Anda di halaman 1dari 7

JURUSAN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Di bumi ini, segala sesuatu yang kita kerjakan dan segala aktifitas yang kita lakukan
sebagian besar kita lakukan di atas permukaan tanah. Tanah merupakan unsur unsur yang
terpenting setelah air dan udara, karena di situlah manusia, tumbuhan, hewan terbentuk dan
juga melakukan segala aktivitas yang biasa di lakukan makhluk hidup. Tanah adalah
kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang telah tersusun dalam horizon-horizon,
terdiri atas campuran bahan mineral dan bahan organik dan merupakan media untuk
tumbuhnya tanaman dengan menyediakan unsur-usur hara sebagai makanan tanaman untuk
pertumbuhannya terutama jika cukup tersedia air dan udara. Oleh karena hal tersebut tanah
sangat penting bagi makhluk hidup di bumi ini dan sebaiknya kita sebagai warga pertanian
lebih mengetahui ataupun mendalami tentang tanah.
http://sosek2011.blogspot.co.id/2014/04/dasar-dasar-ilmu-tanah.html
Pada mulanya, tanah dipandang sebagai lapisan permukaan bumi yang
berasal dari batuan yang telah mengalami serangkaian pelapukan oleh gayagaya alam, sehingga menglami regolit (lapisan berpartikel halus). Selanjutnya
melalui proses pembentukan tanah, bagian atas regolit berubah menjadi tanah.
Pelapukan terjadi pada batuan yang keras maupun pada mineral-mineral yang
terdapat pada regolit, termasuk abu vulkanik, bahan endapan baru dan lain-lain
(Hanafiah 2014).

Dalam kehidupan sehari-hari, proses pelapukan sering terjadi batu kecil yang terus
ditetesi oleh air hujan maupun air biasa lama kelamaan akan melapuk dan menjadi tanah,
batu yang ditumbuhi lumut lama kelamaan akan pecah dan hancur, tercampurnya batu oleh
limbah pabrik yang mengandung bahan kimia, dan masih banyak lagi contoh-contoh
pelapukan lainya.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu diadakan pengamatan tentang proses terjadinya
pelapukan dan untuk mengetahui jenis-jenis pelapukan dan faktor-faktor yang mempengaruhi
pelapukan.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Praktikum ini bertujuan mendemonstrasikan tanah sebagai materi yang terbentuk dari hasil
pelapukan. Kiranya praktikum ini dapat berguna bagi praktikan dan digunakan oleh
mahasiswa lain sebagai referensi studi.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Jenis Batuan
Pelapukan batuan adalah salah satu proses geologi yang terpenting. Pelapukan batuan
menghasilkan bahan dari mana batuan sedimen terbentuk dan menghasilkan tanah, dimana
tanpa itu kehidupan hewan dan tumbuhan dipermukaan bumi adalah suatu kemustahilan.
Fragmen batuan akibat pelapukan dipindahkan lewat erosi. Pelapukan dapat bersifat mekanis
(fisis) ataupun kimiawi (Hanafiah 2014).
Berdasarkan pembentukannya, bebatuan dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu:
1.Batuan beku (igneous rock) yang merupakan bebatuan yang terbentuk dari proses bebatuan
yang terbentuk disebut plutonik (batuan dalam), disebut intrusi (batuan gang) jika
pembekuannya terjadi didalam liang-liang menuju permukaan tanah, dan disebut ekstrusi
(batuan vulkanik atau lelehan) jika pembekuannya terjadi dipermukaan tanah (Hanafiah
2014)..
2.Batuan sedimen solidifikasi (pembekuan) magma cair. Apabila proses pembentukannya
terjadi jauh dibawah tanah, maka (sedimentary rock) merupakan bebatuan yang terbentuk
dari proses konsolidassi (pemadatan) endapan-endapan partikel yang terbawa oleh air
dibawah permukaan bumi (Hanafiah 2014)..
3.Batuan peralihan (metamorf) yang merupakan batuan beku atau batuan sedimen yang telah
mengalami transformasi (perubahan rupa) akibat adanya pengaruh perubahan suhu, tekanan,
cairan atau gas aktif. Golongan ini meliputi gneissgranit, batu serpih slate, marmer, batu-pasir
quarsit (Hanafiah 2014).
2.2 Faktor Pembentuk Tanah
Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi proses pembentukan tanah menurut
Hanafiah (2014), antara lain iklim, organisme, bahan induk, topografi, dan waktu. Faktorfaktor pembentuk tanah tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
1. Iklim
Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi proses pembentukan tanah terutama ada dua, yaitu
suhu dan curah hujan. Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk.
Apabila suhu tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan
tanah akan cepat pula. Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian
tanah, sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah
menjadi rendah).
2. Organisme (Vegetasi, Jasad renik/mikroorganisme)
Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam hal Membuat
proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan kimiawi. Pelapukan organik
adalah pelapukan yang dilakukan oleh makhluk hidup (hewan dan tumbuhan), sedangkan
pelapukan kimiawi adalah pelapukan yang terjadi oleh proses kimia seperti batu kapur larut
oleh air.
3. Bahan Induk
Bahan induk terdiri dari batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen (endapan), dan batuan
metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk, kemudian akan mengalami
pelapukan dan menjadi tanah. Tanah yang terdapat di permukaan bumi sebagian
memperlihatkan sifat (terutama sifat kimia) yang sama dengan bahan induknya. Bahan

induknya masih terlihat misalnya tanah berstuktur pasir berasal dari bahan induk yang
kandungan pasirnya tinggi.
4. Topografi/Relief
Keadaan relief suatu daerah akan mempengaruhi tebal atau tipisnya lapisan tanah, daerah
yang memiliki topografi miring dan berbukit lapisan tanahnya lebih tipis karena tererosi,
sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi sedimentasi. Sistem
drainase/pengaliran, daerah yang drainasenya jelek seperti sering tergenang menyebabkan
tanahnya menjadi asam.
5. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian
yang terus menerus. Oleh karena itu tanah akan menjadi semakin tua dan kurus. Mineral yang
banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral
yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka
induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.
2.3 Proses Pembentukan Tanah
Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan organisme, membentuk tubuh unik yang
menutupi batuan. Proses pembentukan tanah dikenal sebagai pedogenesis. Proses yang unik
ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut
sebagai horizon tanah. Setiap horizon menceritakan mengenai asal dan proses-proses fisika,
kimia, dan biologi yang telah dilalui tubuh tanah tersebut (Hanafiah 2014).
Proses pelapukan melalui dua mekanisme yaitu (1) Pelapukan fisik. Proses dimana
melapuknya batuan atau mineral menjadi partikel yang lebih halus menyebabkan terjadinya
kenaikan permukaan spesifik tanpa menyebabkan perubahan komposisi kimia, tetapi sangat
diperlukan sebelum terjadi pelapukan kimia. Pelapukan fisik disebabkan oleh fluktuasi suhu,
air membeku, dan kegiatan perakaran (2) Pelapukan kimiawi. Proses dimana melapuknya
batuan atau mineral melalui reaksi kimia menghasilkan material yang memiliki komposisi
berbeda dengan bahan aslinya, disebabkan oleh disolusi, hidrolisis, asidolisis dan oksidasi
(Sutanto, 2005).
Semua energi yang digunakan dalam proses genesis dan differensiasi tanah bersumber
dari energi matahari. Jumlah energi yang sampai kepermukaan bumi targantung dari kondisi
bumi atau cuaca, makin baik cuaca makin bnayak energi yang sampai kebumi, begitu juga
sebaliknya. Cuacalah yang bertanggung jawab dalam mengubah energi matahari menjadi
energi mekanik atau energi matahari yang akan mempengaruhi pelapukan batuan dan
pembentukan tanah bersama dengan curah hujan. Tanah yang terbentuk dalam temperatur
rendah akan cinderung berkadar biomass rendah akibat tanaman yang tumbuh umumnya
berbatang kecil dan lambat berkembang dan sedikit populasi yang aktif. Tanah yang
terbentuk dalam temperatur tinggi juga berkadar biomas rendah karna karna cepatnya proses
mineralisasi kimiawi terhadap sisa-sisa tanaman (Hanafiah 2014).
Diantara berbagai jasad hidup, vegetasi atau mikroflora yang paling berperan dalam
mempengaruhi proses genesis dan perkembang profil tanah, karna merupakan sumber utama
biomas atau bahan organik.Vegetasi sendiri melalui sistem perakarannya, akan berpenetrasi
kelapisan bawah tanah dan memebewa unsur-unsur trubusnya, sisa-sisa akaran yang mati
akan menjadi sumber BOT dan hara pada profil tanah sedalam penetrasi akar tersebut
(Hanafiah 2014).
2.4 Hubungan Pembentukan Tanah dengan Kesuburan Tanah
Bahan induk dan proses pembentukan tanah sangat berpengaruh pada sifat dan kesuburan
tanah, misalnya organisme membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan

menghasilkan dan menyisakan daun-daunan dan ranting-ranting yang menumpuk di


permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan jasad
renik/mikroorganisme yang ada di dalam tanah. Kesuburan tanah juga di pengaruhi oleh
bahan induk. Batuan tersusun atas mineral-mineral yang beragam serta berbeda ketahanannya
terhadap pelapukan, maka mineralogi bahan induk sangat berpengaruh atas laju
perkembangan tanah, komposisi mineral dari tanah, dan kesuburan tanah (Hanafiah 2014) .
Tanah mineral yang dapat berfungsi sebagai media tumbuh ideal secara material
tersusun dari empat komponen, yaitu bahan padatan (mineral dan bahan oranik), air dan
udara. Masing-masing komponen tersebut berperan penting dalam menunjang fungsi tanah
sebagai media tumbuh, sehingga variabilitas keempat komponen tanah ini berdampak
terhadap variabilitas fungsi tanah sebagai media tumbuh, misalnya udarah dalam tanah
berfungsi sebagai gudang dan sumbar gas (Hanafiah 2014).
Fungsi bahan organik dan mineral adalah sebagai bahan gudang dan penyuplai hara
bagi tanaman dan biota tanah. bahan mineral melalui bentuk-bentuk partikel merupakan
penyusung ruang pori tanah yang tidak hanya berfungsi sebagai gudang udara dan air, tetapi
juga sebagai ruang untuk akar berpenetrasi. Makna terpenting dari dari makin
berkembangnya sistem perakaran ini adalah makin banyaknya hara dan air yang dapat diserap
tanaman, sehingga makin terjamin kebutuhan selama proses pertumbuhan dan produksinya,
sehingga makin produktif suatu areal tanah (Hanafiah 2014).
III. METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum penetapan tanah hasil pelapukan dilaksanakan di pelataran Himti, Jurusan Ilmu
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar, pada hari kamis, 15 oktober
2015 pukul 10.00 WITA sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain lup dan pisau/cutter (misalnya pisau
pandu) untuk pendeteksi kekerasan suatu batuan. Adapun bahan yang digunakan yaitu
gambar dari buku serta alat peraga yaitu batuan induk, bahan induk dan tanah hasil
pelapukan.
3.3 Prosedur kerja
Prosedur kerja dalam penelitian tanah hasil pelapukan yaitu: kegiatan praktikum dilaksanakan
dalm bentuk demonstrasi dan presentasi dan diikuti sesi tanya jawab. Praktik dilakukan per
kelompok (10-20 orang per kelompok). Total alokasi per kelompok adalah sekitar 20 menit:
10 menit presentasi dan tutorial dan 10 menit sesi tanya jawab.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
Berdasarkan diskusi yang telah dilakukan maka diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 1 . Tanah hasil pelapukan
Soal/bahan diskusi

Jawaban/komentar

Dapatkah anda memahami bahwa


tanah terbentuk dari hasil pelapukan
batuan? Jika ya, apa yang menjadi
justifikasinya?

Ya..!
Karna bahan induk pada mulanya
adalah batuan, yang kemudian lapuk
karna dipengaruhi oleh berbagai
faktor hingga menjadi tanah.
Apakah bahan induk menentukan sifat Ya..!
tanah? Jelaskan
Karna bahan induk mengandung
mineral yang akan yang akan
mempengaruhi sifat-sifat tanah.
Sifat setiap bahan induk/batuan
berbeda sehingga tanah yang
dihasilakan pun juga berbeda
Setelah pratikum apakah anda lebih Ya..!
memahami proses pembentukan tanah? Tanah pada awalnya adalah berupa
batuan dimana batuan berasal dari
perut bumi yang di pengaruhi oleh
berbagai faktor dan dalam waktu
yang sangat lama hingga menjadi
tanah.
4.2 Pembahasan
Pelapukan batuan adalah salah satu proses geologi yang terpenting, karna bahan induk tanah
pada mulanya adalah batuan yang lapuk karna dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya
suhu yang tidak tetap menyebabkan batuan itu menjadi retak. Hal ini sesuai dengan pendapat
Hanafiah (2014) yang mengemukakan bahwa pelapukan merupakan proses alamiah akibat
bekerjanya gaya-gaya alam baik secara fisik maupun kimiawi yang menyebabkan terjadinya
pemecah-belahan, penghancur-luluh-lentakkan dan transformasi batuan dan mineral menjadi
material lepas.
Bahan induk menentukan sifat pada tanah karna tanah mengandung mineral yang
akan mempengaruhi sifat-sifat tanah, namun pengaruh bahan induk ini akan hilang jika tanah
mengalami penindian atau erosi berat. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanfiah (2014) yang
mengemukakan bahwa jenis bahan induk akan menentukan sifat fisik maupun sifat kimiawi
tanah yang terbentuk secara endodinamomorf, tetapi pengaruhnya menjadi tidak jelas
terhadap tanah-tanah yang terbentuk secara ektodinamomorf. Pengaruh bahan induk ini
sangat jelas terlihat pada tanah-tanah muda-dewasa, namun dalam perkembangannya terjadi
proses pelapukan lebih lanjut, apalagi telah mengalami penindian atau erosi berat, maka
pengaruh ini makin tidak jelas bahkan dapat hilang sama sekali.
Contoh pengaruh bahan induk terhadap sifat tanah menurut Hanafiah (2014) adalah
tanah-tanah yang terbentuk dari bahan induk asal batuan beku asam seperti batu pasir yang
melapuk sangat lambat akan mempunyai tekstur yang berpasir kasar dengan liat yang
didominasi tipe 1:1 kaolinit dan berkejenuhan-basah rendah hingga tergolong tanah miskin.
Tanah pada awalnya adalah berupa batuan dimana batuan berasal dari perut bumi
yang di pengaruhi oleh berbagai faktor dan dalam waktu yang sangat lama hingga menjadi
tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2010) yang mengemukakan bahwa
tanah berasal dari batuan keras (batuan beku, batu sedimen tua, batuan metamorfosa yang
melapuk, atau dari bahan-bahan yang lebih lunak dan lepas seperti abu volkan, bahan
endapan baru dan lain-lain. Dengan proses pelapukan maka permukaan batuan yang keras
menjadi hancur dan berubah menjadi bahan yang lunak yang disebut regolith. Selanjutnya
melalui proses pembentukan tanah, bagian atas regolith berubah menjadi tanah. Proses ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu iklim, topografi, organisme, waktu dan bahan induk.

Contohnya menurut Susanto (2005) pada kawasan beriklim dingin, pada batuan yang
telah retak, air masuk kecelah-celahnya kemudian membeku, pembekuan ini menyebabkan
membesarnya rekahan-rekahan tersebut. lewat tekanan proses hidrothermal berupa siklus
beku-cairnya air yang silih berganti ini, bebatuan menjadi pecah-hancur.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Tanah berasal dari pelapukan karena bahan induk tanah pada awalnya adalah batuan yang
melalui dua mekanisme pelapukan yaitu, pelapukan fisik dan pelapukan kimiawi. Bahan
induk menentukan sifat fisik maupun sifat kimiawi tanah yang terbentuk secara
endodinamomorf. Proses pembentukan tanah diawali oleh pelapukan bahan induk atau
batuan.
5.2 Saran
Kita harus mengetahui bagaimana tanah itu terbentuk, unsur-unsur apa yang menjadikan
tanah itu terbentuk, sampai dimana batas pemanfaatannya, sehingga dapat berguna bagi
kehidupan kita.

DAFTAR PUSTAKA

Hanafiah, K A. 2014. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Press.


Hardjowigeno, Sarwono. 2010. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo
Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Yogyakarta: Kanisius.
Tim asisten, Tim dosen. 2014. Buku Panduan Praktikum Mata Kuliah Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Makassar: Universitas Hasanuddin

http://yohanissarmaidiot.blogspot.co.id/2016/01/i.html

Anda mungkin juga menyukai