I1032141003
HANY LUQIANI
I1032141004
PICCY
FADIL MUHAMMAD
ARIEF WIDODO
BBBBB
I1032141033
I1032141041
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat karuniaNya penyusun dapat menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan Glaukoma
dengan baik dan tepat waktu. Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Sistem Sensori dan Persepsi.
Pada pembuatan makalah ini, penyusun mengucapkan terima kasih pada
pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Adapun pihakpihak yang membantu adalah:
1. Ns. Sukarni, M.Kep , selaku dosen mata kuliah Sistem Sensori dan
Persepsi yang telah membimbing dalam pembuatan makalah.
2. Teman- teman kelompok yang telah meluangkan waktu, tenaga serta
fikirannya dalam penyusunan makalah.
3. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan masukan serta saran
dalam perbaikan makalah.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi bahan rujukan bagi
pembaca dan menjadi bahan pembelajaran kami. Dalam pembuatan makalah ini
masih banyak kekurangan maka dari itu kritik serta saran membangun penyusun
harapkan guna perbaikan makalah-makalah selanjutnya.
Akhir kata penyusun ucapkan terimakasih.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
1.2.
Rumusan Masalah
1.3.
Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui serta memahami bagaimana konsep teori dari
glaukoma serta asuhan keperawatan pada klien glaukoma.
1.3.2. Tuuan Khusus
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1.
Definisi
Gangguan okular yang tandai dengan perbuahan pada pusat saraf optik
(lempeng optik) dan kehilangan sensitifitas visual dan jarak pandang (Elin,
2009).
Glaukoma adalah gangguan penglihatan yang di sebabkan oleh meningkatnya
tekanan dalam mata.meningkatnya tekanan dalam mata di sebabkan oleh
ketidakseimbangan produksi cairan dan pembuangan cairan dalam bola mata
dan tekanan yang tinggi dalam bola mata bisa merusak jaringan-jaringan
syaraf halus yang ada di retina dan di belakang bola mata (Sidarta, 2010)
2.2.
Etiologi
Dari glukoma adalah sebagai berikut :
1. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan cilliary
2. Berkurangnya produksi cairan di daerah sudut bilik mata atau dicelah
pupil
2.3.
Klasifikasi
Glaukoma diklasifikasi dalam dua kelompok : sudut terbuka dan
penutupan sudut (dahulu disebut sudut tertutup). Pada glaucoma sudut
terbuka humor aqueus mempunyai akses bebas ke jaring - jaring trabekula,
dan ukuran sudut normal. Pada glaucoma penutupan sudut, iris menutup
jaring jaring trabekula dan membatasi aliran humor aqueous ke luar kamera
anterior. Kategori ini dibagi lebih lanjut menjadi glaucoma primer (penyebab
tak diketahui, biasanya bilateral dan mungkin diturunkan) dan glaucoma
4. Glaukoma pertumbuhan/congenital
a. Glaukoma Primer
Glaucoma sudut-terbuka primer (dahulu disebut glaucoma simple
atau sudut luas) ditandai dengan atrofi saraf optikus dan kavitasi
mangkuk fiologis dan efek lapang pandang yang khas. Glaucoma sudut
terbuka, tekanan normal ditandai dengan adanya perubahan meskipun
TIO masih dalam batas parameter normal.
Glaukoma penutupan-sudut primer adalah akibat defek-anatomis
yang menyebabkan pandangkalan anterior. Menyebabkan sudut
pengaliran yang sempit pada perifer iris dan trabekulum. Individu yang
menderita glaucoma penutupan- sudut primer sering tidak mengalami
masalah sama sekali dan tekanan intraokulernya normal kecuali terjadi
penutupan sudut yang sangat akut ketika iris berdilatasi, menggulung ke
sudut dan menyumbat aliran keluar humor aqueos dari trabekulum.
Atau mereka mengalami episode yang dipresipitasi oleh dilatasi pupil
moderat atau miosis pupil yang jelas. Kejadian tersebut dapat terjadi
selama dilatasi pupil ketika berada di ruangan gelap atau obat yang
menyebabkan dilatasi akut pupil. Dilatasi bisa pula terjadi akibat rasa
takut atau nyeri, pencahayaan yang kurang terang, atau berbagai obat
topical atau sistemik (vasokontriktor, bronkodilator, penenang dan antiparkinson). Aktivitas, seperti membaca, yang memerlukan gerakan
lensa actor ke depan dan terapi miosis juga dapat merupakan faktor
presipitasi. Episode glaucoma dapat terjadi pada orang dengan
predisposisi anatomis yang sebelumnya mempunyai hasil pemeriksaan
mata yang sama sekali normal atau yang sebelumnya tidak mengalami
gejala sama sekali. Individu dengan riwayat keluarga glaucoma jenis ini
harus menjalani pemeriksaan lamou slit dan gonioskopi untuk
mengevaluasi sudut kamera anteriornya.
Glaukoma penutupan sudut akut merupakan kegawatan medis
yang cukup jarang yang dapat mengakibatkan kehilangan penglihatan
yang bermakna. Pasien biasanya mengeluh nyeri mata umum dan berat.
Peningkatan tekanan mengganggu fungsi dehidrasi permukaan endotel
(sinekia),
menghasilkan
pupil
irregular
dengan
dengan
kelainan
yang
bertanggung
jawab
pada
Keterlibatan
anterior
terjadi
setelah
terbentuknya
Patofisiologi
2.5.
Pathway
Kelainan anatomis,
kegagalan
perkembangan organ
mata
Gangguan aliran
drainase
Tekanan pada
saraf Vagus
Tekanan pembuluh
darah diretina
Mual muntah
Suplai O2 kemata
menurun
Kerusakan retina,
gangguan fungsi
penglihatan
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Nyeri
gangguan citra tubuh
Iskemik
Resiko retinopati
(Kebutaan)
Penurunan fungsi
penglihatan, penurunan
lapang pandang, fotovobia
Kebutaan
Gangguan citra
tubuh
Resiko cidera
Gangguan presepsi
sensori visual
Pemeriksaan Penunjang
2.5.1. Uji Diagnostik
Oftalmoskopi : untuk melihat fondus mata bagian dalam yaitu
retina,diskus optikus macula
Tonometri : untuk mengukur tekanan intraokuler,nilai yang
mencurigakan apabila berkisar antara 21-25 mmhg dan di anggap
patilogi bila melebihi 25 mmhg
Perimetri : kerusakan nervus oktifus memberikan lapang pandangan
yang khas pada glukoma secara sederhana,lapang pandang dapat di
periksa tes konfrontasi
Pemeriksaan ultrasonotrapi : gelombang suara yang dapat di
gunakan untuk mengukur dimensi dan struktur okuler (KMB)
2.5.2. Uji Laboratorium
2.8.
Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan glaucoma adalam menurunkan TIO ke tingkat
yang konsisten dengan mempertahankan penglihatan. Penatalaksanaan bisa
1 jam pemberian.
Ureum intravena; agen ini merupakan alternatif karena kerjanya
tidak seefektif manitol.penggunannya harus di awasi dengan
Miotik kuat
Sebagai inisial terapi, polokarpin 2% atau 4% setiap 15 menit
sampai 4 kali pemberian di indikasikan untuk mencoba
menghambat serangan awal glaukoma. Penggunaanya tidak efektif
pada serangan yang sudah lebih dari 1-2 jam. Pilokarpin diberikan
kemudian.
Apraklonidin
Merupakan agen agonis alfayang defektif untuk hipertensi
okular. Aparklonidin 0,5% dan 1% menunjukkan efektifitas yang
sama dalam menurunkan tekanan okular 34% setelah 5 jam
pemakaian topikal.
Observasi respon terapi
Merupakan periode penting untuk melihat respo terapi yang
harus dilakuan minimal 2 jam setelah terapi medikamentosa
secara intensif. Meliputi:
a. Monitor ketajaman visus, edema, kornea dan ukuran pupil
b. Ukur tekanan intraokular setiap 15 menit
c. Periksa sudut dengan gonioskopi terutama bila tekanan
introkular sudah turundan kornea jernih
Respon terapi:
a. Baik; ada perbaikan visus, kornea jernih, pupil kontriksi,
tekanan intraokular menurun dan suduhna terbuka kembali.
Dapat
dilakukan
tindakan
selanjutnya
dengan
laser
iridektomi.
b. Sedang; visus sedikit membaik, kornea agak jernih, pupil
tetap dilatsi, tekanan intraokular tetap tinggi (sekitar 30
mmhg), sudut sedikit terbuka. Dilakukan pengurangan
BAB IV
PENUTUP
4.1.
4.2.
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Sidarta et al. 2012. Ilmu penyakit Mata untuk dokter umum dan mahasiswa
kedokteran. Jakarta: Sagung Seto