: Agung Sofyan
Jurusan
: SKI 4A
Takehome
KEBIJAKAN PENDIDIKAN
Kelestarian penjajahan merupakan impian politik pemerintah kolonial.
Pendidikan mereka jadikan sebagai faktor yang akan menghancurkan kekuatan umat
Islam di Indonesia. Snouck begitu yakin bahwa Islam tidak akan mampu bersaing
dengan pendidikan Barat. Islam dinilai terlalu beku dan penghalang kemajuan.
Kondisi pendidikan umat Islam waktu itu memang tidak sebaik dengan pendidikan
Barat, sehingga tidak mampu bersaing dengan superioritas Barat dengan pendidikan
Kristennya. Akan tetapi fakta yang terjadi bahwa Islam berkembang, karena semangat
Islam untuk mempertahankan diri di negeri ini, dan kesanggupan Islam untuk
menyerap kekuatan dari luar untuk meningkatkan diri.
Para santri yang belajar di pesantren kebanyakan dari mereka menganggap
bahwa pemerintah kolonial adalah pemerintah yang kafir. Mereka juga menganggap
gaji dari pemerintah adalah haram. Umat Islam juga menganggap bahwa pemerintah
Belanda adalah pemerintah Kristen. Sekolahsekolah Kristen yang sering
mendapatkan subsidi dari pemerintah, sering mewajibkan pendidikan Kristen
terhadap umat Islam. Sekolah-sekolah negeri juga sering digunakan untuk melakukan
propaganda suatu aliran gereja. Sehingga kebijakan tersebut menimbulkan jurang
pemisah diantara Islam dan Belanda.
-
Ordonansi Guru
Ordonansi guru merupakan peraturan pemerintah Belanda terhadap guru
Islam. Kebijakan ordonansi ini dilakukan oleh Belanda yang dilatar belakangi oleh
peristiwa geger Cilegon tahun 1888. Yang mana pemberontakan itu dimotori oleh
para haji dan guru. Sehingga pemerintah Belanda lebih ketat dalam mengawasi guru
agama Islam. Ordonansi ini pertama diberlakukan pada tahun 1905. Yang mana pada
saat itu guru agama Islam diwajibkan untuk meminta izin. Setelah memperoleh izin
barulah guru tersebut diperbolehkan mengajar. Kemudian ordonansi yang kedua
dikeluarkan pada tahun 1925. Berbeda dengan ordonansi yang pertama bahwa
ordonansi yang kedua ini guru tidaklah harus meminta izin, melainkan hanya sekedar
lapor kepada pemerintah.
Kebijakan ordonansi yang dinilai menghambat Islam ini, mendapat banyak
tentangan dari umat Islam. Kongres al-Islam (1926) di Bogor menolak pengawasan
terhadap pendidikan agama ini.
-
berlaku sejak tahun 1923. Yang mana setiap penyelenggara lembaga pendidikan
diwajibkan melapor. Akan tetapi kalangan luas dari pejabat kolonial menghendaki
agar lembaga pendidikan liar (swasta) tidak hanya sekedar lapor, melainkan juga
diawasi dengan ketat. Diantara faktor yang menyebabkan munculnya sekolah swasta
adalah krisis ekonomi yang sedang dialami Belanda. Sehingga sekolah swasta ini
muncul tanpa mendapat subsidi dari pemerintah. Akan tetapi perlakuan ordonansi
yang diterima oleh sekolah liar ini, menimbulkan kemarahan dari pribumi, terutama
umat Islam.
Berbagai perlawanan dari pribumi dilakukan, baik dari organisasi nasional,
maupun organisasi Islam. Berbagai perlawanan terhadap ordonansi ini memaksa
Belanda untuk meninjau kembali. Hingga akhirnya pada pertengahan Februari 1933
ordonansi ini ditarik kembali. Sehingga sekolah yang dulunya disebut sebagai sekolah
liar, telah berganti nama menjadi sekolah swasta non subsidi. Namun dalam
perkembanganya, sekolah ini berkembang semakin banyak dengan kualitas yang
semakin baik.
-
Belanda. Hal ini dapat dicapai dengan memperalat golongan priyayi yang selalu dekat
dengan pemerintah, karena kebanyakan dari mereka menjabat sebagai pamong praja.
Untuk memperlancar usaha ini Belanda mendidik golongan priyayi dengan
pendidikan Barat. Usaha ini tidak menemui kesulitan karena golongan priyayi sangat
loyal terhadap Belanda. Hal ini dibuktukan dengan mensukseskan tanam paksa,
membantu menindas petani-petani bangsa sendiri. Jadi jelas bahwa motivasi
pendidikan Barat yang diberikan kepada kalangan priyayi bukan untuk memodernkan
kalangan priyayi, tetapi sekedar dijadikan alat untuk melindungi adat.
Kebijakan Pemerintah Hindia Belanda Mengenai Ibadah Haji.
Ibadah haji merupakan rukun Islam yang wajib bagi umat Islam yang mampu.
Pada abad 19 jamaah haji Indonesia yang melaksankan haji semakin bertambah.
Semakin banyaknya orang yang naik haji tiap tahunya menimbulkan kecemasan bagi
Belanda. Karena setelah pulang dari haji, tidak sedikit dari mereka yang membawa
ajaran ortodoks ke Indonesia. Pemerintah Belanda pun tidak melupakan kenyataan
bahwa berbagai perlawan dari pribumi banyak dimotori para haji dan ulama.
Sehingga peristiwa ini banyak menimbulkan suara dilarangnya naik haji.
dapat
diharapkan
sebagai
pengusung
tujuan-tujuan
jangka
panjang
garis-garis
kebijakan
asosiasi (association
dimaksud oleh Snouck Hurgronje di sini ialah upaya untuk menciptakan sebuah
Negara Belanda Raya, yang terdiri atas dua wilayah yang terpisah secara geografis,
namun merupakan bagian-bagian yang terkait secara spiritual, di mana yang satu
berada di Eropa Barat-Utara, dan yang lain berada di Asia Tenggara.
Sejalan dengan kebijakan Politik Etis, Snouck Hurgronje juga memberikan
rekomendasi yang senada, terutama tentang pendidikan, yakni agar Hindia-Belanda
mencapai
situasi
yang
dicita-citakannya. Snouck
Hurgronje
memberikan
akan
bisa
mengemansipasi
elit
baru
yang
akan
muncul
nanti. Mengemansipasi dalam konteks ini mengandung arti menjauhkan elit baru
dari ajaran Islam. Dengan demikian, proses kelahiran kesadaran nasional HindiaBelanda dipandu melalui kerjasama dengan, dan atas arahan, pihak Belanda, dan
Alamat
: ahmadgojin72@gmail.com
Telepon
: 085795385626
Riwayat Pendidikan :
SD
: MI di Bogor
SMP
SMA
STAI
: IAIN Bandung