Anda di halaman 1dari 35

Blok Darah Dan Sistem Limfatik

Wrap Up Skenario 3
PEMBENGKAKAN KELENJAR LEHER

KELOMPOK A 13
Ketua : Futuh Muhammad P.
Sekretaris

: Ain Fitrah Aulia Nur

Anggota

1102013116
1102014008

Arisya Hanifah N.

1102011045

Aulia Anjasari

1102013048

Atika Aulia

1102014046

Fadilla Permatasari

1102014088

Fuzarisma

1102014111

Khaulah Nurul F.

1102014144

Laura Rahardini

1102014147

Universitas YARSI
Jl. Let. Jend. Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, DKI Jakarta 10510

SKENARIO
PEMBENGKAKAN KELENJAR LEHER

Seorang laki-laki berusia 35 tahun dating ke UGD RS dengan keluhan terdapat


benjolan pada leher kanan sejak 1 bulan yang lalu. Benjolan dirasakan semakin lama
bertambah besar. Keluhan disertai dengan demam terutama malam hari, berat badan menurun
dan nyeri pada benjolan tersebut.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pembengkakan kelenjar getah bening di region Colli
Dextra, satu buah, konsistensi sedikit keras, ukuran 3x3 cm, tidak ada tanda inflamasi dan
nyeri tekan. Ditemukan juga pembengkakan kelenjar getah bening di kedua inguinal masingmasing satu buah, ukuran 1x1 cm, konsistensi sedikit keras, tidak ada tanda inflamasi dan
nyeri tekan.
Dokter meminta pasien untuk melakukan biopsy kelenjar getah bening untuk
menegakkan diagnosis dan pasien menyetujuinya.

I.

Kata Sulit
a. Regio Colli Dextra
Daerah leher kanan.
b. Biopsy
Pengambilan dan pemeriksaan, biasanya mikroskopik, jaringan dari tubuh
organisme untuk menegakkan diagnosis penyakit.

II.

III.

Rumusan Masalah
1. Mengapa berat badan menurun?
2. Mengapa kelenjar getah bening membesar?
3. Mengapa dilakukan biopsy?
4. Mengapa pembengkakan di Colli dextra disertai pembengkakan di inguinal?
5. Mengapa konsistensi bengkak keras?
6. Mengapa tidak ditemukan tanda inflamasi?
7. Apa pemeriksaan penunjang yang dilakukan selain biopsy?
8. Bagaimana alur diagnosisnya?
9. Mengapa terjadi demam?
Analisa Masalah
1. Penurunan berat badan disebabkan oleh pembengkakan kelenjar getah bening
di sekitar leher yang mengakibatkan pasien sulit menelan sehingga kehilangan
nafsu makan.
2. Karena adanya peningkatan produksi limfosit di kelenjar getah bening serta
peningkatan volume cairan limfe yang mendesak kelenjar getah bening
sebagai kompensasi dari adanya infeksi, atau dapat pula disebabkan
meningkatnya pembentukan limfosit oleh sebab keganasan.
3. Biopsy adalah pemeriksaan laboratorium dengan mengambil suatu jaringan.
Pemeriksaan jaringan tersebut bertujuan untuk mendeteksi adanya kecurigaan
dari sebuah diagnosa atau untuk mengetahui tingkat keganasan jaringan
abnormal tersebut. Dalam hal ini, pada skenario, dilakukan untuk menegakkan
diagnosis apakah pembengkakan yang terjadi disebabkan infeksi atau
keganasan.
4. Diduga pembengkakan menyebar dari hanya satu regio ke regio lainnya,
dibawa oleh cairan limfe. Bisa disebabkan karena infeksi, atau sel abnormal
yang menyebar.
5. Pembesaran kelenjar terjadi karena adanya hiperplasia limfoid dan
terbentuknya tuberkel, kemudian terjadi granulasi kronis, di kelenjar terjadi
nekrosis dan perkijuan. Kelenjar dapat membesar dan melekat satu dengan
yang lainnya serta melekat dengan jaringan sekitarnya, sehingga
konsistensinya menjadi keras.
6. Apabila tidak ditemukan inflamasi maka diduga pembengkakan KGB
disebabkan oleh keganasan.
7.

Pemeriksaan Mikrobiologi

Ultrasonografi (USG)
3

Biopsi

CT Scan

8.

KGB Bengkak

Tidak ada nyeri


tekan

Ada nyeri tekan


Lunak

Keras
Keganasa
n

Inflamasi

LIMFADENOPA
TI

INFEKSI

Seri limfoid

Seri
Myeloid

Limfom
a

Leukemi
a

Hodgk
in

Non
Hodgkin

Sel B

Sel
B/T

Seri
Histiosit

Sel NK

Sel
ReedSternber

9. Pasien menunjukkan gejala-gejala yang mengarah pada limfoma. Demam


pada limfoma ialah tanpa sebab yang pasti. Diduga pembentukan sel limfosit
abnormal, sehingga terdapat banyak limfosit, tetapi limfosit abnormal tidak
dapat bekerja dengan baik sebagai pertahanan tubuh sehingga penderita rentan
terkena infeksi.

IV.

Hipotesis
4

Limfadenopati adalah kelainan pada KGB yang ditandai pembesaran KGB tersebut. Pada
skenario pembengkakan memiliki konsistensi keras tanpa nyeri tekan, disebabkan oleh
peningkatan jumlah limfosit dan akumulasi cairan. Untuk menegakkan diagnosis dilakukan
biopsy yang bertujuan untuk memastikan adanya sel abnormal atau tidak yang mengarah
pada keganasan.

V.

Sasaran Belajar

LI 1 Memahami dan menjelaskan Kelenjar Getah Bening


LO 1.1 Definisi
LO 1.2 Struktur
LO 1.3 Fungsi
LI 2 Memahami dan menjelaskan Limfadenopati
LO 2.1 Definisi
LO 2.2 Etiologi
LO 2.3 Klasifikasi
LO 2.4 Patofisiologi
LO 2.5 Manifestasi klinis
LO 2.6 Diagnosis dan diagnosis banding
LO 2.7 Tatalaksana
LO 2.8 Prognosis
LO 2.9 Komplikasi
LI 2 Memahami dan menjelaskan Patologi Anatomi Limfoma

LI 1 Memahami dan menjelaskan Kelenjar Getah Bening


LO 1.1 Definisi
Cairan bening yang di jumpai di pembuluh limfe, dikumpulkan dari jaringan-jaringan
seluruh bagian tubuh dan kembali ke darah melalui system limfatik. Komponen
selularnya terdiri atas sel limfosit
Kamus Saku Kedokteran Dorland, Edisi 28.
LO 1.2 Struktur
Sistem limfatik pada dasarnya adalah saluran yang membawa cairan jelas atau
keputih-putihan, yang disebut getah bening. Getah bening ini membantu dalam kliring
jaringan infektif organisme, racun dll.
Dasar struktur dan fungsi dari sistem limfatik dapat dipecah menjadi saluran getah
bening. Kelenjar getah bening, getah bening dan organ lainnya. (1-4)
Saluran getah bening

Ini adalah jaringan tabung atau kapal mirip pembuluh darah yang mencakup semua
jaringan tubuh.
Limfatik saluran mendapatkan semakin kecil ketika mereka lulus di jauh organ dan
jaringan.
Sebagai contoh, kapal pada awal lengan tebal. Cabang ke dalam tabung tipis yang
semakin menjadi kurus dan kurus ketika mereka melakukan perjalanan ke jari-jari.
Di ujung jari kapal-kapal mungkin paling tipis dengan tempat-tempat di mana mereka
mungkin hanya beberapa sel yang tebal. Ini disebut kapiler limfatik.
Dinding kapiler yang biasanya satu sel tebal. Ini membantu dalam gerakan kekebalan
memproduksi sel yang disebut limfosit (jenis sel darah putih), dan racun, kuman dan
bahan kimia untuk pindah ke kapiler getah bening bebas.
Arteri juga cabang juga di ujung organ-organ. Kapiler ini memberikan cairan jelas
yang disebut plasma. Plasma ini menyinari jaringan dan memasuki saluran limfatik
sebagai getah bening.
Getah bening saluran akhirnya mengalir pada sebuah kapal limfatik besar yang
disebut saluran toraks di dada yang mengalir ke pembuluh darah.
Semua cairan disaring, garam, dan protein serta puing-puing sehingga berakhir dalam
aliran darah.

Nodus limfa

Nodus limfa yang kecil kacang berbentuk kelenjar atau lampu yang cenderung terjadi
di cluster seperti anggur.
Sepanjang getah bening saluran berada sekitar 600 kelenjar getah bening. Ini
bertindak sebagai filter yang saringan dari zat-zat berbahaya yang dibawa oleh saluran
limfatik.
7

Saluran limfatik jari, tangan dan lengan misalnya datang ke disaring pada nodus limfa
yang terletak di siku dan lubang lengan.
Demikian pula, mereka kaki, kaki dan paha mengalir dan node di belakang lutut dan
pangkal paha.
Getah bening saluran dari wajah, kepala dan kulit kepala mengalir pada node hadir di
bagian belakang kepala, di belakang telinga dan sisi leher.
Beberapa nodus limfa terletak lebih dalam tubuh di dada (antara dua cuping paruparu), sekitar kumparan usus, di pelvis dll.
Nodus limfa berisi 2 daerah mereka-ini termasuk korteks dan medula.
Korteks berisi koleksi limfosit. Ini berisi didominasi oleh beberapa T-limfosit dan
limfosit B.
Limfosit b dewasa sepenuhnya dalam sumsum tulang sementara The T lymphocytes
keluar dari sumsum tulang yang belum dewasa dan mencapai kematangan dalam
Timus.
Kapal-kapal limfatik yang memasuki nodus limfa disebut afferent limfatik kapal dan
mereka keluar disebut efferent limfatik kapal.

Getah bening
Ini adalah jelas fluida yang bergerak melalui saluran limfatik. Ini berisi cairan,
puing-puing, bahan kimia dan racun, bakteri, virus dan limfosit dalam perjalanan
kembali dari jaringan.
Organ-organ lain dan sistem limfatik

Sistem limfatik juga terdiri dari organ lainnya seperti limpa yang terletak pada bagian
sisi kiri di atas perut.
Itu bertindak seperti penyaring besar untuk menghapus usang dan kerusakan sel-sel
darah merah dari darah dan daur ulang mereka.
Limpa juga berisi limfosit b dan The T lymphocytes. Ketika darah melewati organ selsel ini mengambil infeksi.
Sistem limfatik juga berisi Timus yang terletak di belakang tulang dada.
Timus adalah pematangan situs untuk The T lymphocytes.
Amandel dan adenoids juga merupakan bagian dari sistem limfatik. Terletak di bagian
belakang tenggorokan. Ini adalah Sentinel yang melindungi sistem pencernaan dan
paru-paru dari bakteri dan virus.

MAKROSKOPIS
8

Bentuk oval seperti kacang tanah, mempunyai pinggiran yang cekung disebut dengan
hilus
Besarnya sebesar kepala peniti sampai sebesar buah kenari dan dapat diraba terutama
pada daerah leher, axilla, inguinale dan lain-lain
Terletak disekitar pembuluh darah yang berfungsi memproduksi limfosit dan antibodi
untuk mencegah penyebaran infeksi lanjutan
Daerah daerah tubuh yang memiliki nodus limfatikus
1. Daerah Kepala dan Leher bagian lateral dan belakang : yaitu di sepanjang
m.sternocleidomastoideus, lingual, pharynx, cavum nasi, palatum, muka,
mandibula / dasar mulut
2. Daerah Extrimitas Superior : manus, antebrachi,brachi dan regio axilaris
3. Daerah Mamae di bawah m.pectoralis meliputi kulit dan otot
4. Daerah Thorax : meliputi dinding torax, jantung, pericardium dan paru, pleura,
esophagus, aliran limfe thorax dan kelenjarr mamae masuk ke dalam node
limfatikus anterior dan posterior
5. Daerah Abdomen dan Pelvis : Meliputi daerah peritonium dan sekitar aorta dan
Vena Cava Inferior dan pembuluh darah intestinum. Aliran limfe superficialis
bagian depan dan lateral dan belakang diatas pusat masuk, nn ll axilaris anterior
dan posterior dan dibawah pusat, ke nn limfatisi inguinalis superficial
6. Daerah Extrimitas Inferior : Disepanjang arteri,vena tibialis, regio poplitea, regio
inguinale, alran limfe masuk limfonodus inguinale
MIKROSKOPIS

Organ bersimpai berbentuk bulat / mirip ginjal, terdiri dari jaringan limfoid.
Tersebar diseluruh tubuh disepanjang jalannya pembuluh limfe
Nodus ditemukan di ketiak dan di lipat paha, sepanjang pembuluh-pembuluh
besar di leher dan dalam jumlah besar di toraks dan abdomen terutama dalam
mesenterium
Limfonodus memiliki sisi konveks (cembung) dan konkaf (cekung) yg disebut
hilus tempat arteri dan saraf masuk dan vena keluar dr organ

o Korteks luar
- Dibentuk oleh jar.limfoid yang terdiri dari satu jar. sel retikular dan serat retikular
yang dipenuhi oleh limfosit B
- Di dalam jar.limfoid korteks terdapat struktur berbentuk sferis yang disebut
nodulus limfatikus
- Terdapat sinus subkapsularis, yang dibentuk oleh suatu jar.ikat longgar dari
makrofag, sel retikular dan serat retikular
o Korteks dalam
- Merupakan kelanjutan korteks luar, mengandung beberapa nodulus
- Mengandung banyak limfosit T
o Medulla
- Terdiri dari korda medularis yg merupakan perluasan korteks dalam
- Banyak mengandung Limfosit B dan beberapa sel plasma
- Korda medularis dipisahkan oleh struktur seperti kapiler yg berdilatasi sinus
limfoid medularis yang mengandung cairan limfe
o Limfe mengalir ke nodus limfatikus untuk membersihkannya dari partikel asing
sebelum kembali ke sirkulasi darah.
o Sewaktu cairan limfe mengalir melalui sinus, 99% atau lebih antigen dan kotoran
lainnya dipindahkan oleh aktivitas fagositosis makrofag.
Infeksi dan perangsangan antigenik menyebabkan limfonodus yang terinfeksi membesar
dan membentuk pusat-pusat germinativum yang banyak dengan proliferasi sel yang aktif.

10

LO 1.3 Fungsi
Fungsi dari sistem limfatik meliputi:

Drainase cairan dari aliran darah ke dalam jaringan darah yang beredar melalui
pembuluh yang sempit menyebabkan kebocoran cairan atau plasma ke dalam jaringan
yang membawa oksigen dan nutrisi ke jaringan dan membawa bahan-bahan limbah
dari jaringan ke dalam saluran getah bening. Saluran cairan yang bocor ke dalam
pembuluh getah bening membentuk sistem sirkulasi cairan dalam tubuh.

Penyaringan getah bening di kelenjar getah bening kelenjar mengandung sel-sel


darah putih yang dapat menyerang bakteri atau virus yang mereka temukan di getah
bening karena mengalir melalui kelenjar getah bening. Sel-sel kanker juga dapat
terjebak sama pada kelenjar getah bening sehingga kelenjar getah bening bertindak
sebagai indikator seberapa jauh kanker telah menyebar.

Menyaring darah Hal ini dilakukan oleh limpa. Limpa menyaring bakteri, virus dan
partikel asing lainnya.

Meningkatkan reaksi kekebalan tubuh dan melawan infeksi Sistem limfatik


terutama kelenjar getah bening yang lebih aktif dalam kasus infeksi kelenjar getah
bening atau kelenjar sering membengkak dalam kasus infeksi lokal.

LI 2 Memahami dan menjelaskan Limfadenopati


LO 2.1 Definisi
Limfadenopati merupakan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran lebih besar
dari 1 cm. Kepustakaan lain mendefinisikan limfadenopati sebagai abnormalitas ukuran atau
karakter kelenjar getah bening. Terabanya kelenjar getah bening supraklavikula, iliaka, atau
poplitea dengan ukuran berapa pun dan terabanya kelenjar epitroklear dengan ukuran lebih
besar dari 5 mm merupakan keadaan abnormal.
Berdasarkan luas, limfadenopati:
Generalisata: limfadenopati pada 2 atau lebih regio anatomi yang berbeda.
Lokalisata: limfadenopati pada 1 regio.
Dari semua kasus pasien yang berobat ke sarana layanan kesehatan primer, sekitar
penderita datang dengan limfadenopati lokalisata dan 1/4 sisanya datang dengan
limfadenopati generalisata.

11

LO 2.2 Etiologi

12

LO 2.3 Klasifikasi
Berdasarkan luas limfadenopati:
1. Generalisata
: Limfadenopati pada 2 atau lebih regio anatomi yang
berbeda.Limfadenopati generalisata yang persisten (persistent generalized
2. lymphadenopathy/PGL) adalah limfadenopati pada beberapa kelenjar getah bening
yang bertahan lama. PGL adalah gejala khusus infeksi HIV yang timbul pada lebih
dari 50% Odha dan sering disebabkan oleh infeksi HIV sendiri. Batasan limfadenopati
pada infeksi HIV adalah sbb:Melibatkan sedikitnya dua kelompok kelenjar getah
bening. Sedikitnya dua kelenjar yang simetris berdiameter lebih dari 1cm dalam setiap
kelompok, Berlangsung lebih dari satu bulan &Tidak ada infeksi lain yang
menyebabkannya Pembengkakan kelenjar getah bening ini bersifat tidak sakit,
simetris (kiri-kanan sama), dan kebanyakan terdapat di leher bagian belakang dan
depan, di bawah rahang bawah, di ketiak serta di tempat lain, tidak termasuk kunci
paha. Biasanya kulit pada kelenjar yang bengkak karena PGL akibat HIV tidak
berwarna merah.
3. Lokalisata

: Limfadenopati pada 1 regio.

BE,RDASARKAN TEMPAT :
A. Limfadenopati epitroklear
Terabanya kelenjar getah bening epitroklear selalu patologis. Penyebabnya meliputi
infeksi di lengan bawah atau tangan, limfoma,sarkoidosis, tularemia, dan sifilis sekunder.
B. Limfadenopati aksila
Sebagian besar limfadenopati aksila disebabkan oleh infeksi atau jejas pada
ekstremitas atas. Adenokarsinoma payudara sering bermetastasis ke kelenjar getah bening
aksila anterior dan sentral yang dapat teraba sebelum ditemukannya tumor primer.
Limfoma jarang bermanifestasi sejak awal atau, kalaupun bermanifestasi, hanya di
kelenjar getah bening aksila. Limfadenopati antekubital atau epitroklear dapat disebabkan
oleh limfoma atau melanoma di ekstremitas, yang bermetastasis ke kelenjar getah bening
ipsilateral.
C. Limfadenopati supraklavikula
Limfadenopati supraklavikula mempunyai keterkaitan erat dengan keganasan.
Padapenelitian, keganasan ditemukan pada 34% dan 50% penderita. Risiko palingtinggi
ditemukan pada penderita di atas usia 40 tahun.Limfadenopati supraklavikula kanan
berhubungan dengan keganasan di mediastinum, paru, atau esofagus. Limfadenopati
supraklavikula kiri (nodus Virchow) berhubungan dengan keganasan abdominal
(lambung, kandung empedu, pankreas, testis, ovarium, prostat).

13

D. Limfadenopati inguinal
Limfadenopati inguinal sering ditemukan dengan ukuran 1-2 cm pada orang normal,
terutama yang bekerja tanpa alas kaki. Limfadenopati reaktif yang jinak dan infeksi
merupakan penyebab tersering limfadenopati inguinal. Limfadenopati inguinal jarang
disebabkan oleh keganasan. Karsinoma sel skuamosa pada penis dan vulva, limfoma,
serta melanoma dapat disertai limfadenopati inguinal. Limfadenopati inguinal ditemukan
pada 58% penderita karsinoma penis atau uretra.
E. Limfadenopati generalisata
Limfadenopati generalisata lebih sering disebabkan oleh infeksi serius, penyakit
autoimun, dan keganasan, dibandingkan dengan limfadenopati lokalisata. Penyebab jinak
pada anak adalah infeksi adenovirus. Limfadenopati generalisata dapat disebabkan oleh
leukemia, limfoma, atau penyebaran kanker padat stadium lanjut. Limfadenopati sumber
keganasan primer yang mungkin bermetastasis ke kelenjar getah bening tersebut dan
tindakan diseksi leher.

14

LO 2.4 Patofisiologi
Kelenjar getah bening (KGB) adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh.
Tubuh kita memiliki kurang lebih sekitar 600 kelenjar getah bening, namun hanya di
daerah sub mandibular, ketiak atau lipat paha yang teraba normal pada orang sehat.
Terbungkus kapsul fibrosa yang berisi kumpulan sel-sel pembentuk pertahanan tubuh
dan merupakan tempat penyaringan antigen (protein asing) dari pembuluh-pembuluh
getah bening yang melewatinya. Pembuluh-pembuluh limfe akan mengalir ke kelenjar
getah bening sehingga dari lokasi kelenjar getah bening akan diketahui aliran
pembuluh limfe yang melewatinya. Oleh karena dilewati oleh aliran pembuluh getah
bening yang dapat membawa antigen dan memiliki sel pertahanan tubuh maka apabila
ada antigen yang menginfeksi maka kelenjar getah bening dapat menghasilkan sel-sel
pertahanan tubuh yang lebih banyak untuk mengatasi antigen tersebut sehingga
kelenjar getah bening membesar.
Pembesaran kelenjar getah bening dapat berasal dari penambahan sel-sel
pertahanan tubuh yang berasal dari kelenjar getah bening itu sendiri seperti limfosit,
sel plasma, monosit dan histiosit atau karena datangnya sel-sel peradangan (neutrofil)
untuk mengatasi infeksi di kelenjar getah bening (limfadenitis), infiltrasi sel-sel ganas
atau timbunan dari penyakit metabolite macrophage (gaucher disease). Dengan
mengetahui lokasi pembesaran kelenjar getah bening maka kita dapat mengarahkan
kepada lokasi kemungkinan terjadinya infeksi atau penyebab pembesaran kelenjar
getah bening. Benjolan, bisa berupa tumor baik jinak atau ganas, bisa juga berupa
pembesaran kelenjar getah bening. Kelenjar ini ada banyak sekali di tubuh kita, antara
lain di ujudaerah leher, ketiak, dalam rongga dada dan perut, di sepanjang tulang
belakang kiri dan kanan sampai mata kaki. Kelenjar getah bening berfungsi sebagai
penyaring bila ada infeksi lokal yang disebabkan bakteri atau virus. Jadi, fungsinya
justru sebagai benteng pertahanan tubuh.

15

Jika tidak terjadi infeksi, kemungkinan adalah tumor. Apalagi bila pembesaran
kelenjar didaerah-daerah tersebut di atas, pertumbuhannya cepat dan mudah
membesar. Bila sudah sebesar biji nangka, misalnya, bila ditekan tidak sakit, maka
perlu diwaspadai. Jalan terbaik, adalah dilakukan biopsy di kelenjar tersebut.
Diperiksa jenis sel-nya untuk memastikan apakah sekedar infeksi atau keganasan. Jika
tumor dan ternyata ganas, pembesaran kelenjar akan cepat terjadi. Dalam sebulan,
misalnya sudah membesar dan tak terasa sakit saat ditekan. Beda dengan yang
disebabkan infeksi, umumnya tidak bertambah besar dan jika daerah di sekitar
benjolan ditekan,terasa sakit.
Peningkatan ukuran kelenjar getah bening disebabkan
1.
Multiplikasi sel-sel di dalam node, termasuk limfosit, sel plasma, monosit,
histiosit
2.

Infiltrasi sel dari luar nodus seperti sel ganas atau neutrofil

3.

Pengeringan infeksi (misalnya abses) ke kelenjar getah bening lokal.

Sistem limfatik berperan pada reaksi peradangan sejajar dengan sistem


vaskular darah. Biasanya ada penembusan lambat cairan interstisial kedalam saluran
limfe jaringan, dan limfe yang terbentuk dibawa kesentral dalam badan dan akhirnya
bergabung kembali kedarah vena. Bila daerah terkena radang, biasanya terjadi
kenaikan yang menyolok pada aliran limfe dari daerah itu. Telah diketahui bahwa
dalam perjalanan peradangan akut, lapisan pembatas pembuluh limfe yang terkecil
agak meregang, sama seperti yang terjadi pada venula, dengan demikian
memungkinkan lebih banyak bahan interstisial yang masuk kedalam pembuluh limfe.
Bagaimanapun juga, selama peradangan akut tidak hanya aliran limfe yang
bertambah, tetapi kandungan protein dan sel dari cairan limfe juga bertambah dengan
cara yang sama.
Sebaliknya, bertambahnya aliran bahan-bahan melalui pembuluh limfe
menguntungkan karena cenderung mengurangi pembengkakan jaringan yang
meradang dengan mengosongkan sebagian dari eksudat. Sebaliknya, agen-agen yang
dapat menimbulkan cedera dapat dibawa oleh pembuluh limfe dari tempat peradangan
primer ketempat yang jauh dalam tubuh. Dengan cara ini, misalnya, agen-agen yang
menular dapat menyebar. Penyebaran sering dibatasi oleh penyaringan yang dilakukan
oleh kelenjar limfe regional yang dilalui oleh cairan limfe yang bergerak menuju
kedalam tubuh, tetapi agen atau bahan yang terbawa oleh cairan limfe mungkin masih
dapat melewati kelenjar dan akhirnya mencapai aliran darah.
Peradangan Kenaikan Penembusan Cairan Interstisial ke dalam saluran limfa
jaringan Cairan Limfe, protein dan sel cairan limfe bertambah Pembengkakan
KGB
Sel bereplikasi dalam merespon antigen Sel-sel netrofil atau sel neoplasma
metatastik memasuki nodus dalam jumlah besar Bahan asing disimpan di dalam sel
histiosit Pelepasan sitokin lokal menyebabkan pembengkakan pembuluh darah dan
edema Jaringan nekrosis menyebabkan nanah
16

LO 2.5 Manifestasi klinis


Tanda dan gejala secara umum:

Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38 oC.


Sering keringat malam.
Kehilangan berat badan lebih dari 10% dalam 6 bulan.
Timbul benjolan di bagian leher.

Penyebab
Keganasan
- Limfoma

Karakteristik

- Leukemia

Memar, splenomegali

Pemeriksaan hematologi, aspirasi


sumsum tulang

- Neoplasma kulit

Lesi kulit karakteristik

Biopsi lesi

- Sarkoma Kaposi

Lesi kulit karakteristik

Biopsi lesi

- Metastasis

Bervariasi
primer

Infeksi
- Bruselosis

Diagnostik

Demam,
keringat
malam, Biopsi kelenjar
penurunan
berat badan, asimptomatik

tergantung

tumor Biopsi

Demam, menggigil, malaise

Kultur darah, serologi

- Cat-scratch disease

Demam,
menggigil,
asimptomatik

atau Diagnosis klinis, biopsi

- CMV

Hepatitis,
pneumonitis, Antibodi CMV, PCR
asimptomatik,
infl uenza-like illness

- HIV, infeksi primer

Nyeri, promiskuitas seksual

HIV RNA

Limfogranuloma Demam, malaise, splenomegali


venereum

Diagnosis klinis, titer MIF

- Mononukleosis

Demam, eksudat orofaringeal

Pemeriksaan hematologi, Monospot,


serologi EBV

- Faringitis

Ruam karakteristik, demam

Kultur tenggorokan
17

- Rubela

Demam,
keringat
hemoptisis,
riwayat kontak

malam, Serologi

- Tuberkulosis

Demam,
gigitan

tempat PPD, kultur sputum, foto toraks

ulkus

pada

- Tularemia

Kultur darah, serologi


Demam, konstipasi, diare, sakit
kepala, nyeri perut, rose spot

- Demam tifoid

Ruam, ulkus tanpa nyeri

- Sifilis

Demam, mual, muntah, diare, Rapid plasma reagin


ikterus

- Hepatitis virus

Artritis, nefritis, anemia, ruam,


penurunan berat badan

Autoimun
Artitis simetris, kaku pada pagi
Lupus
eritematosus hari, demam
sistemik
Perubahan kulit, kelemahan otot
- Artritis reumatoid
Proksimal
- Dermatomiositis
- Sindrom Sjogren

Kultur darah, kultur sumsum tulang

Serologi hepatitis, uji fungsi hati

Klinis,
ANA,ds
hematologi

DNA,

LED,

Klinis, radiologi, faktor reumatoid,


LED,Hematologi

Keratokonjungtivitis, gangguan EMG, kreatin kinase serum, biopsi


ginjal, vaskulitis
otot
Demam,
strawberry
Tongue

konjungtivitis, Uji Schimmer, biopsi bibir, LED,


Hematologi

Lain-lain/kondisi taklazim
- Penyakit Kawasaki
Perubahan
kulit,
dispnea,
adenopati
Hilar
- Sarkoidosis
Demam, urtikaria, fatigue
Iatrogenik
- Serum sickness
Limfadenopati asimptomatik
- Obat

Kriteria klinis
ACE serum, foto toraks, biopsi paru/
kelenjar hilus
Klinis, kadar komplemen
Penghentian obat

LO 2.6 Diagnosis dan diagnosis banding


Diagnosis
18

Diagnosis limfadenopati memerlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan


penunjang apabila diperlukan.
a. Anamnesis
Umur penderita dan lamanya limfadenopati
Kemungkinan penyebab keganasan sangat rendah pada anak dan meningkat seiring
bertambahnya usia. Kelenjar getah bening teraba pada periode neonatal dan sebagian
besar anak sehat mempunyai kelenjar getah bening servikal, inguinal, dan aksila yang
teraba. Sebagian besar penyebab limfadenopati pada anak adalah infeksi atau penyebab
yang bersifat jinak.
Berdasarkan sebuah laporan, dari 628 penderita yang menjalani biopsi karena
limfadenopati, penyebab yang jinak dan swasirna (self-limiting) ditemukan pada 79%
penderita berusia kurang dari 30 tahun, 59% penderita antara 31-50 tahun, dan 39%
penderita di atas 50 tahun.
Di sarana layanan kesehatan primer, penderita berusia 40 tahun atau lebih dengan
limfadenopati mempunyai risiko keganasan sekitar 4%. Pada usia di bawah 40 tahun,
risiko keganasan sebagai penyebab limfadenopati sebesar 0,4%.2 Limfadenopati yang
berlangsung kurang dari 2 minggu atau lebih dari 1 tahun tanpa progresivitas ukuran
mempunyai kemungkinan sangat kecil bahwa etiologinya adalah keganasan.

Lokasi
Lokasi pembesaran KGB pada dua sisi leher secara mendadak biasanya disebabkan
oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada infeksi oleh penyakit kawasaki
umumnya pembesaran KGB hanya satu sisi saja. Apabila berlangsung lama (kronik)
dapat disebabkan infeksi oleh Mycobacterium, Toksoplasma, Epstein Barr Virus atau
Citomegalovirus.

Gejala penyerta
Gejala konstitusi, seperti fatigue, malaise, dan demam, sering menyertai
limfadenopat servikal dan limfositosis atipikal pada sindrom mononukleosis. Demam,
keringat malam, dan penurunan berat badan lebih dari 10% dapat merupakan gejala
limfoma B symptom. Pada limfoma Hodgkin, B symptom didapatkan pada 8% penderita
stadium I dan 68% penderita stadium IV. B symptom juga didapatkan pada10%
penderita limfoma non-Hodgkin. Gejala artralgia, kelemahan otot, atau ruam dapat
menunjukkan kemungkinan adanya penyakit autoimun, seperti artritis reumatoid, lupus
eritematosus, atau dermatomiositis. Nyeri pada limfadenopati setelah penggunaan
alkohol merupakan hal yang jarang, tetapi spesifik untuk limfoma Hodgkin.
Demam, nyeri tenggorok dan batuk mengarahkan kepada penyebab infeksi saluran
pernapasan bagian atas. Demam, keringat malam dan penurunan berat badan mengarah
kepada infeksi tuberkulosis atau keganasan. Demam yang tidak jelas penyebabnya, rasa
lelah dan nyeri sendi meningkatkan kemungkinan oleh penyakit kolagen atau penyakit
serum (serum sickness), ditambah adanya riwayat pemakaian obat-obatan atau produk
darah.

Riwayat penyakit
Riwayat penyakit sekarang dan dahulu seperti adanya peradangan tonsil
sebelumnya, mengarahkan kepada infeksi oleh Streptococcus, luka lecet pada wajah
atau leher atau tanda-tanda infeksi mengarahkan penyebab infeksi Staphylococcus, dan
adanya infeksi gigi dan gusi juga dapat mengarahkan kepada infeksi bakteri anaerob.
Transfusi darah sebelumnya dapat mengarahkan kepada Citomegalovirus, Epstein Barr
Virus atau HIV.
19

Riwayat pemakaian obat


Limfadenopati dapat timbul setelah pemakaian obat-obatan seperti fenitoin dan
isoniazid. Obat-obatan lainnya seperti allupurinol, atenolol, captopril, carbamazepine,
cefalosporin, emas, hidralazine, penicilin, pirimetamine, quinidine, sulfonamida,
sulindac. Pembesaran karena obat umumnya seluruh tubuh (limfadenopati
generalisata).

Riwayat pekerjaan
Paparan terhadap infeksi paparan/kontak sebelumnya kepada orang dengan infeksi
saluran napas atas, faringitis oleh Streptococcus, atau tuberculosis turut membantu
mengarahkan penyebab limfadenopati. Riwayat perjalanan atau pekerjaan, misalnya
perjalanan ke daerah-daerah di Afrika dapat mengakibatkan penyakit Tripanosomiasis,
orang yang bekerja dalam hutan dapat terkena Tularemia.
Pajanan
Anamnesis pajanan penting untuk menentukan penyebab limfadenopati. Pajanan
binatang dan gigitan serangga, penggunaan obat, kontak penderita infeksi dan riwayat
infeksi rekuren penting dalam evaluasi limfadenopati persisten. Pajanan setelah
bepergian dan riwayat vaksinasi penting diketahui karena dapat berkaitan dengan
limfadenopati persisten, seperti tuberkulosis, tripanosomiasis, scrub typhus,
leishmaniasis, tularemia, bruselosis, sampar, dan anthrax. Pajanan rokok, alkohol, dan
radiasi ultraviolet dapat berhubungan dengan metastasis karsinoma organ dalam, kanker
kepala dan leher, atau kanker kulit. Pajanan silikon dan berilium dapat menimbulkan
limfadenopati.
Riwayat kontak seksual penting dalam menentukan penyebab limfadenopati inguinal
dan servikal yang ditransmisikan secara seksual. Penderita acquired immunodeficiency
syndrome (AIDS) mempunyai beberapa kemungkinan penyebab limfadenopati, risiko
keganasan, seperti sarkoma Kaposi dan limfoma maligna non-Hodgkin meningkat pada
kelompok ini. Riwayat keganasan pada keluarga, seperti kanker payudara atau familial
dysplastic nevus syndrome dan melanoma, dapat membantu menduga penyebab
limfadenopati.
b. Pemeriksaan Fisik

Karakter dan ukuran kelenjar getah bening


Secara umum malnutrisi atau pertumbuhan yang terhambat mengarahkan kepada
penyakit kronik seperti tuberkulosis, keganasan atau gangguan sistem kekebalan tubuh.
Karakteristik dari kelenjar getah bening dan daerah sekitarnya harus diperhatikan.
Kelenjar getah bening harus diukur untuk perbandingan berikutnya. Harus dicatat ada
tidaknya nyeri tekan, kemerahan, hangat pada perabaan, dapat bebas digerakkan atau
tidak dapat digerakkan, apakah ada fluktuasi, konsistensi apakah keras atau kenyal.
- Ukuran: normal bila diameter 0,5 cm dan lipat paha >1,5 cm dikatakan abnormal.
- Nyeri tekan: umumnya diakibatkan peradangan atau proses perdarahan.
- Konsistensi: keras seperti batu mengarah kepada keganasan, padat seperti karet
mengarah kepada limfoma, lunak mengarahkan kepada proses infeksi, fluktuatif
mengarah kepada terjadinya abses/pernanahan.
- Penempelan/bergerombol: beberapa KGB yang menempel dan bergerak bersamaan
bila digerakkan, dapat terjadi akibat tuberkulosis, sarkoidosis atau keganasan.
20

Kelenjar getah bening yang keras dan tidak nyeri meningkatkan kemungkinan
penyebab keganasan atau penyakit granulomatosa. Limfoma Hodgkin tipe sklerosa
nodular mempunyai karakteristik terfiksasi dan terlokalisasi dengan konsistensi kenyal.
Limfadenopati karena virus mempunyai karakteristik bilateral, dapat digerakkan, tidak
nyeri, dan berbatas tegas. Limfadenopati dengan konsistensi lunak dan nyeri biasanya
disebabkan oleh inflamasi karena infeksi. Pada kasus yang jarang, limfadenopati yang
nyeri disebabkan oleh perdarahan pada kelenjar yang nekrotik atau tekanan dari kapsul
kelenjar karena ekspansi tumor yang cepat.
Pada umumnya, kelenjar getah bening normal berukuran sampai diameter 1 cm,
tetapi beberapa penulis menyatakan bahwa kelenjar epitroklear lebih dari 0,5 cm atau
kelenjar getah bening inguinal lebih dari 1,5 cm merupakan hal abnormal. Terdapat
laporan bahwa pada 213 penderita dewasa, tidak ada keganasan pada penderita dengan
ukuran kelenjar dibawah 1 cm, keganasan ditemukan pada 8% penderita dengan ukuran
kelenjar 1-2,25 cm dan pada 38% penderita dengan ukuran kelenjar di atas 2,25 cm.
Pada anak, kelenjar getah bening berukuran lebih besar dari 2 cm disertai gambaran
radiologi toraks abnormal tanpa adanya gejala kelainan telinga, hidung, dan
tenggorokan merupakan gambaran prediktif untuk penyakit granulomatosa
(tuberkulosis, catscratchdisease, atau sarkoidosis) atau kanker (terutama limfoma).
Tidak ada ketentuan pasti mengenai batas ukuran kelenjar yang menjadi tanda
kecurigaan keganasan. Ada laporan bahwa ukuran kelenjar maksimum 2 cm dan 1,5 cm
merupakan batas ukuran yang memerlukan evaluasi lebih lanjut untuk menentukan ada
tidaknya keganasan dan penyakit granulomatosa

Lokasi limfadenopati

1. Limfadenopati daerah kepala dan leher


Kelenjar getah bening servikal teraba pada sebagian besar anak, tetapi ditemukan
juga pada 56% orang dewasa. Penyebab utama limfadenopati servikal adalah infeksi,
sedangkan pada anak, umumnya berupa infeksi virus akut yang swasirna. Pada
infeksi mikobakterium atipikal, cat-scratch disease, toksoplasmosis, limfadenitis
Kikuchi, sarkoidosis, dan penyakit Kawasaki, limfadenopati dapat berlangsung
selama beberapa bulan. Limfadenopati supraklavikula kemungkinan besar (54%85%) disebabkan oleh keganasan.
Kelenjar getah bening servikal yang mengalami inflamasi dalam beberapa hari,
kemudian berfluktuasi (terutama pada anak-anak) khas untuk limfadenopati akibat
infeksi Staphylococcus dan Streptococcus. Kelenjar getah bening servikal yang
berfluktuasi dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan tanpa tanda-tanda
inflamasi atau nyeri yang signifikan merupakan petunjuk infeksi Mycobacterium,
mikobakterium atipikal atau Bartonella henselae (penyebab cat scratchdisease).
Kelenjar getah bening servikal yang keras, terutama pada orang usia lanjut dan
perokok menunjukkan metastasis keganasan kepala dan leher (orofaring, nasofaring,
laring, tiroid, dan esofagus). Limfadenopati servikal merupakan manifestasi
limfadenitis tuberkulosa yang paling sering (63-77%kasus), disebut skrofula.
Kelainan ini dapatjuga disebabkan oleh mikobakterium nontuberkulosa.
2. Limfadenopati epitroklear
Terabanya kelenjar getah bening epitroklear selalu patologis. Penyebabnya
meliputi infeksi di lengan bawah atau tangan, limfoma, sarkoidosis, tularemia, dan
sifilis sekunder.

21

3. Limfadenopati aksila
Sebagian besar limfadenopati aksila disebabkan oleh infeksi atau jejas pada
ekstremitas atas. Adenokarsinoma payudara sering bermetastasis ke kelenjar getah
bening aksila anterior dan sentral yang dapat teraba sebelum ditemukannya tumor
primer. Limfoma jarang bermanifestasi sejak awal atau, apabila bermanifestasi,
hanya dikelenjar getah bening aksila. Limfadenopati antekubital atau epitroklear
dapat disebabkan oleh limfoma atau melanoma di ekstremitas, yang bermetastasis ke
kelenjar getah bening ipsilateral.
4. Limfadenopati supraklavikula
Limfadenopati supraklavikula mempunyai keterkaitan erat dengan keganasan.
Pada penelitian, keganasan ditemukan pada 34% dan 50% penderita. Risiko paling
tinggi ditemukan pada penderita di atas usia 40 tahun. Limfadenopati supraklavikula
kanan berhubungan dengan keganasan di mediastinum, paru, atau esofagus.
Limfadenopati supraklavikula kiri (nodus Virchow) berhubungan dengan keganasan
abdominal (lambung, kandung empedu, pankreas, testis, ovarium, prostat).
5. Limfadenopati inguinal
Limfadenopati inguinal sering ditemukan dengan ukuran 1-2 cm pada orang
normal, terutama yang bekerja tanpa alas kaki. Limfadenopati reaktif yang jinak dan
infeksi merupakan penyebab tersering limfadenopati inguinal. Limfadenopati
inguinal jarang disebabkan oleh keganasan. Karsinoma sel skuamosa pada penis dan
vulva, limfoma, serta melanoma dapat disertai limfadenopati inguinal. Limfadenopati
inguinal ditemukan pada 58% penderita karsinoma penis atau uretra.
6. Limfadenopati generalisata
Limfadenopati generalisata lebih sering disebabkan oleh infeksi serius, penyakit
autoimun, dan keganasan, dibandingkan dengan limfadenopati lokalisata. Penyebab
jinak pada anak adalah infeksi adenovirus. Limfadenopati generalisata dapat
disebabkan oleh leukemia, limfoma, atau penyebaran kanker pada stadium lanjut.
Limfadenopati generalisata pada penderita luluh imun (immunocompromised) dan
AIDS dapat terjadi karena tahap awal infeksi HIV, tuberkulosis, kriptokokosis,
sitomegalovirus, toksoplasmosis, dan sarkoma Kaposi. Sarkoma Kaposi dapat
bermanifestasi sebagai limfadenopati generalisata sebelum timbulnya lesi kulit.
Kelompok kelenjar getah bening dan daerah drainasenya dapat dilihat pada gambar
berikut:

22

23

Kesulitan diagnosis adalah jika anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak mengarah pada
diagnosis tertentu yang dapat dilanjutkan dengan uji spesifik. Tidak ada bukti yang
mendukung manfaat pemberian antibiotik atau steroid pada keadaan ini, bahkan sebaiknya
dihindari karena akan mengaburkan atau memperlambat diagnosis. Belum terdapat
kesepakatan lama observasi yang diperlukan pada keadaan limfadenopati yang tidak
diketahui penyebabnya. Beberapa ahli merekomendasikan perlunya evaluasi lebih spesifik
atau biopsi pada limfadenopati noninguinal yang tidak diketahui penyebabnya dan
berlangsung lebih dari 1 bulan.

c. Biopsi kelenjar
Jika diputuskan tindakan biopsi, idealnya dilakukan pada kelenjar yang paling besar,
paling dicurigai, dan paling mudah diakses dengan pertimbangan nilai diagnostiknya.
Kelenjar getah bening inguinal mempunyai nilai diagnostik paling rendah. Kelenjar getah
bening supraklavikular mempunyai nilai diagnostik paling tinggi. Meskipun teknik
pewarnaan imunohistokimia dapat meningkatkan sensitivitas dan spesifi sitas biopsi
aspirasi jarum halus, biopsi eksisi tetap merupakan prosedur diagnostik terpilih. Adanya
gambaran arsitektur kelenjar pada biopsi merupakan hal yang penting untuk diagnostik
yang tepat, terutama untuk membedakan limfoma dengan hiperplasia reaktif yang jinak.

d. Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonografi (USG)
USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mendiagnosis
limfadenopati servikalis. Penggunaan USG untuk mengetahui ukuran, bentuk,
echogenicity, gambaran mikronodular, nekrosis intranodal dan ada tidaknya kalsifikasi.
USG dapat dikombinasi dengan biopsi aspirasi jarum halus untuk mendiagnosis
limfadenopati dengan hasil yang lebih memuaskan, dengan nilai sensitivitas 98% dan
spesivisitas 95%.
CT Scan

24

CT scan dapat mendeteksi pembesaran KGB servikalis dengan diameter 5 mm atau


lebih. Satu studi yang dilakukan untuk mendeteksi limfadenopati supraklavikula pada
penderita nonsmall cell lung cancer menunjukkan tidak ada perbedaan sensitivitas yang
signifikan dengan pemeriksaan menggunakan USG atau CT scan.

Gambar 6. Gray-scale sonogram metastasis pada KGB. Tampak adanya hypoechoic, round,
tanpa echogenic hilus (tanda panah). Adanya nekrosis koagulasi (tanda kepala panah).
Diagnosis Banding
1. Limfoma Hodgkin (Penyakit Hodgkin)
Limfoma Hodgkin adalah kanker jaringan limfoid, biasanya pada kelenjar limfe dan
limpa. Penyakit ini adalah salah satu jenis kanker yang paling sering dijumpai pada dewasa
muda, terutama pria muda. Penyakit Hodgkin merupakan gangguan klonal yang berasal dari
satu sel abnormal. Populasi sel abnormal tampak diturunkan dari sel B atau yang lebih jarang
dari sel T atau monosit. (Corwin, 2009)
Walaupun tumor yang berasal dari sel T juga ditemukan (jarang), sekarang disepakati
bahwa, pada sebagian besar kasus limfoma Hodgkin adalah neoplasma sel B pusat
germinativum yang mengalami transformasi. Prognosis setelah radioterapi dan kemoterapi
agresif untuk pasien dengan penyakit ini, termasuk mereka yang mengidap penyakit
diseminata (stadium III dan IV), umumnya sangat baik. (Kumar, 2007)
Gambaran klinis:
Pembesaran kelenjar limfe tanpa disertai nyeri, terutama di daerah leher dan di bawah
lengan
Dapat timbul demam malam hari dan keringat malam
Penurunan berat badan pada dtadium penyakit
(Corwin, 2009)
2. Limfoma maligna non-Hodgkin
Limfoma non-Hodgkin biasanya terjadi pada individu yang lebih lanjut dan biasanya
ditemukan pada stadium yang lebih lanjut dari limfoma Hodgkin. Limfoma non-Hodgkin
tidak terbatas pada satu kelompok kelenjar limfe seperti limfoma Hodgkin, tetapi lebih
menyebar luas melalui organ limfoid, termasuk kelenjar limfe, hati, limpa, dan sumsum
tulang.

25

Penyebab limfoma non-Hodgkin masih belum jelas, tetapi infeksi virus, termasuk infeksi
HIV, tampaknya bertanggung jawab pada beberapa kasus. Secara keseluruhan, limfoma nonHodgkin memiliki prognosis yang lebih buruk dari limfoma Hodgkin. (Corwin, 2009)
Gambaran klinis:
Pembesaran kelenjar limfe yang tidak nyeri
Splenomegali
Dapat timbul komplikasi saluran cerna
Demam, keletihan
Penurunan berat badan
Nyeri punggung dan leher disertai hiper-refleksia
(Corwin, 2009)
3. Limfadenitis tuberkulosis
Limfadenitis tuberkulosis (TB) merupakan peradangan pada kelenjar limfe atau getah
bening yang disebabkan oleh basil tuberkulosis (Ioachim, 2009). Apabila peradangan terjadi
pada kelenjar limfe di leher disebut dengan scrofula (Dorland, 1998). Limfadenitis pada
kelenjar limfe di leher inilah yang biasanya paling sering terjadi (Kumar, 2004). Istilah
scrofula diambil dari bahasa latin yang berarti pembengkakan kelenjar. Hippocrates (460-377
S.M.) menyebutkan istilah tumor skrofula pada sebuah tulisannya (Mohaputra, 2009).
Limfadenitis tuberkulosis disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis.
Mycobacteria tergolong dalam famili Mycobactericeae dan ordo Actinomyceales. Basil TB
adalah bakteri aerobik obligat berbentuk batang tipis lurus berukuran sekitar 0,4 x 3 m dan
tidak berspora. M. tuberculosis merupakan bakteri tahan asam dan mudah mengikat pewarna
Ziehl-Neelsen atau karbol fuksin (Kumar, 2004).
Gambaran klinis:
Pembengkakan kelenjar limfe dapat terjadi secara unilateral atau bilateral, tunggal
maupun multipel.
Benjolan biasanya tidak nyeri dan berkembang secara lambat dalam hitungan minggu
sampai bulan, paling sering berlokasi di regio servikalis posterior dan yang lebih jarang
di regio supraklavikular
Menunjukkan gejala sistemik seperti demam, penurunan berat badan, fatigue dan
keringat malam.
4. Limfadenitis kronik non spesifik
Merupakan radang kronis dari kelenjar limfe yang sering terjadi sekunder terhadap suatu
radang menahun ditempat lain. Misalnya radang kronis di tonsil akan berakibat limfadenitis
di kelenjar limfe leher. Limfadenitis kronik nonspesifik itu sendiri dapat terjadi karena:
Infeksi virus: yang disebabkan oleh virus pada saluran pernapasan bagian atas seperti
Rinovirus, Parainfluenza Virus, influenza Virus,
Respiratory
Syncytial
Virus,
Coronavirus, Adenovirus ataupun Retrovirus.
Infeksi bakteri: peradangan KGB (limfadenitis) dapat disebabkan Streptokokus
betahemolitikus Grup A atau
stafilokokus aureus. Bakteri anaerob
bila berhubungandengan caries dentis dan penyakit gusi, radang apendiks atau abses
tubo-ovarian.
Keganasan seperti leukemia, neuroblastoma, rhabdomyo-sarkoma dan limfoma
jugadapatmenyebabkan limfadenopati.
26

Penyakit lainnya yang salah satu gejalanya adalah limfadenopati adalah penyakit
Kawasaki, penyakit Kimura, penyakit Kikuchi, penyakit Kolagen, penyakit Cat scratch, penyakit Castleman, Rhematoid arthritis dan Sistetmic lupus erithematosus
(SLE).
Obat-obatan dapat menyebabkan limfadenopati generalisata. Limfadenopati dapat
timbul setelah pemakaian obat-obatan seperti fenitoin dan isoniazid.
Obat-obatan lainnya seperti allupurinol, atenolol, captopril, carbamazepine,
cephalosporin,
emas,
hidralazine,
penicillin,
pirimetamine,
quinidine,
sulfonamida, sulindac.

Makroskopik
1. Kelenjar limfe membesar
2. Dapat digerakan dari jaringan sekitar
3. Berkapsul
4. Konsistensi keras, terutama jika ada fibrosis
Mikroskopik
1. Gambaran jaringan kelenjar limfe dengan sentrum germinativum membesar dan aktif
mengandung limfosit-limfosit muda yang menunjukkan mitosis atau proliferasi sel
retikulum yang sering mengandung kuman atau debris seluler yang telah difagositosis
2. Penambahan sel retikulum dan limfosit dalam sinus disebut sinus catarrh.
3. Fibrosis diantara jaringan limfoid.
4. Kapsul dari nodus limfatikus bisa mengalami periadenitis akan tampak tebal dengan
infiltrasi sel-sel radang kronis.
LO 2.7 Tatalaksana
Pengobatan limfadenopati kelenjar getah bening leher didasarkan kepada penyebabnya.
Banyak kasus dari pembesaran kelenjar getah bening leher sembuh dengan sendirinya dan
tidak membutuhkan pengobatan apapun selain observasi. Kegagalan untuk mengecil setelah
4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk dilaksanakan biopsi kelenjar getah bening. Biopsi
dilakukan terutama bila terdapat tanda dan gejala yang mengarahkan kepada keganasan.
Kelenjar getah bening yang menetap atau bertambah besar walau dengan pengobatan yang
adekuat mengindikasikan diagnosis yang belum tepat.
Antibiotik perlu diberikan apabila terjadi limfadenitis supuratif yang biasa disebabkan
oleh Staphyilococcus. aureus dan Streptococcus pyogenes (group A). Pemberian antibiotik
dalam 10-14 hari dan organisme ini akan memberikan respon positif dalam 72 jam.
Kegagalan terapi menuntut untuk dipertimbangkan kembali diagnosis dan penanganannya.
Pembedahan mungkin diperlukan bila dijumpai adanya abses dan evaluasi dengan
menggunakan USG diperlukan untuk menangani pasien ini.
Penatalaksanaan menurut penyakit :
1. Limfoma Hodgkin (Penyakit Hodgkin)
Kemoterapi dengan multiobat
Terapi radiasi
Transplantasi sumsum tulang
Terapi berdasarkan target biologis, seperti penggunaan reseptor spesifik antibodi,
penghambat jalur antiapoptotik, dan induksi sitotoksitas spesifik, dapat ditoleransi
27

dengan lebih baik oleh pasien dan memiliki komplikasi jangka panjang yang lebih
sedikit.
(Corwin, 2009)
2. Limfoma maligna non-Hodgkin
Kemoterapi yang agresif digunakan untuk penyakit tahap lanjut
Kemotrapi konservatif mungkin digunakan untuk pertumbuhan limfoma yang lambat
Radioterapi
Pembedahan untuk mengangkat tumor yang berukuran besar
Pada praktik mutakhir, kombinasi obat yang diketahui sebagai CHOP (siklofosfamid,
doksorubisin, vinkristin dan prednison) ditambah radioterapi adjuvant telah digunakan.
Untuk pasien yang berusia kurang dari 61 tahun yang menderita limfoma sel-B luas
yang terlokalisasi, regimen intensif dengan kombinasi obat lainnya. ACVBP
(doksorubisin, siklofosfamid, vindesin, bleomisin, prednison) tampak lebih kuat dari
CHOP.
(Corwin, 2009)
3. Limfadenitis tuberkulosis
Terapi non farmakologis adalah dengan pembedahan
Pembedahan tidaklah merupakan suatu pilihan terapi yang utama, karena
pembedahan tidak memberikan keuntungan tambahan dibandingkan terapi
farmakologis biasa. Namun pembedahan dapat dipertimbangkan seperti prosedur
dibawah ini:
- Biopsy eksisional: Limfadenitis yang disebabkan oleh atypical mycobacteria bisa
mengubah nilai kosmetik dengan bedah eksisi.
- Aspirasi
- Insisi dan drainase

Terapi farmakologis
Memiliki prinsip dan regimen obatnya yang sama dengan tuberkulosis paru.
Menurut panduan WHO, regimen pengobatan TB terdiri atas 2 fase, yaitu fase awal dan
fase lanjutan. Regimen ini ditulis dengan kode baku sebagai berikut: angka di depan
satu fase menunjukkan jangka waktu pengobatan fase tersebut dalam bulan. Huruf
menunjukkan obat dan angka di belakang/di samping bawah huruf menunjukkan
frekuensi pemberian obat per minggu. Kalau tidak ada angka di belakang/ di samping
bawah huruf, menunjukkan pemberian obat setiap hari/minggu. Di mana huruf R
artinya Rifampisin, huruf H artinya isoniazid, huruf Z artinya pirazinamid dan huruf E
artinya Etambutol. (Gunawan, 2007)
Berdasarkan beberapa pedoman pengobatan TB, terdapat perbedaan pemberian
regimen. Pedoman internasional dan nasional menurut WHO memasukan limfadenitis
TB dalam kategori III dan merekomendasikan pengobatan selama 6 bulan dengan
regimen 2HRZ/4RH atau 2HRZ/4H3R3 atau 2HRZ/6HE. American Thoracic society
(ATS) merekomendasikan pengobatan selama 6 bulan sampai 9 bulan, sedangkan
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengklasifikasikan limfadenitis TB
kedalam TB di luar paru dengan paduan obat 2RHZE/10RH. British Thoracic Society
Research Committee and Campbell (BTSRCC) merekomendasikan pengobatan selama
9 bulan dalam regimen 2RHE/7RH.
28

Ada 2 (dua) kategori Obat Anti Tuberkulosa (OAT):


a. OAT Utama (first-line Antituberculosis Drugs), yang dibagi menjadi dua (dua) jenis
berdasarkan sifatnya yaitu:
- Bakterisidal, termasuk dalam golongan ini adalah isoniazid atau isonikotinil
hidrazid (INH), rifampisin, pirazinamid dan streptomisin.
- Bakteriostatik, yaitu etambutol.
b. OAT sekunder (second Antituberculosis Drugs)
Terdiri dari asam paraaminosalisilat (PAS), ethionamid, sikloserin, kanamisin dan
kapreomisin. OAT sekunder ini selain kurang efektif juga lebih toksik, sehingga
kurang dipakai lagi.
Sesuai dengan sifat kuman TB, untuk memperoleh efektifitas pengobatan, maka
prinsip--prinsip yang dipakai adalah: Menghindari penggunaan monoterapi. Obat Anti
Tuberkulosis (OAT) diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis obat, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Hal ini untuk
mencegah timbulnya kekebalan terhadap OAT.
4. Limfadenitis kronik non spesifik
Penatalaksanaan yang spesifik pada limfadenitis tidak ada. Limfadenitis dapat terjadi
setelah terjadinya infeksi melalui kulit atau infeksi lainnya yang disebabkan oleh bakteri
seperti Streptococcus atau Staphylococcus. Terkadang juga dapat disebabkan oleh infeksi
seperti tuberculosis atau cat scratch disease (Bartonella). Oleh karena itu, untuk mengatasi
limfadenitis adalah dengan mengeliminasi penyebab utama infeksi yang menyebabkan
limfadenitis.
Limfadenitis biasanya ditangani dengan mengistirahatkan ekstremitas yang
bersangkutan dan pemberitan antibiotik, penderita limfadenitis mungkin mengalami
pernanahan sehingga memerlukan insisi dan penyaliran. Limfadenitis spesifik, misalnya
oleh jamur atau tuberculosis, biasanya memerlukan biopsi atau biakan untuk menetapkan
diagnosis.
Pengobatan sesuai gejala harus dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Pengobatan gejala harus dimulai segera seperti pemberian:
- Analgesik (penghilang rasa sakit) untuk mengontrol nyeri
- Antipiretik dapat diberikan untuk menurunkan demam
- Antibiotik untuk mengobati setiap infeksi sedang sampai berat
- Obat anti inflamasi untuk mengurangi peradangan
Pengobatan tergantung dari organisme penyebabnya. Untuk infeksi bakteri, biasanya
diberikan antibiotic per-oral (melalui mulut) atau intravena (melalui pembuluh darah).
Untuk membantu mengurangi rasa sakit, kelenjar getah bening yang terkena bisa
dikompres hangat.
Biasanya jika infeksi telah diobati, kelenjar akan mengecil secara perlahan dan rasa
sakit akan hilang. Kadang-kadang kelenjar yang membesar tetap keras dan tidak lagi
terasa lunak pada perabaan. Pembesaran KGB biasanya disebabkan oleh virus dan sembuh
sendiri, walaupun pembesaran KGB dapat berlangsung mingguan.
Pengobatan pada infeksi KGB oleh bakteri (limfadenitis) adalah antibiotik oral 10 hari
dengan pemantauan dalam 2 hari pertama flucloxacillin 25 mg/kgBB empat kali sehari.
Bila ada reaksi alergi terhadap antibiotik golongan penicillin dapat diberikan cephalexin
25 mg/kg (sampai dengan 500 mg) tiga kali sehari atau erythromycin 15 mg/kg (sampai
500 mg) tiga kali sehari.
29

LO 2.8 Prognosis

Penyakit Hodgkin
Prognosis ditentukan oleh derajat penyakit, umur, volume lesi, dan tipe histologic.
Secara umum, masa hidup penderita limfoma Hodgkin menurut derajat penyaki nya
adalah :
- Derajat I-II: 85%
- Derajat IIIA : 70%
- Derajat IIIB & IV : 50%
Penyakit derajat IA mempunyai harapan hidup 10 tahun lebih dari 90% sedangkan
penderita dengan derajat IIA harapan hidup 10 tahunnya lebih dari 80%. Untuk
penyakit derajat III atau IV, kemoterapi memberi angka respons 80% dengan angka
bebas penyakit setelah 10 tahun 60%.

Penyakit Non-Hodgkin

Dilihat daeri prognosisnya maka LNH dibagi menjadi :


-

Indolent, jenis ini merupakan sekitar 30-40% limfoma. Pada umumnya menyerang
umur lebih tua dengan umur rata-rata 50-60 tahun, pada umumnya dijumpai pada
tingkat yang sudah lanjut. Perjalanan penyakit perlahan-lahan dengan median
survival 7-10 tahun,tetapi belum ada terapi yang menyebabkan kesembuhan
Moderately aggressive incurable non-Hodgkin lymphomas, lebih banyak
mengenai laki-laki dengan median survival 3-4 tahun, sering dijumpai pada
derjata lanjut. sering resisten terhadap salvage treatment termasuk transplantasi
Aggressive, potentially curable non-Hodgkin lymphomas, paling sering dijumpai
yaitu diffuse large B-cell lymphoma. lebih sering dijumpai pada derajat penyakit
yang lebih rendah dibandingkan pada deLNH indolent.
Highly aggressive , potentially curable non-Hodgkin lymphoma, LNH jenis ini
meskipun berkembang sangat cepat namum responsive terhadap kemoterapi.
perhatian khusus diberikan kepada jangkitan pada SPP. Lymphoblastic lymphoma
diobati oleh ALL.

LO 2.9 Komplikasi
Komplikasi biasanya berkaitan dengan gangguan yang mendasari tertentu yang
menyebabkan limfadenopati tersebut; Namun, limfadenopati itu sendiri dapat menyebabkan
komplikasi yang serius.

Adenopati mediastinum dapat mengakibatkan beberapa komplikasi berpotensi


mengancam nyawa. Pengakuan komplikasi ini penting karena adenopati mediastinum
tidak dapat langsung dinilai secara klinis dan karena itu dapat dengan mudah
terjawab.
30

Adenopati mediastinum dapat menyebabkan sindrom vena kava superior dengan


obstruksi aliran darah; bronkial atau trakea obstruksi dengan batuk, mengi, dan
obstruksi saluran pernapasan akhirnya (yang dapat mengancam kehidupan); dan
disfagia dari kompresi esofagus. Kadang-kadang, erosi node menjadi bronkus atau
trakea dapat menyebabkan hemoptisis.
Ketika diagnosis suatu keganasan yang tidak terjawab, komplikasi metabolisme yang
serius dapat terjadi. Ini termasuk nefropati asam urat, hiperkalemia, hiperkalsemia,
hipokalsemia, hiperfosfatemia, dan gagal ginjal asam.
Adenopati perut dapat menyebabkan sakit perut atau punggung, sembelit, dan
frekuensi kencing. Obstruksi usus yang disebabkan oleh intususepsi dapat
mengancam nyawa.

LI 3 Memahami dan menjelaskan Patologi Anatomi Limfoma


1. Limfadenitis Akut Non Spesifik
Limfadenitis ini bentuknya terbatas pada sekelompok kelenjar getah bening yang
mendrainase suatu fokus infeksi, atau mungkin generalisata apabila terjadi infeksi bakteri
atau virus sistemik. Secara histologis, tampak pusat germinativum besar yang
memperlihatkan banyak gambaran mitotik. Apabila keadaan ini disebabkan oleh
organisme piogenik, disekitar folikel dan di dalam sinus limfoid ditemukan infiltrat
neutrofilik. Pada infeksi yang parah, pusat germinativum mengalami nekrosis sehingga
terbentuk abses. Apabila infeksi terkendali, kelenjar getah bening akan kembali tampak
normal atau terjadi pembentukan jaringan parut apabila dekstruktif.
Makroskopik: KGB membengkak, abu-abu kemerahan
Mikroskopik: sentrum germinativum besar dengan beberapa mitosis.
2. Limfadenitis Kronik Non Spesifik
Menimbulkan tiga pola, bergantung pada agen penyebabnya: hiperplasia folikel,
hiperplasia limfoid parakorteks, atau histiositosis sinus.
Hiperplasia folikel
Disebabkan oleh proses yg mengaktivasi respon imun humoral (sel B). Beberapa
penyebabnya adalah artritis reumatoid, toksoplasmosis dan HIV. Diagnosis banding:
limfoma folikuler.
Beberapa hal yang dapat membantu diagnosis hiperplasia folikular:
- Masih terlihat susunan kelenjar limfe dengan jaringan limfoid normal diantara
sentrum germinativum
- Variasi bentuk & ukuran nodul limfoid yang jelas
- Campuran populasi limfosit dalam berbagai tahap diferensiasi
- Fagositik lebih banyak dalam sentrum germinativum
Mikroskopik: sentrum germinativum berukuran besar, terdapat dua daerah, yaitu zona
gelap mengandung sel B blast (sentroblast) dan zona terang mengandung sel B berinti
irregular atau cleave / terbelah (sentrosit)

Hiperplasia limfoid parakortikal


31

Hiperplasia ini disebabkan oleh proses yang mengaktivasi respon imun selular (sel
T) yang ditandai dengan perubahan reaktif di dalam daerah sel T yang mengalami
proliferasi dan transformasi menjadi imunoblas. Hiperplasia limfoid parakortikal dapat
ditemukan pada infeksi virus akut atau pasca vaksinasi dan induksi obat tertentu
(misalnya fenitoin / dilantin)

Histiositosis sinus (hiperplasia retikular)


Ditandai dengan pelebaran dan penonjolan sinusoid limfatik akibat hipertrofi sel
endotelial dan infiltrasi histiosit. Hiperplasia ini sering ditemukan pada kelenjar limfe
yang mendrainase kanker dan dapat mencerminkan adanya suatu respon imun terhadap
tumor.

3. Limfadenitis Kronik Spesifik (Tuberkulosis)


Limfadenitis tuberkulosis merupakan peradangan kelenjar getah bening yang
disebabkan spesies Mycobacterium tuberculosis sehingga dikatakan limfadenitis spesifik.
Limfadenitis TB dalam mikroskopis tampak kumpulan sel epiteloid dikelilingi oleh
limfosit membentuk tubercle (soft maupun hard tubercle) disertai nekrosis kaseosa pada
daerah tengah dari soft tubercle. Terdapat sel datia langhans (tapal kuda) dan banyak
infiltrasi sel-sel radang mononuklear (MN).
Makroskopik: berwarna putih kecoklatan, konsistensi lunak, pada penampang tampak
bagian yang nekrosis
Mikroskopik: sediaan kelenjar getah bening dengan kapsul jaringan ikat fibrosa yang
menebal. Tampak tuberkel-tuberkel dari sel-sel epiteloid, sebagian dengan nekrosis sentral
serta nekrosis luas. Tampak pula sebukan sel-sel radang menahun dan sel Datia Langhans.

4. Limfoma Non Hodgkin


Limfoma Non-Hodgkin terbagi atas sel Limfoma Sel T & B dimana sel Limfoma Sel B
kemudian terbagi lagi menjadi beberapa Limfoma kelas rendah atau kelas tinggi. Sulit
untuk menentukan penyebab pasti untuk pasien Limfoma Non-Hodgkin. Akan tetapi
beberapa faktor yang diketahui terkait dengan perkembangan Limfoma. Faktor-faktor
tersebut meliputi virus seperti HIV (Human Immunodeficiency Virus), Virus Epstein Barr
(EBV), HTLV-1 dan HHV-8. Faktor lainnya yang menjadi faktor penyebab adalah
karsinogen yang ada di lingkungan sekitar serta kelainan genetik tertentu seperti WiskottAldrich Syndrome
Gejala-gejala yang paling umum terjadi adalah:

Demam terus menerus dan berulang


32

Hilangnya berat badan tanpa alasan


Membengkaknya kelenjar getah bening
Keringat yang timbul di malam hari
Hilangnya selera makan

Klinik: limfadenopati lokal atau generalisata yangg tidak nyeri, diikuti splenomegali,
hepatomegali & terjangkitnya organ viseral, konsistensi lunak, abu-abu. Bila sudah lanjut
kelenjar yang terkena akan bersatu & melekat ke jaringan sekitar. Lebih banyak pada
usia lanjut, tetapi dapat ditemukan pada anak-anak.
Makroskopik: konsistensi kenyal, penampang putih pucat
Mikroskopik: Struktur folikel limfoid sudah tidak jelas lagi, tampak sel-sel tumor
berukuran lebih besar dari sel limfosit dengan inti hiperkromatik, kromatin menggumpal
dan tersebar difus. Tumor ini merupakan Diffuse non-Hodgkin lymphoma, lymphocytic
type.

5. Limfoma Hodgkin
Limfoma Hodgkin adalah kondisi medis yang ditandai dengan kanker pada sistem
getah bening (bagian dari sistem kekebalan tubuh yang mengalirkan saluran getah bening
menuju jantung). Kondisi ini berkembang ketika limfosit, biasanya sel B, berubah menjadi
kanker akibat mutasi genetik yang penyebabnya tidak diketahui. Sel-sel B yang mutasi ini
diketahui sebagai sel Reed-Sternberg (R-S), yang terus membelah dan menghasilkan selsel abnormal lebih banyak, yang menyebar melalui sistem getah bening ke kelenjar getah
bening yang berdekatan dan bahkan ke organ di luar sistem getah bening. Penderita
limfoma Hodgkin biasanya menunjukkan gejala tidak nyeri, pembengkakan kelenjar getah
bening di leher, lipat paha atau daerah ketiak.

Perjalanan penyakit:
Mula-mula hanya pembesaran 1 atau lebih KGB tanpa nyeri
Lalu timbul gejala demam, keringat malam, berat badan menurun, gatal
Prognosis ditentukan dari tingkat penyebaran tumor
Makroskopik: Jaringan kelenjar getah bening, putih kecoklatan, konsistensi kenyal
padat
Mikroskopik: Struktur folikel sudah tidak jelas lagi, tampak sel-sel tumor berukuran
besar dengan inti besar, satu atau beberapa inti yang disebut sel Reed-Sternberg, ada
sel-sel inflamasi non neoplastik, serta eosinofil, tampak susunan sklerotik noduler.

33

Gambaran limfoma Hodgkin: sel reed sternberg, eosinofil

Gambaran Limfoma Hodgkin sklerotik noduler

Daftar Pustaka
Bakta, I Made. 2007. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC.
Baratawidjaja. G. K, Rengganis Iris. 2014. Imunologi Dasar. Jakarta:Balai Penerbit FKUI

34

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi, Edisi 3 Revisi. Jakarta: EGC
Gunawan, S.G., Setiabudy, R.N. 2007. Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. Jakarta: FKUI
Hoffbrand, A., Pettit, J., & Moss, P. (2015). Kapita Selekta Hematologi (6th ed.). Jakarta:
EGC.
http://emedicine.medscape.com/article/956340-overview diakses pada 4 November 2015
http://www.kalbemed.com/Portals/6/1_05_209Pendekatan%20Diagnosis
%20Limfadenopati.pdf diakses pada 5 November 2015
Kumar, V., Cotran, R.S., Robbins, S. 2007. Buku Ajar Patologi, Edisi 7, Volume 2. Jakarta:
EGC
Oehadian, Amaylia.2013. Pendekatan Diagnosis Limfadenopati Indonesia:IDI
Partridge E.(2012).Lymphadenitis. from http://emedicine.medscape.com/article/960858overview, diakses pada 4 November 2015
Sudoyo, Aru W. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi VI. Jakarta: InternaPublishing

35

Anda mungkin juga menyukai