Wrap Up sk.2 Campak
Wrap Up sk.2 Campak
BLOK IPT
RUAM MERAH SELURUH TUBUH
KELOMPOK A-13
Ketua
(1102014055)
(1102014015)
(1102014008)
(1102014010)
(1102014032)
(1102014070)
(1102014108)
(1102014122)
(1102014131)
(1102014139)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
Jalan Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510
Telp.62.21.4244574 Fax. 62.21. 424457
Daftar Isi
Daftar Isi.......................................................................................................................................2
Skenario........................................................................................................................................3
Penentuan Kata-Kata Sulit.........................................................................................................4
Pertanyaan...................................................................................................................................4
Jawaban........................................................................................................................................4
Hipotesis.......................................................................................................................................7
Sasaran Belajar............................................................................................................................8
LI. 1. Memahami dan Menjelaskan Virus Morbili Rubeola...................................................9
LO. 1.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Virus Morbili Rubeola.............................9
LO. 1.2. Memahami dan Menjelaskan Morfologi Virus Morbili Rubeola.........................9
LO. 1.3. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Virus Morbili Rubeola... 10
LO. 1.4. Memahami dan Menjelaskan Replikasi Virus Morbili Rubeola..........................11
LI. 2. Memahami dan dan Menjelaskan Campak....................................................................14
LO. 2.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Campak.................................................14
LO. 2.2. Memahami dan Menjelaskan Etiologi Campak.................................................14
LO. 2.3. Memahami dan Menjelaskan Transmisi Campak..............................................14
LO. 2.4. Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Campak.........................................15
LO. 2.5. Memahami dan Menjelaskan Patogenesis dan Patofisiologis Campak..............15
LO. 2.6. Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Campak.................................16
LO. 2.7. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Campak..............................................17
LO. 2.8. Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Campak............................................18
LO. 2.9. Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Campak............................................19
LO. 2.10. Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Campak...........................................20
Daftar pustaka.............................................................................................................................22
LANGKAH 1
1) Skenario
RUAM MERAH SELURUH TUBUH
2
Seorang anak laki-laki usia 5 tahun dibawa ibunya ke RS dengan keluhan ruam
merah di tubuh sejak tadi pagi. Sejak 4 hari yang lalu anak demam disertai batuk, pilek,
mata merah, muntah, buang air besar lembek 2x/ hari dan nafsu makan menurun. Pada
pemeriksaan fisik keadaan umum pasien tampak lemah, suhu 39 o C. Dalam rongga mulut
terlihat koplik spot dan terdapat ruam makulopapular di belakang telinga, wajah, leher,
badan dan ekstremitas. Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal. Hasil laboratorium
ditemukan leukopenia.
2) Kata sulit
Koplik Spot
Leukopenia
3) Pertanyaan
1. Mengapa dapat timbul ruam merah di seluruh tubuh?
2. Apa saja pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui
leukopenia?
3. Diagnosis apa dan siapa penyebab penyakit tersebut?
4. Bagaimana cara penularan penyakit tersebut?
5. Apa saja manifestasi klinis dari penyakit tersebut dari stadium ringan sampai
berat?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan?
7. Bagaimana cara penatalaksanaan pada penyakit tersebut?
8. Bagaimana cara pencegahannya?
9. Mengapa dapat terjadi leukopenia?
10. Bagaimana morfologi dan replikasi mikroorganismenya?
4) Jawaban
1. Respon dari tubuh yang terserang virus dan inflamasi (5 macam) dari virus.
2. Ada atau tidaknya koplik spot atau ruam merah dalam tubuh.
Tes Laboratorium terdiri dari : tes serologi, pembiakan kultur virus, dll.
3. Sakit campak, dari virus campak/paramyxovirus (RNA yg hanya punya 1
antigen)
4. Melalui droplet (percikan saliva).
5. Terdiri dari 4 stadium :
Stadium inkubasi
: 10-12 hari
Stadium prodromal
: 2-4 hari, demam tinggi (38,5oC), batuk,
pilek, merupakan tahap penularan.
Stadium erupsi
: 4/5 hari, ruam makulopapular
Stadium penyembuhan : ruam berangsur-angsur menghilang, menjadi
kehitaman dsn mengelupas. Baru menghilang
sekitar 1-2 minggu.
6. Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan adalah :
Tes darah rutin dan tes respon imun
Electroencephalogram
Pemeriksaan antibody IgM
7. Non farmako :
Makanan bergizi
Farmako :
4
Anti demam
Bila terkena otak : kloramfenikol dan dexa
Bila terkena paru : kloramfenikol
Gejala mata : Vitamin A
8. - pemberian vaksin : vaksin morbili hidup yang dilemahkan,pd usia 15 bulan
- Memakai masker
9. Leukopenia terjadi karena tubuh terfokus untuk membuat sel antibodi, maka
leukosit yang seharusnya dihasilkan jadi terganggu. Maka kadar leukosit
dalam tubuh jadi berkurang.
10. Morfologi paramyxovirus :
Berbentuk bulat, komposisinya terdiri dari RNA, protein lemak,
karbohidrat.
Replikasinya :
Replikasi berlangsung di sitoplasma. Virus ini mengalami replikasi di
dalam sel inang. Siklus umum yang terjadi adalah :
i. Perlekatan
ii. Penetrasi
iii. Uncoating
iv. Biosintesis
v. Pematangan dan pelepasan
HIPOTESIS
Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus rubeola. Yang ditandai
dengan adanya ruam makulopapular, dan koplik spot. Penyakit ini ditularkan melalui
droplet kemudian diinhalasi dan memiliki 4 stadium. Tatalaksananya dapat dilakukan
dengan cara farmako dan nonfarmako.
SASARAN BELAJAR
LI. 1. Memahami dan Menjelaskan Virus Morbili Rubeola
LO. 1.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Virus Morbili Rubeola
LO. 1.2. Memahami dan Menjelaskan Morfologi Virus Morbili Rubeola
LO. 1.3. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Virus Morbili Rubeola
LO. 1.4. Memahami dan Menjelaskan Replikasi Virus Morbili Rubeola
LI. 2. Memahami dan dan Menjelaskan Campak
6
Lipid berlapis dua, lipid berasal dari sel (warna biru muda)
Membran protein non glikosilat (M)
Ribonukleoprotein, antigen ikatan komplemen yang penting (N)
Rubeola
Family
: Paramyxoviridae
Subfamily
: Paramyxovirinae
Genus
: Morbillivirus
Spesies
produk pembelahan glikoprotein fusi F1. Protein F1menjalani pelipatan ulang yang
rumit selama terjadinya proses fusi membran sel dan virus.
b. Transkripsi, translasi, & replikasi DNA
Paramyxovirus mengandung genom RNA beruntai negative dan tak
bersegmen.Transkrip mRNA dibuat di dalam sitoplasma seloleh polymerase RNA
virus.Tidak diperlukan pencetus dari luar sehingga tidak ada ketergantungan terhadap
fungsi inti sel. mRNA jauh lebih kecil disbanding ukuran genomik; masing-masing
mewakili gen tunggal. Sekuens transkripsional regulatorik di batas-batas gen
menyampaikan sinyal untuk memulai dan berhentinya transkripsi. Posisi gen yang
relative terhadap ujung 3 genom menandakan efisiensi transkripsi.
Protein-protein virus disintesis didalam sitoplasma, dan jumlah tiapproduk
gen berkaitan dengan tingkat transkrip mRNA dari gen tersebut.Glikoproteinglikoprotein virus kemudian disintesis dan terglikosilasi di jalur sekretorik.
Genom paramyxovirus yang tidak bersegmen meniadakan kemungkinan terjadinya
pengaturan ulang segmen gen (pemilihan ulang genetic).
c. Pematangan
Virus mematang melalui pertunasan dari permukaan sel. Nukleokapsid
progeni terbentuk di sitoplasma dan bermigrasi ke permukaan sel. Nukleokapsid ini
tertarik ke berbagai lokasi di membran plasma yang dilengkapi oleh duri-duri
glikoprotein HN/H/G virus.Protein M berperan penting dalampembentukan partiker,
berperan menghubungkan selubung virus dan nukleokapsid.
10
a. Tahap Pelekatan
Pada tahp ini terjadi reaksi spesifik.Virus hanya menempel pada sisi reseptor
khusus dari membrane sel.
b. Tahap Penetrasi
Virus masuk seperti ditelan oleh sel inangnya (endositosis). Beberapa virus
lainnya terutama yang memiliki sampul masuk dengan cara melebur membrane
sel inang. Di dalam sel inang, materi genetic virus dilepas ke dalam sitoplasma.
c. Tahap Transkripsi Asam Nukleat
Pada kebanyakan virus, proses ini terjadi di dalam sitoplasma dan pada beberapa
virus lainnya terjadi di dalam nukleat. Pada tahap ini, materi genetic virus
digunakan sebagai blue prunt membentuk messenger ARN (mRNA atau ARN
duta atau ARNd).
d. Tahap Translasi ARNd Virus
11
Pada tahap ini, terjadi penerjemahan ARNd virus. Ribosom, asam amino, dan
energy dari sel yang terbentuk pada tahap ini akan dibawa ke tempat
pembentukan protein yang diperlukan untuk pembentukan partikel virus baru.
e. Tahap Replikasi
Terjadi replikasi asam nukleat atau pembentukan salinan asam nukleat.satu atau
beberapa protein dihasilkan melalui perintah genom virus.
f. Tahap Pematangan
Pada tahap ini, terjadi proses perakitan partikel virus. Proses perakitan tersebut
dapat terjadi di dalam nucleus atau sitoplasma, bergantung pada tipe virus. Pada
proses ini dapat dihasilkan 200 sampai 300 partikel virus baru.
g. Tahap Pelepasan
Pada tahap ini virus dilepas dan keluar dari sel inang. Proses ini terjadi melalui
pembentukan tunas (budding) pada membrane sel.
12
Bahkan ada usaha dari masyarakat untuk mempercepat keluarnya ruam. Ada
kepercayaan bahwa penyakit morbili akan berbahaya bila ruam tidak keluar pada kulit
sebab ruam akan muncul didalam rongga tubuh lain seperti didalam tenggorokan, paru,
perut, atau usus. Hal ini diyakini akan menyebabkan sesak nafas atau diare yang dapat
menyebabkan kematian.
Secara biologik, morbili mempunyai sifat adanya ruam yang jelas, tidak
diperlukan hewan perantara, tidak ada penularan melalui serangga (vektor), adanya
musiman dengan periode bebas penyakit, tidak ada penularan virus secara tetap, hanya
memiliki satu serotipe virus dan adanya vaksin campak yang efektif.
LO. 2.5. Memahami dan Menjelaskan Patogenesis dan Patofisiologis Campak
Virus masuk ke dalamtubuh manusia melalui saluran napas, dan disini ia
berkembang biak secara lokal; infeksi kemudian menyebar ke jaringan limfe regional,
lalu terjadi perkembang biakan lebih lanjut. Viremia penyakit menyebarkan virus yang
kemudian bereplikasi didalam sistem retikuloendotelial. Akhirnya, viremia sekunder
menebarkan virus ke permukaan epitel tubuh,termasuk kulit, saluran napas dan
konjungtiva, tempat terjadi replikasi fokal. Campak dapat bereplikasi di limfosit-limfosit
tertentu yang membantu penyebarannya ke seluruh tubuh.Sel raksasa multinuclear
dengan inklus intranuklear terlihat di dalam jaringan limfe di sekujur tubuh (kelenjar
limfe, tonsil, apendiks).Peristiwa initerjadi sepanjang periodeinkubasi, yang biasanya
bertahan selama 8-12 hari, tetapi dapat bertahan hingga 3 minggi pada orang dewasa.
Selama fas prodromal (2-4 hari)dan 2-5 hari pertama ruam, virus dijumpai di
dalam air mata, sekresi hidung dan tenggorok, urine dan darah. Ruam makulopapular
yang khas tampak di hari ke-14 begitu antibody terdeteksi di dalam sirkulasi, viremia
menghilang, dan demam menurun.Ruam muncul akibat interaksi sel T imun dengan sel
terinfeksi virus dalam pembuluh darah kecil dan bertahan sekitar 1 minggu. (pada
penderita yang mengalami gangguan imunitas berperantara sel, ruamtidak timbul.)
Keterlibatan sistem saraf pusat tergolong sering pada campak.Ensefalitis
simtomatik dijumpai di sekitar 1:1000 kasus.Karena virus yang infeksius jarang dijumpai
di dalam otak, reaksi autoimun diduga berperan menyebabkan komplikasi ini.Sebaliknya,
dapat dijumpai ensefalitis badan inklusi campak progresif pada pasien yang mengalami
14
gangguan imunitas berperantara sel. Pada bentuk penyakit yang biasanya mematikan ini,
virus yang sedang aktif bereplikasi dijumpai di dalam otak.
LO. 2.6. Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Campak
Gambaran klinis campak :
1. Masa inkubasi
Berlangsung selama 10-12 hari.
2. Masa prodromal
Munculnya gejala demam ringan hingga sedang, batuk makin berat, koriza,
peradangan mata, nyeri menelan, faring merah dan munculnya koplik spot.
Biasanya masa ini berlangsung 2-4 hari.
3. Stadium erupsi
Ditandai dengan ruam makulopapuler yang muncul berturut-turut pada leher dan
muka, tubuh, lengan dan kaki dan disertai oleh demam tinggi (4040,5C).Biasanya stadium ini berlangsung selama 5-6 hari.
4. Stadium konvalesensi
3 hari ruam mulai menghilang, kehitaman dan mengelupas (hiperpigmentasi).
Hilang ruam sekitar 1-2 minggu.
15
Diagnosis banding:
Penyakit lainnya dengan karakteristik demam yang disertai ruam
makulopapular: rubella, roseola, infeksi enteroviral atau adenovirus. Infeksi
mononucleosis, tokso plasmosis, meningokoksemia, demam scarlet, penyakit
riketsia, sindro Kawasaki, maupun akibat obat-obatan.
invasi pada sel epitel yang telah dirusak virus. Gambaran infiltrate pada foto toraks
dan adanya leukositosis dapat mempertegas diagnosis. Di negara sedang berkembang
dimana malnutrisi masih menjadi masalah, komplikasi pneumonia bakteri biasa
terjadi dan dapat menjadi fatal bila tidak diberi antibiotik.
c. Kejang demam
Kejang dapat timbul pada periode demam, umumnya pada puncak demam
saat ruamkeluar. Kejang dalam hal ini di klasifikasikan sebagai kejang demam
d. Ensefalitis
Merupakan komplikasi neurologic yang paling sering terjadi, biasanya terjadi
pada hari ke-4 -7 setelah timbulnya ruam.Kejadian ensafalitis sekitar 1 dalam 1000
kasus campak, denganmortalitas antara 30-40%.Terjadinya ensefalitisdapat melalui
mekanisme imunologik maupun melalui invasi langsung virus campak ke dalam
otak.Gejala ensefalitis dapat berupa kejang, letargi, koma dan iritabel.Keluhan nyeri
kepala, frekuensi napas meningkat, twitching, disorientasi juga dapat ditemukan.
Pemeriksaan
cairan
serebrospinal
menunjukkan
pleositosis
ringan,
dengan
o.
p.
q.
r.
s.
t.
Pneumomediastinal
Emfisema subkutan
Apendisitis
Gangguan gizi sampai kwaiorkhor
Infeksi piogenik pada kulit
Kankrum oris (noma)
Anti demam
Anti batuk
Vitamin A
Antibiotic diberikan bila ada indikasi, misalnya jika campak disertai dengan
komplikasi.
Suportif : tirah baring,hindari cahaya. Serta pemberian cairan dan nutrisi yang adekuat.
Indikasi rawat inap: hiperpireksia, dehidrasi, kejang, asupan oral sulit, atau disertai
komplikasi
Pemberian vitmin A untuk usia <6bulan sebanyak 50.000IU; usia 6bln-1thn sebanyak
100.000IU; anak >1thn sebanyak 200.000. apabila disertai gejala pada mata akibat
kekurangan vitamin A atau gizi buruk, diberikan 3 kali: hari 1,hari 2. Dan 2-4 minggu
ampisilin
dilanjutkan
Oksigen 2 liter/menit
Kloramfenikol 75mg/kgBB/hari
dibagi
dosis
dan
ampisilin
pemberian
vaksin
atau
imunisasi.Imunisasi campak paling efektif jika diberikan pada bayi berusia 9 bulan.
Vaksin diberikan dengan cara subkutan dalam atau intramuscular dengan dosis 0,5 cc.
Pemberian imunisasi campak satu kali akan memberikan kekebalan selama 14
tahun, sedangkan untuk mengendalikan penyakit diperlukan cakupan imunisasi paling
sedikit 80% per wilayah secara merata selama bertahun-tahun.
Imunisasi aktif
Pemberian vaksin MMR, diberikan 2 kali, pada bayi 9 bulan dan anak-anak usia 6
tahun. Vaksin ini berasal dari virus hidup yang dilemahkan. Diberikan secara
intrakutan/ intramuscular dosis 0,5 cc. Vaksin ini bertahan selama 14 tahun. Tidak
boleh diberikan untuk ibu hamil atau anak penderita tuberculosis yang tidak
diobati.
Imunisasi pasif
Kumpulan serum orang dewasa, serum konvalesen, globulin plasentaatau gamma
globulin kumpulan plasma adalah efektif untuk pencegahan dan pelemahan
campak. Campak dapat dicegah dengan immunoglobulin serum yang diberikan
secara intramuskular dengan dosis 0,25 mL/kg dalam 5 hari setelah pemajanan
atau lebih baik sesegera mungkin.
19
DAFTAR PUSTAKA
Staf Pengajar FKUI. 2014. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : Badan Penerbit
FKUI
Jawetz. 2014. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta:EGC
Staf Pengajar FKUI. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:
Soegianto S. Campak. Dalam: Buku Ajar Infeksi & Penyakit Tropis. Jakarta; IDAI, 2002:125-
33.
Behrman. Kliegman.& Arvin. 1999. Nelson Ilmu Kesehatan Anak.Ed15, vol. 2.Jakarta : EGC
20