas produk agar mudah dikenali dan dibedakan dengan produk-produk yang
lain.
8)
Faktor Promosi
Kemasan mempunyai peranan penting dalam bidang promosi, dalam hal ini
kemasan berfungsi sebagai silent sales person. Peningkatan kemasan dapat efektif
untuk menarik perhatian konsumen-konsumen baru.
9)
Faktor Lingkungan
Kita hidup di dalam era industri dan masyarakat yang berpikiran kritis. Dalam
situasi dan kondisi seperti ini, masalah lingkungan tidak dapat terlepas dari pantauan
kita. Trend dalam masyarakat kita akhir-akhir ini adalah kekhawatiran mengenai
polusi, salah satunya pembuangan sampah. Salah satunya yang pernah menjadi topik
hangat adalah styrofoam. Pada tahun 1990 organisasi-organisasi lingkungan hidup
Klasifikasi Kemasan
Klasifikasi kemasan berdasarkan struktur sistem kemas (kontak produk
1)
Kemasan primer
Kemasan yang langsung mewadahi atau membungkus bahan yang dikemas.
Misalnya kaleng susu, botol minuman, strip/blister, ampul, vial dan lain-lain.
2)
Kemasan sekunder
3)
Bahan Pengemasan
1) Gelas
Gelas dibuat dengan mencampur pasir dengan soda abu, kapur atau campuran
alkali lainnya. Kemasan yang terbuat dari bahan gelas akan terus menarik bagi
industri pengemasan, karena gelas mempunyai kelebihan kelebihan yang tidak
didapatkan dari bahan bahan kemasan lainnya (Rahmawati, 2013).
Beberapa keuntungan pemakaian bahan kemasan dari gelas, antara lain (Rahmawati,
2013):
dikemas
Disamping keuntungan dari bahan gelas, ada beberapa kelemahannya antara lain
(Rahmawati, 2013):
Bersifat rapuh
kelemahan plastik bila digunakan sebagai kemasan pangan, yaitu jenis tertentu
(misalnya PE, PP, PVC) tidak tahan panas, berpotensi melepaskan migran berbahaya
yang berasal dari sisa monomer dari polimer dan plastik merupakan bahan yang sulit
terbiodegradasi sehingga dapat mencemari lingkungan.
Menurut pembentukannya dapat dibedakan bahan pada sintesis produk
polimerisasi, poliadisi dan polikondensasi. Pada polimerisasi, monomer, senyawa asal
tak jenuh. Produk polimerisasi misalnya polietilen, polipropilen, polivinil klorida.
Melalui poliadisi dapat terbentuk antara lain poliuretan dan harsa epoksida. Pada
proses polikondensasi perajutan dua molekul monomer berlangsung secara kontinyu
dengan diikuti pembentukan produk reaksi molekular rendah (misalnya HCI, NaCI,
NH3, H2O). Secara umum senyawa polikondensat dan poliadisi lebih cocok
digunakan untuk kepentingan pengobatan dan farmasetik daripada polimerisat, oleh
karena itu hanya sedikit atau bahkan tidak memerlukan bahan tambahan, sehingga
toksisitas hanya bersumber dari bahan asalnya.
Plastik yang digunakan sebagai wadah produk sediaan farmasi umumnya
terbuat dari, polimer-polimer. Contohnya polietilen, polietilen tereftalat (PET) dan
polietilen tereftalat, polipropilen (PP), polivinil klorida (PVC).
3) Logam
Kemasan yang terbuat dari logam masih menempati bagian yang penting
dalam bidang pengemasan, meskipun ada saingan yang sangat ketat dari kemasan
yang terbuat dari plastik dan kertas. Hal ini disebabkan oleh karena logam
mempunyai kekuatan mekanik yang baik sekali. Logam yang digunakan untuk
membuat kemasan adalah baja dan kaleng logam (Rahmawati, 2013).
Kemasan yang terbuat dari bahan baja dapat menahan penanganan selama
pengangkutan, dapat diisi, dapat disimpan tanpa menimbulkan banyak masalah dan
sangat ekonomis untuk pemakaian jangka panjang karena dapat dipergunakan
berulang ulang (Rahmawati, 2013).
Kemasan yang terbuat dari baja digunakan untuk menyimpan dan pengiriman
berbagai macam produk seperti asam, alkali, pelarut organik, cat, vernis, pengencer,
minyak saos, sirup, buah buahan yang diawetkan dan lain lain. Disamping itu
kemasan dari bahan baja dapat dipergunakan untuk mengemas produk semi padat
seperti tepung dan produk yang berbentuk serpihan (Rahmawati, 2013).
Kaleng logam tahan terhadap panas, dingin, uap lembab dan dapat menahan
produk yang kasar selama transportasi dan penyimpanan (Rahmawati, 2013).
Kaleng logam dibuat dari suatu plat baja dengan lapisan timah di kedua
sisinya. Kaleng logam ini dapat digunakan terutama untuk mengemas produk
makanan dengan daya korosi yang sangat tinggi atau tergantung dari tipenya, antara
lain; fosfor, silikon, coppec, nikel, kromanium dan lain lain sampai batas yang
paling minimal yang dapat dilakukan (Rahmawati, 2013).
4) Foil
Foil adalah suatu lembaran dari bahan logam yang mempunyai ketebalan
kurang dari 0.15 mm. Kemasan ini mempunyai posisi yang penting dalam
pengemasan, karena permukaannya yang mengkilap dan menarik untuk dipandang.
Foil yang mempunyai ketebalan antara 0.0375 0.1125 mm digunakan untuk
membuat kemasan semi kaku. Aluminium foil mempunyai sifat kedap air yang baik,
permukaannya dapat memantulkan cahaya sehingga penampilannya menarik,
permukaannya licin, dapat dibentuk sesuai dengan keinginan dan mudah dilipat, tidak
terpengaruh oleh sinar, tahan terhadap temperatur tinggi sampai di atas 290C, tidak
berasa, tidak berbau, tidak beracun dan hygienis. Kemasan foil dapat digunakan
untuk mengemas roti, makanan beku, obat obatan, bahan farmasi, bahan kimia,
makanan yang higroskopis, jam, selai dan saos. Bila digunakan untuk mengemas
makanan biasanya foil diletakkan pada bagian dalam, namun bila untuk tujuan
dekoratif maka foil diletakkan pada bagian luar (Rahmawati, 2013).
5) Kertas, Karton, dan Kardus
Kertas, kertas karton, dan kardus kontainer digunakan di bidang manufaktur
farmasi. Karena jenis kontainer ini jarang dirancang untuk berinteraksi dengan
produk obat itu sendiri, mereka tidak begitu divalidasi secara komprehensif dalam
evaluasi yang paling kompendial. Kertas, kertas karton, dan kardus tidak begitu
mahal, mudah untuk mencetak identifikasi, petunjuk, atau materi iklan, dan mudah
ditaati komponen kemasan lainnya.
Aplikasi yang paling umum dari kertas, kertas karton, dan kardus biasanya
bagian dari kontainer farmasi sekunder. Untuk memberikan perlindungan tambahan,
kertas dapat dilaminasi atau dilapisi dengan berbagai bahan. Lebih umum, ketika
kertas terlibat dalam fungsi kemasan kritis, hanya salah satu komponen dari sistem
multikomponen yang menawarkan perlindungan lingkungan yang optimal untuk
lingkungan obat. Kegunaan lain dari kertas, kertas karton, dan kardus yang sebagai
kemasan sekunder atau untuk kemasan pengiriman (Mis., karton bergelombang).
3.6
Desain Kemasan
Kunci utama untuk membuat sebuah desain kemasan yang baik adalah
dikombinasikan untuk menciptakan suatu kesan untuk memberikan daya tarik visual
secara optimal.
Daya tarik visual sendiri berhubungan dengan faktor emosi dan psikologis
yang terletak pada bawah sadar manusia. Sebuah desain yang baik harus mampu
mempengaruhi konsumen untuk memberikan respons positif tanpa disadarinya.
Sering terjadi konsumen membeli suatu produk yang tidak lebih baik dari produk
lainnya walaupun harganya lebih mahal. Dalam hal ini dapat dipastikan bahwa
terdapat daya tarik tertentu yang mempengaruhi konsumen secara psikologis tanpa
disadarinya. Misalnya produk-produk sabun mandi yang pada umumnya memiliki
komposisi yang tidak jauh berbeda. Tetapi produk sabun mandi yang dapat
menampilkan kelembutan yang divisualkan dengan baik pada desain kemasannya, di
antaranya menggunakan warna-warna lembut (pastel) dan merek dengan Font Script
atau Italic (miring) dan memberikan kesan lembut dan anggun akan lebih banyak
dipilih oleh konsumen. Visualisasi yang ditampilkan memberikan efek psikologis
bahwa konsumen akan merasakan kulitnya lebih lembut setelah menggunakan sabun
mandi tersebut.
2)
a.
b.
c.
d.
e.
Bentuk kemasan berikut ini telah disetujui FDA sebagai contoh sistem
kemasan yang mampu memenuhi ketentuan kemasan tahan gangguan sebagaimana
dijelaskan dalam peraturan FDA 21 C.F.R. Parts 211, 314, dan 700.
1)
dari seperempat abad. Semua solid form dibidang farmasi termasuk pill, tablet,
capsul, lozenges, dikemas dengan sistem ini. Tetapi yang paling umum menggunakan
cara ini adalah tablet dan kapsul. Metodenya adalah mengemas dengan dua lapisan
atas/bawah, dan kemudian di seal dan di cut. Pemilihan dari material harus tepat, agar
tidak ada migrasi dari produk keluar. Produk akan jatuh ke dalam mold yang panas,
kemudian dibentuk kemasan dan mewadahi produk tersebut. Ukuran dan ke dalaman
dari mold tersebut harus cukup untuk menampung produk dan membentuk kantong,
dan jangan sampai produk tertekan. Perlu dicek bahwa heat seal cukup efektif
(Anonim, 2007).
(Anonim,
Mesin Pengemas Strip
2)
20
07).
Kemasan Strip
lembek itu kedalam suatu cetakan. Sesudah mendingin lembaran dilepas dari cetakan
dan berlanjut ke berbagai pengisian dari mesin kemasan. Blister setengah keras yang
terjadi sebelumnya diisi dengan produk dan ditutup dengan bahan untuk bagian
belakang yang dapat disegel dengan pemanasan. Bahan untuk bagian belakangnya,
atau tutupnya, dapat dari jenis yang bisa didorong atau jenis yang dapat dikelupas.
Untuk jenis blister yang bisa didorong, bahan untuk bagian belakangnya biasanya
aluminium foil yang diberi lapisan yang dapat disegel panas. Lapisan pada foil harus
sesuai dengan bahan blister untuk memperoleh segel yang memuaskan, baik untuk
perlindungan produk maupun untuk perlindungan pemalsuan (Lachman, 1994).
Kemasan Blister
dengan menumpuk produk seperti sandwich di antara lapisan tipis plastik yang dapat
diberi bentuk dengan panas, dapat memanjang atau dapat mengerut dengan
pemanasan dan bahan yang kaku untuk bagian belakangnya. Hal ini umumnya
dilakukan dengan memanaskan/melunakan lapisan tipis plastik dan membuat kantung
dengan menariknya dalam vakum melalui cara yang sama seperti pembuatan blister
dalam kemasan blister. Produk dijatuhkan ke dalam kantung, yang kemudian disegel
menjadi bahan yang keras seperti piring kertas yang dipanaskan disegel diberi
lapisan. Jika memakai bahan yang dapat mengerut karena panas, kemasan dilewatkan
ke dalam corong panas, yang mengerutkan lapisan tipis menjadi gelembung atau
member kulit pada produk, sehingga menempel erat pada karton yang ada di bagian
belakangnya (Lachman, 1994).
Digunakan untuk mengemas barang yang cukup banyak atau bulk material
digunakan, multi wall paper sack. Heavy duty bag polyethylene, woven sack
polipropylene dan jute bags, tetapi sekarang ini jute bags sudah kurang popular.
Multiwall paper sack: terdiri dari beberapa lapisan kertas yang saling menunjang,
dengan demikian maka beban yang didukung oleh kantong tersebut akan merata
keseluruh lapisan. Jumlah lapisan bisa antara 2 sampai dengan 6 lapis. Dengan
menggunakan beberapa lapisan kertas yang agak tipis adalah lebih fleksibel dan kuat
daripada menggunakan satu atau dua lapisan kertas yang tebal. Multiwall paper bag
dapat digunakan untuk berbagai produk terutama yang berbentuk bubuk (Anonim,
2007).
Kemasan Bulk
mengerut karena pemanasan, biasanya PVC. Polimer yang dapat mengerut karena
panas diproses sebagai pipa terarah dalam diameter sedikit lebih besar dari tutup dan
lingkar leher botol yang akan disegel. Bahan yang dapat mengerut karena panas
dipasok kepada pengisi botol sebagai pipa yang ada cetakan huruf/gambar dan dapat
dilipat, baik sudah dipotong menurut panjang tertentu atau dalam bentuk gulungan
untuk pekerjaan otomatis. Panjang pipa PVC yang sesuai diluncurkan melalui botol
yang sudah bertutup cukup longgar, sehingga dapat menyatukan tutup dan lingkar
leher botol. Botol kemudian digeser melalui lorong panas, yang mengerutkan pipa
dengan erat di sekeliling tutup dan botol, sehingga ban yang mengerut akan rusak bila
tutup dibuka. Agar mudah membukanya, ban yang mengerut dapat disertai dengan
celah yang dapat dirobek (Lachman, 1994).
Pembungkus dari lapisan tipis telah digunakan secara luas selama bertahuntahun untuk produk yang memerlukan kemasan yang utuh, atau perlindungan
terhadap keadaan sekelilingnya. Pembungkus lapisan tipis dikategorikan dalam tipetipe berikut:
6)
menyediakan kemasan yang tahan gangguan, tetapi melalui seleksi bahan yang
sesuai, juga menyediakan kemasan yang dapat memberi perlindungan yang sangat
ampuh terhadap keadaan sekitarnya. Kantung yang fleksibel biasanya dibentuk
selama pekerjaan pengisian produk, baik dengan peralatan bentuk pembentukan
vertikal maupun horizontal, mengisi dan menyegel.
Pada pelaksanaan membentuk/mengisi/menyegel secara vertikal, suatu
jaringan lapis tipis ditarik meliputi cincin logam dan mengelilingi pipa pengisi yang
vertikal, melalui mana produk dijatuhkan kedalam kemasan yang terbentuk. Pipa
pengisi dari metal juga bekerja sebagai suatu mandrel yang mengontrol keliling dari
kantung dan terhadap mana dibuat segel membujur. Pembentukan segel ini, yang
dapat merupakan segel sirip maupun segel tumpang tindih, mengubah lapisan
kemasan menjadi pipa dari lapisan yang kontinyu. Alat penyegel yang dapat bergerak,
segel orthogonal sampai membujur, mengerutkan bagian bawah tube, membentuk
segel bawah dari kemasan. Produk dijatuhkan melalui pipa, pembentuk ke dalam
kemasan yang terbentuk. Alat penyegel yang dapat bergerak mengangkat pipa lapisan
tipis setinggi panjang kemasan, dan membentuk segel paling atas dan paling akhir
dari kemasan. Segel kemasan paling atas ini menjadi segel bagian bawah dari
kemasan berikutnya, dan proses ini terulang lagi. Karena mesin vertikal yang
membentuk/mengisi/menyegel diisi sesuai arah gravitasi, mereka terutama digunakan
untuk cairan, bubuk dan produk berbentuk granul.
Sistem pembentuk/pengisi/penyegel secara horizontal umumnya digunakan
untuk produk dengan volume lebih kecil, yang dapat lebih cocok untuk ukuran
kemasan yang lebih datar yang dihasilkan mesin jenis ini. Dalam sistem ini, jaringan
lapisan tipis terlipat sendiri dan tidak mengelilingi suatu pipa. Sewaktu lipatan lapisan
tipis diisi secara horizontal melalui mesin, suatu pelat yang dapat bergerak
membentuk kantung-kantung dalam lapisan itu dengan cara membuat segel pemisah
secara vertikal. Produk kemudian ditempatkan ke dalam tiap kantung, dan segel atas
akhir akan terbentuk. Kemasan yang dibuat dengan mesin pembentuk/ pengisi/
penyegel secara horizontal biasanya mempunyai segel keliling bersisi tiga, tetapi ada
kemungkinan terjadi variasi-variasi lain, tergantung jenis mesin yang digunakan.
Mesin Vertikal
Mesin horizontal
Untuk menyiapkan tingkat kesempurnaan kemasan yang diperlukan bagi
kemasan yang tahan gangguan pada mesin horizontal maupun vertikal, maka haruslah
digunakan segel permukaan dalam pada permukaan dalam. Hal ini memungkinkan
pemakaian bahan segel yang efektif seperti polietilen, etilen vinil asetat (EVA), dari
Surlyn, yang bila disegel dengan layak harus dirobek lebih dulu untuk mendapatkan
produknya. Bahan penyegel ini harus digunakan sebagai bagian dari susunan laminasi
supaya diperoleh sifat-sifat yang diperlukan bagi penampilan bahan kemasan yang
layak. Permukaan luar dari laminasi harus merupakan permukaan yang mudah
dicetak dan tahan panas, karena langsung bersentuhan dengan batang-batang
pemanas.
Bahan permukaan luar juga digunakan sebagai pembawa substrat, yang
memberikan sifat-sifat mekanis kepada laminasi yang diperlukan untuk penanganan
kemasan dan pengemasan secara maksimal. Lapisan yang paling umum digunakan
untuk pembawa substrat ialah kertas. Polyester, nilon dan selofan juga digunakan bila
diinginkan suatu keadaan tembus pandang, tahan bocor atau mengkilap. Untuk
produk yang peka terhadap lembab dan oksigen, umumnya digunakan kertas timah
(foil) sebagai bagian dari laminasi lapisan tipis, dengan foil diapit seperti sandwich
antara lapisan luar dan lapisan segel panas. Laminasi seperti kertas/ polietilen/ foil/
polietilen dan polyester/polietilen/foil/polietilen umum digunakan sebagai perintang
yang baik. Polyester yang diberi logam digunakan sebagai pengganti foil untuk
pemakaian beberapa kemasan perintang karena biayanya lebih rendah, penampilan
yang baik sekali dan tahan lekukan (Lachman, 1994).
Dan masih ada banyak lagi teknik pengemasan produk farmasi seperti;
Penyegel Botol, Segel Berupa Pita, Tutup yang Mudah Dirobek, Tube yang Disegel,
Wadah Aerosol dan Kotak Karton yang Disegel (Lachman, 1994).
3.8
Pelabelan
Informasi yang dapat ditampilkan melalui kemasan. Beberapa informasi yang
Nama produk,
Nama produsen,
Komposisi,
Kandungan gizi,
Cara penggunaan,
Kontra indikasi,
Tanggal kadaluarsa,
Nomor produksi,
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam mengembangkan suatu
produk agar produk itu bermutu, aman dan berkhasiat, maka hal-hal yang perlu
diperhatikan antara lain preformulasi, formulasi, metode analisis, dan desain kemasan
dari produk tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
di