oksigen. H2O2 akan diuraikan oleh katalase dengan cara diubah menjadi molekul
H2O atau dioksidasi oleh senyawa organik lain. Proses yang disebut
oksidasi akan memperpendek rantai alkil asam lemak berurutan di blok
dari dua atom karbon pada satu waktu yang bersamaan, sehingga
mengubah asam lemak menjadi asetil CoA. Peroksisom kemudian
mengekspor asetil CoA ke sitosol untuk digunakan kembali dalam reaksi
biosintesis. Pada sel mamalia, oksidasi terjadi di kedua mitokondria dan
peroksisom; dalam ragi dan tanaman, bagaimanapun, reaksi penting ini terjadi
secara eksklusif di peroksisom. Peroksisom juga sangat penting dalam
tumbuhan. Terdapat dua jenis peroksisom sudah yang diteliti secara ekstensif.
Tipe pertama terdapat pada daun, yang berfungsi untuk mengkatalisis
produk sampingan dari reaksi pengikatan CO2 pada karbohidrat, yang
disebut fotorespirasi. Reaksi ini disebut fotorespirasi karena
menggunakan O2 dan melepaskan CO2. Tipe peroksisom lainnya,
terdapat dalam biji yang sedang berkecambah. Peroksisom kedua ini,
dinamakan
glioksisom,
mempunyai
fungsi
penting
dalam
pemecahan asam
lemak,
yang
tersimpan
dalam
lemak
biji,
menjadi gula yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman muda.
Proses pengubahan lemak menjadi gula ini dilakukan dengan rangkaian
reaksi yang disebut siklus glioksilat. Dalam siklus glioksilat, dua molekul
asetil-KoA dihasilkan dari pemecahan asam lemak, selanjutnya digunakan untuk
membuat asam suksinat. Selanjutnya asam suksinat ini meninggalkan
peroksisom dan akan diubah menjadi glukosa. Siklus glioksilat ini tidak terjadi
pada sel hewan. Hal ini menyebabkan sel hewan tidak dapat mengubah asam
lemak menjadi karbohidrat.
Fungsi biosintesis penting dari peroksisom hewan adalah untuk
mengkatalisis reaksi pertama dalam pembentukan plasmalogen, yang
merupakan struktur yang paling melimpah dari fosfolipid di myelin (Gambar 1231). Jika kekurangan plasmalogen akan menyebabkan kelainan
mendalam dalam mielinasi akson sel saraf, yang menyebabkan penyakit
neurologis seperti gangguan peroxisomal.
12.2 Sebuah Signal Mengarahkan Impor Protein dalam Peroksisom
Sebuah urutan tertentu dari tiga asam amino (Ser-Lys-Leu) yang terletak di Cterminus dari banyak fungsi protein peroxisomal berperan sebagai sinyal
impor (lihat Tabel 12-3, hal. 702). Protein peroxisomal lainnya berisi urutan
sinyal dekat N-terminus. Jika salah satu urutan melekat ke protein sitosol,
protein diimpor ke peroksisom. Proses impor masih kurang dipahami,
meskipun diketahui melibatkan kedua protein larut reseptor di sitosol, yang
mengenali sinyal menargetkan, dan protein docking pada permukaan sitosol dari
peroksisom. Setidaknya 23 protein yang berbeda, yang disebut peroxin,
berpartisipasi dalam proses impor yang didorong oleh hidrolisis ATP.
Peroksisom tidak memiliki DNA dan ribosom sehingga tidak dapat mensintesis
protein sendiri. Oleh karena itu dilakukan impor protein melalui membran. Hanya
protein tertentu yang dapat masuk ke peroksisom, yaitu protein yang memiliki
sekuen tiga asam amino spesifik (serin-lisin-leusin) pada ujung C atau ujung N
(Protein Targeting Signal/PTS). Protein reseptor impor peroksisom yang terlibat
dalam transpor protein ke dalam peroksisom adalah peroksin (Pex). Protein
reseptor impor peroksisom yang larut dalam sitosol (Pex2 atau Pex5)
mengenali protein peroksisom di sitosol yang mengandung tiga
sekuens asam amino spesifik di ujung N atau ujung C. Pex2 atau Pex5
mengangkut protein ke dalam peroksisom dengan bantuan protein
membran peroksisom. Kemudian di dalam peroksisom protein
dilepaskan lalu Pex2 atau Pex5 kembali ke sitosol.
Struktur SRP. (a) SRP mengandung 6 protein subunit dan satu molekul
RNA(warna merah). Formasi RNA SRP merupakan rangka utama yang
menghubungkan bagian utama SRP yang mengandung daerah pengikatan
urutan sinyal dengan translation pause domain. Terdapat engsel dibagian
molekul RNA SRP yang pada terjadi pengikatan dengan ribosom dapat menekuk.
(b). Pengikatan SRP pada ribosom. SRP berikatan dengan ribosom sub unit besar
dimana urutan sinyal pengikat diposisi dekat dengan rantai polipeptida yang
akan keluar dan translational pause domain di posisi permukaan antara ribosom
subunit, ketika terjadi elongasi.
Sintesis polipeptida dimulai dengan tahap inisiasi di dalam sitoplasma yaitu
setelah mRNA mengikat ribosom bebas, ribosom yang tidak berada pada
membran sitoplasma. Kemudian diikuti tahap pemanjangan translasi di
sitoplasma sampai polipeptida menghasilkan sekuen sinyal yang disebut sinyal
peptide (N-terminal)yang terdiri dari 6-15 asam amino non polar.
Tahap
berikutnya sekuen sinyal yaitu sinyal peptide memberi tahu ribosom
Proses pembentukan protein integral tipe 1. [1] setelah ribosom terikat pada
translocon dalam membrane RE, urutan sinyal N-terminal dipotong oleh enzim
signal peptidase. [2,3] terjadi proses elongasi sampai rantai hidrofobik stoptransfer anchor sequence disintesis dan memasuki translocon. Rantai ini
mencegah pembentukan rantai baru yang masuk ke dalam lumen RE.[4] stoptransfer anchor sequence kemudian bergerak ke kanan pada membran RE yang
diikuti dengan menutupnya translocon.[5] proses elongasi berlanjut lagi namun
tidak masuk ke dalam lumen RE melainkan akan terbentuk di bagian luar dari
membran RE(bagian sitosol).[6] protein integral terbentuk dengan ujung Nterminal(NH3+) berada di dalam lumen dan C-terminus(COO-)berada di sitosol.
Pada protein membran integral tipe 2, yang ditemukan hanya sekuen sinyal
N-terminal seperti yang ditemukan pada protein sekretori. Namun, sekuen sinyal
nya tidak dipotong dari protein membran oleh sinyal peptidase dan sekaligus
berfungsi sebagai pengait membran. Protein membran integral tipe 3 yang
merentang membran beberapa kali, memiliki beberapa peptida sinyal internal
dan sekuen stop transfer untuk mengatur penyusunan rentangan selama
sintesis. Posisi akhir dari N terminal dan C terminal tergantung pada apakah
sekuen sinyal N terminal dipotong atau tidak, dan juga bergantung pada sekuen
terakhirnya apakah sekuen sinyal internal atau sekuen stop transfer. Beberapa
jenis protein kekurangan sinyal N terminal dan hanya memiliki sekuen sinyal
internal.
Proses pembentukan protein integral tipe II dan tipe III.Urutan sinyal
yang masuk ke dalam RE dapat terjadi melalui dua jalan yang berbeda. Protein
dapat masuk ke dalam lumen RE baik N-terminus maupun C-terminus. Proses
nya adalah jika ada lebih asam amino positif sebelum rantai hidrofobik maka
akan berakibat pada N-terminal berada di sitosol(protein inetral tipe II)gambar A.
sedangkan jika ada kelebihan asam amino positif setelah rantai hidrofobik maka
C-terminal berada di sitosol sedangkan N-terminal berada di lumen RE, gambar
B. Protein-protein yang terikat di membran secara kovalen dengan struktur GPI
pada C terminal nya memiliki sekuen sinyal N terminal untuk mengarahkan
mereka ke membran RE kasar dan juga sekuen hidrofobik kedua pada ujung C
terminalnya. Sekuen sinyal N terminal dipotong sinyal peptidase, sementara itu
sekuen C terminal menambahkan struktur GPI pada residu asam amino dekat C
terminal. Struktur GPI tersusun secara bertahap atas penambahan gula