Anda di halaman 1dari 18

MODUL

PERLAKUAN PANAS PADA BAJA ( HEAT TREATMENT )


I.PENDAHULUAN
Sifat mekanik logam (Ferrous) dan paduannya sangat dipengaruhi oleh proses
pembuatan (raws) , strukturtur mikro dan proses perlakuaan lajutannya. Sifat mekanik
dapat mengalami perubahan bila bahan tersebut mengalami perlakuaan panas ( heat
treatment). Heat treatment didifinisikan proses pemanasan dan pendinginan logam dalam
keadaan padat untuk mendapatkan sifat mekanik yang dibutuhkan. Heat treatment logam
penting dilakukan sesuai tujuan misalnya untuk desain produk. Secara garis besar heat
treatmen memiliki tujuan : (i) Memperbaiki keuletan (ii),Menghilangkan tegangan sisa
(iii) Mengubah ukuran butir (iv) Meningkatkan kekerasan atau kekuatan tarik dll.
Pengaruh heat treatment ini sangat luas terutama terhadap mampu mesin , mampu
bentuk , konduktivitas listrik , sifat magnetic dan juga ketangguahannya. Faktor-faktor
penting dalam heat treatment adalah :
1. Dimensi produk atau benda
2. Temperatur
3. Waktu pemanasan (holding time )
4. Laju pemanasan dan pendinginan
5. Komposisi kimia bahan.
Variabel proses yang penting di perhatikan dalam heat treatment adalah point 2,3,4 ,
namun demikian komposisi kimia juga akan mempengaruhi variabel tersebut. Oleh
karenanya untuk melakukan heat treatment di perlukan tungku heat treatmentyang
biasa diatur sesuai dengan kebutuhan. Untuk mengetahui berapa temperature yang
diperlukan maka pemahaman tentang diagram fasa , dan pengaruh unsure paduan
menjadi penting untuk diketahui oleh para mahasiswa atau praktisi heat treatment. Oleh
karena diagram fasa ini sangat penting , maka penting untuk mengingatkan kembali
tentang diagram fasa dan pengaruh unsure paduan akan dibahas ulang .

1.1. Diagram Fasa Fe-C.


Diagram fasa Fe-C adalah diagram yang menghubungkan antara temperature dan
prosentase karbon ( % C ). Dalam diagram ini % C maksimun dalam Fe adalah 6,7 % ,
dalam kondisi pendingginan yang sangat lambat. Didalam diagram ini terdapat fasa-fasa
padat yang terbentuk misalnya feritik , austenitic , sementit (Fe3C), dan feritik.

Gambar 1. Diagram Fasa- Fe- C ( 1)


Feritek , adalah larut padat karbon ke dalam besi ferit , kondisi kelarutan C kedalam
Fe maksumum 0,025 %. pada suhu 723

C (temperature eutectoid ). Kelarutan karbon

didalam baja ini akan menurun seiring dengan menurunnya temperature yakni 0,008 % ,
pada suhu 0oC. Karena atom korbon yang relative kecil , maka posisinya dapat instertisi
pada kisi sel satuannya (BCC).
.Austenitik adalah larut padat karbon dalam baja , disebut dengan austenik. Kelarutan
karbon dalam baja ini maksimum 2,08 pada suhu 1148 oC , dan menurun ke 0,8 pada
suhu 723 o C . Sel satuan baja austenitik adalah FCC, dalam kondisi ini % C akan lebih
besar dari Feritek , sehingga kekerasan juga akan berbeda.

Sementitite adalah senyawa logam antara Fe-C yang mengahsilkan Fe3C selanjutnya
disebut dengan sementit . Se satuan adalah orthorhombic dengan 12 atom Fe dan 4 atom
karbon .
.Ferrite ; adalah larut padat karbon dalam baja disebut .ferritik , yang memiliki
selsatuan BCC , akan tetapi berbeda kisi dengan ferrite. Maksimum kelarutan karbon
0,09 % pada suhu 1495oC.
1.2.Temperatur Kritis.
Temperatur 723oC merupakan temperature kritis ( critical temperature), karena pada
temperature tersebut terjadi kesetimbangan sementit, artinya sementit akan tidak setabil
pada posisi temperature di atas eutectoid ini( garis A1 ). Bila % C kurang dari 0,8 % , dan
dilakukan pemanasan di atas A3 , maka feritik akan bertransformasi menjadi austenik ,
dan bila % C , lebih besar dari 0,8 % transformasi sementit ke austenit akan terjadi di atas
garis Acm. Adanya efek hestesis panas , garis kesembangan ini dapat terjadi pada garis
subkrip c (chauffage) untuk pemanasan dan subkrip r (refroidissement)
pendinginan. Contoh : Ac3 , Accm , Ar3 , Arcm , Ac1 , Ar1. Secara empiris harga Ac3 dan
Ac1 dinyatakan ;
Ac3 = 910-203

-15,2Ni+44,7Si+104V+31,5Mo+13,1W.

Ac1 = 723-10,7Mn-16,9Ni+29,1Si+16,9Cr +290As +6,38 W

Gambar 2. Transformasi temperature pada baja karbon ( 1)

BAB II.
TRANSFORMASI FASA ( PHASE TRANSFORMATION )
Proses transfomasi fasa ini penting pada kajian material karena akan mempelajari
mekanisme transormasi . Ada tiga jenis mekanis transformasi fasa yang terjadi : pertama
adalah

diffusion

sederhana

misalnya

pembekuan

logam

murni

allotropi

transformasi,rekristalisasi dan pertumbuhan butir . proses difusi ini tidak mempengaruhi


komposisi kimia. Kedua :Diffusi yang tergantung transformasi yakni difusi yang
mempengaruhi hasil akhir mikrostruktur . dan yang Ketiga adalah difusi transformasi
yang sangat cepat ( diffusionless ) yang menghasikan fasa-fasa yang tidak stabil,
misalnya martensitic transformation , dan juga transformasi beberapa logam paduan.
Perubahan sifat mikanik baja (ferrous ) , sangat tergantung pada heat treatment dan
strukturmikro yang terjadi .
2.1.1. Isothermal Temperatur Transformasi Diagram ( ITT )
Isothermal temperature transformasi kadang disingkat juga dengan ITT atau TTT ( time
tempetures transformation ), proses ini pertama kali dilakukan oleh E.S. Davenport dan
Bain ( Trans AIME 90 (1930):117.
a. Transformasi Perlit
Struktur perlit dalam kondisi eutectoid terjadi pada saat proses pendinginan , dimana
austenit akan berubah menjadi ferit dan sementit . Ferit memiliki % C yang lebih sedikit (
0,022 % ) dan sementet memiliki % C lebih besar 6,7 % C. Proses difusi ini terjadi pada
atom karbon yang secara segregasi masuk kedalam sementit. Proses difusi ini dapat
ditunjukan dalam Gambar 3(2) . Atom karbon berdifusi dari daerah feritik ke lapisan
sementite yang berakibat konsentrasi sementit naik. Pembentukan perlit ini akan terjadi
pada batas`butir austenit ,dan selanjutnya mengalami pertumbuhan seiring dengan
pertambahan waktu. Oleh karenanya proses transformasi tidak terjadi secara sepontan
melainkan memerlukan waktu.

Dalam percobaan Bain melakukan proses ITT

sebagaimana pada Gambar 4 (1) . dengan menggunakan 5 buah sample dari baja eutectoid
yang dipanas pada suhu 760oC dan didinginkan dengan cepat ke temperature 705 oC.,
selanjut dilakukan pengamatan pertumbuhan perlite. Proses pengamatan ini ternyata
sangat sulit . Oleh karena itu R,J Dippenaar dan RWK. Honeycombe . A333(1973):455.
melakukan penelitian dengan menambahkan 12 % Mn , untuk mengamati pengintaian

perlit dengan menggunakan pengamatan thin foil microscopy . Pada awal


pengintaiannya perlit yang terbentuk adalah bulat ( nodular ) terjadi pada batas butir
austenit , dan selanjutnya tumbuh secara radial , perlit nodular ini memiliki koloni ferit
dan sementit lamellar ( lamellae) dengan orientasi yang sama. pengamatan dilakukan
dengan Hot Stage micrograph .

Gambar 3 . Mekanisme Pertumbuhan Perlit ( 2 ).

Gambar 4 Percobaan ITT Baja Eutektoid , Quenching 705oC air garam ( 1 )

b. Mekanisme Pertumbuhan Perlit Eutektoid


Pada bagian a) telah dijelaskan bahwa mekanisme pertumbuhan perlit tidak bias secara
sepontan hal ini mengacu pada persamaan Avrami ,
Y = 1-exp (-ktn)
Dimana

k dan

3
n , kanstata yang tergantung pada reaksi , dan laju

transformasi

berbanding terbalik dengan waktu r = t . Ekpresi dari persamaan ini dikenal dengan
0,5
kurva S.

Gambar 5 . Kurva S Transformasi Keadaan Padat pada Temperatur Konstan(2)

Gambar 6 Diagram ITT dan Kurva S ( 2 )

Pada Gambar 6 , coba di perhatikan , bahwa temperature eutektiod garis horizontal 727
o

C. Pada temperature di atasnya semua austenit stabil , dan di bawahnya austenit tidak

stabil . Pada proses transformasi ini terjadi dua mekanisme : pertama disebut pereode
inkubasi , kedua pereode pertumbuhan ketiga pereode akhir pertumbuhan( lihat gambar
5). Pada pereode pertama pertumbuhannya sangat lambat karena terjadi pengintaian ,
selanjutnya pada pereode pertumbuhan sudah banyak inti-inti baru yang terbentuk ,
sehingga pertumbuhannya semakin cepat , selanjutnya pada pereode ketiga laju
pertumbuhan menjadi lambat kembali karena hamper semua koloninya terbentuk.
c. Pengaruh Temperatur. (Effects of Temperature)
Laju pengintaian ( N ) dan laju pertumbuhan ( G ) sangat tergantung pada temperature
undercooling dibawah Ae1 , pada T yang kecil , laju pengintian rendah , sedangkan laju
pertumbungan cepat sehingga ratio N/G akan kecil , akibatnya laju pertumbuhan akan
lebih cepat dari laju pengintian, sehingga akan terjadi perlit kasar. Sebalik bila N/G
besar akan terjadi banyak inti , dan laju pertumbuhan akan semakin lambat , sehingga
akan terjadi perlit halus

Gambar 7. Laju Pengintaian dan Pertumbuhan Koloni Perlit Eutektoid (1)

2.1.2. Bentuk Kurva ITT Baja Hypereutektoid 1,13 % C


Bnetuk kurba diagram ITT tergantung pada % C , sebagai contoh pada Gambar 8 ,
terlihat bahwa hidung kurva ITT harus ditambahkan pada kurva tersebut, sehingga
transformasi juga akan mengalami perubahan ,karena adanya sementit proeutektoid , atau
ferit proeutektiod untuk baja hypoeutektoid.

Gambar 8 , ITT diagram 1,13 % C , A : austenit , C : Proetektoid Sementit dan P : Perlit .


(2)

Untuk berbagai laju pendinginan dalam kondisi isothermal, sangat tergantung pada
temperature dan waktu. Oleh karena itu bila temperature pendinginan di bawah hidung
kurva ITT ( 550oC) , maka akan terjadi strukturmikro Bainite , dan bila pendinginan
sangat cepat maka akan diperoleh struktur mikro martensit
2.1.3. Transformasi Austenite ke Bainite
Bila baja eutectoid di dinginkan ( quenched) pada temperature antara 250 s.d 550 oC , dan
ditahan pada suhu tersebut , maka akan terbentuk struktur Bainite. Bainite adalah nama
E.C.Bain yang melakukan penelitian . Reaksi bainitic sebenarnya masih kontroversi
mengingat studi ini sangat komplek. Studi menyatakan bainite memiliki struk mikro yang
tidak lamellar

berbeda dengan perlite , tapi bainite ini seperti perlite. Bainit ini

dikelompkan menjadi bainit atas yang bertransformasi pada temperature ( 350550oC ) dan bainit bawah yang bertransformasi pada suhu 250 350 oC.
Bainite Atas ( Upper Bainite), terdiri dari ferrite dan sementite (structure dua fasa) hal ini
ditunjukan pada Gambar 9. Shackleton dan Kelly dalam percobaannya menjelaskan
bahwa sementit dan feritte menginti secara terpisah dan tumbuh . Bentuk struktur bainite
dapat benrtebtuk bulat ( nodular ) atau plate dan ini hanya biasa diamati dengan
mikroskop electron Gambar 10. Posisi struktur bainite tampak diagonal dari bawah
keatas.

Gambar 9, Mikrostruktur Bainite Atas 0,8 % C ( electron Replika x10000)

Gambar 10. Repika transmisi electron struktur bainite. ( 2).

(1).

Bainite Bawah. ( Lower Bainite).


Bainite bawah transformasi pada temperature 250-350 oC. Secara umum struktur bainite
bawah berbeda dengan bainite atas, karena laju difusinya yang lambat. Orientasi
presipitat karbida bainit ini satu arah, dengan matrik ferit, dengan sekitarnya struktur
martensite Gambar 11.

Gambar 11. Struktur Bainite Bawah 0,8 % C (315oC) Replika Elektron x10.000.(1)

Gambar 12. Hot Stage micrgraphs Bainite 0,66-3,3Cr ( 350oC) (1)

2.1.4. Transformasi Austenite ke Martensite


Bila baja karbon dengan 0,8 % didinginkan dengan cepat dari daerah austenit seperti
halnya Gambar 13. akan membentuk martensite. Martensite terbentuk pada suhu 220oC.
Martensite pada baja adalah struktur metastabil yang terdiri dari supersatuterted solid
solution dari karbon kedalam ferrite. Jenis martensit yang terjadi pada baja tergantung
pada % C . Transformasi martensite dimulai dari Ms ( Martensite Start ). Dan akan
berakhir pada Mf ( Martensite finish) hal ini di tunjukan pada Gambar 14 berikut ini.

Gambar 13. Isothermal transformasi diagram eutektik (1 )

Gambar 14. Pengaruh karbon pada martensite start temperature ( Ms ) ( 1)

Struktur Mikro Martensite tampak pada Gambar 15 berikut ini.

Gambar 15. a. Lath b. Mix lath dan Plate dan c. Plate martensite ( 1)

2.2. Continyu Cooling Transformation pada Baja ( CCT )


Dalam industri perlakuan panas , proses transformasi sebenarnya tidak terjadi
pada temperature yang tetap ( isothermal ), tapi berlangsung pada rentang
temperature,dan mikrostruktur yang dihasilkan kan komplek , oleh karena itu diagram
ITT akan sulit untuk meramalkan strukturmikronya.

Diagram CCT , memiliki

temperature sedikit dibawah diagram ITT , hal ini ditujuka pada Gambar 16 .

Gambar 16 . Diagram CCT, Baja Eutektoid ( 1).


Laju pendinginan akan berbeda dengan diagram ITT, dengan kondisi pendinginan yang
Cepat sampai dengan pendinginan paling lambat yakni : Full anneal , Normalizing , oil
quenching, critical pendinginan , dan pendinginan air. Full annealing dilakukan dengan
memanaskan pada suhu austenit , dan dilanjutkan dengan pendinginan didalam tungku.
Narmalizing pendinginan dengan udara , dan oil-quenching pendinginan dilakukan
dengan oil . Hal sama untuk pendinginan cepat dailkukan dengan menggunakan air. Dari
berbagai pendinginan tersebut akan dihasilkan kurva A s.d D , dengan struktur mikro
yang berbeda-beda Gambar 17.

Gambar 17. Jenis Mikrostruktur dari berbagai laju pendinginan ( 1)

2.3. Annealing dan Normalizing


Diformasi plastis akn menyebabkan kekuatan dan kekerasan logam akan
meningkat ,disebabkan oleh meningkatnya kerapatan dislokasi . Selama annealing sifat
mekanik logam tersebut kan dikembalikan kebentuk awal sebelum ter deformasi. Dalam
annealing di kelompokan menjadi Full Annealing dan Process Annealing . Hal ini
ditunjukan pada Gambar 18 .

Gambar 18. Range Penggunaan Temperatur Annealing ( 1 )


2.3.1. Full Annealing
Untuk baja hypoeutektoid dan baja eutectoid full anneal dilakukan dengan memanaskan
baja pada suhu 25oC di atas Ac3, elajutnya ditahap pada beberapa detik , dan dilanjutkan
dengan pendinginan suhu kamar ( dalam tungku ).
2.3.2.Proses Annealing
Proses annealing dilakukan pada suhu antara 550 650 oC, proses ini biasanya dilakukan
untuk menghilangkan tegangan sisa ( stresss-relief ) atau recovery , karena logam akan
menjadi lunak. Selama annealing terjadi perubahan mikrostruktur yang dibagi menjadi ;
1. Recovery. Dalam proses ini agar dislokasi dapat menyusun kembali dalam bentuk
energi yang rendah.
2. Recrystalization, terjadi migrasi batas butir , dan membentuk butir baru .
3. Grain Growth . terjadinya pertumbuhan butir untuk menggantikan butir yang
lama.

2.3.3. Normalizing
Normalizing dilakukan pada suhu 40oC, di atas Ac3 atau Acm , ditahan beberapa detik ,
senjutnya didinginkan ke suhu kamar ( pendinginan udara). Tujuan normalizing ini
adalah :
1. Menghaluskan butir atau homogenisasi austenit
2. Menurunkan segregasi hasil proses casting atau forging agar struktur lebih
beraturan.
3. Meningkatkan kekerasan ( harden ).
2.3.4. Speroidizing
Logam yang mengalami memiliki % C tinggi ,dan mengalami heatreatmen bisanya
kekarasannya tinggi. Spheroidizing pada baja dilakukan untuk memperbaiki mampu
mesin , dengan cara memanaskan kembali logam dibawah A1 , atau 700oC , kurang lebih
15 s.d 25 jam . Baja hasil proses ini akan lebih lunak dan ulet dan mudah dimesin.

Gambar 19. Strukturmikro Spheroidit ( partikel kecil sementit dan matrik ferit ) ( 2).
2.3.5.Temper Martensite
Hasil quenching martensit sangat keras dan getas, dan ini tidak menguntungkan , oleh
karena perlu dilakukan tempering.Tujuan tempering adalah memperbaiki sifat mekanik ,
seperti ketangguhan, kekuatan dan juga kekerasannya. Proses tempering ini dilakukan
dibawah Ae1, secara umum tempering ini dilakukan antara temperature 250 dan 650o
Cdengan waktu 1 jam . Range temperature tempering dapat dilakukan dengan tiga
tingakat ;
Tingkat 1 ( 250oC), pada tingkat ini terjadi pembentukan partikel tapi bukan sementit
yang disebut dengan karbida epsilon ( Fe2.4.C). dengan struktur HCP.
Tingkat 2 ( 350-500oC), disini austenit sisa akan bertranformasi menjadi bainite
( berberbeda dengan bainite sebelumnya). Bainite yang terjadi disini adalah terdiri dari
ferrite dan karbida epsilon ( + Fe2.4.C). kerbida ini dikenal dengan Hagg carbide(Fe5C2).

Tingkat 3 ( 500-680oC).Tempering ini dikenal dengan temper temepartur tinggi.Struktur


terdiri dari ferrite dan sementite. Pengaruh temperature tempering terhadap kekerasan
dapat dilihat pada Gambar 20.

Gambar 20 Pengaruh Temperatur Tempering terhadap Kekerasan (4 )

Gambar 21. Struktur Mikro Martensite Temper Matrik ferrite dan partikel sementit pada
594oC 9300x(2)
2.3.6.Pengaruh Unsur Paduan
Pengaruh unsure paduan seperti Cr, Mo, dan V.sangat kuat untuk membentuk karbida dan
mempengaruhi temperature tempering. Oleh karenanya untuk baja dengan unsure paduan
, temperature tempering akan lebih tinggi dari temperur baja tanpa paduan.
2.4. Sifat Mekanik dan Mikrostruktur Hasil Heatreatment.
Hasil heat treatment di atas akan mengsilkan struktur mikro seperti , perlit kasar , perlit
halus , spheroidite , bainite dan matersite serta martesite temper .
2.4.1. Perlite.
Sifat perlit ini keras dan kuat, hal ini dipengaruhi juga oleh % C , pada baja tersebut .
Dengan semakin banyak % C , maka kekerasan logam akan semakin meningkat , tapi
keuletannya akan turun. Demikian juga semakin halus perlitnya kekuatannya juga
semakin tinggi . Untuk membandingkan ketiga struktur mikro tersebut dapat dilihat pada
Gambar 22 ( a ) ( b) ( d) dan ( e ) berikut ini.

Gambar 21 ( a) , ( b) ( c) dan ( d). ( 2 ).


2.4.2. Spherodite
Spheroidite sifat mekaniknya lebih rendah dibandingkan dengan perlit kasar dan halus ,
tapi memiliki keuletan yang lebih tinggi.
2.4.3. Bainit
Bainite memiliki kekuatan dan kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlite ,
terutama jika didapatkan bainite dengan matrik ferrite dan partikel sementit halus.
2.4.4. Martensite
Martensite bersifat keras dang getas , dibandingkan dengan perlit misalnya kekerasan
martensit sangat tinggi , tergantung pada % C. Gambar 22.

Gambar 22. Pengaruh % C terhadap kekerasan martensit dan perlite ( 2).


2.4.5. Martensite Temper.
Semakin tinggi temperature temper , kekuatan logam akan semakin turun , demikian jua
dengan waktu temperingnya. Gambar 23 dan Gambar 24.

Gambar 23. Pengaruh Temperatur Tempering terhadap Kekuatan tarik

Gambar 24. Kekerasan dan Waktu Tempering AISI 1080 (2)

(2)

BAB III
HEAT TREATMEN PADA BAJA KOMERSIAL.

Anda mungkin juga menyukai