STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. H
Umur
: 39 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pendidikan
: SMA
Agama
: Islam
Suku / Bangsa
: Banjar / Indonesia
Status Pernikahan
: Belum menikah
Pekerjaan
: Tidak bekerja
Alamat
Tanggal masuk RS
: 29 Mei 2015
Riwayat Perawatan
1994
1996
Ciganjur
2007-2008
Graha Serpong
2008-2009
Graha Serpong
2009-2012
Graha
Februari 2013-April 2013
: Pasien dirawat inap di RS Khusus Dharma Graha Serpong
Agustus 2013-September 2013
: Pasien dirawat inap di RS Khusus Dharma Graha
Serpong
Desember 2013-Januari 2014
Serpong
1
Serpong
Agustus 2014-September 2014
Serpong
Oktober 2014-Desember 2014
Serpong
29 Mei 2015-sekarang
Serpong
Alloanamnesa:
Melalui rekam medis dan keterangan perawat RS Khusus Dharma Graha Serpong.
A. KELUHAN UTAMA :
Autoanamnesa :
Pasien merasa tidak apa-apa. Hanya sempat emosi kepada ayah yang tidak mau mencukur
kumis padahal ayam saja mau menyerahkan nyawa untuk dimakan.
Alloanamnesa :
Pasien dibawa ke RS Khusus Dharma Graha karena pasien marah-marah hingga memotong
ekor kucing dan ayam.
B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:
Autoanamnesa:
Pasien terakhir dibawa ke RSK Dharma Graha menggunakan mobil penjemput RS.
Pasien mengatakan dirinya dijemput saat berada di rumah oleh 3 orang petugas dari RSK
Dharma Graha. Pasien sudah beberapa kali keluar masuk RSK Dharma Graha namun saat
2
kemarin dijemput, pasien tidak merasakan apa-apa, hanya saja sempat emosi kepada ayah
yang tidak mau mencukur kumis padahal ayam saja rela mati untuk dimakan. Pasien juga
mengatakan bahwa saat dijemput pasien sedang memotong ayam untuk dimasak karena
sebentar lagi puasa.
Pasien mengaku dulu sering kambuh jika tidak teratur minum obat dan jika mulai
kambuh pasien suka cepat emosi dan mulai marah-marah serta bicara meracau. Pasien
mengaku tidak teratur minum obat karena banyak teman-temannya yang mengatakan bahwa
obat itu racun.
Bila emosi pasien memuncak, pasien seringkali melampiaskan emosinya kepada bendabenda seperti pintu, radio, dll, namun tidak pernah melampiaskan kepada orang lain. Jika
emosi pasien mulai memuncak, orang tua pasien seringkali menghubungi RSK Dharma
Graha untuk menjemput pasien sebelum semakin parah. Sehingga pasien sering kembali
untuk dirawat ke RSK Dharma Graha. Pasien juga mengaku pernah merasa tidak berguna
dan ingin bunuh diri saat sedang merasa down, namun hal tersebut tidak pernah dilakukan
karena mengingat ajaran agama.
Pasien mengaku pernah berobat jalan di RSKO dan pasien pernah tidak minum obat yang
diberikan oleh dokter di RSKO dan saat itu pasien mulai merasakan gangguan pada
pikirannya. Pasien seringkali merasa sedang berada di alam lain yaitu alam persilatan. Saat
gejala tersebut timbul pasien merasakan orang yang dia hadapi merupakan tokoh dari dunia
persilatan seperti di film Wirosableng.
Pasien mengaku sulit menabung sejak dulu karena pasien suka membeli barang-barang
seperti membeli hewan dan batu-batuan, seperti batu-batu cincin. Pasien mengaku membeli
barang-barang tersebut saat perasaan pasien sangat senang. Pasien memiliki kebiasaan
membagi-bagikan barang miliknya kepada teman-teman seperti cincin dan lain-lain ketika
perasaan pasien sangat senang.
Pasien sangat senang memelihara binatang sejak pasien kecil hingga dewasa saat ini.
Binatang yang dipelihara seperti kucing, anjing, musang, monyet, burung, ikan, dll.
Binatang-bintang peliharaannya yang mati dikuburkan dihalaman sekitar rumah. Pasien juga
senang pergi ke pasar binatang untuk melihat-lihat ataupun membeli binatang. Binatang
3
yang dimiliki pasien berada 1 kamar dengan pasien dan memiliki nama masing-masing
kecuali ikan.
Menurut pasien, pasien dekat dengan ibu dan adik bungsunya sedangkan hubungan
dengan ayah kurang baik karena pasien sering merasa ucapan ayahnya menyakitkan. Pasien
juga mengaku kurang suka dengan saudara sepupu laki-lakinya karena saudara laki-lakinya
suka menipu dan berpura-pura tuli padahal mendengarkan pembicaraan orang selama ini dan
ingin mengambil warisan dari kakeknya. Pasien juga merasa tetangga di sekitar rumahnya
kurang menyukai pasien dan sering membicarakan pasien.
Pasien juga bercerita bahwa kakek pasien memiliki ilmu sehingga dapat berubah menjadi
manusia harimau, ilmu tersebut bersifat turun temurun. Pasien mengatakan bahwa cukup
membersihkan diri, pakaian dan tempat tidur maka ilmu tersebut akan datang kepadanya,
selain itu terdapat beberapa gerakan untuk melatihnya. Perubahan wujud tersebut tidak dapat
dilihat oleh diri sendiri melainkan dilihat oleh orang lain. Pasien bercerita bahwa pasien
pernah naik bus saat emosi, saat itu pasien diam saja namun ada 2 pengamen kecil yang
melihat pasien seperti harimau.
Saat ini pasien mengaku mengalami perbaikan mood, merasa lebih energik dari biasanya
hingga mengikuti banyak kegiatan tanpa merasakan lelah, selain itu pasien juga sudah rajin
minum obat. Pasien menyangkal adanya halusinasi. Pasien sering merasa ingin pulang ke
rumah, namun pasien juga sudah merasa terbiasa di RSK Dharma Graha karena sudah sering
keluar masuk.
Alloanamnesa:
Menurut keterangan perawat dan catatan medis pasien mulai timbul gejala pada tahun
1996. Setiap dijemput di rumahnya, pasien selalu berbicara meracau dan berhalusinasi.
Pasien beberapa kali terlihat berbicara sendiri saat sedang sendirian. Pasien seringkali
dijemput karena emosi yang naik turun. Dalam kurun waktu puluhan tahun masa perawatan,
kondisi psikiatri pasien sering mengalami naik turun karena minum obat tidak teratur,
sehingga pasien sering keluar masuk rumah sakit. Pada saat ini pasien terlihat tenang,
kooperatif, banyak bicara dan emosi stabil. Pasien belakangan terakhir sering telihat lebih
4
Menurut pasien, perawat dan catatan medis pasien tidak pernah ditemukan riwayat
trauma kepala, kejang.
tapi cuti saat kelas 2 karena malas sekolah akibat kecewa tidak bisa masuk jurusan yang
diinginkannya. Pasien kemudian melanjutkan sekolah di SMA 4 Bogor, tetapi hanya
selama 3 bulan karena tidak betah pada lingkungan yang buruk (banyak pengguna obatobatan terlarang), pasien pindah ke SMU Muhammadyah 8 di Ciputat sampai tamat.
Setelah menamatkan sekolah, pasien kuliah di UIN jurusan sosiologi-agama, tapi tidak
sampai selesai.
2. Riwayat Pekerjaan
Pasien pernah mengecat di sekolah tempat ibunya bekerja. Pasien juga pernah bekerja
sebagai guru ekstrakurikuler bahasa inggris di TK. Kemudian sempat bekerja sebagai
security di komplek tempat pasien tinggal, tapi hanya sebentar. Pasien pernah berdagang
seperti berjualan ikan di sekolah SD dekat rumahnya, kain dan baju koko saat puasa, serta
binatang-binatang peliharaannya. Pasien juga pernah bekerja di perusahaan IT milik
temannya.
3. Riwayat Pernikahan
Pasien belum pernah menikah
4. Riwayat Agama
Pasien memeluk agama Islam sejak lahir dan orangtuanya mendidik pasien agama sejak
kecil. Pasien rajin sholat 5 waktu, namun belakangan ini pasien mengaku jarang shalat
karena malas. Pasien juga tidak berpuasa karena tidak bisa menghentikan rokoknya.
5. Riwayat Psikoseksual
Pasien mengaku belum pernah berhubungan seksual
6. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah melakukan tindakan pelanggaran hukum maupun berurusan dengan
pihak berwajib.
7. Aktivitas Sosial
Pasien sering berkumpul dengan orang-orang di lingkungan rumahnya dan terkadang
pergi memancing bersama temannya.
8. Riwayat Keluarga
GENOGRAM
7
Pasien merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Pasien memiliki dua orang adik
perempuan yang sudah menikah dan seorang adik laki-laki. Tidak ada riwayat penyakit
yang sama dalam keluarga seperti yang dialami pasien
9. Situasi Kehidupan Sekarang
Sebelum masuk RS Khusus Dharma Graha pasien tinggal bersama kedua orang tua dan
adik bungsunya di rumah pasien di Ciputat. Kedua adik perempuan pasien sudah
menikah dan adik bungsunya sering bekerja di luar kota. Saat ini pasien tinggal di RS
Khusus Dharma Graha. Pasien senang mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan karena
menganggap kegiatan tersebut menghilangkan kebosanan pasien selama dirawat. Pasien
suka bercerita dan bercanda dengan pasien lainnya.
10. Persepsi Tentang Diri dan Lingkungannya
Pasien mengetahui bahwa dirinya saat ini sedang dirawat di rumah sakit jiwa dan pasien
sadar akan penyakit kejiwaan yang dialaminya yaitu berupa emosi yang sering meningkat
akan tetapi pasien tidak menyadari bahwa ia memiliki waham dan hanya mau bercerita
tentang hal yang tidak masuk akal namun dipercayainya terjadi, tetapi meminta
pemeriksa tidak menceritakannya kepada orang lain karena takut dianggap masih sakit
sehingga tidak dapat segera keluar dari RSK Dharma Graha. Pasien juga menyangkal
adanya halusinasi. Pasien mengaku bisa beradaptasi dengan lingkungan dan penghuni RS
yang lain.
11. Mimpi, Fantasi, dan Nilai-Nilai
Pasien ingin cepat-cepat pulang agar bisa bertemu dan berkumpul bersama keluarga dan
dapat melakukan aktivitas secara normal. Selain itu pasien juga mau kembali merawat
binatang-binatang peliharaannya. Pasien juga mau minum obat secara teratur supaya
emosinya terkontrol dan tidak masuk ke RSK Dharma Graha lagi.
Penampilan
Pasien seorang laki-laki berusia 39 tahun, dengan penampilan cukup rapi, perawakan
sedang dengan tinggi badan 167 cm, berkulit sawo matang, rambut dicukur hingga botak.
Cara berpakaian seadanya, menggunakan kaos lengan pendek dan celana yang kadang
pendek dan kadang panjang. Perawatan diri cukup baik.
2.
3.
: hipomania
2. Afek
: luas
3. Keserasian
: serasi
C. BICARA
Pembicaraan spontan, banyak bicara, volume suara sedang dengan artikulasi yang jelas,
mampu menjawab pertanyaan secara tepat, isi pembicaraan dapat dimengerti.
D. GANGGUAN PERSEPSI
Halusinasi
a. auditorik
: Ada
b. visual
: Tidak ada
c. taktil
: Tidak ada
d. olfaktorik
: Tidak ada
9
e. gustatorik
Ilusi
: Tidak ada
: Tidak ada
E. PIKIRAN
1. Proses pikir
Produktivitas
: cukup
Kontinuitas pikiran
: cukup
Hendaya bahasa
: tidak ada
2. Isi pikir
Waham kebesaran
: Tidak ada
Waham kejar
: Tidak ada
Waham bizar
: Ada
Waham rujukan
: Tidak ada
Gagasan membunuh
: Tidak ada
Fobia
: Tidak ada
: Tidak ada
Preokupasi
: Tidak ada
Kemiskinan isi
: Tidak ada
Ideas of reference
: Tidak ada
3. Arus pikir
Asosiasi longgar
: Ada
Ambivalensi
: Tidak ada
Ekolalia
: Tidak ada
Flight of ideas
: Tidak ada
Inkoherensi
: Tidak ada
Verbigerasi
: Tidak ada
10
Perseverasi
: Tidak ada
Orientasi
o Waktu
:
: baik, pasien dapat membedakan pagi, siang, malam, mengetahui
teman-teman sekamarnya.
Daya Ingat
Kemampuan membaca
Kemampuan membaca dan menulis baik
Kemampuan visuospasial
Baik. Pasien dapat menggambarkan jam bulat lengkap dengan semua angka serta
11
Baik, karena pasien dapat mengartikan peribahasa air susu dibalas dengan air tuba yang
diartikan kebaikan dibalas dengan kejahatan, besar pasak daripada tiang yang diartikan
lebih besar pengeluaran daripada pendapatan.
Intelegensi dan kemampuan informasi
Baik. Pasien bisa menyebutkan nama Presiden Indonesia dan Presiden Amerika saat ini.
Discriminative insight
: baik
Discriminative judgement
: baik
2. Tilikan
Insight derajat IV, pasien menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan tetapi tidak
memahami penyebab sakitnya.
I. TARAF DAPAT DIPERCAYA / RELIABILITAS
Secara umum pasien kurang dapat dipercaya.
Keadaan umum
: baik
Kesadaran
: compos mentis
Keadaan gizi
: baik
Nadi
: 80x/menit
Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Berat badan
: 60 kg
Tinggi badan
B. PEMERIKSAAN FISIK
Kepala
Mata
Hidung
Mulut
: bibir tidak kering namun berwarna sedikit gelap, letak uvula ditengah
Jantung
o Inspeksi
o Palpasi
o Perkusi
o Auskultasi
Paru-Paru
o Inspeksi
o Palpasi
o Perkusi
o Auskultasi
Abdomen
o Inspeksi
o Palpasi
o Perkusi
o Auskultasi
Extremitas
C. STATUS NEUROLOGIS
: (-)
Peningkatan TIK
: (-)
Nervus cranialis
Pupil
Sensorik
: baik
Motorik
: baik
: tremor
+, riwayat
involunter -, akatisia
Refleks patologis
: -/-
Refleks fisiologis
: +/+
Mood dan afek pasien yang meninggi selama beberapa hari terakhir
Pasien banyak bicara
Pasien sering terlihat bengong dan berbicara sendiri
Dari pemeriksaan status mental didapatkan: mood hipomania, afek luas, antara mood dan
afek serasi, terdapat gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik, gangguan isi pikir berupa
14
waham bizar dan gangguan arus pikir berupa asosiasi longgar. Pasien bersikap kooperatif dalam
menjawab pertanyaan, volume suara cukup dan artikulasi jelas, isi pembicaraan dapat dimengerti
dan jelas, intonasi baik, komunikasi nonverbal baik. Ditemukan tilikan derajat IV.
Status internis dan neurologis dalam batas normal. Dari hasil pemeriksaan internis dan
penunjang yang ada tidak ditemukan kelainan yang mengarah ke gangguan mental organik,
termasuk gangguan mental simptomatik, ataupun gangguan mental dan perilaku akibat
penggunaan zat.
Berdasarkan gejala-gejala adanya pola perilaku atau psikologik yang secara klinik
bermakna yang ditemukan pada pasien yaitu :
1.
Adanya halusinasi auditorik
2.
Adanya waham bizar
3.
Adanya mood dan afek yang meningkat
Maka dapat disimpulkan bahwa pasien menderita suatu GANGGUAN SKIZOAFEKTIF
II.
(F.25)
Berdasarkan :
1. Mood dan afek yang meningkat
2. Pasien banyak bicara
3. Peningkatan aktivitas pasien selama beberapa hari berturut-turut
4. Diketemukan waham maupun halusinasi
Maka dapat disimpulkan bahwa pasien menderita GANGGUAN SKIZOAFEKTIF TIPE
MANIK (F25.0)
Belum dapat ditentukan secara klinis yang cukup bermakna untuk menentukan adanya
suatu gangguan kepribadian, maka tidak ditemukan diagnosis untuk aksis II.
AKSIS III (Kondisi Medik Umum):
Berdasarkan auto-anamnesa dan pemeriksaan fisik didapatkan bahwa pasien tidak
memiliki penyakit yang mempengaruhi kondisinya sekarang.
2. Psikologik
Gangguan persepsi
: ada ditemukan
Isi pikir
: ada ditemukan
Tilikan
: derajat IV
penghasilan.
Aksis II
Aksis III
neurologis.
16
Aksis IV
Aksis V
: GAF 60-51
X. RENCANA TATALAKSANA
A. PSIKOFARMAKA
B. NON PSIKOFARMAKA
1. Psikoterapi: Supportive Therapy
Memberikan edukasi kepada keluarga pasien tentang penyimpanan segala macam obatobatan di rumah termasuk obat pasien untuk tersimpan dengan rapi dan jauh dari
jangkauan pasien.
Memotivasi dan memberi dukungan kepada pasien untuk dapat melakukan aktivitas
seoptimal mungkin
2. Terapi Psikososial
Terapi rekreasi: mengikutsertakan pasien dalam kegiatan rekreasi dan kesenian yang
diadakan
3. Terapi perilaku
17
XI. PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad functionam
: dubia ad malam
Ad sanationam
: dubia ad malam
TIMELINE
Pasien
lahir
pada
tanggal
20
Februari
1976
Pasien
mulai
menggu
nakan
NAPZA
seperti
ganja,
megadon
, rohipnol
1990
Pasien
mulai
sadar dan
melakuka
n
pengobat
an di
RSKO
1994
Pasien
merasakan
adanya
halusinasi
dan dibawa
ke RSK
Dharma
Graha
Ciganjur
1996
Pasien
berkali-kali
keluar masuk
RSK Dharma
Graha
Serpong
karena tidak
teratur
minum obat
dan
mudah
2007-2014
Pasien
dibawa ke
RSK
Dharma
Graha
Serpong
karena
emosi
yang
meningka
Mei 2015skg
18
LAMPIRAN
Pemakaian zat adiktif merupakan masalah kesehatan masyarakat. Diketahui bahwa zat
adiktif atau narkoba atau napza adalah zat psikoaktif yang bekerja pada SSP (Susunan Saraf
Pusat) dan berpengaruh terhadap proses mental (Ghodse, 2002). Zat adiktif akan mengakibatkan
seseorang yang mengkonsumsinya menjadi senang atau hilang rasa nyerinya (Doweiko, 2002).
Namun yang patut dicatat adalah adanya proses neuroadaptasi yaitu beradaptasinya sel saraf
terhadap pasokan zat adiktif karena struktur kimia yang serupa antara neurotransmitter dengan
zat tersebut. Efek lebih jauh adalah terjadinya toleransi yaitu diperlukan jumlah zat yang lebih
dari biasanya guna memberikan efek yang diharapkan, yang kemudian akan menimbulkan gejala
putus obat ataupun intoksikasi (Doweiko, 2002; Diaz, 1997).
Bila zat adiktif digunakan dengan benar di bawah pengawasan medis, maka efeknya
dimaksud sebagai terapi. Tetapi bila zat itu dikonsumsi oleh seseorang di luar maksud medis dan
atau penelitian, hal tersebut dapat disebut sebagai salah guna (drug/ substance abuse) yaitu
penggunaan yang persisten atau sporadis berlebih dan inkonsisten dengan atau tak berhubungan
dengan pemakaian medis yang diterima. Hal ini menuntun pada definisi zat adiktif yang
dikembangkan oleh WHO yaitu menjadi zat psikoaktif yang dipakai dan menyebabkan
kerusakan kesehatan, baik mental maupun fisik (harmful use) (Ghodse, 2002). Dalam DSM IV
(Diagnostic Statistical on Mental Disorders) yang dimaksud dengan penyalahgunaan adalah
apabila individu menggunakan zat psikoaktif sedikitnya dalam satu bulan dengan pola yang
menetap.
United Nations Office on Drugs and Crime atau UNODC (2003) mengutarakan bahwa
progres alamiah pemakaian zat adiktif ditandai dengan tahapan yang berurutan (sequential
stages). Ditambahkan oleh Doweiko (2002) bahwa kontinum pemakaian zat adiktif mempunyai
dua kutub tetap, yaitu abstinensi dan adiksi. Tahapan di antaranya tidak mempunyai titik potong
19
yang tetap, tapi kontinum dan dinamik. Doweiko juga menekankan bahwa pemakaian zat adiktif,
baik sosial, teratur, atau bermasalah, sampai adiksi, merupakan perilaku, bukan kondisi.
Selanjutnya Doweiko mengemukakan juga bahwa kontinum pemakaian zat adiktif berawal dari
mencoba menggunakan (experimental use), diikuti dengan menggunakan sesekali (rare use)
karena lingkungan teman atau kerabat disebut penggunaan sosial (social use), dan dapat berlanjut
menjadi biasa menggunakan (habitual use), yang sering mendatangkan masalah terkait
pemakaian zat tersebut (problematic use) dan akhirnya menjadi kecanduan atau adiksi. Hal
terakhir terjadi karena sel saraf beradaptasi terhadap adanya zat adiktif, sehingga pengguna zat
membutuhkan dosis yang lebih tinggi, dan kemudian menjadi tergantung, baik psikis dan atau
fisik (Doweiko, 2002; WHO, 2004).
Gejala intoksikasi
: ataksia, bradikardi, hipotensi, euforia, kejang, koma,
hilangnya refleks fisiologis.
Sistemik
: hepatitis alkoholik, kanker hepar, gastritis, ulkus
peptikum, pneumonia, fetal alcohol syndrome.
Psikiatri
: depresi, psikotik.
2. Opioid
20
Sistemik
: abses pada lokasi penyuntikan. Jika berat, dapat terjadi sepsis,
stroke akibat emboli, endokarditis, infeksi hepatitis B atau C, HIV/ AIDS, opiate
neonatal abstinence syndrome.
Psikiatri
psikotik.
: perilaku agresif akibat putus zat, ide bunuh diri, depresi berat,
3. Ganja
Sistemik
: infertilitas, gangguan siklus haid, impotensi, menurunnya libido,
fetal damage, infeksi saluran pernafasan akut, memicu timbulnya kanker,
emfisema, gangguan jantung, imunologik dan saraf.
Psikiatri
: penurunan daya ingat, kesulitan belajar, sindrom amotivasional,
rasa cemas, panik, kebingungan, paranoid, psikotik, depresi berat, timbulnya ide
bunuh diri.
4. Kokain
Sistemik
: infeksi saluran pernafasan atas, pneumonia, bronkitis kronis,
infeksi lokal akibat suntikan, abses kulit, endokarditis bakterialis, infeksi hepatitis
atau C, HIV/ AIDS, cocain baby.
Psikiatri
: gejala putus zat (agitasi, depresi, iritabel, gangguan siklus tidur,
letargi), psikotik.
Sistemik
: malnutrisi, penurunan nafsu makan, takikardia, gangguan ginjal,
emboli paru, stroke, hepatitis, HIV/ AIDS.
Psikiatri
: acute confusional state, agresif, psikosis paranoid, psikotik,
sindrom putus zat, depresi berat, timbulnya ide bunuh diri, halusinasi.
6. Benzodiazepine
Sistemik
: abses kulit, sepsis, hepatitis, gangguan gastrointestinal dan
neurologi, malnutrisi.
Psikiatri
: timbulnya sifat agresif, cemas, panik, acute confusional state,
gejala putus obat.
21
22