Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada masa sekarang ini bangunan-bangunan yang dibangun baik gedung,
jembatan maupun bangunan lainnya, mayoritas komponen bangunannya terbuat
dari beton. Beton merupakan struktur utama pada suatu bangunan yang terdiri dari
campuran semen, air, pasir, dan agregat kasar, yang berfungsi untuk menopang
beban yang terjadi. Pada awalnya beton merupakan bahan yang elastis, tetapi
setelah umur tertentu akan mengeras dan mempunyai kekuatan tertentu pula,
sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Beton merupakan bahan bangunan yang hanya dapat menahan gaya tarik
namun tidak dapat menahan gaya tekan. Untuk menghasilkan bangunan yang
maksimal, beton tersebut haruslah dapat menahan gaya tarik dan tekan. Dalam
perwujudan hal tersebut, maka beton perlu ditambahkan tulangan agar dapat
menahan gaya tekan, sehingga beton dapat berfungsi dengan maksimal. Dengan
ditambahkannya tulangan beton tersebut dinamakan Beton Bertulang.
Untuk membentuk beton menjadi bentuk yang diinginkan diperlukan suatu
alat bantu yang biasa dikenal dengan sebutan Acuan dan Perancah / Bekisting /
Form Work yang berupa cetakan, atau suatu konstruksi sementara dari suatu
bangunan yang berfungsi untuk mendapatkan suatu konstruksi beton yang
diinginkan sesuai dengan porsinnya sebagai bangunan pembantu. Acuan Perancah
bersifat sementara yang harus kuat dan kokoh, namun mudah dibongkar agar tidak
menimbulkan kerusakan pada beton.
Baik buruk dari pengerjaan acuan dan perancah dapat mempengaruhi hasil
akhir dari mutu beton yang dikerjakan. Acuan yang kurang baik dapat
menimbulkan kerugian seperti kehilangan material, perubahan dimensi beton,
perubahan struktur bangunan, dan juga dapat mempengaruhi keselamatan pekerja.
Dalam pelaksanaannya seorang ahli di bidang tersebut harus mempunyai
keterampilan khusus dan mempunyai pengetahuan dasar yang cukup tentang
acuan dan perancah.
1

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum Acuan Perancah adalah untuk
mengetahui bagaimana pemasangan bekisting yang baik dan kuat serta
mengetahui dasar-dasar pemasangan bekisting dilapangan.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
yang

akan diteliti ialah bagaimana cara menentukan bekisting yang baik, kuat,

dan kokoh serta mampu menahan pengisian mortal ke dalam bekisting dan
mampu menahan pemadatan / vibrator pada saat pengisian portal berlangsung.
1.4 Modul Praktikum
Adapun modul-modul yang dilaksanakan dalam praktikum acuan perancah
adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pemasangan Bowplank
Pemasangan Bekisting Dinding
Pemasangan Bekisting Kolom
Pemasangan Bekisting Balok
Pemasangan Bekisting Plat Lantai
Pemasangan Bekisting Tangga

BAB II

DASAR TEORI
2.1 Definisi Acuan Perancah
Acuan dan perancah adalah suatu konstruksi yang bersifat sementara yang
berupa mal / cetakan pada bagian kedua sisi atas dan bawah dari bentuk beton
yang dikehendaki. Acuan berfungsi sebagai konstruksi yang diinginkan,
Sedangkan Perancah berfungsi sebagai pembantu memperkuat bentuk konstruksi.
Acuan perancah memiliki beberapa fungsi, yaitu :
1. Memberikan bentuk kepada konstruksi beton
2. Dapat mendapatkan permukaan struktur yang diharapkan
3. Menopang beton sebelum sampai kepada konstruksi yang cukup keras
dan mampu memikul beban sendiri maupun beban luar
4. Mencegah hilangnya air semen ( air pencampur ) pada saat pengecoran
5. Sebagai isolasi panas pada beton
2.2 Syarat - Syarat Acuan Perancah
a. Kuat
Didalam pekerjaan ini beban-beban beton yang berada pada bekisting
dan beban lain yang dipikul oleh bekisting itu sendiri. Oleh karena itu,
diperlukan suatu acuan perancah yang kuat untuk dapat memikul beban yang
diterimanya.
b. Berat Hidup
Cetakan harus sanggup menahan beban hidup, yaitu : baik orang yang
sedang mengerjakan beton tersebut, Vibrator, dan adanya kemungkinan
terjadinya suatu Gempa atau Retakan.
c. Mudah Dibongkar
Acuan dan perancah harus mudah dibongkar karena acuan hanya bersifat
sementara, dan hal ini menyangkut efisiensi kerja, yaitu tidak merusak beton
yang sudah jadi dan acuan perancahnya dapat digunakan berkali-kali.
d. Ekonomis dan Efesien
3

Didalam pembuatan acuan dan perancah tidak perlu bahan yang terlalu
bagus, namun jangan pula bahan yang sudah tidak layak pakai. Karena kita
harus membuat acuan dan perancah sehemat mungkin dengan tidak
mengurangi mutu dari bekisting dan didalam pembongkarannya acuan dapat
digunakan kembali sehingga menghemat biaya.
e. Rapat
Kerapatan suatu bekisting sangat mempengaruhi didalam proses
pengecoran. Karena apabila bekisting yang kita pakai tidak rapat maka
adukan yang kita pakai tadi akan keluar dan akan mengakibatkan mutu beton
yang kurang bagus karena pasta semen keluar dari bekisting.
f. Rapi
Rapi dalam penyusunan sehingga bisa enak dilihat dengan kasat mata
dan mudah dalam penyusunan dan pembongkaran.
g. Bersih
Untuk mendapatkan hasil yang baik cetakan harus bersih apabila cetakan
tidak bersih, maka dalam proses pengecoran kotoran mungkin akan naik dan
masuk ke dalam adukan beton sehingga akan mengurangi mutu beton dan
apabila kotoran tidak naik maka kotoran tersebut akan melekat pada bagian
bawah beton sehingga sulit untuk dibersihkan.
2.3 Kerugian - Kerugian Acuan Perancah
a. Perubahan Geometrik
Perubahan ini mengakibatkan bentuk yang kita harapkan tidak sesuai
dengan rencana, misalkan : suatu konstruksi yang menyiku menjadi tidak
siku, akibatnya akan mengadakan perbaikan lagi atau misalkan perlu
ditambahkan pekerjaan finishing lagi.
b. Penurunan Mutu Beton

Seperti halnya terjadi kebocoran pada acuannya, hal ini akan


mengakibatkan air yang diikuti semen tadi keluar sehingga mutu / kekuatan
beton menjadi berkurang.
c. Perubahan Dimensi
Terjadinya perubahan ukuran dari dimensi yang kita rencanakan
akibatnya jika terjadi perubahan ini maka akan memperbesar dan
memperkecil volumenya. Sedangkan untuk melakukan perbaikan akan
membutuhkan waktu dan biaya lagi, hal ini akan menghambat pekerjaan yang
lainnya.
2.4 Bagian - Bagian Acuan Perancah
a. Papan Cetakan
Dapat digunakan papan sebagai dinding acuan. Apabila digunakan papan
maka penyambungan dapat dilakukan dalam arah melebar ataupun
memanjang, perlu diiperhatikan dalam penyanbungan papan harus benarbenar rapat agar tidak ada air yang keluar.
b. Klam Perangkai
Klam merupakan unsur acuan dan perancah yang mempunyai dua fungsi
yaitu :
1. Sebagai bahan penyambung papan acuan pada arah memanjang
maupun melebar
2. Sebagai bahan pengaku acuan pada arah melebar.
Klam dapat terbuat dari papan seperti papan acuan, namun perlu
dipotong potong sesuai ukuran yang dikehendaki atau cukup menggunakan
papan sisa yang masih cukup panjang dengan lebar papan yang disambung.

c. Tiang Acuan / Tiang Penyangga

Tiang acuan biasanya digunakan kasau, kayu gelam, ataupun berbahan


besi. Umumnya jumlah tiang kolom 4 buah dan diletakkan diluar sudut
kolom. Jarak pemasangan tiang penyangga tergantung dari :
1. Beban yang ditopang
2. Ukuran balok
3. Ukuran penampang maupun panjang tiang penyangga itu sendiri
4. Skur / pengaku.
d. Gelagar
Gelagar berfungsi sebagai penopang langsung dari acuan yang ada serta
dapat berfungsi untuk mengatur elevasi yang diinginkan dari acuan. Gelagar
terbuat dari bahan kayu berukuran balok maupun papan. Penggunaan bahan
gelagar dari kayu berukuran balok maupun berukuran papan tergantung dari
perencanaan pemakaian bahan, tetapi yang pasti gelagar yang berpenampang
8 x 12 cm akan digunakan untuk menopang beban yang lebih berat jika
dibandingkan balok kasau berukuran 4 x 6 cm maupun papan 2 x 20 cm.
Gelagar dipasang pada tiang bagian atas sesuai dengan ketinggian yang
dibutuhkan. Pemasangan ini dimulai dari gelagar-gelagar bagian tepi, dan
kemudian gelagar bagian tengah. Gelagar bagian tepi dianggap sebagai papan
duga terhadap gelagar bagian tengah. Jarak pemasangan gelagar tergantung
dari :
1. Ukuran penampang bahan gelagar
2. Beban yang dipikul
3. Ketebalan papan acuan

BAB III
6

PERALATAN DAN BAHAN


3.1 Alat
Alat berfungsi membantu memudahkan suatu pekerjaan. Alat yang digunkan
pada praktek ini adalah:
No
1

Gambar Alat

Nama Alat
Kegunaan
Waterpass Alat yang berfungsi untuk
mengukur kerataan suatu
objek yang dikerjakan.

Selang

Alat yang digunakan untuk


mengukur beda tinggi suatu
objek yang dikerjakan dari
patokan bank math.

Benang

Alat yang digunakan untuk


mencari

kesikuan

dalam

pemasangan bowplank.

Unting-

Untuk mengukur ketegakan

Unting

dan keseimbangan alat ukur


theodolit terhadap patok.

Meter Gulung Untuk


(50 m)

antara

mengukur
patok

yang

jarak
satu

dengan yang lainnya.

Meteran 5m Untuk mengukur ketinggian


alat

theodolit

permukaan

diatas

tanah

dan

mengukur tinggi patok.


7

Linggis

Alat yang digunakan sebagai


pembantu saat pencabutan
paku dan pada saat bongkar
bekisting.

Palu 5 kg

Untuk menancapkan patok

(Palu godam) pada permukaan tanah.

Alat Tulis

Untuk menulis data yang


diperoleh di lapangan.

10

Gergaji

Untuk memotong patok

potong

sesuai dengan ukuran yang


telah ditentukan

11

Kapak

Alat yang digunakan sebagai


pembantu untuk meruncingk
an

memudahkan

kayu

menacap ditanah.

12

Palu

Untuk menancapkan paku


dibagian tertentu.

13

Klam

Alat yang digunakan sebagai


pembantu

pengikatan

bekisting balok dan kolom.

14

Siku

Alat yang digunakan sebagai


pembantu penyikuan suatu
objek yang dikerjakan.

15

Scapolding

Digunakan sebagai alat bantu


pemasangan bekisting plat
lantai.

3.2 Bahan
Bahan merupakan suatu kebutuhan pokok dalam melakukan suatu pekerjaan.
Bahan yang digunakan adalah:
No

Gambar Bahan

Nama Alat

Kegunaan

Kayu , papan Bahan pokok pembuatan


dan multiplek acuan prancah.

Lat kayu

Bahan yang diperlukan saat


pemasangan klam, dipasang
diantara klam.

Pipa Pvc

Alat yang menjaga klam


aman dan tidak terganggu
dengan

mortal

saat

pengecoran.
4

Paku

Sebagai alat bantu untuk


pemasangan lat kayu serta
kayu dan multiplek.

BAB IV
PEMASANGAN BOWPLANK

10

4.1 Tujuan Praktikum


Tujuan pemasangan bowplank adalah untuk menentukan titik perletakan
pondasi, kelurusan pondasi dan galian pondasi, serta untuk menentukan sudut
bangunan agar tidak terjadi kemiringan pada saat pengerjaan.
4.2 Dasar Teori
Pemasangan bowplank adalah salah satu pekerjaan pemula / tahap pertama
didalam melaksanakan suatu pembangunan (proyek yang menyangkut dengan
bangunan gedung).
4.3 Peralatan dan Bahan
a. Peralatan yang digunakan:
1. Benang
2. Siku
3. Pensil
4. Meteran 5 meter
5. Meteran 50 meter
6. Waterpass
7. Palu Godam
8. Palu Besi Biasa
9. Selang
b. Bahan yang digunakan:
1. Papan
2. Kayu 5 x 7 cm
3. Paku

4.4 Keselamatan Kerja


1. Simpan alat pada tempat yang telah disediakan
2. Pakai seragam praktek
3. Pusatkan perhatian pada pekerjaan
4. Ikutilah petunjuk instruktur
5. Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya
4.5 Langkah Kerja
1. Siapkan bahan dan alat - alat yang digunakan.

11

2. Tancapkan kayu ukuran 5 x 7 cm ke dalam tanah dengan cara memukul


bagian atas kayu dengan menggunakan palu 5 kg, usahakan kayu yang
ditancapkan tidak goyang.
3. Jarak titik perletakan pondasi 10 x 10 meter dan jarak antara patok satu
dengan patok yang lain 1 meter.
4. Pasang papan yang sudah disiapkan pada patok tersebut, kemudian
pakukan dan ukur kerataan papan dengan menggunakan waterpass.
5. Setelah itu, ukur kerataan tanah antara satu bowplank dengan bowplank
yang lain dengan menggunakan selang air agar dapat mengetahui tinggi
rendahnya suatu tanah.
6. Pakukan paku pada pertengahan papan bowplank, dan ikat benang pada
masing - masing paku agar dapat mengetahui garis tengah / as pondasi,
usahakan sudut benang harus tepat mengenai titik perletakan pondasi.
7. Ukur sudut berbentuk segitiga dengan ukuran 60 x 80 cm dan garis
kemiringannya harus dapat 100 cm.

Gambar Kerja

12

BAB V
PEMASANGAN BEKISTING DINDING
5.1 Tujuan Praktikum
Tujuan pemasangan bekisting dinding adalah untuk mengetahui cara
pemasangan dan bahan triplek ukuran berapa yang digunakan dalam pemasangan
bekisting dinding ini.
5.2 Dasar Teori
Pemasangan bekisting dinding ini / mal haruslah memenuhi beberapa syarat
dibawah ini, antara lain :

13

1. Pemasangan bekistingnya tidak bocor/ berlubang


2. Untuk

beton

yang

permukaan

arkistis,

bekistingnya

haruslah

mempunyai struktur seperti yang dinginkan yaitu seperti permukaannya


harus licin
3. Kekuatan bekisting haruslah diperhatikan kekokohannya
4. Ukuran/dimensi bekistingnya haruslah sesuai dengan ukuran yang
direncanakan sebelumnya
5. Kebersihan bekisting haruslah diperiksa sebelum penuangan campuran
beton kedalamnya.
5.3 Peralatan dan Bahan
a. Peralatan yang digunakan:
1. Siku
2. Meteran 5 meter
3. Benang
4. Pensil
5. Gergaji
6. Klam
7. Palu besi
8. Unting - unting
9. Palu kayu
b. Bahan yang digunakan :
1. Multiplek
2. Balok kayu ukuran 10 x 10 cm
3. Pipa PVC 3 / 8
4. Lat kayu
5. Paku
5.4 Keselamatan Kerja
1. Simpan alat pada tempat yang telah disediakan
2. Pakai seragam praktek
3. Pusatkan perhatian pada pekerjaan
4. Ikutilah petunjuk instruktur
5. Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya
5.5 Langkah Kerja
1. Siapkan peralatan dan bahan yang digunakan.
2. Garislah perletakan multiplek pada lantai dengan berbentuk leter L dan
cek kesikuan garis tersebut dengan menggunakan siku.
14

3. Kemudian pakukan lat kayu pada pinggiran multiplek dan diberikan


spasi antara lat kayu satu dengan lat kayu lainnya.
4. Letakkan multiplek diatas garis yang sudah digaris tadi dan letakkan
balok kayu yang berhimpitan dengan multiplek untuk penyangganya.
5. Sebelum pemasangan klam, perhatikan balok kayu harus benar - benar
tegak, dan cek kesikuan multiplek pada bagian sudut dinding.
6. Pasangkan klam disamping kiri dan kanan balok kayu sampai erat,
sehingga mal tersebut tidak goyang.
7. Lakukan langkah 3, 4, 5 dan 6 pada pemasangan selanjutnya.
8. Pasang unting - unting pada bagian atas multiplek untuk mengetahui
kelurusan multiplek / mal.

Gambar Kerja

15

BAB VI
PEMASANGAN BEKISTING KOLOM
6.1 Tujuan Praktikum
Tujuan pemasangan bekisting dinding adalah untuk mengetahui macammacam dan kegunaan peralatan yang dipakai untuk pembuatan cetakan kolom
dengan baik dan untuk mengetahui cara peletakan rapit klam untuk cetakan kolom
persegi.
6.2 Dasar Teori
Dalam pengecoran kolom pada setiap pembangunan diperlukan ketelitian,
baik mulai dari pembesian, pembuatan cetakan/ bekisting hingga pengecoran
betonnya sendiri. Untuk itu sangatlah penting pembuatan cetakan yang baik,
tegak, kuat, siku, dan lurus antara kolom satu dengan yang lainnya, guna untuk
menghasilkan kolom yang baik/ yang diinginkan.
6.3 Peralatan dan Bahan
a. Peralatan yang digunakan :
1. Gergaji
2. Siku
3. Benang

16

4.
5.
6.
7.
8.

Unting unting
Palu besi
Palu kayu
Meteran 5 meter
Klam

b. Bahan yang digunakan :


1. Paku
2. Multiplek ukuran 12 mm
3. Balok kayu ukuran 7 x 10 cm
6.4 Keselamatan Kerja
1. Simpan alat pada tempat yang telah disediakan
2. Pakai seragam praktek
3. Pusatkan perhatian pada pekerjaan
4. Ikutilah petunjuk instruktur
5. Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya
6.5 Langkah Kerja
1. Siapkan peralatan dan bahan yang digunakan.
2. Letakkan kayu pada samping kanan dan samping kiri multiplek.
3. Kemudian pakukan kayu dengan multiplek dengan arah memanjang.
4. Dari multiplek yang telah diberi penguat dari balok tadi, kemudian
dirangkai dengan posisi yang lebarnya 40 cm terletak diapit.
5. Setelah cetakan kolom terangkai dan berdiri, kemudian tentukan letak
usuk yang digunakan untuk mengapit rapid klam sebagai penguat
cetakan kolom tersebut.
6. Dikontrol ketegakan dari cetakan kolom tersebut dengan menggunakan
waterpas atau dengan menggunakan unting-unting.

17

Gambar Kerja

18

BAB VII
PEMASANGAN BEKISTING BALOK
7.1 Tujuan Praktikum
Tujuan pemasangan bekisting balok adalah untuk mengetahui penting
pembuatan cetakan yang baik, rata, kuat, siku dan lurus, karena apabila bekisting
tidak siku maka beton yang dihasilkan akan berubah bentuknya.
7.2 Dasar Teori
Dalam pengecoran balok pada setiap pembangunan sangat diperlukan
ketelitian, baik mulai dari pembesian, pembuatan cetakan/ bekisting hingga
pengecoran betonnya sendiri.
Untuk itu sangatlah penting pembuatan cetakan yang baik, rata, kuat, siku dan
kelurusannya.
7.3 Peralatan dan Bahan
a. Peralatan yang digunakan :
1. Gergaji
2. Palu kayu
3. Palu besi
4. Siku
5. Waterpass
6. Scapolding
7. Unting - unting
8. Klam
9. Meteran 5 meter
10. Tangga
b. Bahan yang digunakan :
1. Paku
2. Multriplek
3. Balok 7/10
19

7.4 Keselamatan Kerja


1. Simpan alat pada tempat yang telah disediakan
2. Pakai seragam praktek
3. Pusatkan perhatian pada pekerjaan
4. Ikutilah petunjuk instruktur
5. Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya
7.5 Langkah Kerja
1. Siapkan alat serta bahan yang akan digunakan.
2. Buatlah cetakan balok sesuai dengan ukuran pada gambar kerja.
3. Tentukan ketinggian untuk cetakan balok dan beri tanda pada cetakan
kolom yang sudah ada.
4. Pasanglah cetakan balok tadi pada cetakan kolom yang sudah ada dan
topanglah dengan scaffolding dengan jarak tertentu dan diperkuat
dengan klam.
5. Setelah terpasang keempat

sisi cetakan balok tersebut, pasanglah

scafolding sebagai penyangga dan diatasnya kayu balok ukuran 7/10


untuk memakukan multiplek.
6. Setelah

terpasang

semua,

kontrollah

kedataran,

kesikuan

dan

ketinggiannya.

Gambar Kerja
20

BAB VIII

21

PEMASANGAN BEKISTING PLAT LANTAI


8.1 Tujuan Praktikum
Tujuan pemasangan bekisting plat lantai adalah untuk mengetahui cara
pelaksanaan dilapangan serta untuk mengatasi masalah pada saat pengerjaan
berlangsung.
8.2 Dasar Teori
Dalam pemasangan bekisting plat lantai ini yang sangat diperhatikan adalah
ketegakan dan kesikuan antara bekisting kolom dan bekisting balok, karena
apabila kedua bekisting ini tidak siku dan merata, maka kedataran dan kesikuan
bekisting pada plat lantai tidak memenuhi syarat.
8.3 Peralatan dan Bahan
a. Peralatan yang digunakan :
1. Scapolding
2. Tangga
3. Palu besi
4. Meteran 5 meter
5. Linggis
6. Siku
7. Waterpass
8. Pensil
b. Bahan yang digunakan :
1. Paku
2. Multriplek
3. Balok kayu ukuran 7/10

8.4 Keselamatan Kerja


1. Simpan alat pada tempat yang telah disediakan
2. Pakai seragam praktek
3. Pusatkan perhatian pada pekerjaan
4. Ikutilah petunjuk instruktur
5. Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya

22

8.5 Langkah Kerja


1. Siapkan alat serta bahan yang akan digunakan.
2. Pasang perancah dengan kuat dan baik.
3. Atur posisi perancah dengan baik sesuai dengan posisi yang diinginkan.
4. Taruklah balok kayu 7/10 dengan posisi memanjang dan sejajar dengan
bekisting balok.
5. Ukur kesikuan balok kayu dengan menggunakan waterpass.
6. Setelah penarukan semua selesai, maka baru proses penarukan
multiplek diatas balok kayu tersebut.
7. Dan ukur kesikuan penarukan multiplek dengan menggunakan
waterpass.

BAB IX
PEMASANGAN BEKISTING TANGGA
9.1 Tujuan Praktikum
Tujuan pemasangan bekisting tangga adalah untuk mengetahui cara
pelaksanaan dilapangan serta untuk mengatasi masalah pada saat pengerjaan
23

berlangsung, dapat merencanakan bekisting tagga yang akan dibuat dengan dan
ideal.
9.2 Dasar Teori
a. Cetakan tangga
Pada setiap pembuatan bangunan bertingkat maka pekerjaan tangga juga
diperlukan. Fungsi dari tangga ialah untuk menghubungkan lalulintas dari
satu lantai ke lantai yang lain. Tangga bisa dibuat dari konstruksi kayu, baja,
alumunium, beton, dan lain-lain.
Bentuk-bentuk tangga:
1. Tangga spiral
2. Tangga lurus
3. Tangga dengan burdes
4. Tangga poros
5. Tangga lingkran
6. Tangga lingkaran, dan lain-lain.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1. Perencanaan tangga
2. Bentuk optride dan cetakannya
3. Pembuatan cetakan tangga
Syarat-syarat acuan tangga:
1.
2.
3.
4.

Lebar tangga
Optride
Antride
Kemiringan maksimum

45

atau

dengan

menggunakan

perbandingan.
Syarat tangga ideal = 2 x optride + 1 antride = 1 langkah (57 cm 65 cm)
Macam-macam acuan dan perancah untuk tangga:
1. Cetakan tangga lurus
2. Cetakan tangga membelok
3. Cetakan tangga melingkar
9.3 Peralatan dan Bahan
a. Peralatan yang digunakan :
1. Kapur
2. Siku
3. Unting-unting
4. Meteran
5. Gergaji potong
24

6. Linggis
7. Palu besi
8. Palu kayu
9. Waterpass
10. Pensil
b. Bahan yang digunakan :
1. Paku
2. Multriplek
3. Balok kayu ukuran
4. Benang
9.4 Keselamatan Kerja
1. Simpan alat pada tempat yang telah disediakan
2. Pakai seragam praktek
3. Pusatkan perhatian pada pekerjaan
4. Ikutilah petunjuk instruktur
5. Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya
9.5 Langkah Kerja
1. Siapkan alat serta bahan yang akan digunakan.
2. Pasang tiang-tiang untuk peletakan bekisting tangga.
3. Pasangkan perancah dengan kuat dan baik.
4. Penimbangan gelagar .
5. Pemasangan papa lantai dengan baik sesuai gambar kerja.
6. Pemasangan dinding cetakan beserta pengambaran tride-tridenya.
7. Pemasangan papan penceta optride.
8. Atur posisi perancah dengan baik sesuai dengan posisi yang diinginkan.
9. Ukur kesikuan kayu dengan menggunakan waterpass.

25

BAB X
PENUTUP
10.1 Simpulan
Dari praktek perancah yang telah dilakukan, penulis dapat menarik beberapa
simpulan :
1. Lembaran kerja (job sheet) harus dipelajari dengan baik sebelum
memulai pekerjaan.
2. Pada saat penyambungan kayu harus mengetahui dulu berapa ukuran
kayu yang akan dikerjakan, sehingga tidak terjadi masalah pada saat
mengerjakannya.
3. Untuk memperoleh hasil yang sempurna, ketelitian dan kesabaran
yang harus diutamakan dalam pekerjaan.
4. Praktek kerja perancah sangat penting dalam sebuah bangunan untuk
mempermudah suatu pekerjaan.
10.2 Saran
Dari pengalaman yang telah kami lakukan pada pekerjaan perancah, penulis
mengharapkan kepada instruktur / dosen pembimbing beberapa hal :
1. Kami mengharapkan pembimbing dapat selalu mengawasi kami pada
saat praktek.

26

2. Bila instruktur dalam keadaan sibuk dan tidak bisa mendampingi kami
pada saat bekerja, kami mengharapkan supaya instruktur dapat
melakukan pengecekan beberapa kali, sehingga bila dapat kesalahan
kami dapat memperbaikinya dengan cepat.
3. Kami berharap peralatan yang ada dibengkel harus layak dipakai
semua, agar tidak terjadi kesalahan pada waktu pengerjaannya.

DAFTAR PUSTAKA

Ir Tedjo Mulyono, Ir M . Muhklisin, Drs Setio Utomo 1996, petujuk pratikum


kayu I, pusat pengembangan

pendidikan Politeknik Direktorat Jendral

Tinggi Departemen Pendidikan dan kebudayaan Bandung.


Ir Iman Subarkah, 1984, Vedemakum Lengkap, Teknik Sipil, Idean Darma,
Jakarta.
Jemes. R . Wishing, B.S. Roy H Wishing, B. I.E, 1995 Pengantar Pemetaan,
Erlangga Jakarta.

27

DOKUMENTASI

28

29

Anda mungkin juga menyukai