200 Triliun
November 29, 2014
Tak
salah
pemerintahan
menjadikan
jika
satu
Presiden
Indonesia
diantara
visi
Jokowi
adalah
sebagai
Negara
Terumbu karang merupakan pusat keanekaragaman hayati laut terkaya di dunia yang
memiliki struktur alami serta mempunyai nilai estetika yang tiada taranya. Selain
sebagai lingkungan yang alami, terumbu karang juga mempunyai banyak manfaat
bagi manusia dalam berbagai aspek ekonomi, sosial dan budaya. Kekayaan spesies
terumbu karang, ikan, dan biota laut lainnya tampak berlimpah di Perairan Alor, Nusa
Tenggara Timur, pada Mei 2007. Segitiga Terumbu Karang yang disebut juga sebagai
Amazon of the Seas mencakup wilayah perairan tengah dan timur Indonesia, Timor
Leste, Filipina, Sabah-Malaysia, Papua Niugini, dan Kepulauan Salomon
diperkirakan dihuni sekitar 3.000 spesies ikan.
Sayang, ternyata banyak terumbu karang yang rusak. Menurut data dari Program
Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang di Indonesia atau Coral Reef
Rehabilitation Management Program Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(COREMAP LIPI), hanya 6,83 persen dari 85.707 km2 terumbu karang yang ada di
Indonesia berpredikat sangat baik (excellent). Terumbu karang yang sangat baik itu
tersebar di 556 lokasi. Sungguh sangat disayangkan sekali, kekayaan alam yang
sangat berlimpah di negri ini, tidak kita jaga dengan baik, dan kita lestarikan
keberadaannya.
Oleh sebab itu perlunya peran pemerintah untuk menjaga dan melindungi terumbu
karang yang merupakaan tempat berlindungnya ikan dan juga sebagai tempat
pemijahan ikan. Pemerintah perlu mengawasi dan melarang nelayan yang melakukan
penangkapan
ikan
dengan
menggunakan
pukat
harimau,
pemboman,dan
penting, akan tetapi hal itu seharusnya tidak membatasi akses nelayan untuk
memanfaatkan sumber daya laut. Konservasi laut umumnya dimanfaatkan untuk
wisata bahari. Taman Nasional Laut atau Taman Wisata Laut pada kenyataannya
menutup ruang gerak nelayan. Pemanfaatannya untuk wisata bahari telah memutus
wilayah tangkap nelayan dan mengesampingkan peran masyarakat pesisir.
(DP/ berbagai sumber)
http://www.pusakaindonesia.org/potensi-laut-indonesia-senilai-rp-7-200-triliun/
Kekayaan Laut Mencapai US$ 24 Triliun, Namun Terus Menipis
Jakarta Jumlah kekayaan laut dunia menyaingi nilai ekonomi negara-negara maju,
namun sumber daya laut menyusut secara cepat, demikian dikatakan laporan yang
diluncurkan WWF hari ini, 23 April 2015. Laporan berjudul Reviving the Ocean
Economy: The Case for Action 2015 menganalisa peran laut sebagai penggerak
ekonomi dan menggambarkan ancaman-ancaman yang mendorong
ke arah
kehancuran.
Dalam laporan tersebut, nilai aset utama dalam laut diperkirakan secara konservatif
mencapai US$ 24 triliun. Jika dibandingkan dengan 10 negara dengan tingkat
ekonomi tertinggi di dunia, sumber daya laut akan menempati peringkat ketujuh
dengan nilai sumber daya dan jasa hingga US$ 2,5 triliun per tahunnya.
Laporan yang disusun atas hasil kerjasama dengan The Global Change Institute di
University of Queensland dan The Boston Consulting Group (BCG) ini merupakan
kajian yang paling fokus tentang laut berdasarkan nilai asetnya. Reviving the Ocean
Economy mengungkap kekayaan laut yang berlimpah melalui kajian terhadap nilai
sumber daya dan jasa yang mencakup perikanan hingga perlindungan dari badai laut.
Selain itu, laporan ini juga menjelaskan tekanan terhadap sumber daya laut yang terus
menerus karena eksploitasi yang berlebihan, penyalahgunaannya, dan perubahan
iklim.
Nilai ekonomi maritim Indonesia menurut Dewan Kelautan Indonesia pada tahun
2013 berpotensi mencapai sebesar 171 miliar dollar AS per tahun. Dekan Fakultas
Ekologi Manusia (FEMA) Institut Pertanian Bogor, Arif Satria, mengatakan
Kehebatan bangsa bahari tidak tergantung pada seberapa banyak kekayaan lautnya,
tetapi tergantung bagaimana mengelolanya. Karena itu, laut harus dikelola dengan
mengacu pada prinsip-prinsip kedaulatan, keberlanjutan, dan kesejahteraan. Prinsipprinsip ini harus menjadi pegangan seluruh pemangku kepentingan kelautan, dan
kemudian diterjemahkan ke dalam program aksi secara sistematis.
Menurut laporan tersebut, lebih dari dua per tiga nilai ekonomi tahunan dari kelautan
bergantung pada kondisi kesehatan laut untuk menjaga nilai pendapatan ekonomi per
tahun yang dapat dihasilkan. Melemahnya sektor perikanan, deforestasi mangrove
serta hilangnya terumbu karang dan padang lamun merupakan ancaman bagi roda
penggerak ekonomi kelautan yang menjadi penopang kehidupan dan sumber
kehidupan di seluruh dunia.
Dengan menghitung nilai ekonomi tahunan dan nilai aset dari laut dunia
menunjukkan kepada kita apa yang sebenarnya yang dipertaruhkan dalam angka
perhitungan yang jelas - secara ekonomi dan lingkungan. Kami berharap laporan ini
menjadi seruan bagi para pimpinan di dunia usaha dan pembuat kebijakan untuk
membuat keputusan yang lebih bijak dan berdasarkan perhitungan matang dalam
mewujudkan masa depan ekonomi dari laut kita bersama, ucap Douglas Beal,
Partner and Managing Director dari The Boston Consulting Group.
Penelitian yang dipaparkan dalam laporan tersebut menunjukkan bahwa kondisi laut
dewasa ini berubah lebih cepat dibanding pada masa-masa lain selama periode jutaan
tahun. Pada saat yang sama, pertumbuhan populasi manusia dan ketergantungan akan
laut membuat pemulihan ekonomi kelautan dan aset utamanya menjadi sebuah
desakan global.
Kini laut dihadapkan pada risiko yang lebih besar dibandingkan masa-masa
sebelumnya dalam catatan sejarah. Kita mengeruk terlalu banyak ikan, membuang
terlalu banyak limbah, dan meningkatkan suhu serta keasaman laut sampai titik
dimana sistem alami tidak lagi bisa berfungsi, kata Ove Hoegh-Guldberg, penulis
utama laporan tersebut dan Direktur Global Change Institute di University of
Queesnland yang berpusat di Australia.
melindungi ratusan juta manusia dari badai akan punah. Bukan hanya meningkatnya
suhu permukaan air laut, perubahan iklim juga meningkatkan keasaman air laut yang
membutuhkan ratusan generasi untuk pulih.
Salah satu solusi mendesak yang diusulkan adalah memasukkan upaya pemulihan
laut dalam agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development
Goals) PBB, mendorong tindakan global terhadap perubahan iklim, dan memperkuat
komitmen untuk melindungi kawasan pesisir dan laut.
Arif Satria menegaskan kembali pentingnya peran laut dan perhatian pemerintah
dalam menjaga ketahanan pangan, "Laut harus berkontribusi terhadap ketahanan
pangan. Karena itu agar ketersediaan ikan terjaga kesinambungannya, maka
produksinya pun harus memperhatikan prinsip-prinsip keberlanjutan. Yang harus
diperhatikan oleh pemerintah Indonesia adalah membuat Rencana Pengelolaan
Perikanan dan Kawasan Konservasi Laut yang berfungsi secara efektif dan didukung
oleh seluruh pemangku kepentingan. Karena itu, perlu melibatkan para pihak dalam
proses perencanaan, implementasi, hingga evaluasinya,
Kampanye kelautan global WWF, Sustain Our Seas, didasarkan pada kerja- kerja
WWF selama berpuluh tahun bersama mitra dalam konservasi kelautan. WWF
bekerja sama dengan pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat untuk menggugah
para pemimpin agar mengambil tindakan cepat dalam membangkitkan kembali
ekonomi kelautan dan melindungi kehidupan dan sumber kehidupan milyaran orang
di seluruh dunia.