DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
2-6
2-7
2-8
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
iii
2.4.1. Peneduh
2-8
DAFTAR TABEL
2-9
2-10
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1-1
1-1
2-12
2-12
2-14
1.3. Landasan Hukum Penyediaan Fasilitas Pejalan Kaki & Pesepeda 1-1
2-14
2-16
2-18
2-21
1-2
2-1
2-1
2-22
2-1
2-24
2.2.1. Kerb
2-2
2-25
2.2.2. Kelandaian
2-2
2-27
2-3
2-30
2-3
2-4
3. FASILITAS PESEPEDA
3-1
2.2.5.1. Ramp
2-4
3-1
2-5
3.1.1 Parameter
3-1
DAFTAR ISI
3-1
4-8
3-1
4-9
3-2
3.1.1.4 Kelandaian
3-2
DAFTAR PUSTAKA
5-1
3-2
3-2
3-4
3-5
3-7
3-7
3-7
3-8
3-8
3-12
3-13
3-14
4-1
4-2
4-3
4-5
4-6
ii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GAMBAR
2-16
2-17
2-18
2-1
2-2
2-3
2-3
2-20
2-4
2-22
2-5
2-23
2-6
2-24
2-7
2-25
2-7
2-8
2-9
2-27
2-9
2-28
2-10
2-29
2-11
2-30
2-11
2-32
2-12
3-1
2-13
3-1
3-2
3-3
2-14
2-19
2-26
2-15
iii
DAFTAR GAMBAR
3-11
3-13
3-13
3-4
4-2
3-4
3-3
Efektif Kendaraan
4-3
3-5
4-4
3-5
4-5
3-6
4-7
3-7
4-8
3-7
4-9
3-7
4-10
3-8
3-8
3-9
3-10
3-10
3-10
3-11
3-11
3-11
iv
DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Rekomendasi Lebar Minimum Berdasarkan Guna Lahan 2-2
Tabel 2.2. Kriteria Pemilihan Fasilitas Penyeberangan Pada
Kondisi Tidak Terkontrol
2-21
2-27
3-1
3-6
Tabel 4.1. Standar Speed Bump, Speed Hump & Speed Table
4-6
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berkembangnya permasalahan transportasi
pada wilayah perkotaan di negara-negara
berkembang, umumnya disebabkan oleh
kebijakan pengembangan transportasi yang
memihak kepada kendaraan pribadi dan
mendorong orang untuk melakukan perjalanan
dengan kendaraan bermotor.
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan
perjalanan dan tingginya ketergantungan pada
kendaraan bermotor, pertumbuhan sarana dan
prasarana transportasi yang ada akhirnya
tidak mampu mengakomodasi kebutuhan
tersebut
dan
menyebabkan
timbulnya
kemacetan lalu lintas dengan segala
implikasinya, seperti polusi, penurunan
kualitas hidup masyarakat dan tingkat
keselamatan jalan, pemborosan bahan bakar
dan terbuangnya waktu produktif dijalan.
Adapun guna mengatasi permasalahan ini,
banyak kota, baik di negara berkembang
maupun maju, mulai merubah kebijakan
untuk mewujudkan
kaki dan pesepeda
nyaman, mudah,
sehingga nantinya
untuk menerapkan
1-1
PENDAHULUAN
2. FASILITAS
PEJALAN KAKI
2.1. Zona Pejalan Kaki
Zona pejalan kaki merupakan komponen
penting dari perencanaan fasilitas pejalan
kaki. Zona ini membagi secara jelas fungsi
pemanfaatan ruang pada fasilitas pejalan kaki
sehingga diperoleh ruang berjalan yang
selamat, aman, nyaman dan bebas hambatan
bagi pejalan kaki.
Zona pejalan kaki terdiri atas :
1. Kerb;
2. Ruang multi fungsi;
3. Ruang pejalan kaki yang menerus;
4. Ruang muka bangunan, atau yang biasa
disebut frontage zone/dead width.
2.2. Ruang Pejalan Kaki
Ruang pejalan kaki adalah bagian dari koridor
sisi jalan yang secara khusus disediakan bagi
pejalan kaki untuk berjalan. Ruang ini harus
2-1
2.2.1. Kerb
2.2.2. Kelandaian
Untuk
memberikan kenyamanan dalam
berjalan kaki, trotoar harus memiliki
permukaan yang relatif rata namun tetap
memiliki kemiringan yang cukup untuk
limpasan air. Besarnya kemiringan melintang
trotoar ditetapkan maksimum 2%.
L eb a r Min im u m Ru a n g Peja l a n Ka k i ( m )
Pemukiman
1,50
Perkantoran
2,00
Industri
2,00
Sekolah
2,00
Terminal/halte
2,00
Pertokoan/perbelanjaan
3,00
1,50
Rural area
1,50
iMAX = 8%
iMAX = 2%
2-2
Berikut
beberapa
panduan
mempertahankan kontinuitas trotoar :
guna
Pindahkan
semua
hambatan
dan
rintangan dari trotoar. Tempatkan semua
(auditory
2.2.5.1. Ramp
Ramp adalah jalur sirkulasi pejalan kaki
yang memiliki bidang kemiringan tertentu
dan diperuntukkan untuk mempermudah
kaum difabel pada lokasi terjadinya
perubahan ketinggian. Untuk meningkatkan
aksesibilitas
trotoar,
ramp
harus
2-4
2-5
yang
keterbatasan
penglihatan.
Sinyal
ini
sebaiknya menjadi elemen wajib yang
dipasang pada APILL penyeberang jalan dan
ditempatkan pada titik awal (asal)
penyeberangan jalan, bukan titik akhir
(tujuan).
2.2.5.3.
Infrastruktur
Aksesibilitas
Lain
Lift
Pendukung
2-6
tiap
2-7
2.4.1. Peneduh
Tanaman peneduh adalah elemen pelengkap
esensial dalam penyediaan fasilitas pejalan
kaki, baik sebagai pelindung dari cuaca
maupun lalulintas kendaraan bermotor. Selain
itu, zona tanaman pada jalan juga dapat
menjadi pengarah/petunjuk bagi pejalan kaki,
meningkatkan nilai estetika jalan dan
berperan sebagai zona tangkapan air
(catchment area) di sisi jalan.
Beberapa pedoman dalam penempatan
peneduh jalan diuraikan sebagai berikut :
Sumber :
Office of Transportation, 1998
UTTIPEC, 2009
2-8
untuk
mengakomodasi
tanaman secara penuh;
pertumbuhan
Dilengkapi
dengan
infrastruktur
pendukung, seperti pembuangan sampah,
saluran pembuangan, saluran air bersih,
saluran listrik, dll;
2-10
2-11
yang dapat
menentukan
menjadi
material
Material
konstruksi
trotoar
harus
memberikan permukaan berjalan yang
tidak kasar, kokoh, stabil, tidak licin dan
tidak menyilaukan;
2-12
Sumber : www.transportphoto.net
2-13
jalan
jarak
90 m
padat
Gambar 2.18. Contoh Penyesuaian Penempatan Fasilitas Penyeberangan Pejalan Kaki di New York
2-14
Ramp
Bulb out/Curb
Extension
Gambar 2.19. Tempat Penyeberangan Sebidang
Sumber :
Departemen Perhubungan, 2005
Abu Dhabi Urban Planning Council, 2009
Pertemuan
trotoar
dengan
tempat
penyeberangan selalu dilengkapi dengan
ramp dan ubin tactile bagi pejalan kaki
yang memiliki keterbatasan penglihatan;
Maksimum jarak penyeberangan tanpa
pelindung tidak melebihi 11 m ( 4 lajur).
Yang dimaksud pelindung adalah median
dan pulau pelindung (refugee islands).
Selain itu, teknik rekayasa lain dapat
digunakan untuk
penyeberangan,
mengurangi
seperti
jarak
curb
extensions/bulb out, pengurangan lebar
lajur atau jumlah lajur kendaraan;
2.6.3.
Tempat
Penyeberangan
(Pelican Crossing)
Pelikan
Penyeberangan
pelikan
merupakan
penyeberangan sebidang yang dilengkapi
dengan sinyal khusus untuk memberikan
prioritas yang jelas kepada pejalan kaki. Hal
ini dilakukan, khususnya pada penyeberangan
sebidang dengan jarak pandang yang terbatas
atau di jalan dengan volume dan kecepatan
lalu lintas tinggi ( 40 km/jam).
Penggunaan zebra cross seringkali memberikan prioritas semu bagi pejalan kaki. Pejalan kaki berpikir mendapatkan
prioritas sementara tidak jarang pengemudi yang mengabaikan keberadaan zebra cross (lihat gambar sebelah kiri).
Sebaliknya pelican crossing memberikan prioritas yang jelas dengan penggunaan sinyal lalu lintas (gambar sebelah
kanan).
Gambar 2.20. Prioritas Penyeberangan Pelikan
Sumber : www.transportphoto.net
Berikut
ini
pedoman
perencanaan
penyeberangan pelikan bagi pejalan kaki :
2-16
Fase Merah
Fase merah memberikan perintah untuk
berhenti menyeberang jalan (stop).
Fase Hijau
Fase hijau memberikan perintah untuk
Sinyal Pelican
Sinyal lalu lintas bagi penyeberang jalan
terdiri atas 2 simbol. Sinyal jalan yang
menggunakan simbol orang berjalan berwarna
PEDOMAN TEKNIS FASILITAS PEJALAN KAKI & PESEPEDA
2-17
Dengan :
= 1,7( 1)
KENDARAAN
3 dtk
3 dtk
M
C
PEJALAN KAKI
L/V
HB
Keterangan :
M : Merah
H : Hijau
K : Kuning
HB : Hijau Berkedip
2-18
Penyediaan
fasilitas
penyeberangan
dengan tempat penyeberangan sebidang
tidak dapat diterapkan lagi dikarenakan
aspek keselamatan dan aspek kelancaran
lalulintas;
Adanya
pertimbangan
konektifitas
langsung dengan guna lahan sekitar,
seperti pusat perbelanjaan, simpul
angkutan umum, sekolah, dll;
Pada kawasan dengan tingkat pejalan kaki
tinggi yang dipisahkan oleh jalan utama
berlajur > 4 dengan volume kendaraan dan
kecepatan tinggi > 60 km/jam.
Tambahan waktu, ketidaknyamanan dan keamanan seringkali membuat jembatan penyeberangan di kota-kota Indonesia
tidak digunakan (gambar kiri). Penyeberangan tidak sebidang harus menjadi opsi terakhir dalam perencanan fasilitas
penyeberangan dikarenakan besarnya biaya investasi yang diperlukan untuk mengatasi ketiga faktor tersebut. Gambar
kanan menunjukkan penyediaan penyeberangan tidak sebidang yang sukses di Guang Zhou, China.
Gambar 2.23. Pertimbangan dalam Penyediaan Fasilitas Penyeberangan Tidak Sebidang
1. Terowongan Penyeberangan
Memiliki
ruang
bebas
vertikal
sekurang-kurangnya
3,00
m.
Penyediaan ruang vertikal dapat
dilakukan dengan mengakomodasi
sebagian
ketinggian
melalui
peningkatan level badan jalan,
sehingga level terowongan tidak
terlalu dalam;
2-19
2. Jembatan Penyeberangan
Lift
Ruang iklan
2-20
2.6.5. Kriteria
Pemilihan
Penyeberangan Pejalan Kaki
Fasilitas
Pada
dasarnya,
penerapan
tempat
penyeberangan sebidang harus menjadi opsi
pertama
dalam
penyediaan
fasilitas
penyeberangan bagi pejalan kaki. Opsi ini
khususnya pada persimpangan bersinyal pada
kawasan perkotaan.
Penyeberangan Pelikan;
Terowongan Penyeberangan;
Jembatan Penyeberangan.
Penyeberangan Zebra;
Tabel 2.2. Kriteria Pemilihan Fasilitas Penyeberangan Pada Kondisi Tidak Terkontrol
L H R 9 ,0 0 0
T ip e ja l a n
( ju m l a h l a ju r & k eb era d a a n m ed ia n )
9 ,0 0 0 < L H R 1 2 ,0 0 0
1 2 ,0 0 0 < L H R 1 5 ,0 0 0
L H R > 1 5 ,0 0 0
B a t a s k ecep a t a n ( k m / ja m )
30
40
60
30
40
60
30
40
60
30
40
60
2 lajur
3 lajur
Lebih dari 4 lajur dengan median
Lebih dari 4 lajur tanpa median
Zebra cross
2-21
Median
Besarnya
lebar
median
sebaiknya
disesuaikan
dengan
fungsi
yang
diakomodasinya (fasilitas belok kiri,
Median nose
Bollards
Min.
1,5 m
Median
2-22
pelindung
penyeberangan,
pemisah,
lansekap, dll) dan tidak lebih dari 5,00 m;
Pulau Pelindung
Penggunaan
ditinggikan
Penggunaan
efektif;
pulau
sangat
marka
pelindung
yang
direkomendasikan.
seringkali kurang
Untuk
mencegah
masuknya
kendaraan
bermotor
pada
bukaan
median/pulau
pelindung, tiang pembatas (bollards) dapat
digunakan dengan interval antar tiang antara
0,90 1,50 m untuk menjamin aksesibilitas
pengguna kursi roda.
2-23
segmen
trotoar
dengan
ruang
multifungsi, maka rambu dan papan
informasi sebaiknya ditempatkan pada
ruang ini;
utilitas, pohon
penerangan;
peneduh
dan
lampu
Ketinggian
penempatan
rambu
di
fasilitas pejalan kaki minimal 2,00 m
dan maksimum 2,65 m diukur dari
permukaan fasilitas pejalan kaki sampai
dengan sisi daun bagian bawah rambu
atau papan tambahan, apabila rambu
2-24
pada
papan
informasi.
Gunakan
perbedaan warna yang kontras antara
warna dasar papan dan gambar/huruf.
2-25
Penempatan
sebaiknya
menerus,
khususnya pada arteri perkotaan dan
kawasan padat pejalan kaki. Interval
penempatan berdasarkan tipe jalan dan
tinggi lampu dapat mengacu pada Tabel
2.3;
Gambar 2.29. Efek Lampu Penerangan Pejalan Kaki Terhadap Estetika & Keselamatan
Sumber : www.nextstl.com
2-26
2.10. Fasilitas
Pelengkap
Jalan
(Street
Bangku
istirahat
dapat
didesain
sedemikian rupa untuk menunjang
estetika fasilitas pejalan kaki. Tidak ada
ukuran bangku istirahat yang tepat untuk
setiap orang, namun sebagai panduan
dapat digunakan ukuran sebagai berikut :
- Tinggi bangku antara 45 50 cm;
Furniture)
Bangku Istirahat
Tinggi
Tiang (m)
Interval
(m)
4,5 6,0
12 16
8,0 10
25 27
10 12
30 - 33
Panduan
penempatan
dan
spesifikasi
selanjutnya dapat mengacu pada pedoman
penerangan yang dikeluarkan Kementerian
Pekerjaan Umum.
Bangku
istirahat
tidak
memiliki sudut tajam.
boleh
2-27
Tempat Sampah
Penempatan telepon
bersifat opsional;
atau
toilet
Telepon/toilet
umum
sebaiknya
ditempatkan pada kawasan padat
pejalan kaki dan lokasi-lokasi tertentu
yang diperkirakan memerlukan, seperti
umum
Toilet
yang
dipergunakan
harus
mempertimbangkan aksesibilitas bagi
2-28
pejalan kaki
kemampuan.
dengan
keterbatasan
Halte Bus
Kondisi halte yang memblok trotoar dan dipenuhi PKL (kiri atas), penempatan halte yang tidak mengganggu ruang
pejalan kaki (kanan atas), penempatan halte pada ruang terbatas (kiri bawah) dan penempatan halte dengan
fasilitas parkir di badan jalan (kanan bawah)
Gambar 2.32. Penempatan Halte
Pembatas
1,00 1,25
0,15 0,20
1,00 1,25
0,15 0,20
2.11.
2-30
suatu
kawasan
dengan
tetap
mempertahankan aktifitas ekonomi yang ada
dan secara simultan menciptakan suatu
kondisi yang mampu memenuhi berbagai
kebutuhan yang ada pada kawasan tersebut.
2-31
dan
Fasilitas
penyeberangan
diperlukan
apabila terdapat persimpangan pada
area pejalan kaki yang tidak menerus.
Penerapan jalan satu arah (bagi lalu
lintas
kendaraan
bermotor)
dan
pemasangan rambu, sinyal atau merubah
perkerasan jalan dapat dilakukan untuk
meminimalisasi
konflik
dengan
kendaraan bermotor;
Batu pecah, blok terkunci atau keramik
menjadi material perkerasan yang
umumnya digunakan untuk area pejalan
kaki. Material perkerasan area pejalan
kaki harus didesain cukup kuat untuk
menahan beban kendaraan barang dan
kendaraan darurat;
Penerangan area pejalan kaki harus
didesain
sedemikian
rupa
untuk
memberikan kualitas pencahayaan yang
lembut dan alami. Alat kontrol
penerangan dibutuhkan untuk mengatur
kuat
pencahayaan
pada
kawasan
komersial;
Jalan yang hidup dengan adanya aktifitas publik disepanjang hari menjadi salah satu faktor keberhasilan
penerapan area pejalan kaki
Gambar 2.34. Area Pejalan Kaki di Barcelona, Spanyol
2-32
FASILITAS PESEPEDA
3. FASILITAS PESEPEDA
3.1.1 Parameter
No
A
B
C
D
E
F
FASILITAS PESEPEDA
3.1.1.4 kelandaian
Sama hal-nya dengan fasilitas pejalan kaki,
jalur sepeda harus memiliki permukaan yang
relative rata namun tetap memiliki kemiringan
yang cukup untuk limpasan air, dengan
menyesuaikan dengan trotoar, maka besarnya
3-2
FASILITAS PESEPEDA
sama
lain
tanpa
3-3
FASILITAS PESEPEDA
3-4
FASILITAS PESEPEDA
tidak
Beberapa pertimbangan
fasilitas sepeda adalah:
pemilihan
tipe
3-5
FASILITAS PESEPEDA
kombinasi bebas
sepeda
Garis atau marka
pelindung
di
kategori
ini
diberikan
jika
volume kendaraan
bermotor tinggi
II
grafik
Pemakaian
bersama
dimungkinkan jika
volume lalu lintas
kendaraan
berat
sedikit,
jarak
kemiringan diatas
kelandaian
3%,
garis petunjuk yang
jelas terlihat dan
lebar
jalan
memadai
Lajur sepeda atau
trotoar
jalur
digunakan
jika
volume lalu lintas
kendr
bermotor
banyak,
garis
petunjuk yg kurang
jelas, lebar jalan
dan
desain
persimpangan yang
tidak memadai
1.
2.
Kombinasi
marka
pelindung
dengan
trotoar dan bebas
sepeda. Penggunaan
sepeda tanpa ada
wajib penggunaan pd
volume lalu lintas
rendah,
jarak
Kategori
Bentuk Pembagian
Kelas Desain Lalu
lintas Sepeda
1. Pemakaian
bersama dengan
lalu lintas
kendaraan
bermotor di jalan
Kondisi Bentuk
Penggunaan Desain
Kategori Masing
masing
Pemakaian
bersama
pada
kelandaian
yg
tajam
dengan
petunjuk khusus
pejalan
kaki
dengan tambahan
III
Lajur Sepeda
Jalur sepeda
1.
2.
IV
Lajur Sepeda
Jalur sepeda
kemiringan
diatas
3% dari kemiringan
dan butuh
garis
petunjuk yang jelas
Jika marka sepeda
dan jalur trotoar
sepeda
tidak
memungkinkan maka
disarankan
untuk
mencoba kombinasi
marka
sepeda
pelindung
dengan
Trotoar
pejalan
kaki dan bebas
sepeda
3-6
FASILITAS PESEPEDA
Gambat
dibawah
ini
penyeberangan sebidang.
menunjukan
3-7
FASILITAS PESEPEDA
3-8
FASILITAS PESEPEDA
itu oleh
maupun
Pengawasan
Terlihat
Parkir sepeda harus mudah untuk
didapatkan dan diberi rambu-rambu
dengan baik, ditempatkan di daerah
yang strategis
Aman dan terlindungi
Selain tersedianyanya gembok dan
kunci untuk keamanan penyimpanan,
tempat parkir sepeda sebaiknya
terdapat CCTV untuk mengawasi
sepeda
Teritorial
Terlindungi
Parkir sepeda harus terlindungi oleh
cuaca, bahaya jalan raya
Tidak menjadi masalah untuk yang
lain
Dengan artian tidak ada pihak yang
keberatan atas adanya penyediaan
fasilitas ini.
Akses
Aksesibilitas
Parkir sepeda seharusnya mudah
untuk di akses menuju tempat tujuan,
misalnya dekat dengan pintu masuk
pusat kegiatan dan angkutan umum
(tidak lebih dari 30 m)
Tersedia secara konstan
Penyediaannya bersifat permanen
Terkoneksi
Penyediaannya
harus
terhubung
langsung dengan gedung
Terhubung dengan moda lainnya
Penyediaanya terintegrasi dengan
angkutan umum ataupun moda
transportasi lainnya
sulit
digunakan
dan
meningkatkan kapasitas
tidak
akan
Dimensi
yang
di
rekomendasikan,
sebagaimana ditunjukan pada Gambar ,
adalah:
Panjang 70 cm 100 cm
Tinggi 75 cm (+/- 5 cm)
Diameter tabung 5 9 cm (semakin
besar diameter tabung, maka akan
semakin aman)
Sudut radius 10 25 cm
Sheffield stand
Sandaran ini dapat memarkir dua sepeda
pada satu sandaran sekaligus, sangat
mudah bagi penyedia jasa parkir sepeda
untuk pembelian alat dan pemasangannya,
pengguna sepeda banyak yang menyukai
desain ini karena sangat mendukung
kerangka sepeda dan memungkinkan
beberapa posisi penguncian.
Tersedia dalam beberapa variasi bentuk
dan bahan, mulai dari stainless steel,
nilon ataupun galvanized untuk biaya
pembuatan yang lebih murah. Biaya
perawatan untuk fasilitas ini hampir nihil
Jarak antar sandaran direkomendasikan
minimum 1 meter, karena apabila jaraknya
terlalu berdekatan maka akan menjadi
3-9
FASILITAS PESEPEDA
pada
Wall bars
Merupakan batang yang di pasang di
dinding, biasanya ditempatkan di ruang
terbatas dan/atau untuk memberikan
keamanan tambahan dimana sepeda yang
biasa diparkir bersandar di dinding agar
terlindung dari cuaca.
Biaya pembuatan rendah, dan dapat
dilakukan sendiri, penggunaan material
dapat menggunakan tiang galvanis dengan
3-10
FASILITAS PESEPEDA
Parkir On-street
Apabila tidak tersedianya ruang didalam
gedung, maka parkir di badan jalan bisa
digunakan asalkan tidak mengganggu
fasilitas pejalan kaki
Kamar mandi
Loker untuk penyimpanan helm, baju
ataupun peralatan pesepeda
Pompa dan kotak alat perkakas
Parkir elektronik
Dimana tingkat keamanan sangat tinggi
untuk mengunci sepeda pada fasilitas ini,
keamanan dijamin hampir 100%, dan juga
system kontrol secara elektronik dan rinci
3-11
FASILITAS PESEPEDA
Memberitahukan
peraturan
yang
berlaku di area tersebut, contohnya.
Area khusus pejalan kaki dan sepeda
Memberikan
peringatan
kepada
pengguna jalan
Memberikan
Informasi/petunjuk
kepada pesepeda, contoh. Papan
penunjuk arah
di kawasan
dianjurkan;
pusat
kota
sangat
3-12
FASILITAS PESEPEDA
Penempatan
sebaiknya
menerus,
khususnya pada arteri perkotaan dan
3-13
FASILITAS PESEPEDA
kawasan padat
pesepeda.
pejalan
kaki
dan
3.2
3-14
FASILITAS PESEPEDA
3-15
4. TEKNIK PERLAMBATAN
LALU LINTAS
Jenis moda
diperlambat.
Mengurangi
bermotor;
kecepatan
kendaraan
Sesuai
dengan
fungsi
diatas,
teknik
perlambatan lalu lintas memiliki berbagai
bentuk elemen yang berbeda dalam
aplikasinya. Tiap elemen perlambatan lalu
bermotor
yang
perlu
sehingga
lebih
reaktif
terhadap
keberadaan pejalan kaki dan pengguna
kendaraan tidak bermotor.
Meningkatkan
persimpangan;
pandang
jarak
di
Radius kerb dapat diperbesar pada lokasilokasi tertentu untuk memenuhi kebutuhan
pergerakan
bus
umum,
kendaraan
pertahanan, kendaraan darurat dan
kendaraan berat. Untuk pengecualian ini,
terapkan radius belok efektif kendaraan
4-2
4.2.
Mengurangi
jarak
penyeberangan
penyeberang
jalan
dan
waktu
tereksposnya pejalan kaki terhadap lalu
lintas kendaraan bermotor;
efektif
kendaraan
rencana
dalam
mendesain radius kerb dengan bollard
sebagai pembatas area pejalan kaki;
Harus
dilengkapi
dengan
penerangan jalan yang memadai.
sistem
4-4
4.3.
Lateral Shift
Lateral Shift
Chicanes
Meskipun
cukup
efektif
untuk
memperlambat lalu lintas bermotor,
lateral shift atau chicanes sebaiknya tidak
diterapkan untuk jalan dengan fasilitas
pesepeda;
Perpindahan lajur kendaraan harus
memenuhi persyaratan geometrik jalan
4-5
4.4.
Speed Table
El em en
Speed Bump
Speed Hump
Speed Table
L eb a r (cm )
30 - 90
300 - 400
660
T in g g i (cm )
8 - 15
8 - 9 (< 10)
8 - 9 (< 10)
H
Wt
W
Speed Table
Dimana :
W : lebar
Wt : lebar permukaan atas
H : tinggi
jalan
Pemasangan
ketiga
elemen
harus
memperhatikan persyaratan geometrik dan
keselamatan lalu lintas kendaraan
bermotor. Pemasangan elemen pada
30 cm 20 cm
4-7
Meskipun
kurang
efektif
dalam
memperlambat kecepatan kendaraan,
apabila diterapkan di sepanjang ruas jalan
tertentu, elemen ini cukup memberikan
gangguan bagi pengemudi kendaraan
bermotor untuk memacu kecepatannya;
Raised Crossing
Raised Junction
Gambar 4.7. Raised Crossing
4-9
4-10
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
AASHTO, Guide for Planning, Design, and
Operating of Bicycle Facilities, USA, 2010.
AASHTO, Guide for The Development of Bicycle
Facilities, USA, 1999.
Abu Dhabi Urban Planning Council, Urban
Street Design Manual, Abu Dhabi, 2009.
Alta Planning, Creating Walkable + BIkeable
Communities, Portland, 2012
Badan Standarisasi Nasional (BSN), RSNI
Geometri Jalan Perkotaan T-14-2004, Jakarta,
2004
Badan Standarisasi Nasional (BSN), SNI
Spesifikasi Penerangan Jalan di Kawasan
Perkotaan SNI 7391 :2008, Jakarta, 2008
Buehler, R. dan Pucher, J., 2012, Walking &
Planning and
Designing for Pedestrians : Guidelines
Uncontrolled Copy, Perth-WA, 2011
Department
Departemen
of
Transport,
Pekerjaan
Umum,
Manual
Pekerjaan
Tata Cara
Lansekap Jalan No.
Umum,
Perencanaan Teknik
033/T/BM/1996, Jakarta, 1996.
Perhubungan,
Panduan
Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan,
Departemen
Jakarta.
Rekayasa
Lalu
FGSV,
von
of
Non
Motorized
DAFTAR PUSTAKA
Cycling
1-2