Anda di halaman 1dari 8

BAB VI

KOMUNIKASI VERBAL
Komunikasi verbal ternyata tidak semudah yang kita bayangkan. Simbol atau pesan
verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Suatu sistem kode
verbal adalah bahasa. Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol dengan aturan
untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu
komunitas. Bahasa verbal adalah sarna utama untuk menyatakan pikiran, perasaan, dan
maksud. Bahasa verbal memepresentasikan berbagai realitas aspek individual. Kata kata
adalah abstraksi realitas yang tidak mampu menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas
objek atau konsep yang mewakili kata-kata itu. Apabila menyertakan budaya dalam proses
abstraksi sebagai variabel, problem akan semakin rumit.
I.

ASAL-USUL BAHASA
Hingga kini belum ada suatu teori pun yang dapat diterima luas mengenai bagaimana

bahasa muncul di permukaan bumi. Dugaan kuat muncul dari munculnya bahasa non verbal
mendahului bahasa verbal. Teoritikus kontemporer mengatakan bahwa bahasa adalah ekstensi
perilaku sosial. Lebih dari itu, bahasa ucap bergantung pada perkembangan kemampuan
untuk menempatkan lidah secara tepat di berbagai lokasi dalam sistem milik manusia yang
memungkinkannya membuat suara kontras yang diperlukan sebagai sumber ucapan.
Makhluk- makhluk yang mirip dengan manusia dan menggunakan alat pemotong dari batu
memiliki cara komunikasi yang primitif yakni berkomunikasi secara naluriah. Cro Magnon
(nenek moyang) mereka membuat gambar-gambar di dinding gua untuk berkomunikasi.
Perkembangan berikutnya, Cro Magnon mulai menggunakan bahasa lisan, dapat berpikir
lewat bahasa, membuat rancana, konsep. Kemampuan berbahasa inilah yang membuat
mereka terus bertahan hingga kini. Homo sapiens belum dapat menulis, sedangkan bahasa
semakin beragam. Manusia memasuki era tulisan dengan melakukan transisi komunikasi.
Sistem tulisan dan bahasa lisan berkembang hingga saat ini. Pada abad ke-15 , kita
mengalami era cetak. Hal-hal tersebut mampu merekam hasil peradaban manusia untuk
disempurnakan lagi oleh generasi mendatang dengan kemampuan berbahasa.
II.

FUNGSI BAHASA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

Kemampuan berbahasa manusia membedakan manusia dengan hewan lain yang lebih rendah,
karena otak manusia mengaami pembesaran dan perkembangan. Berbagai bahasa diciptakan

di dunia untuk memenuhi kebutuhan manusia. Fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk
menamai atau menjuluki orang, subjek, peristiwa. Menurut Larry L. Barker bahasa memiliki
tiga fungsi yakni penamaan, interaksi, dan transmisi informasi. Menurut Book, bahasa harus
memenuhi tiga fungsi yakni untuk mengenal dunia sekitar kita, berhubungan dengan orang
lain, dan menciptakan koherensi dalam kehidupan kita.
III.

KETERBATASAN BAHASA
Berbicara tentang komunikasi verbal, bahasa itu terbatas. Keterbatasan bahasa tersebut

dapat uraikan sebagai berikut :


a.
b.
c.
d.
IV.

Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek


Kata-kata yang berisfat ambigu dan kontekstual
Kata-kata yang mengandung bias budaya
Percampuradukan fakta, penafsiran, dan penilaian
KERUMITAN MAKNA KATA

Makna muncul dari hubungan khusus antara kata (sebagai simbol verbal) dan manusia.
Kata-kata membangkitkan makna dalam pikiran orang. Jadi, tidak ada hubungan langsung
antara suatu objek da simbol yang digunakan untuk mempresentasikannya. Hubungan
diciptakan dalam pikiran si pembicara. Hubungan ini secara dramatik diciptakan oleh
C.K.Ogden dan I.A. Richards dalam sebuah segitiga makna. Makna dapat pula digolongkan
dalam makna denotatif dan makna konotatif. Makna denotatif adalah makna yang sebenarnya
(faktual). Makna denotatif lebih bersifat publik. Makna konotatif lebih bersifat pribadi.
Makna konotatif lebih bersifat subjektif dan emosional. Dalam komunikasi, kita harus
realistik dan memperhatikan bagaimana simbol mempengaruhi perilaku. Jika kata kata
tidak membawa makna kepada kita dan jika kita tidak bereaksi terhadap kata-kata, kata-kata
itu tidak berguna. Kata-kata dengan sendirinya tidak bermakna apa-apa, kecuali bila kita
sendiri yang memaknainya. Ketika berbicara dengan orang lain, kita hanya menyampaikan
kata-kata. Kata-kata merangsang makna yang dianut orang lain terhadap kata-kata itu.
Pembicaraan akan berjalan lancara apabila makna yang kita berikan terhadap kata-kata mirip
dengan makna yang diberikan orang lain terhadap kata-kata itu. Akan tetapi, kenyataan tidak
selalu demikian. Makna kata mudah dimanipulasi. Banyak teoritikus bahasa mengemukakan
bahwa kebanyakan kata mempunyai makna majemuk.
Suatu kata muncul dengan berbagai cara. Makna yang lazim kita berikan kepada katakata itu mungkin telah mengalami perubahan dalam rentang waktu yang sulit kita ukur
karena kita tidak memiliki metode yang andal untuk mengetahui asal-usul setiap kata yang

kita gunakan dan perubahan bentuk dan maknanya. Manusia dapat meciptakan kata apa saja
dengan arti apa saja, dapat mengubah arti tersebut kapan saja, sejauh berdasarkan
kesepakatan.
Bahasa Daerah vs Bahasa Daerah
Oleh karena di dunia terdapat berbagai kelompok manusia dengan budaya dan subbudaya yang berbeda, tidak mengherankan bila terdapat (kata-kata) yang berbeda namun
dimaknai secara sama. Konsekuensinya, dua orang yang berasal dari budaya yang berbeda
boleh jadi mengalami kesalahpahaman ketika mereka menggunakan kata yang sama.
Bahasa Daerah vs Bahasa Indonesia
Sejumlah kata dari bahasa daerah juga digunakan dalam bahasa Indonesia atau
sebaliknya, kata-kata Indonesia terdengar seperti diselipkan dalam bahasa daerah, namun
artinya sangat jauh berbeda. Setiap orang memiliki gagasan pribadi mengenai suatu konsep.
Kondisi emosional dan motivasional individu juga mempengaruhi makna yang ia berikan
pada konsep tersebut. Kita dapat berusaha memahami gagasan pendengar kita dengan
memperhatikan reaksinya terhadap apa yang kta katakan dan mengenalnya lebih jauh, namun
mungkin kita takkan pernah sepenuhnya memahami gagasannya tersebut. Dapat diperkirakan
betapa banyaknya kericuhan yang mungkin muncul sebagai usaha untuk mencari makna kata
yang layak yang disepakati bersama.
Bahasa Indonesia vs Bahasa Malaysia
Suatu bangsa atau suku biasanya menganggap bahasanya sendiri sebagai yang terbaik,
dan menganggap bahasa yang digunakan bangsa atau suku lain sebagai tidak alamiah, baik
cara bicara ataupun kata kata yang mereka ucapkan. Konsekuensinya, pada awal
berkomunikasi adalah kesalahpahaman yang mungkin tidak terhindarkan.
Bahasa Daerah / Bahasa Indonesia vs Bahasa Asing Lainnya
Terkadang kita menemukan kata-kata dalam bahasa daerah atau bahasa Indonesia yang
sama atau mirip dengan kata-kata dalam bahasa asing, tetapi dengan makna yang berbeda.
Konsekuensinya, mungkin kita akan tersenyum geli membaca atau mendengar kata-kata yang
mirip tersebut.

V.

NAMA SEBAGAI SIMBOL

Dimensi pertama atau fungsi pertama bahasa adalah penamaan. Nama dapat
melambangakn status, cita-rasa budaya, untuk memperoleh citra tertentu (pengelolaan kesan)
atau nama hoki. Nama pribadi adalah unsur penting identitas seseorang dalam masyarakat,
karena interaksi dimulai dengan nama dan baru kemudian diikuti dengan atribut-atribut
lainnya. Nama adalah bagian dari konsep-diri yang angat penting. Nama juga menunjukkan
kesadaran seseorang. Nama jelas bersifat simbolik. Bagi mereka yang berhubungan dengan
Anda, nama Anda akan memberi suatu makna, mempengaruhi cara mempersepsikan Anda,
pengaharapan mereka kepada Anda, dan cara mereka memperlakukan Anda. Nama hewanpun
dapat berfungsi sebagai simbol.
VI.

BAHASA GAUL
Orang-orang yang memiliki latar belakang sosial-budaya yang berbeda lazimnya

berbicara dengan cara yang berbeda. Perbedaan ini menyangkut dialek, intonasi, kecepatan,
volume, dan kosakatanya. Sejumlah kata atau istilah punya arti khusus, unik, menyimpang,
atau bahkan bertentangan dengan arti yang lazim ketika digunakan oleh orang-orang dari
subkultur tertentu. Bahasa subkultur ini disebut dengan bahasa khusus., bahasa gaul, atau
argot. Penciptaan bahasa khusus ini memiliki fungsi tertentu bagi kelompok penggunanya,
antara lain : a. Sebagai kontrabudaya dan sarana pertahanan diri, terutama bagi kelompok yan
hidup di lingkungan yang memusuhi mereka, b. Argot berfungsi sebagai sarana kebencian
kelompok terhadap budaya dominan dan dihukum oleh mereka, c. Argot berfungsi sebagai
sarana memelihara identitas dan solidaritas kelompok. Argot memungkinkan untuk mengenal
orang dalam dan membedakan dengan orang luar. Bahasa gaul terwujud ke dalam bahasa
kaum selebritis, bahasa gay, dan bahasa kaum waria.
VII.

BAHASA WANITA VS BAHASA PRIA


Wanita dan pria memiliki bahasa yang berlainan disebabkan karena adanya sosialisasi

yang berbeda khsusunya minat mereka berlainan terhadap berbagai aspek kehidupan.
Terdapat perbedaan pragmatik antara bahasa wanita dengan bahasa pria. Wanita
menggunakan pembicaraan ekspresif lebih banyak. Interupsi wanita kepada pria dilakukan
untuk mendukung atau menegaskan pembicara.Sementara itu, pria lebih

banyak

menggunakan pembicaraan instrumental, melaporkan informasi, memecahkan masalah, dan


menyelsaikan tugas melalui pertukaran informasi. Kata-kata yang diucapkan wanita kurang
lugas dibandingkan dengan kata-kata pria. Bahasa pria menggunakan pernyataan lebih kuat

yang cenderung menekankan kepatuhan, persetujuan, atau kepercayaan pendengar.faktorfaktor sosial ekonomi memdorong kita menggunakan bahasa yang sesuai dengan peran kita.
Yang kita perlukan saat ini adalah keluwesan menggunakan bahasa.
VIII.

RAGAM BAHASA INGGRIS


Bahasa Inggris, yan lebih universal pun tidak konsisten dalam ejaannya, pengucapannya,

pilihan kata, dan juga maknanya. Bahasa Inggris telah berkembang menjadi beberapa ragam
antara lain : Inggris-Inggris (British English), Inggris-Amerika, Inggris-Australia, InggrisFilipina, dan Inggris Singapura.
IX.

PENGALIHAN BAHASA
Komunikasi dalam bahasa yang sama dapat menimbulkan salah pengertian, apalagi bila

kita tidak menguasai bahasa lawan bicara. Untuk melakukan komunikasi yang efektif,
seharusnya menguasai bahasa mitra komunikasi kita. Dalam konteks inilah muncul perllunya
menguasai bahasa Inggrissebagai bahasa internasional untuk menjadi seorang komunikator
yang efektif. Perbedaan bahasa dapat menimbulkan kesulitan lebih jauh daripada
penerjemahan. Kelemahan dalam menguasai tata bahasa, struktur, dan kosakata sering
menghasilkan terjemahan yang membingungkan, menggelikan, dan terkadang bertentangan
dengan apa yang dimaksud dengan tulisan aslinya. Bahasa adalah cerminsuatu alam pikiran,
dapat dimengerti bila istilah-istilah yang berkaitan tetap dibiarkan dalam bahasa aslinya.
Sebaliknya, frase atau kalimat tidak bisa diterjemahkan begitu saja dalam Bahasa Indonesia
begitu saja, secara per kata, ke dalam bahasa Inggris.
X.

KOMUNIKASI

KONTEKS

-TINGGI

VS

KOMUNIKASI

KONTEKS-

RENDAH
Setiap orang secara pribadi memiliki gaya khas dalam berbicara. Kekhasan ini diwarisi
seseorang dari budayanya. Budaya konteks-rendah ditandai dengan komunikasi konteksrendah yakni pesan verbal dan eksplisit, gaya bicara langsung, lugas, dan berterus terang.
Penganut budaya konteks-rendah mengatakan apa yang mereka maksudkan dan
memaksudkan apa yang mereka katakan. Setiap pesan harus dispesifikasikan dengan kodekode tertentu. Sifat dari komunikasi konteks-rendah adalah cepat dan mudah berubah, yang
menyatukan kelompok. Sebaliknya, budaya konteks-tinggi ditandai dengan komunikasi
konteks-tinggi yakni kebanyakan pesan bersifat implisit, tidak langsung, dan tidak terus
terang. Pesan yang sebenarnya mungkin tersembunyi dalam perilaku non verbal pembicara,

intonasi suara, gerakan tangan, postur badan, ekspresi wajah, tatapan mata, atau bahkan
konteks fisik. Pernyataan verbal bertentangan dengan pesan non verbalnya. Anggota-anggota
budaya konteks-tinggi lebih terampil membaca perilaku nonverbal dan dalam membaca
lingkungan. Mereka menganggap bahwa orang lain juga akan melakukan hal yang sama.
Secara garis besar, urutan sejumlah negara berdasar tingkat budayanya (dari budaya konteksrendah ke budaya konteks-tinggi) menurut Hall and Kohls, adalah sebagai berikut : Swiss,
Jerman, Skandinavia Amerika Serikat, Perancis, Inggris, Spanyol, Yunani, Arab, Cina, dan
Jepang, Indonesia termasuk budaya konteks-tinggi dan mungkin berada di antara budaya
Arab dan budaya Cina.

BAB 7
KOMUNIKASI NONVERBAL
Secara sederhana, pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut
Larry A.Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan
(kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi yang dihasilkan oleh individu
dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi
pengirim atau penerima. Jadi, definisi ini mencakup perilaku yang disengaja ataupun tidak
disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan. Orang yan terampil
membaca pesan nonverbal disebut dengan intuitif, sedangkan yang terampil mengirimkannya
disebut dengan ekspresif. Pesan-pesan nonverbal sangat berpengaruh kepada komunikasi.
Kebanyakan isyarat nonverbal tidak universal, sebagaimana kata-kata, terikat oleh budaya
sehingga dipelajari dan bukan bawaan. Subkultur pun sering memiliki bahasa nonverbal yang
khas. Misalnya terdapat pada subkultur tari dan musik yang menunjukkan kekhasan perilaku
nonverbal penari atau penyanyinya ketika mereka sedang menari atau menyanyi. Studi
komunikasi non verbal sebenarnya masih relatif baru, dimulai pada tahun 1873 oleh Charles
Darwin yang menulis tentang ekspresi wajah. Sejak itu, banyak orang yang mengkaji
pentingnya komunikasi nonverbal demi keberhasilan komunikasi. Simbol-simbol nonverbal
lebih sulit ditafsirkan dibandingkan dengan simbol-simbol verbal. Ada dugaan bahwa bahasa
nonverbal sebangun dengan bahasa verbalnya. Pada dasarnya, suatu kelompok yang memiliki
bahasa verbal khas juga dilengkapi dengan bahsa nonverbal khas yang sejajar dengan bahasa
verbal tersebut.
I.

FUNGSI KOMUNIKASI NONVERBAL

Dilihat dari fungsinya, perilaku non verbal mempunyai beberapa fungsi . Paul Ekman
menyebutkan lima fungsi pesan nonverbal antara lain seperti yang dilukiskan dengan perilaku
mata :
a.
b.
c.
d.
e.

Emblem.
Ilustrator.
Regulator
Penyesuai
Affect Display

Lebih jauh lagi dalam hubungannya dengan perilaku verbal, perilaku nonverbal memiliki
fungsi-fungsi sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.

Perilaku nonverbal dapat mengulangi perilaku verbal


Memperteguh, menekankan, atau melengkapi perilaku verbal
Perilaku nonverbal dapat menggantikan perilaku verbal
Perilaku nonverbal dapat meregulasi perilaku verbal
e. Perilaku nonverbal dapat membantah atau bertentangan dengan perilaku verbal.

Anda mungkin juga menyukai