Wrap Up S3 Ipt
Wrap Up S3 Ipt
Kelompok
Ketua
Sekretaris
Anggota
: A13
: Aisyah Khairina Prashmahita
: Fitria Rizki
: Ain Fitrah Aulia Nur
Alya Nadhira
Annisa Fitri Bumantari
Azizah Fitriayu Andyra
Desya Billa Kusuma Anindhira
Humaerah
Indira Catur Paramita
Juwita Kartika
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
Jalan Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510
Telp.62.21.4244574 Fax. 62.21. 424457
1102014010
1102014108
1102014008
1102014015
1102014032
1102014055
1102014070
1102014122
1102014131
1102014139
Daftar Isi
Daftar Isi.......................................................................................................................................
2
Skenario........................................................................................................................................
3
Penentuan Kata-Kata Sulit.........................................................................................................
4
Pertanyaan...................................................................................................................................
4
Jawaban........................................................................................................................................
4
Hipotesis.......................................................................................................................................
5
Sasaran Belajar............................................................................................................................
6
LI. 1. Memahami dan Menjelaskan Plasmodium....................................................................
7
LO.
1.1.
Memahami
dan
Menjelaskan
Definisi
Plasmodium
...........................................................................................................................................
7
LO. 1.2. Memahami dan Menjelaskan Morfologi Plasmodium
...........................................................................................................................................
7
LO. 1.3. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Plasmodium
...........................................................................................................................................
9
LO. 1.4. Memahami dan Menjelaskan Siklus Hidup Plasmodium
...........................................................................................................................................
9
LI. 2. Memahami dan dan Menjelaskan Malaria.....................................................................
14
LO.
2.1.
Memahami
dan
Menjelaskan
Definisi
Malaria
...........................................................................................................................................
14
LO.
2.2.
Memahami
dan
Menjelaskan
Etiologi
Malaria
...........................................................................................................................................
14
LO.
2.3.
Memahami
dan
Menjelaskan
Epidemiologi
Malaria
...........................................................................................................................................
14
LO. 2.4. Memahami dan Menjelaskan Patogenesis dan Patofisiologi Malaria.................
...........................................................................................................................................
16
LO. 2.5. Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Malaria...................................
...........................................................................................................................................
16
LO. 2.6. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Malaria................................................
...........................................................................................................................................
17
LANGKAH 1
1) Skenario 3
Menggigil disertai Demam
Tn C, laki-laki, 35 tahun datang ke Poliklinik dengan keluhan utama demam sejak
satu minggu lalu. Demam dirasakan setiap dua hari sekali. Setiap kali demam didahului
menggigil dan diakhiri berkeringat. Setelah demam dapat pulih seperti biasa. Pasien baru
kembali dan melakuan studi lapangan di Sumatera Selatan selama dua minggu. Setelah
melakukan pemeriksaan sediaan hapus darah tepi, dokter mengatakan pasien terinfeksi
Plasmodium vivax
2) Kata Sulit
Mengigil: Mekanisme pertahanan tubuh alami untuk menjaga tubuh agar tetap
hangat, dan gemetar karena kedinginan.
Plasmodium Vivax: Spesies Plasmodium yang menyebabkan Malaria Vivax yang
ditandai dengan Trofozoit yang memiliki aktivitas amoeboid dan bentuk irregular
dan terlihat bintik-bintik Schuffner dalam sel-sel darah merah yang dihinggapi
parasit tersebut, dan ditularkan melalui nyamuk Anopheles betina.
Pemeriksaan Sediaan Hapus Darah Tepi
: Menilai bentuk sel-sel darah,
leukosit,trombosit,dan mencari adanya parasit, dengan menggunakan pewarnaan
Giemsa/wright, untuk menunjukkan morfologi parasit.
3) Pertanyaan
1. Apa saja klasifikasi Plasmodium?
2. Mengapa polda demam P.Vivax dirasakan 2 hari sekali?
3. Bagaimana cara penularan antr manusia?
4. Mengapa dilakukan Pemeriksaan darah tepi?
5. Bagian darah yang di ambil pada sediaan darah hapus darah tepi?
6. Manifestasi Klinis Malaria?
7. Tatalaksana serta Pencegahan?
4) Jawaban
1. A. Plasmodium Vivax
B. Plasmodium falciparum
C. Plasmodium Malariae
D. Plasmodium ovale
2. Sel darah melah akan menglami lisis selama 2x24 jam, kemudian Penderita
malaria akan mengalami demam.
3. 1. Lewat tali pusar ( Ibu ke Calon anak)
2. Transfusi Darah
4. A. Tipis : Fiksasi, eritrosit menempel di kaa objek, sehingga morfologi parasit
lebih jelas.
B. Tebal : Hanya bisa dilihat gram +/-. Dan morfologi parasit tidak jelas.
6. Darah arteri
7. A. Demam
C. Anemia
B. Splenomegali
9. a. Tatalaksana : 1. Farmasi : Klorokuin, Primakuin, Kina
b. Pencegahan : 4m, Memakai lotion, Memakai Kelambu
HIPOTESA
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang mengandung parasit Plasmodium.
Gejala malaria antara lain demam, menggigil, dan keringat dingin. Diagnosa malaria
dapat dilakukakn dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
( Laboratorium berupa pemeriksaan sediaan apus darah). Tatalaksana dengan cara
diberi klorokuin atau primakuin atau kina. Pencegahan malaria dapat dilakukan
dengan 4M dan insektisida.
SASARAN BELAJAR
LI. 1. Memahami dan Menjelaskan Plasmodium
LO. 1.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Plasmodium
LO. 1.2. Memahami dan Menjelaskan Morfologi Plasmodium
LO. 1.3. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Plasmodium
LO. 1.4. Memahami dan Menjelaskan Siklus Hidup Plasmodium
LI. 2. Memahami dan dan Menjelaskan Malaria
LO. 2.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Malaria
LO. 2.2. Memahami dan Menjelaskan Etiologi Malaria
LO. 2.3. Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Malaria
LO. 2.4. Memahami dan Menjelaskan Patogenesis dan Patofisiologi Malaria
LO. 2.5. Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Malaria
LO. 2.6. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Malaria
LO. 2.7. Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Malaria
LO. 2.8. Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Malaria
LO. 2.9. Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Malaria
LI. 3. Memahami dan Menjelaskan Vektor Penyebab Malaria
LO. 3.1. Memahami dan Menjelaskan Morfologi Vektor Penyebab Malaria
LO. 3.2. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Vektor Penyebab Malaria
LO. 3.3. Memahami dan Menjelaskan Tempat Perindukan Vektor Penyebab Malaria
LO. 3.4. MemahamiPerilaku Hidup Vektor Penyebab Malaria
LO. 3.5. Memahami dan Menjelaskan Cara Pemberantasan Vektor Penyebab Malaria
LI. 4. Memahami dan Menjelaskan Farmako Obat Anti Malaria
LO. 4.1. Memahami dan Menjelaskan Penggolongan Obat Anti Malaria
LO. 4.2. Memahami dan Menjelaskan Farmakokinetik Obat Anti Malaria
LO. 4.3. Memahami dan Menjelaskan Farmakodinamik Obat Anti Malaria
LO. 4.4. Memahami dan Menjelaskan Efek Samping Obat Anti Malaria
LO. 4.5. Memahami dan Menjelaskan Dosis dan Kontraindikasi Obat Anti Malaria
Plasmodium Falciparum
10
3
4
5
6
Plasmodium Ovale
11
12
Plasmodium
Plasmodium
falciparum
vivax
Daur praeritrosit 5,5 hari
8 hari
Hipnozoit
Plasmodium
ovale
9 hari
15.000
Plasmodium
malariae
10-15 hari
15.000
70 mikron
55 mikron
50 jam
72 jam
& Retikulosit
& Normosit
normosit muda
+
Schuffner
(James)
48 jam
Ziemann
Kuning tengguli
12-18
Tengguli tua
8-10
Tengguli hitam
8
8-9 hari
12-14 hari
26-28 hari
72 jam
Keterangan :
13
Siklus eritrositik dimulai saat merozoit memasuki sel-sel darah merah. Parasit
tampak sebagai kromatin kecil, dikelilingi oleh sitoplasma yang membesar, bentuk
tidak teratur dan mulai membentuk tropozoit, tropozoit berkembang menjadi skizon
muda, kemudian berkembang menjadi skizon matang dan membelah banyak menjadi
merozoit. Dengan selesainya pembelahan tersebut sel darah merah pecah dan
merozoit, pigmen dan sisa sel keluar dan memasuki plasma darah. Parasit memasuki
sel darah merah lainnya untuk mengulangi siklus skizogoni. Beberapa merozoit
memasuki eritrosit dan membentuk skizon dan lainnya membentuk gametosit yaitu
bentuk seksual (gametosit jantan dan betina) setelah melalui 2-3 siklus skizogoni
darah.
Siklus Hidup Plasmodium, Siklus seksual
Terjadi dalam tubuh nyamuk apabila nyamuk anopheles betina menghisap darah
yang mengandung gametosit. Gametosit yang bersama darah tidak dicerna. Pada
makrogamet (jantan) kromatin membagi menjadi 6-8 inti yang bergerak kepinggir
parasit. Dipinggir ini beberapa filamen dibentuk seperti cambuk dan bergerak aktif
disebut mikrogamet. Pembuahan terjadi karena masuknya mikrogamet kedalam
makrogamet untuk membentuk zigot. Zigot berubah bentuk seperti cacing pendek
disebut ookinet yang dapat menembus lapisan epitel dan membran basal dinding
lambung. Ditempat ini ookinet membesar dan disebut ookista. Didalam ookista
dibentuk ribuan sporozoit dan beberapa sporozoit menembus kelenjar nyamuk dan
bila nyamuk menggigit/ menusuk manusia maka sporozoit masuk kedalam darah dan
mulailah siklus pre eritrositik.
15
Angka kesakitan penyakit ini masih cukup tinggi, terutama di daerah Indonesia bagian
timur. Di daerah trasmigrasi dimana terdapat campuran penduduk yang berasal dari daerah
yang endemis dan tidak endemis malaria, di daerah endemis malaria masih sering terjadi
letusan kejadian luar biasa (KLB) malaria Oleh karena kejadian luar biasa ini menyebabkan
insiden rate penyakit malaria masih tinggi di daerah tersebut. Indonesia merupakan salah
satu negara yang masih tergolong berisiko malaria serta sering mengalami kejadian luar
biasa (KLB). Ini bisa dilihat dari jumlah penderita malaria pada dua tahun terakhir; pada
tahun 2006 terdapat sekitar dua juta kasus malaria klinis, sedangkan tahun 2007 menjadi 1,7
juta kasus. Jumlah penderita positif malaria (hasil pemeriksaan mikroskop) tahun 2006
sekitar 350 ribu kesakitan dan tahun 2007 sekitar 311 ribu kesakitan. Daerah endemis
malaria tinggi, sebagian besar berada di wilayah timur Indonesia, yang umumnya
merupakan daerah terpencil dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan yang
kurang baik serta transportasi dan komunikasi yang relatif sulit; sedangkan di Pulau Jawa
dan Bali, malaria berada pada kantong-kantong di daerah pantai dan pegunungan.
LO.2.4. Memahami dan Menjelaskan Patogenesis dan Patofisiologis Malaria
Patogenesis malaria berat dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu pejamu (host), agen
(agent),dan lingkungan (environment ). Dari sisi agen, parasit malaria, protein Pf EMP-1
(Plasmodium falciparum erythrocyte membrane protein-1) diduga berperan penting dalam
patogenesis malaria. Protein tersebut diekspresikan pada eritrosit yang terinfeksi parasit.
16
17
sebelumnya dan sering terjadi pada penderita yang tidak imun dan wanita hamil.
Komplikasi sering terjadi 5-10% dan 20% merupakan kasus yg fatal. Malaria dengan
komplikasi umumnya di golongkan sebagai malaria berat yang menurut WHO di golongkan
sebagai infeksi plasmodium falciparum dengan 1 atau lebih komplikasi sebagai berikut:
1. Malaria serebal (coma)
Yang tidak di sebabkan oleh penyakit lain atau lebih dari 30 menit setelah
serangan kejang penurunan kesadaran harus di lakukan penilaian berdasarkan
GSC ialah di bawah 7 atau equal dengan keadaan klinis soporous. Sebagian
penderita terjadi ganguan kesadaran yang lebih ringan seperti apati somonolen
delirium dan perubahan tingkah laku,k ejang kaku kuduk dan hemiparese dapat
terjadi walau cukup jarang. Dalam pemeriksaan divergen, pupil ukuran normal
dan reaktif, funduskopi normal atau dapat terjadi pendarahan ,sedangkan anal
reflex dapat hilang. Keadaan ini sering di sertai dengan hiverpentilasi. Lama
koma pada orang dewasa 2-3 hari dan pada anak 1 hari. Diduga pada malaria
serebral terjadi sumbatan kapiler pembuluh darah otak sehingga terjadi anoksia
otak. Sumbatan tersebut terjadi karena eritrosit yng mengandung parasit sulit
melalui pembuluh kapiler proses sitoaderensi dan sekuekstrasi parasit.
2. Gagal ginjal
Kelainan ini dapat pre renal karena dehidrasi dan hanya 5-10% di sebabkan oleh
nekrosis tubulus ,karena anoksia karena penurunan aliran darah ke ginjal akibat
sumbatan kapiler sebagai akibat penurunan filtrasi pada glomerulus. Secara klinis
dapat terjadi fase oliguria atau pun poliuria. Pemeriksaan urin yang di perlukan
yaitu urin mikroskopik, berat jenis urin , natrium, kalium, ureum, kreatinin,
analisa gas darah ,produksi urin. Beberapa resiko yang dapat menyebabkan Gagal
Ginjal Akut adalah hiperparasitemia , hipotensi, ikterus, hemoglobinuri. dan
ditandai dengan penurunan kesadaran berupa apatis, disorientasi, somnolen,
stupor, spoor, koma.dan terdapat ganguan metabolism seperti asidosis,
hipoglikemia, terjadi karena proses patologis.
3. Hipoglikemia
Keadan terminal pada binatang sebagai malaria berat. Hal ini di sebabkan
karena kebutuhan metabolic dari parasit telah menghabiskan cadangan glikogen
dalam hati. Hipoglikemia dapat tanpa gejala pada penderita dengan keadan umum
yang berat artaupun penurunan kesadaran. Penyebab hipoglikemi karena
pemberian terapi kina yg bnyak, kegagalan glukogeneogenesis pada penderita
dengan ikterik, hiperparasitemia oleh karena parasit mengkonsumsi karbohidrat,
dan pada malaria tanpa komplikasi hipoglikemia dapat terjdi dan sulit di obati
secara konvensionil karena hipoglikemia yg persisten karena hiperinsulinemia
akibat kina.
4. Edema paru
Sering terjadi pada malaria dewasa dan jarang terjadi pada anak. Komplikasi
paling berat di banding malaria tropika dan sering menyebabkan kematian. Dapat
terjadi karena kelebihan cairan atau adult respiratory distress syindrom,
kehamilan, malaria serebral, hiperparasitemi, hipotensi, asidosis, dan uremi.
LO.2.8. Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Malaria
19
merupakan bentuk oprasional dari Roll Back Malaria (RBM). Gerakan ini
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan tiap orang dalam mengatasi penyakit
malaria untuk mewujudkan lingkungan yang terbebas dari penularan malaria
melalui penanggulangan yang bermutu untuk menurunkan kesakitan dan
kematian. Program pemberantasan malaria yang saat ini dilakukan di Indonesia:
1.
Diagnosis awal dan pengobatan yang tepat
2.
Program kelambu dengan insektisida
3.
Penyemprotan
4.
Pengawasan deteksi aktif dan pasif
5.
Survei demam dan pengawasan migrant
6.
Deteksi dan control epidemic
7.
Langkah-langkah lain seperti larva ciding (merupakan kegiatan
penyemprotan rawa-rawa yang potensial sebagai tempat perindukan
nyamuk malaria)
8.
Peningkatan kemampuan masyarakat (capacity building).
21
Definisi
Menurut
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
293/MENKES/SK/IV/2009, Gebrak Malaria adalah gerakan nasional seluruh komponen
masyarakat untuk memberantas malaria secara intensif melalui kemitraan antara
pemerintah, dunia usaha, lembaga swadaya dan badan internasional serta penyandang
dana.
Tujuan
Umum: menekan morbiditas dan mortalitas; mempertahankan daerah bebas malaria
Khusus: morbiditas <0,08/1000 penduduk (API); jumlah kecamatan dengan insidensi
khusus yang tinggi (high case incidence, HCI) <10, kelurahan HCI <100
Sasaran
Kebijaksanaan
1. Memperluas daerah bebas malaria
2. Menanggulangi focus
3. Meningkatkan aspek manajerial petugas
4. Meningkatkan kualitas surveilans
5. Memberantas vector
6. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas vektor.
Stratifikasi wilayah
1. Indikator statis
HCI (high class incidence), API >5
MCI (middle class incidence), API = 1-5
LCI (low class incidence), API <1
2. Indikator dinamis
a. Desa rawan:
Lingkungan yang cocok bagi vektor malaria seperti perbukitan dengan sawah
berteras dan mata air yang alirannya lambat hutan primer
Desa yang memiliki riwayat HCI
Mobilitas penduduk tinggi
Daerah terpencil
b. Desa fokus rendah:
Desa MCI/LCI dengan kasus indigenous bulanan konstan atau menurun
Desa HCI dengan kondisi lingkungan tidak kondusif terhadap penularan
c. Desa fokus tinggi:
Desa rawan yang mulai ada kasus indigenous atau
22
Desa rawan yang tiga bulan berturut-turut kasus indigenous nya konstan atau
naik dibandingkan bulan sebelumnya
d. Daerah bebas malaria: daerah yang tidak ada penularan malaria dalam 3 tahun
terakhir
Kegiatan
1. Desa rawan
- Menemukan dan mengobati penderita
- Melakukan surveilans rutin (ACD/PCD/PE)
- Melakukan mass fever survey (MFS) terutama konfirmasi
- Mengendalikan vector
- Memetakan lingkungan dan breeding place
- Melakukan surveilans migrasi (bila morbilitasnya tinggi)
- Melakukan survei entomologi
- Memberi penyuluhan kepada masyarakat
2. Low focus zone (LFZ)
- Melakukan semua tiandakan di deasa rawan
- Melakukan tes resistensi terhadap klorokuin dan insektisida
- Mengendalikan vector dengan antilarva BTI-H14
- Menebar ikan
- Menanam padi secara serentak
- Memperbaiki konstruksi pengairan
3. High focus zone (HFZ)
- Melakukan seua tindakan di LFZ
- Melakukan penyemprotan di rumah-rumah (bila memenuhi syarat)
Jenis kegiatan:
1. Active case detection (ACD)
- Sasarannya adalah semua penderita malaria klinis (HCI: 20% penduduk, MCI
10% penduduk)
- Mengambil preparat darah tebal yang dilakukan oleh juru malaria desa (JMD)
- Waktu: HCI (2 minggu/1x), MCI (1 bulan/1x)
2. Passive case detection (PCD)
- Sasarannya adalah semua penderita malaria klinis dan penderita gagal obat yang
datang (HCI: 10% penduduk, MCI/LCI: 5% penduduk)
- Mengambil preparat darah tebal yang dilakukan oleh JMD
- Dilakukan setiap hari kerja
3. Mass fever survey (MFS)
- Sasarannya adalah semua penderita demam di daerah malaria klinis
- Mengambil preparat darah tebal yang dilakukan oleh JMD, diikuti mass fever
treatment (MFT) yang dibagi menjadi 2 yaitu MFS konfirmasi dan MFS husus
4. Surveilans parasite SMPI (sebelum musim penularan)
- Untuk menemukan dan mengobati penderita
- Dilakukan selama 4 hari dan diulang 10 hari kemudian
- Sasarannya adalah desa HCI/MCI
- Dilakukan 1-2 bulan sebelm dan sesudah musim penlaran (MP)
5. Surveilans migrasi
- Sasarannya adalah semua penduduk yang datang dari daerah endemic
23
Preparat darah tebal diambil JMD, jika hasilnya (+) maka dilakukan pengobatan
radikal
6. Survei pentalaksanaan penderita
- Sasarannya adalah kabupaten/kota/puskesmas endemic
- Metode: dengan check list
- Dilakukan pada saat MP
Survei
1.) Survei kualitas penyemprotan
2.) Surveilans pola vector
3.) Surveilans vector sebelum musim penularan (SMPI)
4.) Survei ongitudinal entomologi
5.) Survei spot entomologi
6.) Surveilans status resistensi vector
7.) Uji coba status resistensi klorokuin
8.) Audit program malaria
3. Stadium dewasa
Anophelini jantan dan betina memiliki palpi yang hampir sama dengan panjang
probosisnya, hanya pada nyamuk jantan palpi pada bagian apikal berbentuk gada yang
disebut club form sedangkan pada nyamuk betina ruas itu mengecil. Bagian posterior
abdomen agak sedikit lancip. Kosta dan vena 1 atau sayap pada bagian pinggir ditumbuhi
sisiksisik yang berkelompok sehingga membentuk belang-belang hitam putih
LO. 3.2. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Vektor Penyebab Malaria
Kingdom: Animalia
24
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Diptera
Famili: Culicidae
Sub famili: Anophelini
Genus: Anopheles
Spesies: Anopheles sp
LO. 3.3. Memahami dan Menjelaskan Tempat perindukan Vektor Penyebab Malaria
1 Anopheles sundaicus
Temapat perindukan larva :
Muara sungai yang mendangkal pada musim kemarau
Tambak ikan yang kurang terpelihara
Parit disepanjang pantai yang berisi air payau
Tempat penggaraman
Sifat :
Antropofilik > Zoofilik
Menggigit pada saat malam
Tempat istirahat di dalam rumah
2 Anopheles aconitus
Temapat perindukan larva :
Persawahan dengan saluran irigasi
Tepi sungai pada musim kemarau
Kolam ikan dengan tanaman rumput di tepinya
Sifat :
Zoofilik > Antropofilik
Menggigit pada saat senja dini hari (eksofagik)
Tempat istirahat diluar rumah
3 Anopheles subpictus
Temapat perindukan larva :
Kumpulan air yang permanen/sementara
Celah tanah bekas kaki binatang
Tambak ikan dan bekas galian di pantai
Sifat :
Antropofilik > Zoofilik
Menggigit saat malam
Tempat istirahat di dalam rumah (terkadang di luar rumah)
4 Anopheles barbirostris
Temapat perindukan larva :
Sawah dan saluran irigasi
Kolam, rawa, sumur, dan lain-lain
Sifat :
Antropofilik (Sulawesi & NT), Zoofilik (Jawa & Sumatra)
25
5 Anopheles balabacensis
Temapat perindukan larva :
Genangan air
Tepi sungai saat kemarau
Kolam atau sungai yang berbatu
Sifat :
Antropofilik > Zoofilik
Menggigit saat malam (Endofilik)
Temapt istirahat diluar rumah (sekitar kandang)
6 Anopheles maculatus
Temapat perindukan larva :
Aliran air jernih dengan arus lambat (daerah pegunungan)
Sifat :
Zoofilik > Antropofilik
Menggigit saat malam
Tempat istirahat di luar rumah (sekitar kandang)
7 Anopheles bancrofti
Temapat perindukan larva :
Danau dengan tumbuhan bakung
Rawa dengan tumbuhan pakis
Genangan air tawar
Sifat :
Zoofilik > antropofilik
Tempat istirahat belum jelas
8 Anopheles barbumbrosus
Temapat perindukan larva :
Tepi sungai dengan aliran lambat (daerah hutan daratan tinggi)
Sifat :
Antropofilik
LO. 3.4. Memahami dan Menjelaskan Perilaku Hidup Vektor Penyebab Malaria
Anopheles mengalami metamorfosis sempurna yaitu stadium telur, larva, kepompong, dan
dewasa yang berlangsung selama 7-14 hari. Tahapan ini dibagi ke dalam 2 (dua) perbedaan
habitatnya yaitu lingkungan air (aquatik) dan di daratan (terrestrial). Nyamuk dewasa muncul
26
27
Skizontosid jaringan
28
Pada pencegahan kausal digunakan skizontosid jaringan yang bekerja pada skizon yang
baru memasuki jaringan hati. Dengan demikian tahap infeksi eritrosit dapat dicegah dan
transmisi lebih lanjut dihambat.
Pencegahan relaps juga menggunakan skizontosid jaringan. Senyawa ini bekerja pada
bentuk late P.vivax dan P.ovale, setelah bentuk primernya di jaringan hati dilepaskan
kesirkulasi skizontosid jaringan dimanfaatkan untuk profilaksis terminal atau
penyembuhan radikal. Pengobatan radikal dimaksudkan untuk memusnahkan parasite
dalam fase eritrosit dan ekseritrosit. Untuk ini digunakan kombinasi skizontosid darah
dan jaringan.
Gametosid
Membunuh gametosit yang berada dalam eritrosit sehingga transmisinya ke nyamuk
dihambat. Klorokuin dan kina memperlihatkan efek gametosidal pada P.vivax, P.ovale,
P.malariae, sedangkan gametosit P.falciparum dapat dibunuh oleh primakuin.
Sporontosid
Menghambat perkembangan gametosit lebih lanjut di tubuh nyamuk yang menghisap
darah pasien, dengan demikian rantai penularan terputus. Kerja seperti ini terlihat dengan
primakuin dan kloroguanid. Obat antimalarial biasanya tidak dipakai secara klinis untuk
tujuan ini
Obat antimalaria:
1.) Klorokuin
(7-kloro-4-(4 dietilamino-1-metil-butil-amino) kuinolin ialah turunan 4-aminokuinolin.
Pada mamalia bentuk d-isomernya kurang toksik disbanding bentuk l-isomernya.
Amodiakuin dan hidroksiklorokuin merupakan turunan klorokuin yang sifatnya mirip
klorokuin. Walaupun in vitro dan in vivo amodiakuin lebih aktif terhadap P.falciparum
yang mulai resisten terhadap klorokuin, obat ini tidak digunakan rutin karena fek samping
agranulositosis yang fatal dan toksik pada hati
2.) Pirimetamin
Pirimitamin ialah turunan pirimidin yang berbentuk bubuk putih, tidak berasa, tidak larut
dalam air dan hanya sedikit larut dalam asam klorida. Nama kimia pirimetamin ialah 2,4diamino-5-p-klorofenil-6-etil-pirimidin
3.) Primakuin
Primakuin atau 8-(4-amino-1-metilbutilamino)-6-metakuinolin ialah turunan 8aminokuinolin. Garam difosfatnya yang tersedia di pasar larut dalam air dan relative
stabil sebagai larutan, sedikit mengalami dekomposisi bila terkena sinar atau udara.
4.) Kina dan Alkaloid Sinkona
Kina (kuinin) ialah alkaloid penting yang diperoleh dari kulit pohon sinkona. Kina
mengandung mengandung gugus kuinolin yang terikat pada cincin kuinuklidin melalui
ikatan alkahol sekunder, juga mengandung rantai samping metoksi dan vinil. Struktur
kuinidin sama dengan kina, kecuali konfigurasi sterik alcohol yang
sekundernya,sedangkan sinkonidin dan sinkonin tidak memiliki gugus metoksi.
1.) Klorokuin
Absorbsi klorokuin setelah pemberian oral terjadi lengkap dan cepat. Kaolin dan antacid
yang mengandung kalsium atau magnesium dapat menganggu absorbsi klorokuin.
Sehingga, obat ini sebaiknya jangan diberikan bersama-sama dengan klorokuin.
Kadarpuncak dalam plasma dicapai setelah 3-5 ja. Kira-kira 55% dari jumlah obat dalam
plasma akan terikat pada non-diffusable plasma constituent. Klorokuin lebih banyak
diikat dijaringan di jaringan, pada hewan coba ditemukan klorokuin dalam hati, limpa,
ginjal, paru, dan jaringan bermelanin sebanyak 200-700 kali kadarnya dalam plasma.
Sebaliknya, otak dan medulla spinalis hanya mengandung klorokuin 10-30 kali kadarnya
dalam plasma.
Metabolisme klorokuin dalam tubuh berlangsung lambat sekali dan metabolitnya,
monodesetilklorokuin dan bisdesetilklorokuin, diekskresikan melalui urin. Metabolit
utamanya, monodesetil klorokuin, juga mempunyai aktivitas antimalaria.
Dosis harian 300 mg menyebabkan kadar mantap kira-kira 125g/L, sedangkan dengan
dosis oral 0,5 gram tiap minggu dicapai kadar plasma antara 150-250 g/L dengan kadar
lembah antara 30-40 g/L. Jumlah ini berada dalam batas kadar terapi untuk P.falciparum
yang sensitive dan P.vivax, yaitu masing masing 30 dan 15 g/L.
2.) Pirimetamin
Penyerapan pirimetamin di saluran cerna berlangsung lambat tetapi lengkap. Setelah
pemberian 4-6 jam. Konsentrasi obat yang berefek supresi dapat menetap dalam darah
selama kira-kira 2 minggu. Obat ini ditimbun terutama diginjal, paru, hati, dan limpa,
kemudian diekskresi lambat dengan waktu paruh kira-kira 4 hari. Metabolitnya diekskresi
melalui urin
3.) Primakuin
Setelah pemberian per oral, primakuin segera diabsorpsi, dan didistribusikan luas ke
jaringan. Primakuin tidak pernah diberikan parenteral karena dapat mencetuskan
terjadinya hipotensi yang nyata. Metabolismenya berlangsung cepat dan hanya sebagian
kecil dari dosis yang diberikan yang diekskresi ke urin dalam bentuk asal. Pada
pemberian dosis tunggal, konsentrasi plasma mencapai maksimum dalam 3 jam, dan
waktu paruh eliminasinya 6 jam. Metabolisme oksidatif primakuin menghasilkan 3
macam metabolit; turunan karboksil merupakan metabolit utama pada manusia dan
merupakan metabolit yang tidak toksik, sedangkan metabolit yang lain memiliki aktivitas
hemolitik, yang lebih besar dari primakuin. Ketiga metabolit ini juga memiliki aktivitas
antimalarial yang lebih ringan dari primakuin.
4.) Kina dan Alkaloid Sinkona
Kina dan turunannya diserap baik terutama melalui usus halus bagian atas. Kadar
puncaknya dalam plasma dicapai dalam waktu 1-3jam setelah suatu dosis tunggal.
Distribusinya luas, terutama ke hati, tetapi kurang ke paru, ginjal, dan limpa; kina juga
melalui sawar uri. Sebagian besar alkaloid sinkona dimetabolisme dalam hati, sehingga
hanya kira-kira 20% yang diekskresi dalam bentuk utuh urin.karena perombakan dan
ekskresi yang cepat, tidak terjadi kumulasi dalam badan. Waktu paruh eliminasi kina pada
orang sehat 11 jam, sedang pada pasien malaria berat 18 jam.
1.) Klorokuin
Klorokuin hanya efektif terhadap parasite dalam fase eritrosit, sama sekali tidak efektif
terhadap parasit di jaringan. Selain itu, klorokuin juga efektif terhadap ketiga gamet
plasmodium tersebut, tetapi tidak terhadap P. falciparum. Untuk bentuk laten jaringan
klorokuin tidak bermanfaat. Gejala klinis dan parasitemia serangan akut malaria akan
cepat dikendalikan oleh klorokuin akan cepat dikendalikan oleh klorokuin. Demamnya
akan hilang dalam 24 jam dan sediaan apus darah umumnya negative dalam waktu 48-72
jam. Bila tidak ada perbaikan sampai hari kedua, mungkin telah terjadi resistensi,
khususnya pada P.falciparum. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan pemberian kina atau
skizontosid darah lainnya.
Polimerase heme pplasmodia berperanan mendetoksifikasi heme ferriprotoporphyrin IX
menjadi bentuk hemozoin yang tidak toksik. Heme inimerupakan senyawa yang bersifat
membranolitik dan terbentukdari pemecahan hemoglobin di vakuol makanan parasite.
Peningkatan heme di dalam parasite menimbulkan lisis membran parasit. Resistensi
terhadap klorokuin kini banyak ditemuka pada P.falciparum.
2.) Pirimetamin
Pirimetamin menghambat enzim dihidrofolat reductase plasmodia pada kadar yang jauh
lebih rendah daripada yang diperlukan untuk menghambat enzim reduktase plasmodia
pada kadar yang jah lebih rendah daripada yang diperlukan untuk menghambat enzim
yang sama pada manusia. Enzim ini bekerja dalam rangkaian reaksi sintesis purin,
sehingga penghambatannya menyebabkan gagalnya pembelahan inti pada pertumbuhan
skizon dalam hati dan eritrosit. Kombinasi dengan sulfonamide memperlihatkan
sinergisme karena keduanya mengganggu sintesis purin pada tahap yang berurutan.
Resistensi terhadap pirimetamin dapat terjadi akibat mutase gen-gen yang menghasilkan
perubahan asam amino sehingga mengakibatkan penurunan afinitas pirimetamin terhadap
enzim dihidrofolat reduktase plasmodia.
3.) Primakuin
Manfaat kliniknya yang utama adalah penyembuhan radikal malaria vivaks dan ovale.
Aktivitasnya lebih menonjol terhadap skizon jaringan dan gametosit. Aktivitas ini
membantu aktivitas antimalarial melalui pembentukan oksigen reaktif atau
mempengaruhi transportasi elektron parasit.
4.) Kina dan Alkaloid Sinkona
Kina terutama berefek skizontosid darah dan juga berefek gametositosid terhadap P.vivax
dan P.malariae, tetapi tidak untuk P.falciparum. Mekanisme kerja antimalarianya
berkaitan dengan gugus kuinolin yang dimilikinya, dan sebagian disebabkan karena kina
merupakan basa lemah, sehingga akan memiliki kepekatan yang tinggi didalam vakuola
makanan P.falciparum. Diperkirakan obat ini bekerja di dalam organel ini melalui
penghambatan aktivitas heme polymerase, sehingga terjadi penumpukan substrat yang
bersifat sitotoksik yaitu heme.
Heme adalah hasil sampingan dari penghancuran hemoglobin didalam vakuola makanan,
yang pada keadaan normal oleh enzim tersebut diubah menjadi pigmen malaria yang
tidak merusak.
LO. 4.4. Memahami dan Menjelaskan Efek Samping obat Anti Malaria.
31
1.) Klorokuin
Sakit kepala ringan, gangguan pencerrnaan, gangguan penglihatan, dan gatal-gatal
2.) Pirimetamin
Anemia makrositik yang serupa dengan yang terjadi pada defisiensi asam folat. Gejala ini
akan hilang bila pengobatan dihentikann, atau dengan pemberian asam folinat
(leukovorin)
3.) Primakuin
Anemia hemolitik akut pada pasien yang mengalami defisiensi enzim glukosa-6-fosfat
dehydrogenase
4.) Kina dan Alkaloid Sinkona
Tinitus, sakit kepala, gangguan pendengaran, pandangan kabur, diare dan mual. Pada
keracunan yang lebih berat terlihat gangguan gastrointestinal, saraf, kardiovaskular, dan
kulit. Lebih lanjut lagi terjadi perangsangan SSP, seperti bingung, gelisah, dan delirium.
LO. 4.5. Memahami dan Menjelaskan Dosis dan Kontraindikasi obat Anti Malaria.
PRIMAKUIN
KLOROKUIN
Kontraindikasi
Pada penyakit sistemik berat (artritis
Penyakit hati, gangguan sal. cerna,
rheumatoid dan lupus eritematosis);
neurologic, dan darah yg berat;
tdk bersamaan obat yg menimbulkan
defisiensi G6PD hemolisis;
hemolisis dan depresi sumsum tulang; klorokuin
tdk dianjurkan utk wanita hamil
+ fenilbutazon dermatitis;
klorokuin + meflokuin risiko
kejang
Dosis
- Primakuin fosfat : tablet setara dgn
- garam klorokuin fosfat : tablet 250
15 mg basa.
dan 500 mg
- Profilaksis terminal : primakuin 15
Malaria
mg/hari selama 14 hari sebelum atau
- Dosis awal : 10 mg/kgBB klorokuin
sesudah dari daerah endemik.
basa;
- Penyembuhan radikal P.vivax dan P. Pada 6, 12, 24, dan 36 jam selanjutnya
ovale : setelah serangan akut, 3 hari
dosis 5 mg/kgBB sampai dosis total
diberi klorokuin, hari ke 4 dgn dosis
30 mg/kgBB dlm 2 hari
15 mg/hari selama 14 hari.
- Penggunaan primakuin jangka lama
hrs dihindari krn toksik,
Daftar Pusaka
32
Penularan,
Pencegahan
&
33