Anda di halaman 1dari 13

Ekonomi Islam

Zakat dan LAZ serta Kesejahteraan Ummat

Disusun oleh :
Farhan (
Risna Indah P ( 030215574 )
Pagi Manajemen
Kelompok 8

STIE.DR.KHEZ MUTTAQIEN PURWAKARTA


Jl. Letkol Singawinata No. 83 telp./fax ( 0264 ) 217612
Purwakarta
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiratTuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
sertataufikdan hidayah Nya kami dapatmenyelesaikan makalah tentang Zakat dan LAZ serta
kesejahteraan Ummat ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya dan juga kami
berterimakasih pada Bapak Agus Selamet,SE., M.EI Dosen mata kuliah Ekonomi Islam STIE DR. KHEZ
Muttaqien yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Zakat dan LAZ serta kesejahteraan Ummat. Kami menyadari sepenuhnya
bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran danusulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya.Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan kami memohon kritikdan saran agar makalah yang kami buat selanjutnya lebih baik.

Purwakarta, 14 September 2016

Penyusun
Kelompok 8

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Keadaan masyarakat Indonesia pada saat ini dirasakan masih sangat memprihatinkan. Banyaknya

masyarakat yang belum mendapatkan kesejahteraan yang layak untuk keberlangsungan hidupnya, bahkan
semakin lama angka kemiskinan selalu naik di Indonesia. BPS (Badan Pusat Statistik) menyatakan indeks
kedalaman kemiskinan naik dari 1,75% (Maret 2013) menjadi 1,89%, kemudian indeks keparahan
kemiskinan naik dari 0,45% (Maret) menjadi 0,48%. Hal ini disebabkan minimnya lapangan pekerjaan,
pembangunan yang tidak merata dan kepadatan penduduk di masing-masing daerah.
Zakat merupakan salah satu pilar syariat Islam yang memiliki kaitan dengan permasalahan
tersebut. Zakat merupakan institusi resmi syariat Islam untuk menciptakan kesejahteraan sosial-ekonomi
yang berkeadilan, sehingga pembangunan ekonomi mampu menghadirkan kesejahteraan bagi masyarakat.
Pentingnya pembahasan tentang zakat ini diharapkan dapat memberikan solusi terhadap
membangun kesejahteraan umat dan diharapkan dapat menurunkan angka kemiskinan di masa yang akan
datang. Oleh karena itu, dalam makalah ini saya akan membahas tentang zakat sebagai upaya membangun
kesejahteraan umat.
B.
1.
2.
3.

Rumusan Masalah.
Bagaimanakah konsep zakat dalam Islam?
Bagaimanakah cara membangun kesejahteraan ummat dalam islam?
Apakah definisi dan perbedaan BAZ dan LAZ?

C.
1.
2.
3.

Tujuan Penulisan.
Untuk mengetahui konsep zakat dalam Islam.
Untuk mengetahui cara membangun kesejahteraan ummat dalam islam.
Untuk mengetahui perbedaan dan definisi BAZ dan LAZ.

D.

Metedologi.
Metode yang saya gunakan untuk mengumpulkan data, yaitu saya menggunakan buku-buku
literature, tehnik library research, web, internet dan segala sesuatu yang mendukung dalam penulisan.

BAB II
PEMBAHASAN

Badan Amil Zakat (BAZ) Badan Amil Zakat adalah lembaga pengekola zakat yang didirikan oleh
pemerintah yang didirikan atas usul Kementrian Agama dan disetujui oleh Presiden. Kantor Pusat dari
lembaga zakat ini berkedudukan di ibu kota negara. Keanggotaan BAZNAS terdiri atas 11 orang anggota
yakni delapan orang dari unsur masyarakat (Ulama, tenaga profesional dan tokoh masyarakat Islam) dan
tiga orang dari unsur pemerintah (ditunjuk dari kementerian/instansi yang berkaitan dengan pengelolaan
zakat). BAZNAS dipimpin oleh seorang ketua dan seorang wakil ketua.
Tugas dari BAZ :
1. Menyelengarakan tugas administratif dan teknis pengumpulan,pendistribusian dan
2.

pendayagunaan zakat.
Mengumpulkan dan mengelola data yang diperlukan untuk menyusunan rencana pengelolaan
zakat. Menyelenggarakan bimbingan di bidang pengelolaan pengumpulan,pendistribusian dan

pendayagunaan zakat.
3. Melaksanakan pengumpulan,pendistribusian,dan pendayagunaan zakat,menyusun rencana dan
program pelaksanan pengumpulan,pendistribusian,pendayagunaan dan pengembangan
pengelolaan zakat.(tingkat Kabupatan/Kota dan Kecamatan.
4. Menyelenggarakan tugas penelitian dan pengembangan,komunikasi informasi, dan edukasi
pengelolaan zakat (tingkat Nasional dan provinsi).
Lembaga Amil Zakat (LAZ) LAZ merupakan lembaga pengelola zakat yang dibentuk oleh swasta
atau diluar pemerintah. LAZ adalah intitusi pengelolaan zakat yang sepenuhnya dibentuk atas prakarsa
masyarakat dan oleh masyarakat yang bergerak dibidang dawah, pendidikan, sosial dan kemaslahatan
umat islam.Lembaga Amil Zakat ini dikukuhkan, dibina dan dilindungi pemerintah.
Dalam melaksanakan tugasnya LAZ memberikan laporan kepada pemerintah sesuai dengan
tingkatannya. Pengukuhan Lembaga Amil Zakat dilakukan oleh pemerintah atas usul LAZ yang telah
memenuhi persyaratan pengukuhan dilaksanakan setelah terlebih dahulu dilakukan penelitian persyaratan.
LAZ sendiri memiliki forum antar lembaga amil zakat yang mana forum ini memiki fungsi untuk saling
bertukar fikir antarlembaga zakat dan membahas tentang bagaimana perkembangan zakat di Indonesia.
BAZ dan LAZ adalah dua lembaga zakat yang memiliki wewenang untuk mengelola,
mendistribusikan dan mendayagunakannya. BAZ sendiri merupakan lembaga pengelola zakat yang
dibentuk oleh pemerintah, sedangkan LAZ adalah lembaga zakat yang dibentuk oleh swasta dan bergerak
di luar pemerintah.
.
a.

Tinjauan tentang kesejahteraan.


Pengertian kesejahteraan
Menurut Undang-undang No 11 Tahun 2009 Bab I pasal 1, Kesejahteraan Sosial adalah kondisi
terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

Menurut HAM kesejahteraan

adalah laki-laki ataupun perempuan, pemuda dan anak kecil

memiliki hak untuk hidup layak baik dari segi kesehatan, makanan, minuman, perumahan, dan jasa social,
jika tidak maka hal tersebut telah melanggar HAM (Hak Asasi Manusia).
Jadi pengertian kesejahteraan adalah sebuah kondisi dimana seseorang dapat memenuhi
kebutuhan pokok, baik itu kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat tinggal, dan juga memiliki
pekerjaan dan alat transportasi yang memadai yang dapat menunjang kualitas hidupnya.
Menurut pengertian-pengertian kesejahteraan diatas, maka disimpulkan kriteria umat yang
1)
2)
3)
4)
1)
2)
3)
4)
5)

sejahtera adalah :
Mempunyai lapangan kerja yang tetap.
Mempunyai kehidupan yang layak.
Mampu memenuhi kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan.
Tidak bergantung pada orang lain. Cara membangun kesejahteraan umat.
Dalam Islam membangun kesejahteraan umat dapat dilakukan dengan cara yaitu :
Infak.
Shadaqah.
Zakat.
Wakaf.
Memiliki alat transportasi.

INSTRUMEN ZAKAT SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN PENGELUARAN KEUANGAN


NEGARA
A.

Zakat Dalam Perspektif Pengeluaran Negara


Kebijakan pemerintah dalam pengelolaan pengeluaran keuangan negara tercermin dalam anggaran
pendapatan dan beelanja negara (APBN) yang setiap tahun direncanakan dan disusun. APBN berisi daftar
sistematis dan terperinci yang memuat perencanaan penerimaan dan pengeluaran negara selama satu
tahun anggaran (1 januari-31 desember). APBN merupakan instrumen dalam mengatur pendapatan dan
npengeluaran negara dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintah dan pembangunan,
mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasioanl, mencapai stabilitas perekonomian,
dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum. APBN memiliki fungsi antara lain
otoritasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Semua penerimaan yang masuk
kas negara dan pengeluaran yang menjadi kewajiban negara dimasukan ke dalam APBN untuk satu tahun
anggaran. Surplus penerimaan negara dapat digunakan untuk membiayaipengeluaran anggaran negara
pada tahun berikutnya.
Baitulmal dalam pengertian ini, telah diperaktikan dalam sejarah islam sejak masa rasulallah,
kemudian diteruskan oleh oara khalifah sesudahnya, yaitu masa abu bakar, umar bin khatab, utsman bin
affan. Ali bin abi thalib, dan khalifah-khalifah berikutnya, hingga kehancuran khilafah di turki tahun

1924. Gagasan konsep baitulmal yang ideal disusun dengan merujuk pada ketentuan syariah, baik dalam
hal sumber-sumber pendapatan maupun dalam hal pengelolaan pengeluaraanya.
Bila dicermati pos pengeluaran negara dalam APBN dan pos pengeluaran dalam baitulmal, terdapat
beberapa perbedaaan dalam pengelolaanya. Perbedaan pundanmental yang palin g mendasar yang akan
dibahas lebih lanjut dalam tulisan ini adalah prioritas pengeluaran negara diman urutan pertama belanja
negara dalam APBN adalah belanja pegawai (gaji, tunjangan, honorarium, vakasi, dll). Adapun urutan
pertama dalam belanja negara baitulmal adalah pemyaluran zakat untuk pemenuhan kebutuhan dasar 8
asnaf.
Pengelolaan zakat oleh negara dalam beberapa tinjauan para ulama ternyata memiliki dampak positif
yang lebih besar dibandingkan bila zakat disalurkan sendiri-sendiri oleh muzaki. Walaupin menyalurkan
zakat secara langsung memamg syah ditinjau dari hukum syariah, tetepi menyalurkan zakat melalui
lembaga pengelola zakat yang ditunjuk yang didirikan oleh negara jauh lebih efektik dari pada
menyalurkannya secara orang perorang.
Ada beberapa keuntungan yang bisa di dapatkan dengan menyalurkan zakat kepada lembaga
pengelola zakat yang tidak akan diperoleh dengan membayarkan secara langsung oleh muzaki kepada
mustahik, yaitu:
1. Menjamin kepastian dan disiplin muzakidalam membayar zakat
2. Untuk menjaga perasaan rendah diri pada mustahik.
3. Memperlihatkan syiar islam
4. Untuk mencapai efisiensi dan efektifitas, serta sasaran yang tepat dalam penggunaan dana zakat menurut
skala priorotas
5.

Dapat digunakan untuk kemaslahatan umat islam secara umum


Jika zakat diserahkan secara langusng dari muzaki kepada mustahik, meskipun secara hukum syariah
adalah syah, akan tetapi disamping akan terabaikanya hal-hal diatas, juga hikmah dn fungsi zakat,
terutama yang berkaitan dengan kesejahteraan umat secara umum, akan sulit diwujudkan. Disamping
keutamaan yang telah disebutkan, penerahan zakat kepda petugas zakat merupakan hal yang biasa
dilakukan dan dicontohkan oleh rasulallah dan para sahabat sesudahnya. Bahkan para ulama sesudahnya
pun tetap mewajibkan penyerahan pengurusan dan pengeolaan zakat kepada petugas.

B.

KEWAJIBAN PENGELUARAN NEGARA BAGI PELAKU ASNAF


Semua penerimaan negara dalam sistem ekonomi kafitali dan sosialis diakui sebagai milik negra
atau rakrat. Namun dalam sistem ekonomi islam, semua pemasukan negara yang bersumber dari zkat
sesungguhnya masuk kdiviategori harta milik individu, yaitu individu yang termasuk 8 asnaf, bukan milik
negara. Negara bertanggungjawab atas peneglolaan zakat. Pengelolaan zakat bukan tanggungjawab

individu atau lembaga sosial seperti yang saat ini terjadi di beberapa negara yang mayoritas penduduknya
muslim. Dasarnya adalah firman Allah dalam QS. at-Taubah (9):103:




Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman
jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
Ayat tersebut pada awalnya adalah perintah kepada Rasul (sebagai kepala negara) untuk memungut zakat.
Untuk kepentingan ini maka Rasul mengutus para shabatnya (sebagai amil zakat) untuk memungut dan
membagikan zakat, misalnya dengan mengutus Muadz bis jabal ke Yaman.
Mengenai tafsir ayat tersebut, Kamaluddin bin al-Human, seorang Muhaqqiq Madzhab Hanafi
berkata:Bahwa zahir dari firman Allah SWT: Ambilah zakat dari sebagian harta mereka.. mewajibkan
hak pengambilan zakat itu secara mutlak bagi penguasa(iman/khalifah), baik harta zahir maupun harta
batin
Adapun Imam al-Jashash (w.370H) dalam kitab tafsirnya Ahkamul Quran berpendapat bahwa
pengambilan zakat adalah semata-mata kewajiban (hak)seorang imam. Apabila dikeluarakan oleh orang
yang wajib zakat maka langsung kepada orang-orang miskin, maka hal tersebut tidak dibolehkan. Sebab,
hak seorang imam seterusnya tetap mengumpulkan zakat. Hak tersebut tidak boleh dialihkan kepada
orang lain. Ketentuan ini, juga terdapat dalam banyak hadis. Salah satu keterangan dari hadi hadis tentang
bkewajiban membayar zakat antara lain tercantum dalam shahih bukhori-muslim dari ibnu Abbas.
Bahwasannya tatkala RasulullahSAW mengutus Muadz bin jabal ke negeri Yaman, beliau bersabda:
Beritahukanlah kepada mereka (penduduk yaman), bahwa Allah SWT telah mewajibkan atas sebagian
harta mereka untuk disedekahkan yang akan dipungut dari orang-orang kaya agar kemudian diserahkan
kepada fakir/miskin di antara mereka.
Dalam menjelaskan Hadis ini, Imam Ibn Hajr al-Asqalany berkata dalam Fathul Bari:Hadis ini
dapat dijadikan alasan bahwa penguasa/imam adalah pihak yang bertanggung jawab mengumpulkan dan
membagikan zakat, baik dilakukannya sendiri secara langsung maupun melalui wakil-wakilnya. Siapa
saja di antara mereka yang menolak mengeluarkan zakat, maka hendaklah zakat itu diambil dari orang
tersebut secara paksa.
Dari uraian di atas jelas bahwasannya penerimaan dan penyaluran zakat merupaka kewajiban
penguasa (Imam:dalam hal ini adalah negara yang berupa Khilafah islamiah) untuk mengumpulkan dan
mengelolanya. Tidak diperbolehkan bagi lembaga-lembaga sosial maupun pendidikan atas yayasan milik
perorangan dan yang serupa dengannya untuk memungut dan meyalurkan zakat.
Zakat telah direalisasikan secara nyata dan sukses dalam sejarah islam, sampai tak ditemukan lagi
orang-orang fakir yang berhak mendapat zakat, Yahya bin Sai, seorang petugas zakat pada masa umar bin

abdul Aziz telah mengutusku mengumpulkan zakat orang afrika. Lalu aku menariknya dan minta
dikumpulkan orang-orang fakirnya untuk kuberi zakat. Tetapi tidak ada seorangpun dari kalangan mereka
yang mengambilnya. Orang-orang yang berhak mengambil zakat (para mustahik zakat) telah ditentukan
Allah dalam firman-Nya, at-Taubah (9):60:




Sesungguhnya zakat-zakat, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengelolapengelolanya, para muallaf, serta untuk para budak, orang-orang yang berhutang, dan pada sabilillah,
dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang telah diwajibkan Allah.
Dan Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana. (At-Taubah: 60)
Ayat ini membatasi dan mengkhususkan para mustahik zakat hanya pada delapan (asnaf) saja. Zakat
tidakboleh diberikan kepada selain mereka. Ayat tadi menggunakan kata innama (hanyalah), yang dalam
bahsa arab merupakan salahsatu pembatas( adatul hashr).
C. SISTEM PENGELUARAN NEGARA DALAN ZAMAN RASSULULLAH DAN
KEKAHALIFAHAN
1. Sistem Pengeluaran Negara dalam Zaman Rasulullah
Pelaksanaan zakat di zaman Rasulullah SAW dan yang kemudian diteruskan para sahabatnya ,
yaitu para petugas mengambil zakat dari semdiri para muzaki atau muzaki sendiri secara langsung
menyerahkan zakatnya pada baitumal .
Pada masa rasulullah SAW masalah pengelolaan zakat , walaupun dalam bentuk yang sederhana
namun pengelolaan zakat pada masa itu dapat dibilang berhasil . Karena amil pada waktu itu adalah orang
orang yang amanah , jujur , transparan, akuntabel .
Satu hal yang paling substansial dalam penyaluran zakat masa rasulullah tidak pernah menunda
penyaluran zakat .

2. Sistem Pengeluaran Negara Dalam Zaman Kekahalifahan


a) Abu Bakar Ash-Shidiq
Zakat merupakan salah satu perintah yang enggan dibayar oleh para penentang agama karena
menganggap kewajiban zakat hanya ada pada masa Rasulullah masih hidup . Karena itu mereka
menentang Abu bakar.
Dalam penerimaan Zakat Abu Bakar menjadikan zakat sebagai pendapatan negara dan disimpaN
dalam baitulmal untuk langsung didistribusikan seluruhnya kepada kaum muslimin hingga tidak ada yang
tersisa . Abu Bakar sangat meneladani sikap yang telah dicontohkan . RAsul dalam penyaluran zakat ,

yang dibagikan segara dan tanpa sisa . Selama masa pemerintahan Abu Bakar , harta baitulmal tidak
pernah menumpuk dalam jangka waktu yang lama karena langsung didistribuskikan kepada seluruh kaum
muslimin . Sewaktu Abu Bakar wafat hanya ditemukan satu dirham dalam perbendaharaan negara .
Apabila pendapatan meningkat , seluruh kaum muslimin mendapat manfaat yang sama dan tidak ada
seorang pun yang dibiarkan dalam kemiskinan . kebijakan tersebut berimplikasi pada peningkatan
aggregate demand aggregate supply yang pada akhirnya akan menaikan total pendapatan nasional .
b) Umar Bin Khathab (13-23 H/634-644 M)
Umar Bin Khathab dikenal sebagai pemimpin yang tegas . Ia mewarisi negara yang jauh lebih
aman dan kuat dibandingkan masa Abu Bakar . Karena itu pada masa Umar , banyak sekali yang
dilakukan inovasi dalam hukum islam . Termasuk dalam system pengelolaan zakat . Perkembangan yang
menarik tentang implementasi zakat padaperiode Umar ini , yaitu umar membatalkan pemberian zakat
kepada mualaf . Disini umar melakukan itjihad . Umar pada saat itu memahami bahwa sifat mualaf tidak
melekat selamanya pada diri seseorang .
Pada masa beliau mulai diperkenalkan system cadangan devisa , yaitu tidak semua dana zakat
yang diterima langsung didistribusikan sampai habis , namun ada pos cadangan devisa yang di alokasikan
apabila terjadi kondisi darurat seperti bencana alam atau perang . Umat pada masa pemerintahan Umar
bin Khathabpernah mengalami krisis yang parah akan tetapi umar menetapkan kebijakan zakat .
Terobasan lain dalam disitribusi zakat pada masa Umar adalah beliau memungut zakat dua kali lipat bagi
muzaki yang belum membayar zakat pada tahun sebelumnya ( piutang negara ) dan memberikan zakat
dua kali lipat pada mustahik yang tidak menerima zakat pada tahun sebelumnya ( utang negara ) . Selain
itu dalam hal bentuk bentuk penyaluran zakat , beliau telah mencontohkan pemberian zakat produktif
dengan memberikan seorang miskin seekor anak unta beserta dua induknya untuk dapat diternakan .
Zakat konsumtif yang diberikan juga sangat besar jumlahnya , yaitu dengan memberikan seekor unta
yang penuh dengan muatan kebutuhan pokok kepada seekor fakir .

c) Utsman bin Affan (23-35 H / 644-656 )


Khalifah Utsman bin Affan mlakukan penataan baru dengan mengikuti kebijakan Umar bin
Khatab . Dalam rangka pengembangan sumber daya alam . beliau melakukan pembuatan saluran air ,
pembangunan jalan jalan , dan pembentukan organisasi kepolisian secara permanen untuk mengamankan
jalur perdagangan .
Dalam pendistribusian harta baitulmal ,khalafiah Utsman bin Affan menerapkan prinsip
keutamaan seperti halnya Umar bin Khathab .Dalam pengelolaan zakat , Khalifah Utsman bin Affan
mendegladasikan kewenangan menaksir harta yang dizakati oleh para pemiliknya . Hal ini dilakukan

untuk mengamankan zakat dari berbagai gangguan dan masalah dalam dalam pemeriksaan kekayaan yang
tidak jelas oleh beberapa oknum pengumpul zakat . Olehb karena itu Utsman membuat bebrapa
perubahan administrasi tingkat atas dan pergantian beberapa gubernur .
Pada masa Khalifah Utsman kondisiekonomi sangat makmur , bahkan diceritakan beliau sampai
harus mengeluarkan zakat hrta kharaj dan jizyah yang diterimannya . Harta zakat pada periode Utsman
mencapai rekor tertinggi dibandingkan pada masa masa sebelumnya .
d) Ali Bin Abi Thalib (35-40 H/ 656-661 M)
Selama masa pemerintahan ia menghadapi berbagai pergolokan . Tidak ada masa sedikitpun
dalam peremrintahannya yang dapat dikatkan stabil . Dalam pendistribusian zakat kepada asnaf Ali
menerapkan kebijakan sesuai degan kebijakan seperti pada masa rasulullah dan Abu Bakar yang langsung
mendisitribusikan keseluruhan dana Zakat sampai habis dan meninggalkan system cadangan devisa yang
telah dikembangkan oleh Umar Bin Khtab . Dengan wafatnya Ali karena terbunuh maka berakhirlah masa
kekhalifan dan kemudian dipimpin oleh para bangsawan arab , Dinasti Ummayah oleh Muawiyah dengan
sisitem kerajaan yang sangat kental prinsip kekeluargaan dan golongannya . Pada periode ini sebagian
umat muslim menggangap bahwa meraka tidak lagi mempunyai pemimpin sebagaimana hallnya khulafur
rasyidin sehingga mereka enggan untuk menyerahkan zakat kepada pemimpinnya dan memilih
menyalurkan dana secara langsung zakat kepada asnaf .
e) Umar bin Abdul Aziz (99-101 H/ 717-719 M)
Kegemilangan islam dating kembali dalam masa kepempimpinan umar bin Abdul Aziz dari
Bani Umayyah dia mulai mebersihkan dirinya dari tradisi kerajaan yang tidak syarI dilanjutkan kepada
keluarga dan orang orang terdekatnya dan pada akhirnya seluruh kerjaan dan pejabat pemerintahan
bersih dari korupsi .
Salah satu Indikator dari kemakmuran yang adapada masa itu adalah ketika para amil zakat
berkeliling di perkampungan afrika tapi mereka tidak menemukan yang mau menrima zakat . Bisa
dibayangkan betapa sejateranya kehidupan sebuah masyarakat yang sewaktu waktu ditimpa musiba dll .
Dengan demikian konsep welfare state atau negara kesejahteraan yang diaplikasikan pertama kali
oleh negara negara Eropa dan Amerika Serikat pada abad ke 19 sebenrnya telah diaplikasikan jauh
sebelumnya oleh para khalafur rasyidin melalui dengan pengelolaan zakat yang sukses . Dalam negara
kesejahteraan , pemecahan masalah kesejahteraan social , seperti kemiskinan ,pengangguran ,
ketimpangan dan ketelantaran tidak dilakukan melalui proyek proyek social parasial yang berjangka
pendek . Melainkan diatasi secara terpadu oleh program program jaminan social , seperti pelayanan social
, rehabilitas social , serta berbagai tunjangan pendidikan kesehatan hari tua , dan pengangguran .
Distribusi zakat sesungguhnya merupakan impelementasi dari jaminan social dalam negara welfare state .
D. SISTEM KEBIJAKAN PENGELUARAN ZAKAT KONTENPORER DUNIA ISLAM

Hingga saat ini , tidak terdapat keseragaaman dalam pengelolaan dan penyaluran zakat di
berbagai negara . Masing masing negara memiliki model pengelolaan dan disitribusi zakat yang
berbeda beda . Untuk negara negara yang menganut prinsip syariah seperti arab Saudi ,Iran . Kuwait
maka pengelolaan zakat dilakukan oleh negara. Disebagian negara yang berpenduduk mayoritas muslim
namun tidak melandaskan aturan syariah dalam pemerintahan , maka pengelolaan zakat dilakukan oleh
pihak pihak swasta atau badan yang ditunjuk oleh negara.

BAB III
PENUTUP

A.

Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada Bab-Bab terdahulu maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Zakat berarti sebutan atau nama bagi sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah swt. Untuk
diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Dengan berzakat berarti kita telah
menyalurkan rezeki bagi keluarga yang tidak mampu.

2. Islam menghendaki bahwa umatnya dapat hidup sejahtera, yakni dapat terpenuhi kebutuhan
kehidupan jasmani maupun rohani. Dalam Islam kesejahteraan dibagi dalam tiga aspek, yaitu
kesejahteraan perorangan (diwujudkan dengan mencari sumber penghasilan), kesejahteraan
komunal dalam keluarga/masyarakat (diwujudkan dengan zakat dan kepedulian terhadap dhuafa),
kesejahteraan masyarakat yang lebih luas/negara (keberkahan ahlul quro dan negeri sejahtera atau
baladan aminan).
3. Untuk membangun kesejahteraan umat dapat dilakukan dengan upaya zakat karena dana yang
disalurkan dapat dijadikan modal usaha bagi perbaikan ekonomi keluarga warga Muslim. Untuk
pendistribusian zakat dilakukan melalui lembaga-lembaga yang ada, misalnya lembaga zakat
yang ada di desa maupun di sekololah. Perubahan paradigma dibutuhkan demi tercapainya tujuan
zakat itu sendiri, perubahan paradigma tersebut diantaranya merubah pandangan yang
menyatakan bahwa zakat adalah bersifat sukarela dan belas kasihan orang kaya terhadap fakir
miskin, menjadikan zakat adalah merupakan perintah Allah dan hukumnya wajib untuk
dilaksanakan. Dan merubah anggapan bahwa zakat mengurangi kekayaan muzakki, menjadi zakat
justru menambah dan memberkahi kekayaan si muzakki.
4. BAZ dan LAZ adalah dua lembaga zakat yang memiliki wewenang untuk mengelola,
mendistribusikan dan mendayagunakan nya. BAZ sendiri merupakan lembaga pengelola zakat
yang dibentuk oleh pemerintah, sedangkan LAZ adalah lembaga zakat yang dibentuk oleh swasta
dan bergerak di luar pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA
Qardawi, Yusuf. Hukum Zakat. Jakarta : PT Pustaka Litera Antar Nusa, 2004.
Quran dan Terjemahan Kementrian Agama
Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 Bab I pasal 1, Tentang Kesejahteraan Sosial.
Nata
Abuddin.
Kesejahteraan
dalam
Pandangan
Islam,
Dalam
/hilmanmuchsin.blogspot.com/2011/01/kesejahteraan-dalam-pandangan-islam.html. , 2011.

http:

Jefriando Maikel. Kemiskinan di Indonesia Semakin Dalam dan Parah, Dalam http:
//finance.detik.com/read/2014/01/02/152910/2456793/4/bps-akui-kemiskinan-di-indonesia-semakin-dalamdan-parah. 2014.

http://dhimasaryputra.blogspot.co.id/2014/12/instrumen-zakat-sebagai-sumber.html

Anda mungkin juga menyukai