Anda di halaman 1dari 6

diTerbiTkan oleh:

Kementerian Perencanaan Pembangunan


Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional
didUkUng oleh:
Deutsche Gesellschaft fr Internationale
Zusammenarbeit (GIZ) GmbH

P : +62-21 3192 3375/390 8290


F : +62-21 3193 4745
Email: sutip@giz.de

TOOLKIT UNTUK MOBILITAS


PERKOTAAN DI INDONESIA
PENgEMBANgAN TRANSPORTASI
TIDAK BERMOTOR DI PERKOTAAN
ketua Tim Pengarah:
Bambang Prihartono
Penanggung Jawab:
Daniel Herrmann
Tim Pengarah:
BAPPENAS- Direktorat Transportasi
t Petrus Sumarsono
t Dail Umamil Asri
t Ikhwan Hakim
t Bastian
t Adi Perdana
t Ahmad Zainudin
t Wayan Deddy Wedha Setyanto
Penulis:
SUTIP
t Dhany Utami Ningtyas
t Qi Yahya
t Muhammad Nanang Prayudyanto
t Raden Mirza Aldi Pamungkas

Perencanaan pembangunan fasilitas tidak bermotor tidak hanya sebatas

TOD

REPUBLIK INDONESIA

pengertian di sisi teknis saja. Pemahaman akan regulasi dan koordinasi


antar lembaga, instansi dan masyarakat juga sangat penting dalam proses
pembangunan dan pengembangan konsep pejalan kaki dan pesepeda. Toolkit
ini menjadi panduan bagi pemerintah kota untuk mengimplementasikan
fasilitas pejalan kaki dan pesepeda yang baik dalam mendukung transportasi
perkotaan yang berkelanjutan.
Didukung oleh:

TOOLKIT UNTUK MOBILITAS PERKOTAAN DI INDONESIA


P E N G E M B A N G A N T R A N S P O R TA S I T I D A K B E R M O T O R D I P E R K O TA A N

d/a : Gedung Graha Mandiri, Lt.17


Jl. Imam Bonjol No. 61
Jakarta Pusat 10310

Glosarium

Pengembangan
TransPorTasi Tidak bermoTor
di PerkoTaan

NAMA

SPM
BRT

NMT

SATU ARAH

editor:
Syafrita Ayu Hermawan
Carlos Felipe Pardo
Perancang Grafis:
Fredy Susanto
Pertama kali diterbitkan dalam Bahasa Indonesia
oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional bekerja sama dengan SUTIP
88 Halaman, 17.6cm x 25cm
Edisi pertama, tahun cetak 2015
Dicetak di Jakarta, Indonesia, Maret 2015
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang

TDM

kemenTerian Perencanaan PembangUnan nasional/


badan Perencanaan PembangUnan nasional

GRK
GSB
KUKF
CSR
FGD
DED
PC
SKPD
CBD

: Transit Oriented Development


Pengembangan kawasan terintegrasi
berbasis simpul transportasi
: Transport Demand Management
Strategi Manajemen Kebutuhan Perjalanan
: Nationally Appropriate Mitigation Action
Mengacu pada satu set kebijakan dan
tindakan negara-negara melakukan aksi
sebagai bagian dari komitmen untuk
mengurangi emisi gas rumah kaca.
: Standar Pelayanan Minimal
: Bus Rapid Transit
Sistem pelayanan angkutan umum massal
dengan frekuensi layanan dan kecepatan
tempuh yang tinggi, dioperasikan pada
lajur khusus bus, didukung angkutan
pengumpan (feeder) dan tidak berimpit
lebih dari 50% dengan trayek lainnya.
: Non Motorized Transport
Transportasi tidak bermotor
: Gas Rumah Kaca
: Garis Sempadan Bangunan
: Kegiatan Usaha Kecil Formal
: Corporate Social Responsibility
: Focus Group Discussion
: Detail Engineering Design
: MPre Construction Meeting
: Satuan Kerja Perangkat Daerah
: Central Business District

1
2

Pendahuluan

Implementasi

31 3.1 PERSIAPAN PERENcANAAN

1.1 TujuAN

31
42

Komposisi
Dasar dan Strategi

Daftar Isi

10

PRINSIP DESAIN FASILITAS


10 2.1PEjALAN
KAKI DAN PESEPEDA
12

2.1.1 Optimalisasi Pejalan Kaki

14 2.2 REGuLASI
14

2.2.1 Peraturan Bagi Pejalan Kaki dan Pesepeda di


Indonesia

MEMBANGuN KoMITMEN
18 2.3
PoLITIS

22 2.4 PELAKSANA KEBIjAKAN


TAHAPAN PENENTuAN
26 2.5
KoMPoNEN DASAR KoNSEP
PEjALAN KAKI DAN PESEPEDA
2.5.1 Standarisasi Fasilitas Pejalan Kaki dan Pesepeda
2.5.2 Membuat Konsep Area Pengembangan Pejalan
Kaki dan Pesepeda
2.5.3 Menentukan Konsep Perencanaan
Pembangunan
2.5.4 Melakukan Perencanaan Pengembangan
U

26
26
29
29

SATU ARAH

26

45 3.2 DETAIL DESAIN


45
47
55
58
61
62

NTIAN

ILIR LAMA

MERUYA
KEBAYORAN
-

TANAH
Trayek
M11
M09A

ABANG
ABANG

TANAH

ABANG
TINGGI
SLIPI
TANAH
JEMBATAN
TUBUN
M11 KS.
JERUK
BUNDERAN
ILIR
PALMERAH
KEBUN
MERUYAABANG
TANAH

PETAMBURAN
LAMA
M09 SLIPI
BELONG
PALMERAH
RAWA
KEBAYORAN

Anda
Posisi

3.2.1 Karakteristik Fasilitas Pejalan Kaki dan Pesepeda


di Indonesia
3.2.2 Zona Pejalan Kaki dan Pesepeda
3.2.3 Tipe Fasilitas Pesepeda
3.2.4 Fasilitas Pendukung
3.2.5 Faktor Aksesibilitas
3.2.6 Fasilitas Penyebrangan Pejalan Kaki dan
Pesepeda

69 3.3 SuMBER PENDANAAN


69
70
72

3.3.1 Kebutuhan Pejalan Kaki dan Pesepeda


3.3.2 Tindakan Sebelum, Selama dan Sesudah
Konstruksi
3.3.3 Evaluasi Dampak

74 3.4 SuMBER PENDANAAN

Koordinasi
dan Sosialisasi

78 4.1 KooRDINASI DAN SoSIALISASI


80
80
81

ERHE
OT
PEMB
ANGK

3.1.1 Uji Kelayakan untuk Tipikal Kota di Indonesia


3.1.2 Survey Kondisi Saat Ini Fasilitas
Pejalan Kaki dan Sepeda

4.1.1 Kelompok Kerja


4.1.2 Forum Diskusi Kelpompok
4.1.3 Public Hearing

KEGIATAN DALAM SETIAP


82 4.2
TAHAPAN
82
82
83
83
84
84
86

4.2.1 PRA KONSTRUKSI


4.2.1.1 Tahap Koordinasi
4.2.1.2 Tahap Sosialisasi
4.2.1.3 Pre Construction Meeting
4.2.2 Konstruksi
4.2.3 Pasca Konstruksi
4.2.3.1 Konstruksi

MEMBANGKITKAN KESADARAN
86 4.3
MASYARAKAT
86
87
87
87
88
88
88
89
89
90

4.3.1 Memberi Pemahaman Kepada Masyarakat


4.3.2 Melakukan Pertemuan Langsung dengan
Masyarakat
4.3.3 Wadah Pendidikan Formal
4.3.4 Pemanfaatan Media Cetak
4.3.5 Pemanfaatan Media Elektronik
4.3.6 Fasilitas Terhadap Aspirasi Masyarakat
4.3.7.Konsolidasi Masyarakat dan Komunitas
4.3.7.1 Wadah Aspirasi Masyarakat
4.3.7.2 Aksi Masyarakat
4.3.7.3 Lobbying

Konsep Aksesibililtas
Transportasi Tidak
Bermotor pada
Sistem Integrasi Moda

92

MENGAPA INTEGRASI MoDA HARuS


92 5.1DIwujuDKAN?
94
94
95
95
96
99

5.1.1 Konsep
5.1.2 Fungsi integrasi Moda
5.1.3 Langkah Integrasi Moda di Beberapa Kota
5.1.3.1 Bogor Nyi Raja Permas
5.1.3.2 Palembang Interkoneksi Bus Air-Trans Musi
5.1.3.3 Yogyakarta Multimoda
di Bandara Adisucipto

12

13

PERBAIKAN FASILITAS PEJALAN


KAKI DAN PESEPEDA HARUSLAH
BERSIFAT EKONOMIS. Untuk
mencapai prinsip ini, maka sejak awal
perencanaannya, trotoar dan jalur sepeda
dirancang untuk manfaat maksimal,
dengan mempertimbangkan biaya
pembangunan yang efisien serta
material yang tahan lama yang
rendah biaya perawatan.

2.1.1Optimalisasi Pejalan Kaki dan Pesepeda


Studi teknis terkait dengan transportasi
tidak bermotor menekankan kepada
kebutuhan pembentukan kebijakan termasuk
pengembangan bagi fasilitas pejalan kaki dan
pesepeda. Upaya optimalisasi fasilitas pejalan
kaki dan pesepeda antara lain dapat dilakukan
dengan menyediakan fasiitas pejalan kaki
dan pesepeda yang didesain secara tepat
dan terintegrasi dengan mempertimbangkan
sejumlah hal berikut:

TROTOAR DAN JALUR


SEPEDA HARUS TAMPAK JELAS
DAN MUDAH DIGUNAKAN. Selain
harus memberikan kemudahan bagi para
pengguna pada umumnya, trotoar dan jalur
sepeda yang tersedia juga harus memberikan
kemudahan pada masyarakat berkebutuhan
khusus atau penyandang disabilitas, ibu hamil
dan warga senior. Jalur tersebut memiliki
ketentuan ukuran serta bebas rintangan di
atasnya untuk meminimalisir timbulnya
penundaan perjalanan. Agar dapat
tercapai optimalisasi fungsi dan
manfaatnya, fasilitas harus didesain
dan dirawat dengan baik.

AMAN
Trotoar, jalur pejalan kaki,
penyeberangan dan rute sepeda
harus didesain dan dibangun
bebas hambatan, terlindung dan
meminimalisir konflik dengan
kendaraan bermotor yang berpotensi
membahayakan pejalan kaki dan
pesepeda. Juga tersedia kamera
pengawas (CCTV) dan
penerangan yang baik.

MUDAH DIAKSES
Menggunakan prinsip-prinsip desain
universal yang mempertimbangkan
kemudahan mobilitas dalam penggunaan
trotoar, jalur pejalan kaki dan penyeberangan.
Desain yang memudahkan masyarakat segala
umur dengan beragam kemampuan dalam
menggunakannya. Mengingat pengendara
sepeda memiliki beragam tingkat
keterampilan, maka fasilitas pesepeda harus
dirancang dengan tujuan memudahkan
pengendara sepeda yang belum
berpengalaman, terutama anakanak dan warga senior.

TERHUBUNG KE KAWASAN
PUSAT KEGIATAN DAN ANTAR TITIK
DI PUSAT KEGIATAN. Mobilitas warga
adalah beranjak dari titik awal bergerak
menuju pusat kegiatan dan aktivitas, atau
menuju dan beranjak di sekitar pusat kegiatan
seperti sekolah, taman, perkantoran, pusat
perbelanjaan, tempat ibadah, rekreasi,
pemukiman dan lainnya. Jaringan fasilitas bagi
pejalan kaki dan pesepeda harus lengkap,
serta tersedia rute langsung dan menerus
yang nyaman baik untuk mobilitas ke
tempat tujuan maupun di sekitar
pusat kegiatan.

JARINGAN JALUR
PEJALAN KAKI DAN
PESEPEDA TERINTEGRASI
DENGAN ANGKUTAN UMUM.
Jaringan fasilitas bagi pejalan kaki
dan pesepeda harus memberikan
kemudahan untuk mengakses halte/
stasiun angkutan umum sehingga
mobiltas para pengguna
angkutan umum terasa
nyaman dan efisien.

DAPAT MENINGKATKAN TINGKAT


LAYAK HIDUP MASYARAKAT. Desain yang
mengintegrasikan fungsi dasar dengan seni,
lanskap dan lainnya akan memberikan nilai
tambah bagi masyarakat. Masyarakat mendapatkan
kenyamanan dan keindahan serta fasilitas ekstra
yang dapat meningkatkan nilai perjalanan
mereka. Hal ini dapat dicapai antara lain dengan
mengintegrasikan jaringan fasilitas sepeda
yang lengkap dengan jalur rekreasi dan
rute komuter di sekitar kota.

20

21

B AB 2 K O M P O S I S I D ASAR DAN STR ATE G I

Ilustrasi Fungsi Pelaksana Kebijakan

4. Forum Diskusi mengenai Pejalan Kaki dan Pesepeda


Pemahaman yang didapat dari rangkaian proses di atas perlu
terus dikembangkan dan diselaraskan dalam diskusi lebih lanjut
dengan para pakar di bidangnya. Diskusi ini akan menjadi
ajang informasi dan transfer wawasan secara inspiratif dan
efektif agar pemahaman lebih terarah, sekaligus juga sebagai
upaya mendapatkan masukan awal penyelenggaraan studi
sebelum melangkah lebih lanjut ke perencanaan program.

Dinas Tata Ruang dan Wasbangkim

Dinas Kebersihan dan


Pertamanan (DKP)

Aktivitas diskusi
dapat dilakukan
dengan beberapa
cara, antara lain:
Kegiatan diskusi dengan kotakota di Indonesia yang sudah
lebih dulu melaksanakan program
fasilitas pejalan kaki dan pesepeda
secara tepat yang akan memberikan
tambahan wawasan pengetahuan
dan dapat menjadi acuan dalam
perencanaan program.

Menambah wawasan mengenai


pejalan kaki dan pesepeda.

Kegiatan diskusi dengan


kalangan pemerhati dan
masyarakat atau pihak yang
menaruh perhatian terhadap isu
pejalan kaki dan pesepeda yang
akan memberi masukan spesifik
berupa keinginan dan harapan
masyarakat, serta informasi
mengenai kondisi kota terkini.

Target diskusi
dengan
masyarakat:

Menyamakan persepsi
pengembangan konsep dan
pembangunan fasilitas pejalan
kaki dan pesepeda.

Dinas Kebersihan dan


Pertamanan (DKP)

Dinas Perhubungan/
Dinas Binamarga/
Pekerjaan Umum dan SDA

UMKM

Satpol PP

Mengetahui kondisi terkini.

Dinas Kebersihan dan


Pertamanan (DKP)

The World Streets Yahoogroup adalah salah satu forum diskusi. Sumber: yahoogroups

34

35
35

B AB 3 I M P L E M E N TA S I

2. Pengaruh terhadap PKL


Fasilitas pejalan kaki yang diokupasi oleh PKL adalah hal yang
banyak dijumpai di Indonesia. Terdapat sejumlah pandangan
minus terhadap PKL, antara lain:
t PKL ilegal namun susah ditertibkan.
t Jika PKL ditertibkan dan fasilitas yang ada dikembalikan
sepenuhnya kepada pejalan kaki, PKL akan tergusur dan
menjadi faktor minus dari sisi aspek ekonomi.
t Seringkali PKL menjadi penyebab berkurangnya pendapatan
pertokoan yang beroperasi secara legal, karena pejalan
kaki enggan melintas di sekitar pertokoan yang trotoarnya
dipenuhi PKL.
t Toko kalah bersaing dengan PKL yang secara posisi diuntungkan
karena bersinggungan langsung dengan para pejalan kaki
sehingga menangkap pembeli lebih dahulu.
Pandangan ini sebenarnya keliru apabila dicermati lebih jauh,
karena justru kedua hal ini dapat diselaraskan, antara lain dengan:

Dampak ekonomi tidak langsung


yang bisa didapat pejalan kaki
dan pesepeda adalah kesehatan
tubuh yang membantu mereka
terhindar dari penyakit serius
yang membutuhkan biaya
pengobatan yang besar.

Mampu mengalihkan
kecenderungan orang dari
menggunakan kendaraan
bermotor menjadi berjalan kaki
atau bersepeda.

Pedagang Kaki Lima di Mongkok, Hong Kong


menjadi salah satu kekuatan ekonomi kota.

Menetapkan
waktu atau jadwal
beroperasinya PKL.

Menempatkan PKL pada


area yang telah ditentukan
di jalur trotoar yang tidak
mengganggu para pejalan
kaki dan pesepeda, serta
pertokoan.

3. Pengaruh terhadap Aspek Ekonomi Pengguna Fasilitas


Berjalan kaki merupakan kegiatan yang ekonomis. Aktivitas ini akan
semakin diminati apabila diselaraskan antara fasilitas yang baik
dengan sistem angkutan umum yang terintegrasi. Dampak positif
pembangunan fasilitas itu akan terasa baik dari sisi ekonomi maupun
kesehatan. Beberapa hal positif yang ditimbulkan antara lain:

Foto oleh: Fredy Susanto

Memastikan setiap peran


dan fungsi pengguna
fasilitas tertata dengan
tertib, yang akan
menumbuhkan potensi
saling dukung secara
ekonomi.
Foto oleh: Fredy Susanto

Penghematan biaya perjalanan


yang akan mendatangkan
potensi nilai ekonomi yang
cukup besar jika dilakukan
secara rutin, yang terjadi karena
perjalanan jarak pendek fasilitas
pejalan kaki yang baik yang
mengundang minat orang
untuk berjalan kaki.

51
51

B AB 3 I M P L E M E N TA S I

C. Ruang Multifungsi/Area Kerb


Ruang multi fungsi atau yang sering
disebut zona perabot (furnishing zone)
adalah ruang yang membatasi area
pejalan kaki dengan badan jalan tempat
lalu lintas kendaraan. Ruang ini bukan
hanya berperan sebagai penyangga (buffer)
bagi pejalan kaki, namun juga menjadi
tempat berbagai elemen jalan seperti
lanskap jalan (tanaman peneduh dan
semak), utilitas (pipa hidran, boks telepon,
tiang listrik, dan lain-lain), serta ruang bagi
perabot jalan (rambu lalu lintas, halte bus,
tiang lampu jalan, bangku jalan, dan lainlain). Pada ruang ini juga dapat disediakan
area parkir sepeda.
Pada kawasan komersial dengan
aktivitas PKL yang tinggi, ruang multi
fungsi dapat dimanfaatkan sebagai zona
Kegiatan Usaha Kecil Formal (KUKF) yang
tertata sehingga tidak mengganggu area
pejalan kaki dan pesepeda.

Ubin peringatan
(warning tile)
bermotif bulatbulat memberikan
peringatan bahwa
terdapat perubahan
situasi di sekitar.

trotoar
15cm

15cm

badan jalan

tRamp
Ramp atau pelandaian adalah jalur sirkulasi pejalan kaki yang memiliki bidang kemiringan
tertentu dengan fungsi untuk mempermudah kaum difabel atau penyandang disabilitas
berjalan atau berkursi roda pada lokasi dengan perubahan ketinggian. Untuk meningkatkan
aksesibilitas trotoar, ramp harus ditempatkan pada setiap titik bertemunya trotoar dengan
penyeberangan sebidang, baik di persimpangan maupun pada ruas jalan.
Terdapat dua tipe ramp pada trotoar, yaitu curb ramp dan dropped curb. Umumnya
dropped curb hanya digunakan apabila pelandaian dengan curb ramp tidak dapat dilakukan.
Dropped Curb

Curb Ramp

area tunggu

area tunggu

Area batas ramp


ramp
Max slope
8%

Max slope
2%

Min 1,5m
Max slope
8%

Max slope 2%

Secara umum, lebar minimum ruang


multi fungsi tanpa tanaman peneduh
adalah 60cm, dan 1,5m apabila terdapat
tanaman peneduh di dalamnya.

Ubin pengarah
(guiding tile),
bermotif garis-garis
yang menunjukkan
arah berjalan.

Min 1,5m

Ubin bertekstur ini memiliki


standar ukuran 30x30cm dengan
tinggi tekstur 0,5cm. Ketentuan lain
mengenai pemasangan jalur pemandu
dapat mengacu pada Pedoman Teknis
Aksesibilitas untuk Bangunan Gedung dan
Lingkungan yang dikeluarkan Kementerian
Pekerjaan Umum. Panduan lebih detail
dapat dilihat pula pada Guidance on
the use of Tactile Paving Surfaces yang
diterbitkan oleh Department of the
Environment, Transport and the Regions,
London, Inggris.

Berikut adalah beberapa elemen yang terdapat dalam ruang


multifungsi:
t,FSC
Pembatas yang jelas antara jalur kendaraan bermotor dan trotoar,
berfungsi mencegah masuknya kendaraan bermotor ke trotoar serta
mencegah limpasan air dari badan jalan ke trotoar. Lebar kerb minimal
15cm dengan tinggi maksimum tidak melebihi 25cm, dengan tinggi
rekomendasi 15cm. Khusus pada area persimpangan, maksimum
tinggi kerb 15cm dan sebaiknya disediakan ramp bagi pejalan kaki.

Rek 1,8m

50

Min 1,5m
Sumber: Office of Transportation 1998

Max slope
10%

Max slope
2%
Max slope
8%

Anda mungkin juga menyukai