Anda di halaman 1dari 29

Keratitis Pungtata Superfisialis OS +

Astigmatisma Miopia Simpleks ODS

Rossy
Triana
(40611703
2)

STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. E

Umur

: 34 th

Jenis kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Pekerjaan

: PNS

Alamat

: Buaran Mayong

Tanggal pererika : 25 Juli 2013


II. ANAMNESIS
Autoanamnesis pada tanggal 25 Juli 2013 jam 11.00

Keluhan Utama :
Mata kiri terasa mengganjal

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke poli mata RSUD Kudus tgl 25 Juli 2013 dengan keluhan mata
kiri terasa mengganjal sejak 1 minggu yang lalu. Karena dirasakan mengganjal, pasien
kemudian mengucek-ucek matanya sejak 2 hari yang lalu. Keluhan juga disertai mata
merah, mengeluarkan air mata terus-menerus (nerocos), nyeri, silau saat melihat cahaya,
dan penglihatannya kabur, tidak mengeluh sakit kepala, dan tidak mengeluh sakit di
sekitar mata bila dihadapkan pada cahaya. Keluhan pasien dirasakan tidak bertambah
parah dan tidak demam sejak pertama kali timbul. Pasien mengaku matanya tidak pernah
luka atau infeksi.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kudus
Periode 22 Juli 2013 24 Agustus 2013 1

Keratitis Pungtata Superfisialis OS +


Astigmatisma Miopia Simpleks ODS

Rossy
Triana
(40611703
2)

Pasien juga mengeluhkan kedua mata kabur saat membaca jarak jauh sejak 1
tahun lalu. Riwayat pemakaian kacamata (+).

Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat alergi : Antalgin


Riwayat pemakaian kacamata 1 tahun
VOS = 6/7,5 F1 C -0,75 X 90 6/6
VOD = 6/9 C -0,50 X 90 6/6
Riwayat DM (-)
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat trauma mata (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :

Riwayat DM (-)
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat alergi (-)
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti ini

Riwayat Penyakit Sosial Ekonomi :


Pasien seorang PNS, biaya pengobatan ditanggung ASKES. Kesan ekonomi cukup.
III.PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS GENERALIS
- Tensi (T)
- Nadi (N)
- Suhu (T)
- Respiration Rate (RR) :
- Keadaan Umum
- Kesadaran
- Status Gizi

:
100/70 mmHg
:
80 kali / menit
:
tidak dilakukan
20 x / menit
:
Baik
:
Compos mentis
:
Cukup

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kudus
Periode 22 Juli 2013 24 Agustus 2013 2

Keratitis Pungtata Superfisialis OS +


Astigmatisma Miopia Simpleks ODS

Rossy
Triana
(40611703
2)

B. STATUS OPTHALMOLOGI

OCULI
DEXTRA(OD)
6/24 F2
Tidak dikoreksi
Gerak bola mata normal
Enoftalmus (-)
Eksoftalmus (-)

PEMERIKSAAN

OCULI

Visus
Koreksi

SINISTRA(OS)
6/24
Tidak dikoreksi
Gerak bola mata normal

Bulbus okuli

Enoftalmus (-)
Eksoftalmus(-)
Strabsmus (-)

Strabismus (-)
Edema (-)
Hiperemis (-)
Nyeri tekan (-)
Blefarospasme (-)
Lagoftalmus (-)
Ektropion (-)
Entropion (-)
Edema (-)
Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi siliar (-)
Infiltrat (-)

Palpebra

Konjungtiva

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kudus
Periode 22 Juli 2013 24 Agustus 2013 3

Edema (-)
Hiperemis (-)
Nyeri tekan (-)
Blefarospasme (-)
Lagoftalmus (-)
Ektropion (-)
Entropion (-)
Edema (-)
Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi siliar (+)
Infiltrat (-)

Keratitis Pungtata Superfisialis OS +


Astigmatisma Miopia Simpleks ODS

Putih
Bulat
Edema (-)
Infiltrat (-)
Sikatriks (-)

Putih

Sklera

Bulat
Sedikit keruh
Infiltrat pada permukaan kornea,
Kornea

sikatriks (-)
Jernih
Kedalaman cukup
Hipopion (-)
Hifema (-)
Edema (-)
Sinekia (-)

Rossy
Triana
(40611703
2)

Camera Oculi
Anterior
(COA)
Iris

parasentral, arah jam 1-3, multipel


Edema (-)
Sikatriks (-)
Tes fluoresein (+)
Jernih
Kedalaman cukup
Hipopion (-)
Hifema (-)
Edema (-)
Sinekia (-)

Reguler
3mm
Letak sentral
Refleks pupil L/TL: +/+
Jernih
Tidak dilakukan pemeriksaan
+ (Cemerlang)
N
Epifora (-), Lakrimasi (-)

Reguler
Pupil
Lensa
Retina
Fundus Refleks
TIO (digital)
Sistem Lakrimasi

3mm
Letak sentral
Refleks pupil L/TL: +/+
Jernih
Tidak dilakukan pemeriksaan
+ (Sedikit suram)
N
Epifora (-), Lakrimasi (+)

IV. RESUME
a. SUBJEKTIF
OS
Terasa mengganjal sejak 1 minggu yang lalu.
Mengucek-ucek matanya sejak 2 hari yang lalu.
Disertai mata merah, nerocos, nyeri, silau saat melihat cahaya,

dan

penglihatannya kabur, tidak mengeluh sakit kepala, dan tidak mengeluh sakit
di sekitar mata bila dihadapkan pada cahaya.
OD

Kabur saat membaca jarak jauh sejak 1 tahun lalu

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kudus
Periode 22 Juli 2013 24 Agustus 2013 4

Keratitis Pungtata Superfisialis OS +


Astigmatisma Miopia Simpleks ODS

Rossy
Triana
(40611703
2)

b. OBJEKTIF

OCULI DEXTRA(OD)

PEMERIKSAAN

OCULI SINISTRA(OS)

6/24 F2
Edema (-)
Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi siliar (-)

Visus

6/24
Edema (-)
Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi siliar (+)
Sedikit keruh
Infiltrat pada permukaan kornea,

Konjungtiva

Infiltrat (-)

Kornea

+ (Cemerlang)
Epifora (-), Lakrimasi (-)

Fundus Refleks
Sistem Lakrimasi

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kudus
Periode 22 Juli 2013 24 Agustus 2013 5

parasentral, arah jam 1-3, multipel


Tes fluoresein (+)
+ (Sedikit suram)
Epifora (-), Lakrimasi (+)

Keratitis Pungtata Superfisialis OS +


Astigmatisma Miopia Simpleks ODS

Rossy
Triana
(40611703
2)

V. DIAGNOSA BANDING
OS

Keratitis pungtata superfisialis + miopia

Keratitis pungtata superfisialis + astigmatisma miopia simpleks

Keratitis pungtata superfisialis + astigmatisma miopia kompositus

Konjungtivitis + miopia

Konjungtivitis + astigmatisma miopia simpleks

Konjungtivitis + astigmatisma miopia kompositus

Uveitis anterior + miopia

Uveitis anterior + astigmatisma miopia simpleks

Uveitis anterior + astigmatisma miopia kompositus

Miopia

Astigmatisma miopia simpleks

Astigmatisma miopia kompositus

OD

VI. DIAGNOSA KERJA


OS Keratitis pungtata superfisialis + Astigmatisma Miopia Simpleks
Dasar diagnosis
Anamnesa :

Pasien datang dengan keluhan mata kiri terasa mengganjal sejak 1 minggu

yang lalu.
Karena dirasakan mengganjal, pasien kemudian mengucek-ucek matanya

sejak 2 hari yang lalu.


Disertai mata merah, nerocos, nyeri, silau saat melihat cahaya,

dan

penglihatannya kabur, tidak mengeluh sakit kepala, dan tidak mengeluh sakit
di sekitar mata bila dihadapkan pada cahaya.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kudus
Periode 22 Juli 2013 24 Agustus 2013 6

Keratitis Pungtata Superfisialis OS +


Astigmatisma Miopia Simpleks ODS

Rossy
Triana
(40611703
2)

Pemeriksaan Fisik :

Visus 6/24

Injeksi siliar (+)

Kornea bulat, sedikit keruh, infiltrat pada permukaan kornea, parasentral, arah
jam 1-3, multipel, tes fluoresein (+)

Lakrimasi (+)

OD Astigmatisma Miopia Simpleks


Dasar diagnosis
Anamnesa :

Kabur saat membaca jarak jauh sejak 1 tahun lalu

Pemeriksaan Fisik :

Visus 6/24

VII. TERAPI MEDIKAMENTOSA


OS:

Vigamox

1 tetes 6x/hari

Cendo lyters

1 tetes 3x/hari

Na Diclofenac

2 x 25 mg

VIII. PROGNOSIS
OKULI DEKSTRA (OD)
Quo Ad Visam

ad bonam

Quo Ad Sanam

ad bonam

Quo Ad Kosmetikam

ad bonam

Quo Ad Vitam

ad bonam

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kudus
Periode 22 Juli 2013 24 Agustus 2013 7

OKULI SINISTRA(OS)
dubia ad bonam
dubia ad bonam
dubia ad bonam
ad bonam

Keratitis Pungtata Superfisialis OS +


Astigmatisma Miopia Simpleks ODS

Rossy
Triana
(40611703
2)

IX. USUL & SARAN

Usul :

Lakukan scraping infiltrat untuk mengetahui penyebab keratitis pewarnaan


Tes sensibilitas kornea menilai nervus trigeminus
Lakukan tes plasido
Mengkoreksi visus kedua mata mengganti kacamata sesuai koreksi visus
Saran :
Rajin memakai obat tetes
Menggunakan pelindung / memakai kacamata agar tidak kembali terkena trauma

debu
Tidak mengusap mata dengan menggunakan tangan atau benda lain yang tidak
terjamin kebersihannya

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kudus
Periode 22 Juli 2013 24 Agustus 2013 8

Keratitis Pungtata Superfisialis OS +


Astigmatisma Miopia Simpleks ODS

Rossy
Triana
(40611703
2)

TINJAUAN PUSTAKA

KERATITIS
I.

DEFINISI
Keratitis adalah kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea yang
akan mengakibatkan kornea menjadi keruh. Keratitis dapat terjadi pada amak-anak maupun
orang dewasa. Bakteri umumnya tidak dapat menyerang kornea yang sehat, namun beberapa
kondisi dapat menyebabkan kornea terinfeksi. Mata yang sangat kering juga dapat
menurunkan mekanisme pertahanan kornea.

II.

EPIDEMIOLOGI
Secara global, insidensi keratitis bakteri bervariasi secara luas, di mana negara
dengan industrialisasi yang rendah menunjukkan angka pemakaian softlens yang rendahm
sehingga bila dihubungkan dengan pemakai softlens dan terjadinya infeksi menunjukkan
hasil penderita yang rendah juga.

III.

ANATOMI DAN FISIOLOGI KORNEA


Kornea merupakan bagian dari selaput mata yang tembus cahaya dan menutup bola
mata pada bagian depan. Kornea merupakan lanjutan dari sklera akan tetapi
kelengkungannya lebih besar daripada sklera. Kornea dipisahkan dengan sklera oleh limbus
kornea. Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar ke dalam yakni epitel, membram Bowman,
stroma, membran descement dan endotel. Kornea dipersarafi oleh saraf sensoris yang
terutama berasal dari n.siliaris longus, cabang n.nasosiliaris (n.V/1). Kornea tidak
mengandung pembuluh darah oleh karena sebagai media refrakta, akan tetapi di limbus
kornea terdapat arteri ciliaris anterior yang membawa nutrisi untuk kornea. Nutrisi yang lain
didapat dari humor aquos di camera okuli anterior dengan cara difusi dari endotel. Fungsi
dari kornea adalah sebagai media refrakta dan sebagai bagian mata dengan pembiasan sinar
terkuat. 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar yang masuk dibiaskan oleh kornea.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kudus
Periode 22 Juli 2013 24 Agustus 2013 9

Keratitis Pungtata Superfisialis OS +


Astigmatisma Miopia Simpleks ODS

IV.

Rossy
Triana
(40611703
2)

KLASIFIKASI
1. Keratitis Superfisial, dapat dibagi menjadi:
1. Keratitis epitelial, tes fluoresin (+), misalnya:
i. Keratitis pungtata superfisial pada moluskum kontagiosum, konjungtivitis
kataral, morbili, verucca vulgaris. Keratitis Pungtata Superfisialis adalah
suatu keadaan dimana sel-sel pada permukaan kornea mati. Mata biasanya
terasa nyeri, berair, merah, peka terhadap cahaya (fotofobia) dan penglihatan
ii.

menjadi sedikit kabur. Keratitis ini dapat bersifat ulseratif atau non ulseratif.
Keratitis herpetik
Disebabkan oleh herpes simplek dan herpes zoster.Yang disebabkam herpes
simplek dibagi dalam 2 bentuk yaitu epitelial dan stroma.Yang murni epitelial
adalah dendritik sedangkan stromal adalah diskiformis. Pada yang epitelial
kerusakan terjadi aibat pembelahan virus di dalam sel epitel yang akan

iii.

mengakibatkan kerusakan sel dan membentuk tukak kornea superficial.


Herpes zoster
Bila telah terdapat vesikel di ujung hidung, berarti N.Nasosiliaris terkena,
maka biasanya timbul kelainan di kornea, di mana sensibilitasnya menurun
tetapi penderita menderita sakit. Keadaan ini disebut anestesia dolorosa. Pada
kornea tampak infiltrat yang bulat, letak subepitel, disertai injeksi
perikornea.Infiltrat ini dapat mengalami ulserasi yang sukar sembuh. Kadangkadang infiltrat ini dapat bersatu membentuk keratitis disiformis. Kadang

juga tampak edema kornea disertai lipatan-lipatan dari membran Descemet.


2. Keratitis subepitelial, tes fluoresin (-), misalnya:
i. Keratitis numularis, dari Dimmer
Keratitis ini diduga oleh virus. Klinis tanda-tanda radang tidak jelas, di
kornea terdapt infiltrat bulat-bulat subepitelial, dimana ditengahnya lebih

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kudus
Periode 22 Juli 2013 24 Agustus 2013 10

Keratitis Pungtata Superfisialis OS +


Astigmatisma Miopia Simpleks ODS

Rossy
Triana
(40611703
2)

jernih, disebut halo. Keratitis ini bila sembuh akan meninggalkan sikatrik
ii.

yang ringan.
Keratitis disiformis dari Westhoff
Keratitis ini awalnya banyak ditemukan pada petani di pulau jawa.
Penyebabnya adalah virus yang berasal dari sayuran dan binatang. Di kornea
tampak infiltrat bulat-bulat, yang ditengahnya lebih padat dari pada dipinggir.

Umumnya menyarang usia 15-30 tahun.


3. Keratitis stromal, tes fluresin (+), misalnya:
i. Keratitis neuroparalitik
ii. Keratitis et lagoftalmus
Terjadi akibat mata tidak menutup sempurna yang dapat terjadi pada
ektropion palpebra, protrusio bola mata atau pada penderita koma di mana
mata tidak terdapat reflek mengedip. Umumnya bagian yang terkena adalah
kornea bagian bawah
2. Keratitis profunda, tes fluoresin (-), misalnya:
1. Keratitis interstisial
Penyebab paling sering adalah lues kongenital dan sebagian kecil TBC.
Patogenesisnya belum jelas, disangka merupakan reaksi alergi. Biasanya
mengenai umur 5-15 tahun jarang ditemukan pada waktu lahir atau usia tua.
Merupakan manifestasi lambat dari lues kongenital. Biasanya didahului trauma.
Pada umumnya 2 mata atau 1 mata terkena lebh dahulu kemudian mata yang lain
mengikuti. Tanda klinis : injeksi silier, infiltrat di stroma bagian dalam. Kekeruhan
bertambah dengan cepat disertai pembentukan pembuluh darah di lapisan dalam
yang berjalan dari limbus ke sentral.
2. Keratitis sklerotikans
Merupakan penyulit dari skleritis yang letaknya biasanya di bagian temporal,
berwarna merah sedikit menonjol disertai nyeri tekan. Keluhan dari kertatitis ini :
mata sakit, fotofobia dan di mata timbul skleritis. Di kornea kemudian timbul
infiltrat berbentuk segitiga di stroma bagian dalam yang berhubungan dengan
benjolan yang terdapat di sklera.
3. Keratitis disiformis
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kudus
Periode 22 Juli 2013 24 Agustus 2013 11

Keratitis Pungtata Superfisialis OS +


Astigmatisma Miopia Simpleks ODS

Rossy
Triana
(40611703
2)

Penyebabnya herpes simplek, banyak yang menduga dasarnya adalah reaksi alergi
terhadap virusnya. Biasanya unilateral. Berlangsung beberapa bulan. Biasanya
timbul bila pada kerusakan primer yang diberikan pengobatan dengan Iodium atau
dalam pengobatan dahulu pernah diberi kortikosteroid. Kekeruhan kornea tampak
di lapisan dalam kornea, di pinggirnya lebih tipis daripada bagian tengah.
Sensibilitas kornea menurun. Hampir tidak pernah disertai neovasklarisasi.
Kadang-kadang sembuh dengan meninnggalkan kekeruhan yang tetap.
V.

VI.

FAKTOR RESIKO
Faktor risiko terjadinya infeksi pada kornea antara lain
1. Blefaritis
2. Infeksi pada organ asesoria bulbi (seperti infeksi pada aparatus lakrimalis)
3. Perubahan pada barrier epitel kornea (seperti dry eyes syndrom)
4. Pemakaian contact lens
5. Lagoftalmos
6. Gangguan Neuroparalitik
7. Trauma
8. Pemakaian imunosupresan topikal maupun sistemik

ETIOLOGI
1. Bakteri
- Diplokok pneumonia
- Streptokok hemolotikus
- Pseudomonas aerogenosa
- Moraxella liquefaciens
- Klebsiela pneumoniae
2. Virus
- Herpes simpleks
- Herpes zoster
- Adenovirus
3. Jamur
Biasanya dimulai dengan suatu rudapaksa pada kornea oleh ranting pohon, daun
dan bagian-bagian tumbuhan. Setelah 5 hari rudapaksa atau 3 minggu kemudian
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kudus
Periode 22 Juli 2013 24 Agustus 2013 12

Keratitis Pungtata Superfisialis OS +


Astigmatisma Miopia Simpleks ODS

Rossy
Triana
(40611703
2)

pasien akan merasa sakit hebat pada mata dan silau. Pada kornea terdapat lesi
gambaran satelit dan lipatan Descement disertai hipopion. Jamur penyebab
4.

5.
6.
VII.

biasanya Candida, Aspergilin dan nocardia.


Alergi
- Alergi terhadap stafilokokus
- Terhadap tuberkuloprotein
- Toksin yang tak diketahui penyebab tepatnya
Defisiensi Vitamin, misalnya : avitaminosis A
Idiopatik, misalnya : ulkus Moorens

PATOFISIOLOGI
Permukaan mata secara regular terpajan lingkungan luar dan mudah mengalami
trauma, infeksi, dan reaksi alergi yang merupakan sebagian besar penyakit pada jaringan ini.
Kelainan kornea sering menjadi penyebab timbulnya gejala pada mata. Keratitis merupakan
kelainan akibat terjadinya infiltrat sel radang pada kornea yang akan mengakibatkan kornea
menjadi keruh.
Kornea disarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar longus
dan saraf nasosiliar. Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem
pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema kornea. Kornea
merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata di sebelah depan.
Karena kornea avaskular, maka pertahanan sewaktu peradangan tak dapat segera datang.
Maka badan kornea, sel-sel yang terdapat di dalam stroma segera bekerja sebagai makrofag
baru kemudian disusul oleh pembuluh darah yang terdapat di limbus dan tampak sebagi
injeksi perikornea.Sesudahnya baru terjadi infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna
kelabu, keruh, dan permukaan yang licin. Kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan
timbul ulkus kornea yang dapat menyebar ke permukaan dalam stroma.
Pada peradangan yang hebat, toksin dari kornea dapat menyebar ke iris dan badan
siliar dengan melalui membran descement dan endotel kornea.Dengan demikian iris dan
badan siliar meradang dan timbulah kekeruhan di cairan COA, disusul dnegan terbentuknya
hipopion. Bila peradangan terus mendalam, tetapi tidak mengenai membran descement dapat
timbul tonjolan membran descement yang disebut mata lalat atau descementocele.Pada
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kudus
Periode 22 Juli 2013 24 Agustus 2013 13

Keratitis Pungtata Superfisialis OS +


Astigmatisma Miopia Simpleks ODS

Rossy
Triana
(40611703
2)

peradangan yang dipermukaan penyembuhan dapat berlangsung tanpa pembentukan


jaringan parut.Pada peradangan yang dalam penyembuhan berakhir dengan terbentuknya
jaringan parut yang dapat berupa nebula, makula, atau leukoma.Bila ulkusnya lebih
mendalam lagi dapat timbul perforasi yang dapat mengakibatkan endophtalmitis,
panophtalmitis, dan berakhir dengan ptisis bulbi.
VIII.

GEJALA KLINIK
Manifestasi yang menyertai pada penderita keratitis adalah :
-

Inflamasi bola mata yang jelas : mata merah, nyeri pada mata dari ringan hingga berat.

Terasa ada benda asing di mata, pasien mengeluh kelilipan.

Cairan mukopurulen dengan kelopak mata saling melekat satu sama lain

Fotofobia. Rasa silau dimata dikarenakan pembuluh darah iris dilatasi, kontraksi iris
yang meradang menutupi pandangan sehingga berpendar jika kena cahaya

Blefarospasme karena rasa sakit yang diperhebat oleh gesekan palpebra superior

Epifora rangsang nyeri sehingga reflek air mata meningkat.

Kabur : karena kornea berfungsi sebagai jendela mata, bila infiltrat di sentral maka
akan menghalangi pandangan

IX.

DIAGNOSIS
1. Subyektif : Anamnesis
Dari anamnesis biasanya didapatkan gejala seperti :
mata merah yang sakit injeksi perikorneal
fotofobia
Blefarospasme Karena rasa sakit yg diperhebat oleh gesekan palpebra
superior
penglihatan menurun karena kornea keruh akibat infiltrasi sel radang dan
mengganggu penglihatan apabila terletak di sentral
Mengganjal/terasa ada benda asing di kornea banyak saraf sensibel
kadang kotor
Nyrocos rangsang nyeri sehingga reflek air mata meningkat.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kudus
Periode 22 Juli 2013 24 Agustus 2013 14

Keratitis Pungtata Superfisialis OS +


Astigmatisma Miopia Simpleks ODS

Rossy
Triana
(40611703
2)

Gejala spesifik antara lain :


Pada ulkus karena bakteri biasanya keluar discharge purulent. Sedangkan
pada ulkus karena virus disharge serous
Keratitis punctata superficial : penyebab adenovirus, infiltrat punctata, letak
superficial sentral atau parasentral
Keratitis bakteri (stafilokokus) : Erosi kecil-kecil terpulas fluoresein terutama
pada sepertiga bawah kornea
Keratitis virus biasanya disebabkan oleh herpes simplek.
Gejala : mata merah (injeksi siliar), fotofobia, mata berair, gangguan
penglihatan
Tanda :
- Vesikulosa, bentuk awal dans ering sulit ditemukan
- Laminaris, bentuk seperti benang
- ulkus dendritik (pola percabangan linier dengan tepian kabur)
- Ulkus geografik, lesi dendritik lebih lebar
- Disiformis

2. Pemeriksaan Oftalmologi
a. Pemeriksaan dengan Slit Lamp
b. Tes Placido
Yang diperhatikan adalah gambaran sirkuler yang direfleksi pada permukaan
kornea penderita.Bila bayangan di kornea gambaran sirkulernya teratur, disebut
Placido (-), pertanda permukaan kornea baik. Kalau gambaran sirkulernya tidak
teratur, Placido (+) berarti permukaan kornea tidak baik, mungkin ada infiltrat.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kudus
Periode 22 Juli 2013 24 Agustus 2013 15

Keratitis Pungtata Superfisialis OS +


Astigmatisma Miopia Simpleks ODS

Rossy
Triana
(40611703
2)

c. Tes Fluoresin
Untuk melihat lebar dan dalamnya ulkus pada kornea, yaitu dengan
memasukkan kertas yang mengandung fluoresin steril ke dalam sakus
konjungtiva inferior setelah terlebih dahulu diberi anestesi lokal, kemudian
penderita disuruh mengedip beberapa waktu dan kertas fluoresinnya dicabut.
Pemeriksaan ini dapat juga menggunakan fluoresin tetes. Pada tempat ulkus
tampak berwarna hijau.
d. Tes Fistel / Siedel Test
Pada pemeriksaan adanya fistel pada ulkus kornea, setelah pemberian fluoresin,
bola mata harus ditekan sedikit untuk melepaskan fibrinnya dari fistel, sehingga
cairan COA dapat mengalir keluar melalui fistel, seperti air mancur pada tempat
ulkus dengan fistel tersebut.
e. Pemeriksaan visus
f. Pemeriksaan bakteriologik, dari usapan pada ulkus kornea
Harus dilakukan pemeriksaan hapusan langsung, pembiakan, dan tes resistensi.
Dari

pemeriksaan

hapusan

langsung

dapat

diketahui

macam

kuman

penyebabnya.
g. Bila banyak monosit diduga akibat virus :
Leukosit PMN kemungkinan akibat bakteri
Eosinofil, menunjukkan radang akibat alergi
Limfosit, terdapat pada radang yang kronis
Dengan melakukan pembiakan dan tes resistensi, dapat diketahui kuman
penyebab, juga obatnya yang tepat guna, dengan demikian pengobatan menjadi
lebih terarah.
h. Sensibilitas kornea
X.

DIAGNOSIS BANDING
1. Keratitis Neuroparalitik
2. Keratitis Filamentosa
3. Keratitis Dendritika
4. Keratokonjungtivitis sika

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kudus
Periode 22 Juli 2013 24 Agustus 2013 16

Keratitis Pungtata Superfisialis OS +


Astigmatisma Miopia Simpleks ODS

Rossy
Triana
(40611703
2)

5. Konjungtivitis akut
6. Glaukoma akut
7. Iritis akut
XI.

PENATALAKSANAAN
Pengobatan diberikan tergantung organisme penyebab, misalnya antibiotik,
antijamur, dan anti virus. Antibiotik spektrum luas dapat digunakan secepatnya, tapi bila
hasil laboratorium sudah menentukan organisme penyebab, pengobatan dapat diganti.
Terkadang, diperlukan lebih dari satu macam pengobatan. Terapi bedah laser terkadang
dilakukan untuk menghancurkan sel yang tidak sehat, dan infeksi berat membutuhkan
transplantasi kornea. Obat tetes mata atau salep mata antibiotik, anti jamur dan antivirus
biasanya diberikan untuk menyembuhkan keratitis, tapi obat-obat ini hanya boleh diberikan
dengan resep dokter.
Medikamentosa lain diberikan dengan tujuan mengatasi gejala yang ditimbulkan
oleh penyulit misalnya, untuk melindungi mata dari cahaya terang, benda asing dan bahan
iritatif lainnya, maka pasien dapat menggunakan kacamata. Untuk megurangi inflamasi
dapat diberikan steroid ringan. Untuk mata kering diberikan air mata buatan. Dapat pula
dianjurkan diet dengan gizi yang seimbang, suplementasi vitamin A,C,E, serta antioksidan
lainnya.

XII.

KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling ditakutkan adalah penipisan kornea, descemetocele
sekunder, perforasi kornea yang dapat mengakibatkan endopthalmitis dan hilangnya
penglihatan.

XIII.

PROGNOSIS
Prognosis bergantung pada virulensi organisme, lokasi dan perluasan ulkus kornea,
vaskularisasi dan deposit kolagen, diagnosis awal dan terapi tepat dapat membantu
mengurangi komplikasi. Keratitis pungtata superficial penyembuhan biasanya berlangsung
baik meskipun tanpa pengobatan. Imunitas tubuh merupakan hal yang penting dalam kasus

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kudus
Periode 22 Juli 2013 24 Agustus 2013 17

Keratitis Pungtata Superfisialis OS +


Astigmatisma Miopia Simpleks ODS

Rossy
Triana
(40611703
2)

ini karena diketahui reaksi imunologik tubuh pasien sendiri yang memberikan respon
terhadap virus ataupun bakteri.
XIV.

PENCEGAHAN
Pemakaian lensa kontak harus menggunakan cairan desinfektan pembersih yang
steril untuk membersihkan lensa kontak. Air keran tidak steril dan tidak boleh digunakan
untuk membersihkan lensa kontak. Jangan terlalu sering memakai lensa kontak. Lepas lensa
kontak bila mata menjadi merah dan timbul iritasi. Ganti lensa kontak bila sudah waktunya
diganti. Cuci tempat lensa kontak dengan air panas, dan ganti tempat lensa kontak tiap 3
bulan karena organisme dapat terbentuk di tempat kontak lensa itu.
Makan makanan bergizi dan memakai kacamata pelindung ketika bekerja atau
bermain di tempat yang potensial berbahaya bagi mata. Kacamata dengan lapisan anti
ultraviolet dapat membantu mengurangi pajanan.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kudus
Periode 22 Juli 2013 24 Agustus 2013 18

Keratitis Pungtata Superfisialis OS +


Astigmatisma Miopia Simpleks ODS

Rossy
Triana
(40611703
2)

TINJAUAN PUSTAKA

ASTIGMATISMA
I.

PENDAHULUAN
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri
atas kornea, cairan mata, lensa, badan kaca, dan panjangnya bola mata.Pada orang normal
susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjangnya bola mata demikian
seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat
didaerah makula lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan
menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata yang tidak
melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh.
Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk pada
retina (macula lutea).Pada kelainan refraksi terjadi ketidakseimbangan sistem optik pada
mata sehingga menghasilkan bayangan kabur.

II.

AKOMODASI
Pada keadaan normal cahaya tidak berhingga akan terfokus pada retina, demikian
pula bila benda jauh didekatkan, maka dengan adanya daya akomodasi benda dapat difokuskan pada
retina atau makula lutea. Dengan berakomodasi, maka benda pada jarak yang berbedabeda akan terfokus pada retina.
Akomodasi adalah kemampuan lensa untuk mencembung yang terjadi akibat
kontraksi otot siliar. Akibat akomodasi, daya pembiasan lensa bertambah kuat. Kekuatan
akomodasi akan meningkat sesuai dengan kebutuhan, makin dekat benda makin kuat mata
harus berakomodasi (mencembung). Kekuatan akomodasi diatur oleh refleks akomodasi.
Refleks akomodasi akan bangkit bila mata melihat kabur dan pada waktu konvergensi
atau melihat dekat.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kudus
Periode 22 Juli 2013 24 Agustus 2013 19

Keratitis Pungtata Superfisialis OS +


Astigmatisma Miopia Simpleks ODS

III.

Rossy
Triana
(40611703
2)

EMETROPIA
Pada mata ini daya bias mata adalah normal, di mana sinar jauh difokuskan
sempurna di makula lutea tanpa bantuan akomodasi. Bila sinar sejajar tidak difokuskan
pada makula lutea disebut ametropia. Mata emetropia akan mempunyai penglihatan
normal atau 6/6 atau 100%. Bila media penglihatan seperti kornea, lensa, dan badan kaca
keruh maka sinar tidak dapat diteruskan di makula lutea. Pada keadaan media penglihatan
keruh maka penglihatan tidak akan 100% atau 6/6.
kornea mempunyai daya pembiasan sinar terkuat dibanding bagian mata lainnya.
Lensa memegang peranan membiaskan sinar terutama pada saat melakukan akomodasi
atau bila melihat benda yang dekat.

Gambar Refraksi pada mata emetrop


IV.

AMETROPIA
Panjang bola mata seseorang berbeda-beda. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh
kornea (mendatar atau mencembung) atau adanya perubahan panjang (lebih panjang atau
lebih pendek) bola mata maka sinar normal tidak akan terfokus pada makula. Keadaan ini
disebut ametropia (anomali refraksi) yang dapat berupa miopia, hipermetropia, atau
astigmatisme

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kudus
Periode 22 Juli 2013 24 Agustus 2013 20

Keratitis Pungtata Superfisialis OS +


Astigmatisma Miopia Simpleks ODS

V.

Rossy
Triana
(40611703
2)

ASTIGMATISMA
I. Definisi
Astigmatisma adalah keadaan dimana terdapat variasi pada kurvatur kornea atau
lensa pada meridian yang berbeda yang mengakibatkan berkas cahaya tidak difokuskan
pada satu titik.
Astigmat merupakan akibat bentuk kornea yang oval seperti telur, makin lonjong
bentuk kornea makin tinggi astigmat mata tersebut.Dan umumnya setiap orang memiliki
astigmat yang ringan.
II. Etiologi
Etiologi kelainan astigmatisma adalah sebagai berikut:
1. Adanya kelainan kornea dimana permukaan luar kornea tidak teratur.
2. Adanya kelainan pada lensa dimana terjadi kekeruhan pada lensa.
3. Intoleransi lensa atau lensa kontak pada postkeratoplasty.
4. Trauma pada kornea
5. Tumor
III.Klasifikasi
Berdasarkan posisi garis fokus dalam retina Astigmatisme dibagi sbb:
1. Astigmatisme Reguler

Dimana didapatkan dua titik bias pada sumbu mata karena adanya dua
bidang yang saling tegak lurus pada bidang yang lain sehingga pada salah
satu bidang memiliki daya bias yang lebih kuat dari pada bidang yang lain.

Astigmatisme jenis ini, jika mendapat koreksi lensa cylindris yang tepat,
akan bisa menghasilkan tajam penglihatan normal. Tentunya jika tidak
disertai dengan adanya kelainan penglihatan yang lain.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kudus
Periode 22 Juli 2013 24 Agustus 2013 21

Keratitis Pungtata Superfisialis OS +


Astigmatisma Miopia Simpleks ODS

Rossy
Triana
(40611703
2)

Bila ditinjau dari letak daya bias terkuatnya, bentuk astigmatisme regular
ini dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
a. Astigmatisme With the Rule
Bila pada bidang vertical mempunyai daya bias yang lebih kuat dari
pada bidang horizontal.
b. Astigmatisme Against the Rule
Bila pada bidang horizontal mempunyai daya bias yang lebih kuat dari pada
bidang vertikal
2. Astigmatisme Irreguler
Dimana titik bias didapatkan tidak teratur
Berdasarkan letak titik vertical dan horizontal pada retina, astigmatisme dibagi
sebagai berikut:
1. Astigmatisme Miopia Simpleks

Satu titik (A) di depan retina, satu titik (B) tepat di retina

Hasil refraksi: Plano cyl (-)

Astigmatisme Miopia
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Simpleks
Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kudus
Periode 22 Juli 2013 24 Agustus 2013 22

Keratitis Pungtata Superfisialis OS +


Astigmatisma Miopia Simpleks ODS

Rossy
Triana
(40611703
2)

2. Astigmatisme Hiperopia Simpleks

Satu titik (A) tepat di retina, satu titik di belakang retina (B)

Hasil refraksi: cyl (+)

Astigmatisme Hiperopia
Simpleks

3. Astigmatisme Miopia Kompositus

Astigmatisme jenis ini, Kedua-dua titiknya di depan retina.

Hasil refraksi: sph (-), cyl (-)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Astigmatisme
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Kompositus
Rumah Sakit Umum Daerah Kudus
Periode 22 Juli 2013 24 Agustus 2013 23

Miopia

Keratitis Pungtata Superfisialis OS +


Astigmatisma Miopia Simpleks ODS

Rossy
Triana
(40611703
2)

4. Astigmatisme Hiperopia Kompositus

kedua-dua titiknya di belakang retina

Hasil refraksi: sph (+) cyl (+)

Astigmatisme Hiperopia
Kompositus
5. Astigmatisme Mixtus

Satu titik (A) di depan retina, satu titik lagi (B) di belakang retina .

Hasil refraksi : Sph (+) Cyl (-), atau Sph (-) Cyl (+)

Berdasarkan tingkat kekuatan Dioptri :


1. Astigmatismus RendahAstigmatisme

Mixtus

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kudus
Periode 22 Juli 2013 24 Agustus 2013 24

Keratitis Pungtata Superfisialis OS +


Astigmatisma Miopia Simpleks ODS

Rossy
Triana
(40611703
2)

Astigmatismus yang ukuran powernya < 0,50 Dioptri. Biasanya astigmatismus


rendah tidak perlu menggunakan koreksi kacamata.Akan tetapi jika timbul
keluhan pada penderita maka koreksi kacamata sangat perlu diberikan.
2. Astigmatismus Sedang
Astigmatismus yang ukuran powernya berada pada 0,75 Dioptri s/d 2,75
Dioptri.Pada astigmatismus ini pasien sangat mutlak diberikan kacamata koreksi
3. Astigmatismus Tinggi
Astigmatismus yang ukuran powernya > 3,00 Dioptri. Astigmatismus ini sangat
mutlak diberikan kacamata koreksi
IV. Tanda dan Gejala
Seseorang dengan astigmatisma akan memberikan keluhan:
-

Penglihatan akan kabur untuk jauh atau pun dekat

Melihat jauh kabur sedang melihat dekat lebih baik

Melihat ganda dengan satu atau kedua mata

Bentuk benda yang dilihat berubah (distorsi)

Mengecilkan celah kelopak jika ingin melihat

Sakit kepala

Mata tegang dan pegal

Mata dan fisik lelah

Astigmat tinggi (4-8 D) yang selalu melihat kabur sering mengakibatkan


ambliopia.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kudus
Periode 22 Juli 2013 24 Agustus 2013 25

Keratitis Pungtata Superfisialis OS +


Astigmatisma Miopia Simpleks ODS

Rossy
Triana
(40611703
2)

V. Diagnosa
1.

Pemeriksaan pin hole

Uji lubang kecil ini dilakukan untuk mengetahui apakah berkurangnya


tajam penglihatan diakibatkan oleh kelainan refraksi atau kelainan pada
media penglihatan, atau kelainan retina lainnya.

Setelah pin hole, ketajaman penglihatan :


o Bertambah terdapat kelainan refraksi yang belum dikoreksi baik.
o Berkurang kekeruhan media penglihatan atau pun retina yang
menggangu penglihatan

2.

Uji refraksi
Subjektif ( Optotipe dari Snellen & Trial lens)

Metode yang digunakan adalah dengan Metoda trial and error


Jarak pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20 kaki. Digunakan kartu Snellen yang
diletakkan setinggi mata penderita, Mata diperiksa satu persatu dibiasakan
mata kanan terlebih dahulu.

Ditentukan visus / tajam penglihatan masing-masing mata. Bila visus tidak 6/6
dikoreksi dengan lensa sferis positif, biladengan lensa sferis positif tajam
penglihatan membaik atau mencapai 5/5,6/6, atau 20/20 maka pasien
dikatakan menderita hipermetropia, apabila dengan pemberian lensa sferis
positif menambah kabur penglihatan kemudian diganti dengan lensa sferis
negatif memberikan tajam penglihatan 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien
menderita miopia.

Bila setelah pemeriksaan tersebut diatas tetap tidak tercapai tajam penglihatan
maksimal mungkin pasien mempunyai kelainan refraksi astigmat. Pada
keadaan ini lakukan uji pengaburan(fogging technique)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kudus
Periode 22 Juli 2013 24 Agustus 2013 26

Keratitis Pungtata Superfisialis OS +


Astigmatisma Miopia Simpleks ODS

Rossy
Triana
(40611703
2)

Objektif
Autorefraktometer

Yaitu menentukan myopia atau besarnya kelainan refraksi dengan


menggunakan komputer.

Penderita duduk di depan autorefractor, cahaya dihasilkan oleh alat dan respon
mata terhadap cahaya diukur. Alat ini mengukur berapa besar kelainan refraksi
yang harus dikoreksi dan pengukurannya hanya memerlukan waktu beberapa
detik.

Keratometri
Adalah pemeriksaan mata yang bertujuan untuk mengukur radius kelengkungan
kornea.
3.

Uji pengaburan

Setelah pasien dikoreksi untuk myopia yang ada, maka tajam penglihatannya
dikaburkan dengan lensa positif, sehingga tajam penglihatan berkurang 2 baris
pada kartu Snellen, misalnya dengan menambah lensa spheris positif 3.

Pasien diminta melihat kisi-kisi juring astigmat, dan ditanyakan garis mana
yang paling jelas terlihat. Bila garis juring pada 90 yang jelas, maka tegak
lurus padanya ditentukan sumbu lensa silinder, atau lensa silinder ditempatkan
dengan sumbu 180.

Perlahan-lahan kekuatan lensa silinder negatif ini dinaikkan sampai


garis juring kisi-kisi astigmat vertikal sama tegasnya atau kaburnya
dengan juring horizontal atau semua juring sama jelasnya bila dilihat dengan
lensa silinder ditentukan yang ditambahkan.

Kemudian pasien diminta melihat kartu Snellen dan perlahan-lahan ditaruh


lensa negatif sampai pasien melihat jelas

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kudus
Periode 22 Juli 2013 24 Agustus 2013 27

Keratitis Pungtata Superfisialis OS +


Astigmatisma Miopia Simpleks ODS

4.

Rossy
Triana
(40611703
2)

Keratoskop
Keratoskop atau Placido disk digunakan untuk pemeriksaan
astigmatisme.Pemeriksa memerhatikan imej ring pada kornea pasien.Pada
astigmatisme regular, ring tersebut berbentuk oval. Pada astigmatisme irregular,
imej tersebut tidak terbentuk sempurna

VI. Penatalaksanaan
1. Kacamata Silinder
Pada astigmatism againts the rule, koreksi dengan silender negatif dilakukan
dengan sumbu tegak lurus (60-120 derajat) atau dengan selinder positif dengan

sumbu horizontal (30 150 derajat).


Sedangkan pada astigmatism with the rule diperlukan koreksi silinder negative
dengan sumbu horizontal (30-150 derajat) atau bila dikoreksi dengan silinder

positif sumbu vertikal (60-120 derajat)


2. Lensa Kontak
Pada penderita astigmatisma diberikan lensarigid , yang dapat menetralisasi
astigmatyang terjadi di permukaan kornea.
3. Pembedahan
Pembedahan Untuk mengoreksi astigmatisma yang berat, dapat digunakan pisau
khusus atau dengan laser untuk mengoreksi kornea yang irreguler atau anormal. Ada
beberapa prosedur pembedahan yang dapat dilakukan, diantaranya :
a)

Photorefractife Keratectomy (PRK)


Laser dipergunakan unutk membentuk kurvatur kornea.

b)

Laser in Situ Keratomileusis (lasik)


Laser digunakan untuk merubah kurvatur kornea dengan membuat flap
(potongan laser) pada kedua sisi kornea.

c)

Radial keratotomy
Insisi kecil dibuat secara dalam di kornea

Daftar Pustaka
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kudus
Periode 22 Juli 2013 24 Agustus 2013 28

Keratitis Pungtata Superfisialis OS +


Astigmatisma Miopia Simpleks ODS

Rossy
Triana
(40611703
2)

1. American Academy of Ophthalmology. Externa disease and cornea. San Fransisco 2007
2. Duane, D Thomas : Clinical Ophthalmology, Volume 4, Philadelphia, Harper & Row
Publisher, 1987.
3. Grayson, Merrill : Diseases of The Cornea, Second Edition, London, The C. V. Mosby
Company, 1983.
4. Ilyas, Sidarta. 2000.Sari Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI Jakarta :52.
5. Ilyas, Sidarta. 2005. Ilmu penyakit Mata. Edisi ketiga. FKUI. Jakarta. Hal (118-120) (147167)
6. Ilyas, Sidarta. 2006. Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3. Balai Penerbit FKUI Jakarta.
7. Mansjoer, Arif M. 2001. Kapita Selekta edisi-3 jilid-1. Jakarta: Media Aesculapius FKUI. Hal:
56
8. Srinivasan M, et al. Distinguishing infectious versus non infectious keratitis. INDIAN Journal
of Opthalmology 2006 56:3;50-56
9. Vaughan, Daniel. Oftalmologi Umum. Edisi 14 Cetakan Pertama. Widya Medika Jakarta,
2009

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kudus
Periode 22 Juli 2013 24 Agustus 2013 29

Anda mungkin juga menyukai

  • REFRRAKSI
    REFRRAKSI
    Dokumen5 halaman
    REFRRAKSI
    Anil Peswani
    Belum ada peringkat
  • Refrat
    Refrat
    Dokumen13 halaman
    Refrat
    Maria Angelina Bunawan
    Belum ada peringkat
  • Soal Pre Test
    Soal Pre Test
    Dokumen2 halaman
    Soal Pre Test
    Fitri Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Refrat Mata NV
    Refrat Mata NV
    Dokumen10 halaman
    Refrat Mata NV
    Maria Angelina Bunawan
    Belum ada peringkat
  • Quiz Mata
    Quiz Mata
    Dokumen1 halaman
    Quiz Mata
    Maria Angelina Bunawan
    Belum ada peringkat
  • Refrat Terakhir
    Refrat Terakhir
    Dokumen37 halaman
    Refrat Terakhir
    Maria Angelina Bunawan
    Belum ada peringkat
  • PR DR Rosa
    PR DR Rosa
    Dokumen1 halaman
    PR DR Rosa
    Maria Angelina Bunawan
    Belum ada peringkat
  • CRAO
    CRAO
    Dokumen19 halaman
    CRAO
    Maria Angelina Bunawan
    Belum ada peringkat
  • Refrat Keratitis Jamur
    Refrat Keratitis Jamur
    Dokumen9 halaman
    Refrat Keratitis Jamur
    Mojoo Jojo Shop
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Maria Angelina Bunawan
    Belum ada peringkat
  • Cover CRAO
    Cover CRAO
    Dokumen1 halaman
    Cover CRAO
    Maria Angelina Bunawan
    Belum ada peringkat
  • Cover Miopia - Suspek Poag
    Cover Miopia - Suspek Poag
    Dokumen1 halaman
    Cover Miopia - Suspek Poag
    Maria Angelina Bunawan
    Belum ada peringkat
  • Ujian Mata Trisna
    Ujian Mata Trisna
    Dokumen27 halaman
    Ujian Mata Trisna
    Maria Angelina Bunawan
    Belum ada peringkat
  • UJIAN
    UJIAN
    Dokumen10 halaman
    UJIAN
    Maria Angelina Bunawan
    Belum ada peringkat
  • Cover KERATITIS + ASTIGMAT
    Cover KERATITIS + ASTIGMAT
    Dokumen2 halaman
    Cover KERATITIS + ASTIGMAT
    Maria Angelina Bunawan
    Belum ada peringkat
  • Chapter II 7
    Chapter II 7
    Dokumen13 halaman
    Chapter II 7
    Dokter Zerosix
    Belum ada peringkat
  • Cover UJIAN
    Cover UJIAN
    Dokumen3 halaman
    Cover UJIAN
    Maria Angelina Bunawan
    Belum ada peringkat
  • LASIK
    LASIK
    Dokumen13 halaman
    LASIK
    Maria Angelina Bunawan
    Belum ada peringkat
  • MIOPI
    MIOPI
    Dokumen18 halaman
    MIOPI
    Maria Angelina Bunawan
    Belum ada peringkat
  • Chapter II 7
    Chapter II 7
    Dokumen13 halaman
    Chapter II 7
    Dokter Zerosix
    Belum ada peringkat
  • Tugas Mata Ocen
    Tugas Mata Ocen
    Dokumen28 halaman
    Tugas Mata Ocen
    Maria Angelina Bunawan
    Belum ada peringkat
  • Ujian Kasus Mata
    Ujian Kasus Mata
    Dokumen19 halaman
    Ujian Kasus Mata
    Maria Angelina Bunawan
    Belum ada peringkat
  • Cover KERATOUVEITIS
    Cover KERATOUVEITIS
    Dokumen1 halaman
    Cover KERATOUVEITIS
    Maria Angelina Bunawan
    Belum ada peringkat
  • Cover MIOPI
    Cover MIOPI
    Dokumen1 halaman
    Cover MIOPI
    Maria Angelina Bunawan
    Belum ada peringkat
  • Ujian Mata
    Ujian Mata
    Dokumen40 halaman
    Ujian Mata
    Maria Angelina Bunawan
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Miopia - Suspek Poag
    Lapkas Miopia - Suspek Poag
    Dokumen19 halaman
    Lapkas Miopia - Suspek Poag
    Maria Angelina Bunawan
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Miopia - Suspek Poag
    Lapkas Miopia - Suspek Poag
    Dokumen33 halaman
    Lapkas Miopia - Suspek Poag
    Maria Angelina Bunawan
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Uveitis Posterior Dan Glaukoma Esuknder
    Lapkas Uveitis Posterior Dan Glaukoma Esuknder
    Dokumen26 halaman
    Lapkas Uveitis Posterior Dan Glaukoma Esuknder
    Maria Angelina Bunawan
    Belum ada peringkat
  • Cover Ujian Mata
    Cover Ujian Mata
    Dokumen1 halaman
    Cover Ujian Mata
    Maria Angelina Bunawan
    Belum ada peringkat