PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada masa sekarang ini bangunan-bangunan yang dibangun baik gedung,
jembatan maupun bangunan lainnya, mayoritas komponen bangunannya terbuat
dari beton. Beton merupakan struktur utama pada suatu bangunan yang terdiri dari
campuran semen, air, pasir, dan agregat kasar, yang berfungsi untuk menopang
beban yang terjadi. Pada awalnya beton merupakan bahan yang elastis, tetapi
setelah umur tertentu akan mengeras dan mempunyai kekuatan tertentu pula,
sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Beton merupakan bahan bangunan yang hanya dapat menahan gaya tarik
namun tidak dapat menahan gaya tekan. Untuk menghasilkan bangunan yang
maksimal, beton tersebut haruslah dapat menahan gaya tarik dan tekan. Dalam
perwujudan hal tersebut, maka beton perlu ditambahkan tulangan agar dapat
menahan gaya tekan, sehingga beton dapat berfungsi dengan maksimal. Dengan
ditambahkannya tulangan beton tersebut dinamakan Beton Bertulang.
Untuk membentuk beton menjadi bentuk yang diinginkan diperlukan suatu
alat bantu yang biasa dikenal dengan sebutan Acuan dan Perancah / Bekisting /
Form Work yang berupa cetakan, atau suatu konstruksi sementara dari suatu
bangunan yang berfungsi untuk mendapatkan suatu konstruksi beton yang
diinginkan sesuai dengan porsinnya sebagai bangunan pembantu. Acuan Perancah
bersifat sementara yang harus kuat dan kokoh, namun mudah dibongkar agar tidak
menimbulkan kerusakan pada beton.
Baik buruk dari pengerjaan acuan dan perancah dapat mempengaruhi hasil
akhir dari mutu beton yang dikerjakan. Acuan yang kurang baik dapat
menimbulkan kerugian seperti kehilangan material, perubahan dimensi beton,
perubahan struktur bangunan, dan juga dapat mempengaruhi keselamatan pekerja.
Dalam pelaksanaannya seorang ahli di bidang tersebut harus mempunyai
keterampilan khusus dan mempunyai pengetahuan dasar yang cukup tentang
acuan dan perancah.
1
akan diteliti ialah bagaimana cara menentukan bekisting yang baik, kuat,
dan kokoh serta mampu menahan pengisian mortal ke dalam bekisting dan
mampu menahan pemadatan / vibrator pada saat pengisian portal berlangsung.
1.4 Modul Praktikum
Adapun modul-modul yang dilaksanakan dalam praktikum acuan perancah
adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pemasangan Bowplank
Pemasangan Bekisting Dinding
Pemasangan Bekisting Kolom
Pemasangan Bekisting Balok
Pemasangan Bekisting Plat Lantai
Pemasangan Bekisting Tangga
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Definisi Acuan Perancah
Acuan dan perancah adalah suatu konstruksi yang bersifat sementara yang
berupa mal / cetakan pada bagian kedua sisi atas dan bawah dari bentuk beton
yang dikehendaki. Acuan berfungsi sebagai konstruksi yang diinginkan,
Sedangkan Perancah berfungsi sebagai pembantu memperkuat bentuk konstruksi.
Acuan perancah memiliki beberapa fungsi, yaitu :
1. Memberikan bentuk kepada konstruksi beton
2. Dapat mendapatkan permukaan struktur yang diharapkan
3. Menopang beton sebelum sampai kepada konstruksi yang cukup keras
dan mampu memikul beban sendiri maupun beban luar
4. Mencegah hilangnya air semen ( air pencampur ) pada saat pengecoran
5. Sebagai isolasi panas pada beton
2.2 Syarat - Syarat Acuan Perancah
a. Kuat
Didalam pekerjaan ini beban-beban beton yang berada pada bekisting
dan beban lain yang dipikul oleh bekisting itu sendiri. Oleh karena itu,
diperlukan suatu acuan perancah yang kuat untuk dapat memikul beban yang
diterimanya.
b. Berat Hidup
Cetakan harus sanggup menahan beban hidup, yaitu : baik orang yang
sedang mengerjakan beton tersebut, Vibrator, dan adanya kemungkinan
terjadinya suatu Gempa atau Retakan.
c. Mudah Dibongkar
Acuan dan perancah harus mudah dibongkar karena acuan hanya bersifat
sementara, dan hal ini menyangkut efisiensi kerja, yaitu tidak merusak beton
yang sudah jadi dan acuan perancahnya dapat digunakan berkali-kali.
d. Ekonomis dan Efesien
3
Didalam pembuatan acuan dan perancah tidak perlu bahan yang terlalu
bagus, namun jangan pula bahan yang sudah tidak layak pakai. Karena kita
harus membuat acuan dan perancah sehemat mungkin dengan tidak
mengurangi mutu dari bekisting dan didalam pembongkarannya acuan dapat
digunakan kembali sehingga menghemat biaya.
e. Rapat
Kerapatan suatu bekisting sangat mempengaruhi didalam proses
pengecoran. Karena apabila bekisting yang kita pakai tidak rapat maka
adukan yang kita pakai tadi akan keluar dan akan mengakibatkan mutu beton
yang kurang bagus karena pasta semen keluar dari bekisting.
f. Rapi
Rapi dalam penyusunan sehingga bisa enak dilihat dengan kasat mata
dan mudah dalam penyusunan dan pembongkaran.
g. Bersih
Untuk mendapatkan hasil yang baik cetakan harus bersih apabila cetakan
tidak bersih, maka dalam proses pengecoran kotoran mungkin akan naik dan
masuk ke dalam adukan beton sehingga akan mengurangi mutu beton dan
apabila kotoran tidak naik maka kotoran tersebut akan melekat pada bagian
bawah beton sehingga sulit untuk dibersihkan.
2.3 Kerugian - Kerugian Acuan Perancah
a. Perubahan Geometrik
Perubahan ini mengakibatkan bentuk yang kita harapkan tidak sesuai
dengan rencana, misalkan : suatu konstruksi yang menyiku menjadi tidak
siku, akibatnya akan mengadakan perbaikan lagi atau misalkan perlu
ditambahkan pekerjaan finishing lagi.
b. Penurunan Mutu Beton
BAB III
6
Gambar Alat
Nama Alat
Kegunaan
Waterpass Alat yang berfungsi untuk
mengukur kerataan suatu
objek yang dikerjakan.
Selang
Benang
kesikuan
dalam
pemasangan bowplank.
Unting-
Unting
antara
mengukur
patok
yang
jarak
satu
theodolit
permukaan
diatas
tanah
dan
Linggis
Palu 5 kg
Alat Tulis
10
Gergaji
potong
11
Kapak
memudahkan
kayu
menacap ditanah.
12
Palu
13
Klam
pengikatan
14
Siku
15
Scapolding
3.2 Bahan
Bahan merupakan suatu kebutuhan pokok dalam melakukan suatu pekerjaan.
Bahan yang digunakan adalah:
No
Gambar Bahan
Nama Alat
Kegunaan
Lat kayu
Pipa Pvc
mortal
saat
pengecoran.
4
Paku
BAB IV
PEMASANGAN BOWPLANK
10
11
Gambar Kerja
12
BAB V
PEMASANGAN BEKISTING DINDING
5.1 Tujuan Praktikum
Tujuan pemasangan bekisting dinding adalah untuk mengetahui cara
pemasangan dan bahan triplek ukuran berapa yang digunakan dalam pemasangan
bekisting dinding ini.
5.2 Dasar Teori
Pemasangan bekisting dinding ini / mal haruslah memenuhi beberapa syarat
dibawah ini, antara lain :
13
beton
yang
permukaan
arkistis,
bekistingnya
haruslah
Gambar Kerja
15
BAB VI
PEMASANGAN BEKISTING KOLOM
6.1 Tujuan Praktikum
Tujuan pemasangan bekisting dinding adalah untuk mengetahui macammacam dan kegunaan peralatan yang dipakai untuk pembuatan cetakan kolom
dengan baik dan untuk mengetahui cara peletakan rapit klam untuk cetakan kolom
persegi.
6.2 Dasar Teori
Dalam pengecoran kolom pada setiap pembangunan diperlukan ketelitian,
baik mulai dari pembesian, pembuatan cetakan/ bekisting hingga pengecoran
betonnya sendiri. Untuk itu sangatlah penting pembuatan cetakan yang baik,
tegak, kuat, siku, dan lurus antara kolom satu dengan yang lainnya, guna untuk
menghasilkan kolom yang baik/ yang diinginkan.
6.3 Peralatan dan Bahan
a. Peralatan yang digunakan :
1. Gergaji
2. Siku
3. Benang
16
4.
5.
6.
7.
8.
Unting unting
Palu besi
Palu kayu
Meteran 5 meter
Klam
17
Gambar Kerja
18
BAB VII
PEMASANGAN BEKISTING BALOK
7.1 Tujuan Praktikum
Tujuan pemasangan bekisting balok adalah untuk mengetahui penting
pembuatan cetakan yang baik, rata, kuat, siku dan lurus, karena apabila bekisting
tidak siku maka beton yang dihasilkan akan berubah bentuknya.
7.2 Dasar Teori
Dalam pengecoran balok pada setiap pembangunan sangat diperlukan
ketelitian, baik mulai dari pembesian, pembuatan cetakan/ bekisting hingga
pengecoran betonnya sendiri.
Untuk itu sangatlah penting pembuatan cetakan yang baik, rata, kuat, siku dan
kelurusannya.
7.3 Peralatan dan Bahan
a. Peralatan yang digunakan :
1. Gergaji
2. Palu kayu
3. Palu besi
4. Siku
5. Waterpass
6. Scapolding
7. Unting - unting
8. Klam
9. Meteran 5 meter
10. Tangga
b. Bahan yang digunakan :
1. Paku
2. Multriplek
3. Balok 7/10
19
terpasang
semua,
kontrollah
kedataran,
kesikuan
dan
ketinggiannya.
Gambar Kerja
20
BAB VIII
21
22
BAB IX
PEMASANGAN BEKISTING TANGGA
9.1 Tujuan Praktikum
Tujuan pemasangan bekisting tangga adalah untuk mengetahui cara
pelaksanaan dilapangan serta untuk mengatasi masalah pada saat pengerjaan
23
berlangsung, dapat merencanakan bekisting tagga yang akan dibuat dengan dan
ideal.
9.2 Dasar Teori
a. Cetakan tangga
Pada setiap pembuatan bangunan bertingkat maka pekerjaan tangga juga
diperlukan. Fungsi dari tangga ialah untuk menghubungkan lalulintas dari
satu lantai ke lantai yang lain. Tangga bisa dibuat dari konstruksi kayu, baja,
alumunium, beton, dan lain-lain.
Bentuk-bentuk tangga:
1. Tangga spiral
2. Tangga lurus
3. Tangga dengan burdes
4. Tangga poros
5. Tangga lingkran
6. Tangga lingkaran, dan lain-lain.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1. Perencanaan tangga
2. Bentuk optride dan cetakannya
3. Pembuatan cetakan tangga
Syarat-syarat acuan tangga:
1.
2.
3.
4.
Lebar tangga
Optride
Antride
Kemiringan maksimum
45
atau
dengan
menggunakan
perbandingan.
Syarat tangga ideal = 2 x optride + 1 antride = 1 langkah (57 cm 65 cm)
Macam-macam acuan dan perancah untuk tangga:
1. Cetakan tangga lurus
2. Cetakan tangga membelok
3. Cetakan tangga melingkar
9.3 Peralatan dan Bahan
a. Peralatan yang digunakan :
1. Kapur
2. Siku
3. Unting-unting
4. Meteran
5. Gergaji potong
24
6. Linggis
7. Palu besi
8. Palu kayu
9. Waterpass
10. Pensil
b. Bahan yang digunakan :
1. Paku
2. Multriplek
3. Balok kayu ukuran
4. Benang
9.4 Keselamatan Kerja
1. Simpan alat pada tempat yang telah disediakan
2. Pakai seragam praktek
3. Pusatkan perhatian pada pekerjaan
4. Ikutilah petunjuk instruktur
5. Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya
9.5 Langkah Kerja
1. Siapkan alat serta bahan yang akan digunakan.
2. Pasang tiang-tiang untuk peletakan bekisting tangga.
3. Pasangkan perancah dengan kuat dan baik.
4. Penimbangan gelagar .
5. Pemasangan papa lantai dengan baik sesuai gambar kerja.
6. Pemasangan dinding cetakan beserta pengambaran tride-tridenya.
7. Pemasangan papan penceta optride.
8. Atur posisi perancah dengan baik sesuai dengan posisi yang diinginkan.
9. Ukur kesikuan kayu dengan menggunakan waterpass.
25
BAB X
PENUTUP
10.1 Simpulan
Dari praktek perancah yang telah dilakukan, penulis dapat menarik beberapa
simpulan :
1. Lembaran kerja (job sheet) harus dipelajari dengan baik sebelum
memulai pekerjaan.
2. Pada saat penyambungan kayu harus mengetahui dulu berapa ukuran
kayu yang akan dikerjakan, sehingga tidak terjadi masalah pada saat
mengerjakannya.
3. Untuk memperoleh hasil yang sempurna, ketelitian dan kesabaran
yang harus diutamakan dalam pekerjaan.
4. Praktek kerja perancah sangat penting dalam sebuah bangunan untuk
mempermudah suatu pekerjaan.
10.2 Saran
Dari pengalaman yang telah kami lakukan pada pekerjaan perancah, penulis
mengharapkan kepada instruktur / dosen pembimbing beberapa hal :
1. Kami mengharapkan pembimbing dapat selalu mengawasi kami pada
saat praktek.
26
2. Bila instruktur dalam keadaan sibuk dan tidak bisa mendampingi kami
pada saat bekerja, kami mengharapkan supaya instruktur dapat
melakukan pengecekan beberapa kali, sehingga bila dapat kesalahan
kami dapat memperbaikinya dengan cepat.
3. Kami berharap peralatan yang ada dibengkel harus layak dipakai
semua, agar tidak terjadi kesalahan pada waktu pengerjaannya.
DAFTAR PUSTAKA
27
DOKUMENTASI
28
29