Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN RS.

MOEWARDI
Disusun guna melengkapi tugas Fisika Medis

Disusun oleh : Teguh Prasetiyo


NIM

: M0213091

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


PRODI FISIKA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kunjungan lapangan merupakan salah satu metode pembelajaran guna
memperoleh pengetahuan tentang kondisi lapangan dari suatu teori tertentu.
Dalam hal ini di bidang fisika medis diperlukan kunjungan lapangan guna
mengetahui alat-alat yang digunakan dibidang medis yang sesuai dengan mata
kuliah tersebut. Pada pemilihan tempat kunjungan yaitu Rumah sakit moewardi
merupakan salah satu rumah sakit besar di daerah solo. Sebagai salah satu
rumah sakit besar rumah sakit moewardi rumah sakit tersebut memiliki
fasilitas-fasilitas medis yang sangat berkaitan dengan mata kuliah di fisika
medis. Seperti dibidang radiologi dan radioterapi. Rumah sakit tersebut
memiliki beberapa alat seperti xray scanner, CT-scan, MRI, pesawat
brachyterapi dan pesawat teleterapi.
B. Tujuan kunjungan
1. Menambah pengetahuan tentang metode penyinaran di dalam radioterapi
2. Menambah pengetahuan tentang pesawat CT-Scan
3. Menambah pengetahuan tentang pesawat MRI
4. Menambah pengetahuan tentang pesawat X-ray
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana metode yang digunakan untuk melakukan penyinaran terhadap
pasien?
2. Bagaimana cara kerja pesawat CT-Scan?
3. Bagaimana cara kerja pesawat MRI?
4. Bagaimana proses pengambilan gambar pada pesawat X-ray?

BAB II
ISI
A. Tinjauan Pustaka
1. Radioterapi
Radioterapi adalah metode pengobatan penyakit-penyakit maligna
dengan menggunakan sinar peng-ion, bertujuan untuk mematikan sel-sel
tumor sebanyak mungkin dan memelihara jaringan sehat di sekitar tumor
agar tidak menderita kerusakan terlalu berat. Karsinoma nasofaring bersifat
radioresponsif sehingga radioterapi tetap merupakan terapi terpenting.1
Radiasi pada jaringan dapat menimbulkan ionisasi air dan elektrolit dari
cairan tubuh baik intra maupun ekstra seluler, sehingga timbul ion H+ dan
OH- yang sangat reaktif. Ion itu dapat bereaksi dengan molekul DNA dalam
kromosom, sehingga dapat terjadi :
1. Rantai ganda DNA pecah
2. Perubahan cross-linkage dalam rantai DNA
3. Perubahan base yang menyebabkan degenerasi atau kematian sel.4
Dosis lethal dan kemampuan reparasi kerusakan pada sel-sel kanker
lebih rendah dari sel-sel normal, sehingga akibat radiasi sel-sel kanker lebih
banyak yang mati dan yang tetap rusak dibandingkan dengan sel-sel
normal.3 Sel-sel yang masih tahan hidup akan mengadakan reparasi
kerusakan DNA-nya sendiri-sendiri. Kemampuan reparasi DNA sel normal
lebih baik dan lebih cepat dari sel kanker. Keadaan ini dipakai sebagai dasar
untuk radioterapi pada kanker.3 Pada kongres Radiologi Internasional ke
VIII tahun 1953, ditetapkan RAD (Radiation Absorbed Dose) sebagai
banyaknya energi yang di serap per unit jaringan. Saat ini unit Sistem
Internasional ( SI ) dari dosis yang di absorpsi telah diubah menjadi Gray
(Gy) dan satuan yang sering dipakai adalah satuan centi gray (cGy).4
1 Gy = 100 rad 1 rad = 1 cGy = 10-2 Gy.6
Secara umum, tehnik radioterapi dibedakan atas 2 kategori yaitu
Teleterapi (tele berarti jauh) dan Brakhiterapi (brachy berarti pendek).
Teleterapi merupakan terapi radiasi yang menggunakan sumber radiasi
yang berada pada jarak tertentu dari tubuh. Umumnya pemberian radiasi
dilakukan dalam beberapa fraksi dalam suatu peride waktu tertentu dengan
selang waktu tertentu antar fraksi untuk mendapatkan efek terapi yang
maksimum pada jaringan ganas dan minimum pada jaringan normal. Sarana
teleterapi yang umum digunakan antara lain :
1. Pesawat sinar-X seperti akselerator linier (linac) dan betatron
2. Pesawat radiasi pengion seperti pesawat cobalt-60 dan cesium-137
3. Generator berkas partikel berat seperti pesawat neutron dan pion

2.

Proteksi Radiasi
Dalam proteksi radiasi hal terpenting yang perlu diperhasikan
adalah dinding ruangan sinar X. Kementerian kesehatan RI tahun 2008
menetapkan bahwa dinding ruangan harus terbuat dari pb setebal 2 mm atau
setara Pb 2 mm yaitu bata merah dengan ketebalan 25 cm dan massa jenis
2.2 g/cm3 atau beton dengan ketebalan 20cm, sehingga tingkat radiasi
diruangan di sekitar pesawat sinar X tidak melampaui Nilai Batas Dosis
(NBD) 1 mSv/tahun untuk masyarakat umum. sementara untuk pekerja nilai
NBD sebesar 25 mSv/tahun.5
Alat ukur proteksi radiasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari
detektor dan peralatan penunjang, seperti sistem pengukur radiasi lainnya.
Alat ukur ini dapat memberikan informasi dosis radiasi seperti paparan
dalam roentgen, dosis serap dalam rad atau gray dan dosis ekivalen dalam
rem atau sievert. Besaran radiasi yang diukur oleh peralatan ini sebenarnya
adalah intensitas radiasi. Untuk keperluan proteksi radiasi nilai intensitas tsb
dikonversikan dan ditampilkan menjadi besaran dosis radiasi. Alat proteksi
radiasi ini dibedakan menjadi tiga yaitu kelompok dosimeter personal,
surveimeter dan monitor kontaminasi. Dosimeter personal berfungsi untuk
mencatat dosis radiasi yang telah mengenai seorang pekerja radiasi secara
akumulasi. Oleh karena itu, setiap orang yang bekerja di suatu daerah radiasi
harus selalu mengenakan dosimeter personal. Surveimeter digunakan untuk
melakukan pengukuran tingkat radiasi di suatu lokasi secara langsung
sedang monitor kontaminasi digunakan untuk mengukur tingkat
kontaminasi pada pekerja, alat maupun lingkungan.3
Dosimeter Saku Dosimeter ini sebenarnya merupakan detektor
kamar ionisasi sehingga prinsip kerjanya sama dengan detektor isian gas
akan tetapi tidak menghasilkan tanggapan secara langsung karena muatan
yang terkumpul pada proses ionisasi akan disimpan seperti halnya suatu
kapasitor.3
Film badge terdiri atas dua bagian yaitu detektor film dan holder.
Sebagaimana telah dibahas sebelum ini, bahwa detektor film dapat
menyimpan dosis radiasi yang telah mengenainya secara akumulasi
selama film belum diproses. Semakin banyak dosis radiasi yang telah
mengenainya atau telah mengenai orang yang memakainya maka tingkat
kehitaman film setelah diproses akan semakin pekat3
Dosimeter Termoluminisensi (TLD) Dosimeter ini sangat
menyerupai dosimeter film badge, hanya detektor yang digunakan ini adalah
kristal anorganik thermoluminisensi, misalnya bahan LiF. Proses yang
terjadi pada bahan ini bila dikenai radiasi adalah proses termoluminisensi.
Senyawa lain yang sering digunakan untuk TLD adalah CaSO4 .

Sebagaimana film badge, dosimeter ini digunakan selama jangka waktu


tertentu, misalnya satu bulan, baru kemudian diproses untuk mengetahui
jumlah dosis radiasi yang telah diterimanya. Pemrosesan dilakukan dengan
memanaskan kristal TLD sampai temperatur tertentu, kemudian mendeteksi
percikan-percikan cahaya yang dipancarkannya. Alat yang digunakan untuk
memproses dosimeter ini adalah TLD reader.3
3. CT-scan
Computer Tomography (CT) Scanner merupakan alat diagnostik
dengan teknik radiografi yang menghasilkan gambar potongan tubuh secara
melintang berdasarkan penyerapan sinar-x pada irisan tubuh yang
ditampilkan pada layar monitor tv hitam putih Alat ini pada umumnya
digunakan dalam dunia kedokteran sebagai alat diagnostik dan sebagai
pemandu untuk interventional prosedur. Kadang-Kadang material seperti
barium atau intravenous iodinated contrast dimasukkan ke tubuh pasien
yang berguna dalam mempermudah proses scanning seperti untuk melihat
isi perut atau bagian tubuh yang sukar untuk digambarkan dengan cara
scanning.7
Peralatan CT Scanner terdiri atas tiga bagian yaitu sistem pemroses
citra, sistem komputer dan sistem kontrol.
Sistem pemroses citra merupakan bagian yang secara langsung
berhadapan dengan obyek yang diamati (pasien). Bagian ini terdiri atas
sumber sinar-x, sistem kontrol, detektor dan akusisi data. Sinar-x
merupakan radiasi yang merambat lurus, tidak dipengaruhi oleh medan
listrik dan medan magnet dan dapat mengakibatkan zat fosforesensi dapat
berpendar. Sinar-x dapat menembus zat padat dengan daya tembus yang
tinggi. Untuk mengetahui seberapa banyak sinar-x dipancarkan ke tubuh
pasien, maka dalam peralatan ini juga dilengkapi sistem kontrol yang
mendapat input dari komputer. Bagian keluaran dari sistem pemroses citra,
adalah sekumpulan detektor yang dilengkapi sistem akusisi data. Detektor
adalah alat untuk mengubah besaran fisikdalam hal ini radiasi-menjadi
besaran listrik. Detektor radiasi yang sering digunakan adalah detektor
ionisasi gas. Jika tabung pada detektor ini ditembus oleh radiasi maka akan
terjadi ionisasi. Hal ini akan menimbulkan arus listrik. Semakin besar
interaksi radiasi, maka arus listrik yang timbul juga semakn besar. Detektor
lain yang sering digunakan adalah detektor kristal zat padat. Susunan
detektor yang dipasang tergantung pada tipe generasi CT Scanner. Tetapi
dalam hal fungsi semua detektor adalah sama yaitu mengindentifikasi
intensitas sina-x seletalh melewati obyek. Dengan membandingkan
intensitas pada sumbernya, maka atenuasi yang diakibatkan oleh propagasi
pada obyek dapat ditentukan. Dengan menggunakan sistem akusisi data
maka datadata dari detektor dapat dimasukkan dalam komputer. Sistem

akusisi data terdiri atas sistem pengkondisi sinyal dan interfacae ( antarmuka
) analog ke komputer.7
Prinsip dasar CT scan mirip dengan perangkat radiografi yang
sudah lebih umum dikenal. Kedua perangkat ini sama-sama memanfaatkan
intensitas radiasi terusan setelah melewati suatu obyek untuk membentuk
citra/gambar. Perbedaan antara keduanya adalah pada teknik yang
digunakan untuk memperoleh citra dan pada citra yang dihasilkan.7
4. MRI atau Magnetic Resonance Imaging
Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu alat kedokteran di
bidang pemeriksaan diagnostik radiologi , yang menghasilkan rekaman
gambar potongan penampang tubuh / organ manusia dengan menggunakan
medan magnet berkekuatan antara 0,064 1,5 tesla (1 tesla = 1000 Gauss)
dan resonansi getaran terhadap inti atom hidrogen.8
Secara garis besar instrumen MRI terdiri dari:
1. Sistem magnet yang berfungsi membentuk medan magnet. Agar dapat
mengoperasikan MRI dengan baik, kita perlu mengetahui tentang : tipe
magnet, efek medan magnet, magnet shielding ; shimming coil dari pesawat
MRI tersebut ;
2. Sistem pencitraan berfungsi membentuk citra yang terdiri dari tiga buah
kumparan koil, yaitu :
1. Gradien koil X, untuk membuat citra potongan sagittal.
2. Gardien koil Y, untuk membuat citra potongan koronal.
3. Gradien koil Z untuk membuat citra potongan aksial .
Bila gradien koil X, Y dan Z bekerja secara bersamaan maka akan
terbentuk potongan oblik. Sistem frequensi radio berfungsi membangkitkan
dan memberikan radio frequensi serta mendeteksi sinyal. Sistem komputer
berfungsi untuk membangkitkan sekuens pulsa, mengontrol semua
komponen alat MRI dan menyimpan memori beberapa citra. Sistem
pencetakan citra, berfungsinya untuk mencetak gambar pada film rongent
atau untuk menyimpan citra. 2
Prinsip dasar
Struktur atom hidrogen dalam tubuh manusia saat diluar medan
magnet mempunyai arah yang acak dan tidak membentuk keseimbangan.
Kemudian saat diletakkan dalam alat MRI (gantry), maka atom H akan
sejajar dengan arah medan magnet . Demikian juga arah spinning dan
precessing akan sejajar dengan arah medan magnet. Saat diberikan frequensi
radio , maka atom H akan mengabsorpsi energi dari frequensi radio tersebut.
Akibatnya dengan bertambahnya energi, atom H akan mengalami

pembelokan, sedangkan besarnya pembelokan arah, dipengaruhi oleh besar


dan lamanya energi radio frequensi yang diberikan. Sewaktu radio frequensi
dihentikan maka atom H akan sejajar kembali dengan arah medan magnet .
Pada saat kembali inilah, atom H akan memancarkan energi yang
dimilikinya. Kemudian energi yang berupa sinyal tersebut dideteksi dengan
detektor yang khusus dan diperkuat. Selanjutnya komputer akan mengolah
dan merekonstruksi citra berdasarkan sinyal yang diperoleh dari berbagai
irisan.2

B. Kunjungan Lapangan
Sebelum memasuki ruang radioterapi dan radiologi terlebih dahulu kami
memasuki rang diklat. Ruang diklat tersebut dipergunakan untuk memberikan
materi mengenai topik yang akan kami kunjungi saat dilapangan. Pada materi
tersebut diberikan beberapa point-point penting didalam radioterapi dan radiologi.
Seperti proteksi radiasi, istilah-istilah yang digunakan di dalam radioterapi dan
radiologi, alat ukur untuk memoritoring radiasi yang diterima oleh petugas. dsb.
Selanjutnya setelah itu kami menuju ke ruang radioterapi. Didalam ruang
tersebut terdapat pesawat teleterapi dan brachyterapi. Teleterapi merupakan terapi
dengan penyinaran GEM pengion secara eksternal, sehingga sumber radioaktif
tidak dimasukkan didalam tubuh. Sedangkan untuk terapi brachyterapi sumber
radioaktif dimasukkan kedalam tubuh melalui sebuah selang yang dapat menarik
dan memajuka sumber radioaktif yang berbentuk batang. Didalam penyinaran
melalui teleterapi digunakan dua metode penyinaran yaitu metode SSD dan SAD.
SSD atau source surface distance dimana penentuan laju dosis didasarkan pada
permukaan lapangan yang disinari. Biasanya metode ini digunakan untuk seseorang
yang memiliki berat badan berlebih sehingga kangker tidak dapat terwakili oleh
axis yang dibentuk oleh laser. Metode yang kedua yaitu metode SAD atau source
axis distance metode ini digunakan dengan langsung mengukur laju dosis dari
sumber ke kanker yang diewakili oleh perpotongan axis sinar laser.
Sebelum pasien dilakukan penyinaran dilakukan terlebih dahulu
pengukuran laju dosis pesawat teleterapi. Mengukuran lajudosis ini digunakan
untuk menentukan dosis penyinaran yang akan dilakukan terhadap pasien. Laju
dosis yang terukur diberikan ke bagian planing sistem. Pengukuran laju dosis
digunakan alat berupa surveymeter. Sedangkan media yang digunakan untuk
mengukur laju dosis berupa air sedangkan yang digunakan di Rs moewardi yaitu
berupa lembaran akrilik bernama phantom yang memiliki densitas hampir sama
dengan air. sumber radioaktif yang digunakan pada pesawat teleterapi Co-60
memiliki aktifitas 7000 Ci pada tahun 2011
Setelah dari ruang tersebut kami menuju ke ruang simulasi di ruang simulsi
ini pasien sebelum dilakukan penyinaran menggunakan pesawat Co-60 digunakan

terlebih dahulu pesawat simulator sinar-x untuk melakukan fiksasi. Setelah itu kami
menuju ke ruang pesawat Co-60 yang kedua. Setelah itu kami menuju ke ruang
Brachyterapi. Didalam pesawat brachyterapi digunakan tiga buah sumber radioaktif
yang dimasukkan kedalam tubuh. Sebelum memasukkan sumber radioaktif ke
dalam tubuh terlebihdahulu dilakukan anastesi atau pembiusan guna
menghilangkan rasa sakit saat radioaktif tersebut dimasukkan. Radiaktif yang
digunakan untuk pesawat brachyterapi adalah Co-60 dengan aktifitas 5mCi.
Selanjutnya kami menuju ke ruang radiologi di ruang tersebut kami jumpai
pesawat CT-Scan pada ruangan pertama. CT-scan pada ruangan ini berupa CT-scan
16slices. Selama CT scan bekerja, sinar X dilewatkan melalui tubuh pasien ke
detektor, Selama satu putaran detektor menghasilkan sinyal listrik, yang
dibangkitkan setelah penyinaran sinar X. Kemudian Sinyal listrik ini ditransfer ke
komputer, diproses dan direkonstruksi ke dalam gambar menggunakan algoritma
yang telah deprogram sebelumnya. Setiap putaran tabung sinar X dan detektor
direkonstruksi ke dalam gambar yang direferensikan sebagai irisan. Irisan
dipresentasikan berupa potongan melintang dari detail anatomi tubuh, dan
memungkinkan susunan anatomi di dalam tubuh dapat divisualisasikan. Collimator
ditempatkan didekat tabung sinar X dan pada setiap detektor untuk memperkecil
sebaran radiasi dan berkas sinar X yang tepat dalam penggambaran pada saat scan.
Tinggi collimator ditentukan untuk mendapatkan ketebalan irisan yang diinginkan.
Kemudian setelah dari ruang CT-Scan kami menuju ruang X-ray
fluoroscopy dimana alat ini digunakan untuk mengetahui kondisi internal pasien.
Terutama morfologi tulang pasien. Didalam ruang x-ray terdapat pesawat D-R dan
C-R dimana untuk pesawat D-R tidak pelu menggunakan pembaca film untuk
membaca foto rotgen. Sedangkat untuk pesawat C-R masih digunakan alat pembaca
tersendiri untuk membaca film. Setelah itu kami menuju ruang selanjutnya dimana
di dalam ruang tersebut terdapat pesawat x-ray yang khusus untuk memetakan
bentuk gigi secara keleluruhan. Dan satu pewasat x-ray khusus untuk breast pada
wanita.
Pada ruang selanjutnya kami megunjungi ruang MRI. MRI atau magnetic
resonan imaging merupakan pesawat yang penggunaannya sama dengan CT-scan
namun MRI tidak digunakan sumber radiasi pengion untuk melakukan penyitraan
gambar. Pesawat MRI menggunakan magnet dengan kekuatan 1.5 T untuk
melakukan pengambilan gambar organ manusia. MRI sangat efektif untuk
mengetahui susunan organ manusia dengan jaringan lunak. Namun MRI kurang
efektif untuk mengambil citra tulang manusia. Cara kerja pesawat MRI pertama
Penderita berbaring di tempat tidur yang dapat digerakkan ke dalam (medan)
magnet. Medan magnet yang diperoleh kumparan akan menggerakkan protonproton dalam tubuh dan menghasilkan sinyal yang diterima dan diproses oleh
komputer guna menghasilkan gambaran struktur tubuh yang diperiksa.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sebagai rumahsakit yang berkelas nasional RS. Moewardi memiliki
fasilitas yang mumpuni di bidang radiologi dan radioterapi. Rumah sakit
tersebut memiliki beberapa macam pesawat untuk radiologi maupun
radioterapi seperti:
Pesawat teleterapi Co-60 dan brachyterapi Co-60.
Pesawat untuk simulator radioterapi
CT-scan 16 dan 64 slices, X-ray, MRI
2. Setiap pekerja dibidang radiologi maupun radioterapi tidak boleh
menerima radiasi lebih besar dari NBD dimana nilai batas dosis untuk
pekerja sebesar 25mSv/tahun. Untuk mengetahui dosis yang diterima oleh
pekerja digunakan pocket dosimetri
3. Cara kerja CT scan adalah ketika sinar X dilewatkan melalui tubuh pasien
ke detektor, Selama satu putaran detektor menghasilkan sinyal listrik, yang
dibangkitkan setelah penyinaran sinar X. Kemudian Sinyal listrik ini
ditransfer ke komputer, diproses dan direkonstruksi ke dalam gambar
menggunakan algoritma yang telah deprogram sebelumnya. Setiap putaran
tabung sinar X dan detektor direkonstruksi ke dalam gambar yang
direferensikan sebagai irisan. Irisan dipresentasikan berupa potongan
melintang dari detail anatomi tubuh, dan memungkinkan susunan anatomi
di dalam tubuh dapat divisualisasikan. Collimator ditempatkan didekat
tabung sinar X dan pada setiap detektor untuk memperkecil sebaran radiasi
dan berkas sinar X yang tepat dalam penggambaran pada saat scan. Tinggi
collimator ditentukan untuk mendapatkan ketebalan irisan yang diinginkan.
4. Cara kerja pesawat MRI pertama Penderita berbaring di tempat tidur yang
dapat digerakkan ke dalam (medan) magnet. Medan magnet yang diperoleh
kumparan
akan menggerakkan proton-proton dalam tubuh dan
menghasilkan sinyal yang diterima dan diproses oleh komputer guna
menghasilkan gambaran struktur tubuh yang diperiksa

Daftar Pustaka
1. Abdul Rasyid. Karsinoma nasofaring : penatalaksanaan radioterapi.
Tinjauan pustaka. Dalam : Majalah Kedokteran Nusantara. Vol. XXXIII
No.1. Medan : FK USU, 2000. h. 52-8
2. Barry R. Friedman, et al. Principles of MRI. Mc Graw Hill Information
Service Company, New York , 1988
3. Batan,
2006.
Alat
proteksi
radiasi.
http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/Pengukuran_Radiasi/_private/
Alat%20Proteksi.pdf diakses 3 mei 2016
4. I Dewa Gede Sukardja. Onkologi klinik. Surabaya : FK Unair, 1996.h. 17987
5. Kementerian Kesehatan RI, 2008, Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1014/MENKES/SK/XI/2008
6. Muhammad Yunus, Ramsi Lutan. Efek samping radioterapi pada
pengobatan karsinoma nasofaring. Referat. Medan : FK USU, 2000.h. 116.
7. Putri R. 2006. elektronika kedokteran ct scan. UNHAS
8. Stark, David D. Magnetic Resonance Imaging. The CV Mosby Company.
Toronto, 1988.

Anda mungkin juga menyukai