Oleh :
Cendy Damayanti
14140510
Fitri Aini
14140510
1414051066
Nadya Mayarianti
14140510
I. PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui produk - produk olahan pisang terkini
2. Mengetahui proses pembuatan produk - produk olahan pisang
lebih cepat dimasak sesuai dengan tuntutan kehidupan modern yang serba praktis (Widowati
dan Darmadjati 2001).
III. ISI
Kue kering pisang adalah kue kering yang dibuat dengan kombinasi antara tepung terigu dan
tepung pisang. Tepung pisang yang digunakan yaitu dari penepungan pisang kepok yang
sudah tua. kue kering pisang memiliki kelebihan dibandingkan dengan kue kering biasa yaitu
dari segi kimia maupun organoleptik. Proses pembuatan kue kering pisang tergolong mudah
seperti layaknya pembuatan kue kering dengan menggunakan tepung terigu. Bahan baku
yang digunakan untuk membuat kue kering pisang yaitu pisang yang sudah tua tapi belum
masak, bahan untuk proses seperti tepung terigu, telur, gula, mentega, vanile, garam, dan
kemasan. Sedangkan peralatan yang digunakan terdiri dari kukusan stainless, pisau, talenan,
ketam pengiris, kompor, sendok pengaduk, tempat peniris, sendok penjepit, oven, waskom
dan sealer.
Pembuatan kue kering dari tepung pisang biasanya menggunakan pisang kepok yang sudah
tua tetapi belum masak. Proses pembuatannya diawali dengan pencucian pisang kepok
dengan air yang mengalir dengan tujuan menghilangkan kotoran yang menempel pada kulit
pisang. Setelah dicuci, pisang direbus selama 10 - 15 menit hingga melunak lalu diiris tipis
melintang dengan ketebalan 1-2 mm dengan tujuan mempermudah proses penguapan air pada
saat pengeringan. Setelah diiris tipis, irisan pisang di keringkan dengan suhu sekitar 60-75C
hingga kering dan berat bahan stabil. Setelah kering, irisan pisang di giling lalu dilakukan
pengayakan agar diperoleh tepung yang halus sehingga mudah diolah untuk menjadi kue
kering.
Tepung pisang yang sudah diayak dicampur dengan bahan - bahan adonan seperti tepung
terigu, telur, gula, mentega. Perbandingan tepung terigu dan tepung pisang yang ditambahkan
adalah 20 : 80. Setelah ditambahkan bahan - bahan tersebut lalu dilakukan pengadukan
hingga menjadi adonan. Adonan yang sudah terbentuk dicetak sesuai ukuran dan bentuk yang
diinginkan. Setelah dicetak, dilakukan pemanggangan didalam oven sekitar 30 menit
dengan suhu 150C. Setelah pemanggangan maka kue kering pisang dapat langsung
dikonsumsi ataupun dikemas. Diagram alir pembuatan kue kering dengan kombinasi tepung
pisang dan tepung terigu adalah sepertu pada gambar 1.
Selain kadar air yang lebih rendah dibandingkan dengan kue kering dari terigu, kue kering
dari kombinasi tepung pisang dan tepung terigu memiliki kadar abu lebih rendah yaitu sekitar
1,52% yang lebih rendah dari kadar abu biskuit jenis cookies yang dipersyaratkan sesuai SNI
01-2973-1992 tentang syarat mutu biskuit klasifikasi cookies maksimal 2% (Badan
Stndardisasi Nasional, 1992). Dari penelitian yang dilakukan oleh (Silfia, 2012), kadar abu
akan semakin tinggi apabila perbandingan tepung pisang lebih besar daripada tepung terigu
hal itu disebabkan oleh karena garam - garam organik yang dikandung kue kering substitusi
dengan tepung pisang seperti asam malat, oksalat, asetat., pektat serta garam-garam
anorganik lainnya, (fosfat, karbonat, klorida, sulfat nitrat) dan logam alkali mineral yang
dapat membentuk senyawa kompleks yang bersifat organis sehingga saat pengabuan
dilakukan masih tersisa (Fauzi, 2006).
Dari segi organoleptik, rasa, tekstur, dan aroma dari kue kering dengan kombinasi tepung
terigu dan tepung pisang lebih disukai dibandingkan dengan kue kering biasa yang hanya
menggunakan tepung terigu. Kue kering pisang memiliki rasa yang khas dan istimewa yang
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain bahan penyusunnya yaitu karbohidrat (21,0 g33,6,g) protein 1,4 dan lemak 0,2 g per 100 g daging buah pisang. Terbentuknya rasa manis
yang khas pada tepung pisang berasal sebagian dari karbohidrat yang berubah menjadi tiga
gula yaitu sukrosa, fruktosa, dan glukosa (Qazuini, 1984).
Tekstur dari kue kering pisang lebih renyah dibandingkan dengan kue kering biasa
dikarenakan pada saat adonan kue kering pisang dilakukan proses pengeringan (oven) secara
mikroskopik terjadi proses pembentukan gelatinisasi yang mempengaruhi tekstur pangan
karena terjadi reaksi kimia dan fisika dalam adonan kue kering yang disubstitusi dengan
tepung pisang, dimana pada proses pembentukan gelatin terjadi perusakan ikatan hidrogen
intramolekuler (protein, karbohidrat, dan air bahan penyusun adonan kue kering pisang),
adanya ikatan hidrogen berperan mempertahankan struktur integritas granula, dan
kekompakan granula. Terdapatnya gugus hidroksil bebas akan menyerap air, sehingga terjadi
pembengkakan granula pati. Dengan demikian, semakin banyak jumlah gugus hidroksil dari
molekul pati tepung pisang maka semakin tinggi kemampuannya menyerap air, sehingga saat
dilakukan proses pengeringan daya ikat molekul air pada produk rendah sehingga tekstur
produk menjadi lebih renyah (Nita, 2012). Menurut (Suganda, 2006), renyahnya kue kering
yang disubstitusi dengan tepung pisang disebabkan oleh kandungan pati pada pisang yang
terdiri dari amilosa yang mempunyai struktur lurus dengan ikatan-(1,4)-D-glukosidik dan
amilopektin yang mempunyai struktur bercabang dengan ikatan-(1,6)-D-glukosidik, semakin
tinggi kandungan amilosa pada tepung pisang maka akan meningkatkan tingkat kerenyahan
pada produk.
Aroma dari kue kering pisang lebih disukai dibandingkan dengan kue kering biasa karena
adanya kandungan pati yang terdegradasi waktu proses pengeringan adonan kue kering yang
disubstitusi dengan tepung pisang. Menurut (Suhartono, 2011). Saat degradasi kandungan
pati terjadi perubahan yang ekstensif dengan eliminasi molekul air dan fragmentasi molekul
gula dimana terjadi pemutusan ikatan karbon yang akan menghasilkan senyawa karbonil dan
senyawa volatil sehingga menimbulkan aroma yang khas dari kue kering pisang.
Penyimpanan kue kering pisang juga tergolong baik dari pengamatan (Silfia, 2012) kue
kering pisang yang disimpan selama 16 minggu (4 bulan) masih normal dan tidak ditumbuhi
jamur, hal itu disebabkan karena kadar air dari tepung pisang rendah sehingga
mikroorganisme seperti jamur, kapang dan sebagainya sulit untuk mengkontaminasi kue
kering pisang tersebut. Menurut pendapat (Syarief dan Halid, 1991) tindakan yang tepat
untuk mencegah pertumbuhan jamur (kapang) adalah dengan adanya pengeringan yang dapat
mengurangi kadar air sehingga kapang tidak dapat tumbuh.
IV. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Kue kering dengan kombinasi tepung pisang dan tepung terigu memiliki kadar air dan
kadar abu yang lebih rendah dibandingkan dengan SNI 01-2973-1992 tentang syarat
mutu biskuit klasifikasi cookies.
2. Kue kering dengan kombinasi tepung pisang dan tepung terigu lebih disukai dari segi
organoleptik (rasa, aroma & tekstur) dibandingkan dengan kue kering biasa.
3. Penyimpanan kue kering dengan kombinasi tepung pisang dan tepung terigu memiliki
masa simpan yang cukup lama.
DAFTAR PUSTAKA