Anda di halaman 1dari 56

POTENSI MARMER MERAH

DI GIRIPURNO, KECAMATAN SALAMAN


KABUPATEN MAGELANG
KERTAS KERJA WAJIB

Oleh :
NAMA MAHASISWA
NIM
JURUSAN
PROGRAM
DIPLOMA

:
:
:
:
:

ARIS SUTANTO
551304 / A
MENEJEMEN
KEINSPEKTURAN
I (SATU)

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
PERGURUAN TINGGI KEDINASAN AKADEMI MINYAK DAN GAS BUMI-STEM

PTK AKAMIGAS-STEM
Cepu, Mei 2014

LEMBAR PENCATATAN KEGIATAN PEMBIMBINGAN KKW


Nama

: Aris Sutanto

Nomor Mahasiswa

: 551304 / A

Jurusan

: Menejemen

Program Studi / Diploma

: Keinspekturan / I

Dosen Pembimbing

: Ir Dodid Muhardono,M.Sc.

Judul Kertas Kerja Wajib

: Potensi Marmer Merah di Giripurno, Kecamatan


Salaman Kabupaten Magelang

No.

Selesai Perbaikan

Ringkasan Materi

Paraf

Bimbingan KKW

Pembimbing

Tanggal

Cepu,

2014

Tanggal

1.

03-12-2013

BAB I & BAB II

2.

24-01-2014

BAB III

3.

11-02-2014

BAB IV & BAB V

4.

04-03-2014

Tinjauan Kesalahan

5.

26-03-2014

Koreksi Format

6.

07-04-2014

Acc

Ketua Program Studi


Keinspekturan

Agus Heriyanto,S.T.,M.T.
NIP. 19550827 197809 1 001

Paraf

ii

Judul

Potensi Marmer Merah di Giripurno, Kecamatan


Salaman Kabupaten Magelang

Oleh

Aris Sutanto

No. Mahasiswa

551304 / A

Jurusan

Menejemen

Program Studi / Diploma

Keinspekturan / I

MENYETUJUI
PEMBIMBING KERTAS KERJA WAJIB

Ir Dodid Muhardono,M.Sc.
NIP. 19550929 198303 1 002

MENGETAHUI
KETUA PROGRAM STUDI
KEINSPEKTURAN

Agus Heriyanto,S.T.,M.T.
NIP. 19550827 197809 1 001

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Allah, Tuhan Yang Maha Esa
atas RahmatNya penulis dapat menyelesaikan penulisan Kertas Kerja Wajib
(KKW) dengan judul Potensi Marmer Merah di Giripurno, Kecamatan
Salaman, Kabupaten Magelang Kertas Kerja Wajib ini diajukan sebagai salah
satu syarat menempuh Ujian Akhir Program Diploma I pada Program Studi
Keinspekturan PTK AKAMIGAS STEM Cepu.
Dalam penyusunan Kertas Kerja Wajib ini penulis banyak mendapatkan
bimbingan, saran dan dorongan serta bantuan pemikiran dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. Toegas S. Soegiarto, MT, selaku Direktur PTK AKAMIGAS
STEM Cepu.
2. Bapak Ir. Sutarno, M.M, selaku Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Energi
dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Magelang.
3. Bapak Agus Heriyanto, S.T, M.T, selaku Ketua Program Studi
Keinspekturan.
4. Bapak Dwi Kundarto, S.Sos, selaku Kepala Bidang Energi dan Sumber
Daya Mineral, Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan Sumber Daya
Mineral Kabupaten Magelang.
5. Bapak Harjono, S.T, selaku Kepala Seksi Geologi dan Air Tanah Bidang
Energi dan Sumber Daya Mineral, Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan
Sumber Daya Mineral Kabupaten Magelang
6. Bapak Ir Dodid Muhardono, M.Sc. selaku Dosen Pembimbing Kertas
Kerja Wajib.
7. Bapak Agus Abdul Madjid, S.T,M.T, selaku Pembimbing Lapangan
8. Bapak dan Ibu dosen PTK AKAMIGAS STEM Cepu.
9. Seluruh Staf PTK AKAMIGAS-STEM
10. Seluruh Staf Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan Sumber Daya Mineral
Kabupaten Magelang..
Semoga semua bantuan yang telah diberikan kepada penulis hingga
selesainya penulisan Kertas Kerja Wajib (KKW) ini mendapat limpahan
keberkahan dan pahala dari Allah SWT .
Penulis menyadari dalam penyusunan KKW ini masih terdapat banyak
kekurangan serta jauh dari kesempurnaan oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna
penyempurnaan penyusunan KKW di masa yang akan datang.
Akhir kata semoga Kertas Kerja Wajib ini dapat bermanfaat bagi pembaca
serta bagi perkembangan dan kemajuan PTK AKAMIGAS STEM.

Cepu,
2014
Penulis,
ARIS SUTANTO
NIM. 551304/A

INTISARI

Sejak mulai berlakunya Otonomi Daerah, maka dipandang perlu


untuk mengetahui potensi sumber daya mineral yang ada agar dapat
dimanfaatkan seoptimal mungkin guna mendukung kemandirian
pembangunan dimasa yang akan datang. Kabupaten Magelang memiliki
endapan bahan galian yang beragam yang berpotensi untuk dikembangkan.
Perkembangan pesat pada sektor lain akan berdampak pada pemanfaatan
bahan galian, dengan demikian diperlukan suatu langkah untuk
mengantisipasi agar sumber daya alam tersebut dapat dimanfaatkan secara
berdaya guna dan berhasil guna dengan tetap memperhatikan kelestarian
lingkungan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian dan usaha penyajian
data dan informasi lebih detil mengenai jenis, penyebaran, kualitas dan
kuantitasnya. Salah satu endapan bahan galian yang ada adalah marmer.
Marmer di Kabupaten Magelang mempunyai karakteristik yang unik dan
langka karena berwarna merah yang hanya ada di dua tempat di dunia yaitu
di Magelang dan Italia (Suara Merdeka, 15 Januari 2003). Kegunaan
Marmer merupakan batuan yang digunakan untuk berbagai macam
kebutuhan terutama untuk ornamen rumah, perkantoran, pertokoan,
souvenir dan lainnya. Di Kabupaten Magelang, cadangan marmer cukup
besar, hal ini didasarkan pada kondisi geologi Kabupaten Magelang yang
berada pada jalur pegunungan Kulon Progo yang tersusun oleh batu
gamping yang telah termetamorfose. Marmer di Bukit Giripurno
diperkirakan mempunyai volume sebesar 16.503.683,41 m3 namun namun
hingga saat ini baru dimanfaatkan secara kecil oleh pihak swasta sebagai
pemilik lahana.

ii

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................
i
INTISARI ..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... v
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... vii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penulisan .................................................................
1.2. Tujuan Penulisan ..............................................................................
1.3. Batasan Masalah ...............................................................................
1.4. Sistematika Penulisan .......................................................................

1
2
2
3

II. ORIENTASI UMUM


2.1. Sejarah Singkat Kabupaten Magelang .............................................. 4
2.2. Letak Geografis Kabupaten Magelang ............................................... 5
2.3. DPU dan ESDM Kabupaten Magelang ............................................. 6
2.3.1. Struktur Organisasi DPU dan ESDM .................................... 7
2.3.2. Tugas Pokok dan Fungsi DPU dan ESDM ............................ 9
2.3.2.1. Tugas Pokok dan Fungsi Bidang ESDM .................... 10
2.3.2.1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Seksi Pertambangan .... 12

III. TINJAUAN PUSTAKA


3.1. Geologi Regional ..............................................................................
3.2. Bahan Galian.....................................................................................
3.2.1. Pengertian Bahan Galian .......................................................
3.2.2. Penggolongan Bahan Galian .................................................
3.3. Marmer .............................................................................................
3.3.1. Pengertian ..............................................................................
3.3.2. Keterbentukan .......................................................................
3.3.3. Manfaat ................................................................................
3.4. Cadangan .........................................................................................

14
18
18
18
20
20
20
20
21

IV. PEMBAHASAN
4.1. Geologi Derah Penelitian...................................................................
4.2.1. Geomorfologi .......................................................................
4.2.2. Stratigrafi ...............................................................................
4.2.3. Struktur Geologi ....................................................................

23
23
25
27

iii

4.2. Potensi Bahan Galian di Kabupaten Magelang .................................


4.3. Potensi Marmer Merah di Kabupaten Magelang ................................
4.3.1. Lokasi Penyebaran Marmer....................................................
4.3.2. Proses Pembentukan Marmer .................................................
4.3.3. Marmer di Giripurno ..............................................................
4.5. Cadangan ...........................................................................................
4.6. Penggunaan ........................................................................................

28
28
30
31
32
33
35

V. PENUTUP
5.1. Simpulan ......................................................................................... 38
5.2. Saran ............................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1. Peta Administrasi Kabupaten Magelang ...................................

Gambar 3.1. Sketsa Fisografi Jawa (Van Bemmmelen, 1949) .......................

14

Gambar 4.1. Morfologi daerah penelitian dilihat dari Google ........................

23

Gambar 4.2. Morfologi daerah penelitian dilihat dari Google map ................

24

Gambar 4.3. Foto bentang alam daerah penelitian ........................................

24

Gambar 4.4. Peta geologi daerah penelitian ..................................................

27

Gambar 4.5. Foto marrmer berkualitas baik yang bisa di produksi.................

29

Gambar 4.6 Peta lokasi penyebaran marmer di Giripurno .............................

30

Gambar 4.7 Foto singkapan marmer ...........................................................

31

Gambar 4.8 Foto marmer dengan fosil di dalamnya .....................................

33

Gambar 4.9 Luas Penampang Atas ...............................................................

34

Gambar 4.10 Luas Penampang Bawah ..........................................................

34

Gambar 4.11 Metode perhitungan cadangan ..................................................

35

Gambar 4.12 Foto contoh produk marmer .....................................................

36

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 4.1.

Stratigrafi Pegunungan Kulon Progo ........................................

vi

25

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Bagan Organisasi DPU dan ESDM Kabupaten Magelang


Lampiran 2. Peta Geologi Kabupaten Magelang
Lampiran 3. Peta Penyebaran Potensi Bahan Galian di Kabupaten Magelang

vii

I.

1.1.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Penulisan

Kebutuhan barang tambang terutama marmer dewasa ini makin meningkat


seiring dengan peningkatan pembangunan permukiman. Marmer merupakan batuan
yang digunakan untuk berbagai macam kebutuhan terutama untuk ornamen rumah,
perkantoran, pertokoan, souvenir dan lainnya.

Marmer mempunyai komposisi kimia sama dengan batu gamping yaitu kalsit
karbonat (CaCO3) merupakan salah satu diantara mineral yang cukup banyak
penggunaannya. Pada umumnya kegunaan marmer adalah sebagai bahan bangunan,
baik sebelum ataupun sesudah proses pengolahan.

Di Kabupaten Magelang, cadangan marmer cukup besar, hal ini didasarkan


pada kondisi geologi Kabupaten Magelang yang berada pada jalur Pegunungan
Kulon Progo.

Pada era otonomi daerah seperti sekarang, informasi potensi bahan galian
dimasing-masing kabupaten merupakan data dasar yang sangat penting dalam
menentukan kebijakan pengelolaan bahan galian di daerah. Kegiatan inventarisasi
sumber daya mineral ini diharapkan dapat menghasilkan kajian yang lebih rinci
tentang potensi bahan galian yang meliputi jenis, sebaran, kualitas dan
kuantitasnya, sehingga dapat diketahui peluang pemanfaatannya, di samping itu

untuk meningkatkan pendapatan asli daerah dan sebagai bahan pertimbangan


investasi bagi pelaku usaha pertambangan.

1.2.

Tujuan Penulisan

Tujuan utama dari penulisan Kertas Kerja Wajib ini adalah untuk mengetahui
potensi marmer yang ada di Kabupaten Magelang dan juga sebagai salah satu syarat
kelulusan program Diploma I pada Jurusan Menejemen,

Program Studi

Keinspekturan, PTK AKAMIGAS-STEM.


1.3.

Batasan Masalah
Pembahasan pada Kertas Kerja Wajib ini dibatasi pada hal-hal yang berkaitan

dengan potensi marmer di Kabupaten Magelang yang meliputi :


1.

Geologi Regional

2.

Geologi Daerah Penelitian

3.

Geomorfologi

Stratigrafi

Struktur Geologi

Cadangan Batuan Marmer


-

Umum

Cadangan batuan marmer di Giripurno

1.4.

Sistematika Penulisan

Kertas Kerja Wajib ini terdiri dari lima bab, dengan sistematika sebagai
berikut :
1.

Bab I Pendahuluan : menjelaskan mengenai latar belakang penulisan, tujuan


penulisan, batasan masalah yang dibahas di dalam Kertas Kerja Wajib dan
sistematika penulisan.

2.

Bab II Orientasi Umum : mengulas tentang sejarah singkat Kabupaten


Magelang, Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Energi dan Sumber
Daya Mineral, tugas dan fungsi dari Dinas Pekerjaan Umum Energi dan
Sumber Daya Mineral, Kabupaten Magelang

3.

Bab III Tinjauan Pustaka : memberikan penjelasan tentang geologi regional


Kabupaten Magelang, bahan galian, marmer dan cadangan

4.

Bab IV Pembahasan : menguraikan tentang geologi daerah Penelitian, potensi


bahan galian dan cadangan marmer di Desa Giripuno, Kecamatan Salaman,
Kabupaten Magelang.

5.

Bab V Penutup : berisi tentang kesimpulan dari penulisan kertas kerja wajib
serta saran-saran untuk Pemerintah Kabupaten Magelang

II.

2.1.

ORIENTASI UMUM

Sejarah Singkat Kabupaten Magelang

Sejarah Kabupaten Magelang tidak bisa dipisahkan dari perkembangan Kota


Magelang. Pada tahun 1812, Letnan Gubernur Sir Thomas Stamford Raffles
mengangkat Ngabei Danuningrat sebagai bupati pertama Magelang dengan gelar
Adipati Danuningrat I. Penunjukkan ini terjadi sebagai konsekuensi perjanjian
antara Inggris dan Kesultanan Yogyakarta pada tanggal 1 Agustus 1812 yang
menyerahkan wilayah Kedu kepada pemerintah Inggris. Sejak itu Danuningrat
menjadi bupati pertama di Kabupaten Magelang dengan gelar Adipati Danuningrat
I. Atas petunjuk dari gurunya beliau memilih daerah antara desa Mantiasih dan
Desa Gelangan sebagai pusat pemerintahan. Pada tahun 1930, jabatan bupati
diserahkan dari dinasti Danuningrat kepada pejabat baru yang bernama Ngabei
Danukusumo. Sementara itu sebagai tindak lanjut dari Keputusan Desentralisasi
(Decentralisatie Besluit) tahun 1905, Kota Magelang menjadi gemeente bersama
dengan Kota Semarang, Salatiga, dan Pekalongan. Jabatan walikota baru diangkat
pada tahun 1924. Meskipun demikian, kedudukan bupati masih tetap berada di Kota
Magelang. Akibatnya ada sejumlah pimpinan daerah di Kota Magelang yaitu
Bupati Magelang, Residen Kedu, Asisten Residen Magelang dan Walikota
Magelang

Seiring dengan waktu, kedudukan Kabupaten Magelang diperkuat melalui


UU No. 2 tahun 1948 dengan ibu kota di Kota Magelang. Pada tahun 1950

berdasarkan UU No. 13 tahun 1950 Kota Magelang berdiri sendiri dan diberi hak
untuk mengatur rumah tangga sendiri, sehingga ada kebijaksanaan untuk memindah
ibu kota kabupaten ke daerah lain. Ada dua alternatif ibu kota sebagai penganti Kota
Magelang, yaitu Kawedanan Grabag atau Kawedanan Muntilan, namun kedua
daerah ini ditolak. Pada tanggal 22 Maret 1984, Kecamatan Mertoyudan bagian
selatan dan Kecamatan Mungkid bagian utara dipilih secara resmi sebagai ibu kota
Kabupaten Magelang oleh Gubernur Jawa Tengah dengan nama Kota Mungkid.8:31)

2.2.

Letak Geografis Kabupaten Magelang

Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten yang secara


administrasi termasuk dalam bagian dari Provinsi Jawa Tengah, dengan luas
wilayah 108.573 ha. Kabupaten Magelang berada pada posisi yang strategis dan
menguntungkan karena terletak pada jalur persimpangan dari berbagai arah. Dilihat
dari peta orientasi Propinsi Jawa Tengah, wilayah Kabupaten Magelang memiliki
posisi yang strategis karena keberadaannya terletak di tengah, sehingga mudah
dicapai dari berbagai arah. Secara geoekonomis, Kabupaten Magelang merupakan
daerah perlintasan, jalur kegiatan ekonomi yaitu Semarang-Magelang-Purwokerto
dan Semarang-Magelang-Yogyakarta-Solo.
Secara geografis Kabupaten Magelang terletak diantara 110 01 51 dan
110 27 08 Bujur Timur, 7 19 33 dan 7 42 13 Lintang Selatan. Wilayah
Kabupaten Magelang merupakan salah satu wilayah rawan bencana geologi karena
termasuk dalam wilayah ring of fire.
Batas Kabupaten Magelang meliputi, (Gambar 2.1) :

Sebelah Utara : Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Semarang


Sebelah Timur : Kabupaten Semarang dan Kabupaten Boyolali.
Sebelah Selatan : Kabupaten Purworejo dan Provinsi D.I.Y.
Sebelah Barat : Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo.
Ditengah : Kota Magelang.

Gambar 2.1. Peta Administrasi Kabupaten Magelang 8:06)

2.3.

DPU dan ESDM Kabupaten Magelang

Dinas Pekerjaan Umum Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten


Magelang terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Magelang Nomor 31

Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah (Lembaran Daerah
Kabupaten Magelang Tahun 2008 Nomor 31 ).
Sebagai unsur pelaksana Pemerintah Daerah, Dinas Pekerjaan Umum Energi
dan Sumber Daya Mineral, Kabupaten Magelang mengemban tugas dan tanggung
jawab di bidang Pekerjaan Umum dan Energi dan Sumber Daya Mineral dalam
merumuskan kebijakan teknis

perencanaan,

pengembangan,

pengelolaan,

pengendalian dan pelaksanaan pembangunan.


Jumlah pegawai per 31 Januari 2014 di Dinas Pekerjaan Umum Energi dan
Sumber Daya Mineral, Kabupaten Magelang sebanyak 351 Pegawai Negeri Sipil
(PNS).

2.3.1. Struktur Organisasi DPU dan ESDM

Adapun Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Energi dan Sumber


Daya Mineral Kabupaten Magelang adalah :
Kepala Dinas, yang membawahi :
1.

Sekretaris, membawahi:

Kasubag Perencanaan, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

Kasubag Keuangan

Kasubag Umum dan Kepegawaian

2.

Kepala Bidang Bina Marga, membawahi :

Kepala Seksi Jalan

Kepala Seksi Jembatan

3.

Kepala Seksi Alat-alat dan Perbekalan


Kepala Bidang Pengairan, membawahi :

Kepala Seksi PSDA

Kepala Seksi Operasi dan Pemeliharaan

Kepala Seksi Bina Manfaat dan Kerjasama

4.

Kepala Bidang ESDM, membawahi :

Kepala Seksi Mineral

Kepala Seksi Geologi dan Air Tanah

Kepala Seksi Listrik dan Pemanfaatan Energi

5.

Kepala Bidang Cipta Karya, membawahi :

Kepala Seksi Permukiman

Kepala Seksi TRTB

Kepala Seksi Penataan Ruang dan Lahan

6.

Kepala Bidang Kebersihan dan Pertamanan, membawahi :

Kepala Seksi Kebersihan Jalan dan Lingkungan Perkotaan

Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Sampah

Kepala Seksi Pertamanan dan Iklan Luar Ruang

7.

Kepala UPT Perencanaan dan Pemadaman Kebakaran

8.

Kepala UPT Jaskon

9.

Kepala UPT DPU Wilayah

Wilayah Salaman

Wilayah Bandongan

Wilayah Grabag

10.

Wilayah Tegalrejo

Wilayah Muntilan

Wilayah Salam
Kelompok Jabatan Fungsional

2.3.2 Tugas Pokok dan Fungsi DPU dan ESDM


Peraturan Bupati Magelang Nomor 21 Tahun 2009 tentang Rincian Tugas
dan Fungsi Jabatan Struktural pada Dinas Pekerjaan Umum Energi dan Sumber
Daya Mineral Kabupaten Magelang menyebutkan bahwa fungsi Dinas Pekerjaan
Umum, Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Magelang adalah sebagai
berikut:
a.

Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya.

b.

Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum sesuai


dengan lingkup tugasnya.

c.

Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya.

d.

Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan


tugas dan fungsinya.

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi jabatan struktural sebagaimana


dimaksud di atas, maka Kepala Dinas Pekerjaan Umum Energi dan Sumber Daya
Mineral mempunyai tugas pokok memimpin pelaksanaan urusan pemerintah daerah
di bidang kebinamargaan, keciptakaryaan, pengairan, penataan ruang, energi dan
sumber daya mineral berdasarkan azas otonomi dan tugas pembantuan, dengan
rincian sebagai berikut :

Mempelajari

peraturan perundang-undangan, kebijakan teknis,

pedoman teknis maupun pedoman pelaksanaan lainnya yang


berhubungan dengan tugasnya;
b.

Menyusun kebijakan penyelenggaraan urusan dan kewenangan


daerah di bidang kebinamargaan, keciptakaryaan, pengairan,
penataan ruang, energi dan sumber daya mineral;

c.

Menetapkan rencana strategis jangka panjang, menengah maupun


jangka pendek;

d.

Menetapkan pedoman pelaksanaan dan pedoman teknis di bidang


kebinamargaan, keciptakaryaan, pengairan, penataan ruang, energi
dan sumber daya mineral;

e.

Membina dan menyelenggarakan pengawasan teknis di bidang


kebinamargaan, keciptakaryaan, pengairan, penataan ruang, energi
dan sumber daya mineral;

f.

Mengendalikan dan mengawasi perizinan, rekomendasi dan


pelayanan umum di bidang kebinamargaan, keciptakaryaan,
pengairan, penataan ruang, energi dan sumber daya mineral;

g.

Mengevaluasi dan melaporkan penyelenggaraan urusan dan


kewenangan daerah di bidang kebinamargaan, keciptakaryaan,
pengairan, penataan ruang, energi dan sumber daya mineral;

h.

Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai


dengan tugas dan fungsinya;

10

2.3.2.1 Tugas Pokok Dan Fungsi Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral
Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral

mempunyai tugas pokok

melaksanakan sebagian tugas Dinas Pekerjaan Umum Energi dan Sumber Daya
Mineral di bidang pengelolaan, pemanfaatan di bidang sumber daya mineral dan air
tanah, energi dan ketenagalistrikan daerah, mitigasi bencana geologi dan
pengelolaan energi, dengan rincian sebagai berikut :
a.

Mempelajari

peraturan perundang-undangan, kebijakan teknis,

pedoman teknis maupun pedoman pelaksanaan lainnya yang


berhubungan dengan tugasnya;
b.

Merumuskan kebijakan teknis dan rencana kegiatan pengelolaan,


pemanfaatan di bidang sumber daya mineral dan air tanah, energi dan

ketenagalistrikan daerah, mitigasi bencana geologi dan pengelolaan


energi ;
c.

Merumuskan

pedoman

pelaksanaan

dan

pedoman

teknis

pengelolaan, pemanfaatan di bidang sumber daya mineral dan air


tanah, energi dan ketenagalistrikan daerah, mitigasi bencana geologi
dan pengelolaan energi;
d.

Merencanakan penetapan wilayah danpengelolaan konservasi lingkungan


di bidang pertambangan mineral dan air tanah;

e.

Mengkoordinasikan penyelenggaraan perizinan dan rekomendasi kegiatan


usaha di bidang energi dan sumber daya mineral;

f.

Mengkoordinasikan monitoring, pengendalian, pengawasan, dan evaluasi


kegiatan pengelolaan, pemanfaatan di bidang sumber daya mineral

11

dan air tanah, energi dan ketenagalistrikan daerah, mitigasi bencana


geologi dan pengelolaan energi;
g.

Melaporkan pelaksanaan kegiatan pengelolaan, pemanfaatan di


bidang sumber daya mineral dan air tanah, energi dan
ketenagalistrikan daerah, mitigasi bencana geologi dan pengelolaan
energi;

h.

Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai


dengan tugas dan fungsinya;

2.3.2.1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Seksi Mineral


Seksi Mineral

mempunyai

tugas

pokok menyiapkan

bahan-bahan

pelaksanaan sebagian tugas Dinas Pekerjaan Umum Energi dan Sumber Daya
Mineral di bidang pengusahaan pertambangan mineral dengan rincian sebagai
berikut :
a.

Mempelajari

peraturan perundang-undangan, kebijakan teknis,

pedoman teknis maupun pedoman pelaksanaan lainnya yang


berhubungan dengan tugasnya;
b.

Menyiapkan

rencana

dan

melaksanakan

pengusahaan

pertambangan mineral;
c.

Menyiapkan bahan penyusunan pedoman pelaksanaan dan teknis


pengusahaan pertambangan mineral;

d.

Menyiapkan bahan dan pelaksanaan kegiatan pengusahaan,


perizinan, konservasi, pembinaan, pengawasan dan pengendalian
bidang sumber daya mineral;

12

e.

Mengumpulkan bahan dan melaksanakan inventarisasi data wilayah


konservasi, geologi, geologi teknik, kawasan rawan bencana dan
kawasan lindung geologi;

f.

Menyiapkan bahan dan menyelenggarakan pembinaan teknis


kegiatan konservasi lingkungan, reklamasi dan penutupan lahan
pasca tambang;

g.

Melaksanakan monitoring, pengendalian, pengawasan dan evaluasi


kegiatan pengusahaan pertambangan mineral;

h.

Menyusun bahan laporan kegiatan pengusahaan pertambangan


mineral;

i.

Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai


dengan tugas dan fungsinya.

13

III.

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Geologi Regional

Kondisi geologi wilayah Kabupaten Magelang berdasarkan ciri fisiografinya


dibedakan atas 2 zona fisiografi yaitu Zona Endapan Volkanik Kuarter dan Zona
Depresi Pusat Jawa (van Bemmelen, 1949). 8:30)
Zona Endapan Volkanik Kuarter terisi oleh endapan gunungapi zaman
Kuarter (antara lain Gunung Merapi dan Gunung Sumbing). Sedangkan Zona
Depresi Pusat Jawa yang meliputi morfologi kubah dan pengunungan didominasi
oleh sedimen berumur Tersier,( Gambar 3.1 )

Menurut Van Bemmelen ( 1949 ), Pegunungan Kulon Progo dilukiskan


sebagai dome besar dengan bagian puncak datar dan sayap-sayap curam, dikenal
sebagai Oblong Dome. Dome ini mempunyai arah utara timur laut selatan barat
daya, dan diameter pendek 15-20 Km,( Lingkaran biru Gambar 3.1)
Di bagian utara dan timur, komplek pegunungan ini dibatasi oleh lembah
Progo, di bagian selatan dan barat dibatasi oleh dataran pantai Jawa Tengah.
Sedangkan di bagian barat laut pegunungan ini berhubungan dengan deretan
Pegunungan Serayu.

14

Gambar 3.1.Sketsa Fisografi Jawa (Van Bemmmelen, 1949) dan Citra Landsat
(SRTM NASA, 2004) 12.1)

Inti dari dome ini terdiri dari 3 gunung api andesit tua yang sekarang telah
tererosi cukup dalam, sehingga dibeberapa bagian bekas dapur magmanya telah
tersingkap. Gunung Gajah yang terletak di bagian tengah dome tersebut, merupakan
gunung api tertua yang menghasilkan andesit hiperstein augit basaltic. Gunung api
yang kemudian terbentuk yaitu Gunung Api Ijo yang terletak di bagian selatan.
Kegiatan Gunung Api Ijo ini menghasilkan andesit piroksen basaltic, kemudian
andesit augit hornblende, sedang pada tahap terakhir adalah intrusi dasit pada
bagian inti. Setelah kegiatan Gunung Gajah berhenti dan mengalami denudasi, di
bagian utara mulai terbentuk Gunung Menoreh, yang merupakan gunung terakhir
pada komplek pegunungan Kulon Progo. Kegiatan Gunung Menoreh mula-mula

15

menghasilkan andesit augit hornblen, kemudian dihasilkan dasit dan yang terakhir
yaitu andesit.
Dome Kulon Progo ini mempunyai puncak yang datar. Bagian puncak yang
datar ini dikenal sebagai Jonggrangan Platoe yang tertutup oleh batugamping
koral dan napal dengan memberikan kenampakan topografi kars. Topografi ini
dijumpai di sekitar Desa Jonggrangan, sehingga litologi di daerah tersebut dikenal
sebagai Formasi Jonggrangan.
Pannekoek (1939), vide (Van Bammelen, 1949) mengatakan bahwa sisi utara
dari Pegunungan Kulon Progo tersebut telah terpotong oleh gawir-gawir sehingga
di bagian ini banyak yang hancur, yang akhirnya tertimbun di bawah alluvial
Magelang
Daerah Giripurno merupakan bagian sebelah timur dari Pegunungan Serayu
Selatan yang masuk pada Formasi Nanggulan. Formasi Nanggulan merupakan
formasi yang paling tua di daerah Pegunungan Kulon Progo. Singkapan batuan
batuan penyusun dari Formasi Nanggulan dijumpai di sekitar kaki sebelah timur
dari Pegunungan Kulon Progo. Penyusun batuan dari formasi ini terdiri dari
batupasir dengan sisipan lignit, napal pasiran, batu lempung dengan konkresi
limonit, sisipan napal dan batu gamping, batupasir dan tuf serta kaya akan fosil
foraminifera dan moluska. Diperkirakan ketebalan formasi ini adalah 30 meter.
Berdasarkan pada studi fosil yang diketemukan, Formasi Nanggulan mempunyai
kisaran umur antara Eosen Tengah sampai Oligosen Atas .
Batuan penyusun dari formasi ini terdiri atas breksi andesit, tuf, tuf tapili,
aglomerat dan sisipan aliran lava andesit. Lava, terutama terdiri dari andesit

16

hiperstein dan andesit augit hornblende. Formasi Andesit Tua ini dengan ketebalan
mencapai 500 meter mempunyai kedudukan yang tidak selaras di atas Formasi
Nanggulan. Batuan penyusun formasi ini berasal dari kegiatan vulaknisme di
daerah tersebut, yaitu dari beberapa gunung api tua di daerah Pegunungan Kulon
Progo yang oleh Van Bemmelen (1949) disebut sebagai Gunung Api Andesit Tua.
Gunung api yang dimaksud adalah Gunung Gajah, di bagian tengah pegunungan,
Gunung Ijo di bagian selatan, serta Gunung Menoreh di bagian utara Pegunungan
Kulon Progo.
Aktivitas dari Gunung Gajah di bagian tengah mengahsilkan aliran-aliran
lava dan breksi dari andesit piroksen basaltic. Aktivitas ini kemudian diikuti
Gunung Ijo di bagian selatan Pegunungan Kulon Progo, yang menghasilkan andesit
piroksen basaltic, kemudian Andesit augit hornblende dan kegiatan paling akhir
adalah intrusi dasit. Setelah denudasi yang kuat, sedikit anggota dari Gunung Gajah
telah tersingkap, di bagian utara, Gunung Menoreh ini menghasilkan batuan breksi
andesit augithornblende, yang disusul oleh intrusi dasit dan trakhi andesit. Wartono
Rahardjo, dkk, (1977) menyebutkan telah menemukan kepingan tuff napalan yang
merupakan fragmen breksi. Kepingan tuff napalan ini merupakan hasil dari
rombakan lapisan yang lebih tua, dijumpai di kaki Gunung Mujil. Dari hasil
penelitian, kepingan tuff itu merupakan fosil foraminifera plantonik yang dikenal
sebagai Globigerina ciperoensis bolli, Globigerina geguaensis weinzrel; dan applin
serta Globigerina praebulloides blow. Fosil-fosil ini menunjukkan umur Oligosen
atas

17

3.2. Bahan Galian


3.2.1. Pengertian Bahan Galian
Bahan galian merupakan mineral asli dalam bentuk aslinya, yang dapat
ditambang untuk keperluan manusia. Mineral-mineral dapat terbentuk menurut
berbagai macam proses, seperti kristalisasi magma, pengendapan dari gas dan uap,
pengendapan kimiawi dan organik dari larutan pelapukan, metamorfisme,
presipitasi dan evaporasi, dan sebagainya.
Bahan galian merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui,
karena proses pembentukannya membutuhkan waktu yang sangat lama dan untuk
memperolehnya pun membutuhkan ilmu dan cara khusus. Bahan galian terjadi dan
dapat ditemukan di dalam kerak bumi atau lapisan-lapisan batuan yang dimensi dan
penyebarannya tidak teratur dan tidak mengenal batas wilayah administratif.

3.2.2. Penggolongan Bahan Galian


Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, penggolongan bahan galian di
Indonesia diklasifikasikan menjadi 2 (dua), yaitu mineral dan batubara.
- Mineral, terdiri dari :
Bahan Galian Mineral Radioaktif
meliputi : radium, thorium, uranium, monasit dan bahan radio aktif lainnya
Bahan Galian Mineral Logam
meliputi : litium, berilium, magnesium, kalium, kalsium, emas, tembaga,
perak, timbal, seng, timah, nikel, mangaan, platina, bismuth, molibdenum,
bauksit, air raksa, wolfram, titanium, barit, vanadium, kromit, antimoni,
18

kobalt, tantalum, cadmium, galium, indium, yitrium, magnetit, besi, galena,


alumina, niobium, zirkonium, ilmenit, khrom, erbium, ytterbium,
dysprosium, thorium, cesium, lanthanum, niobium, neodymium, hafnium,
scandium, aluminium, palladium, rhodium, osmium, ruthenium, iridium,
selenium, telluride, stronium, germanium, dan zenotin.
Bahan Galian Mineral Bukan Logam
meliputi : intan, korundum, grafit, arsen, pasir kuarsa, fluorspar, kriolit,
yodium, brom, klor, belerang, fosfat, halit, asbes, talk, mika, magnesit,
yarosit, oker, fluorit, ball clay, fire clay, zeolit, kaolin, feldspar, bentonit,
gipsum, dolomit, kalsit, rijang, pirofilit, kuarsit, zirkon, wolastonit, tawas,
batu kuarsa, perlit, garam batu, clay, dan batu gamping untuk semen.
Batuan
meliputi :

pumice, tras, toseki, obsidian, marmer, perlit, tanah diatome,

tanah serap (fullers earth), slate, granit, granodiorit, andesit, gabro,


peridotit, basalt, trakhit, leusit, tanah liat, tanah urug, batu apung, opal,
kalsedon, chert, kristal kuarsa, jasper, krisoprase, kayu terkersikan, gamet,
giok, agat, diorit, topas, batu gunung quarry besar, kerikil galian dari bukit,
kerikil sungai, batu kali, kerikil sungai ayak tanpa pasir, pasir urug, pasir
pasang, kerikil berpasir alami (sirtu), bahan timbunan pilihan (tanah),
urukan tanah setempat, tanah merah (laterit), batu gamping, onik, pasir laut,
dan pasir yang tidak mengandung unsur mineral logam atau unsur mineral
bukan logam dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi
pertambangan.

19

- Batubara
meliputi : bitumen padat, batuan aspal, batubara dan gambut.

3.3.

Marmer

3.3.1. Pengertian
Marmer merupakan jenis batuan metamorfose dari batuan sedimen yang
secara genesa pembentukannya terbagi menjadi 2 (dua) yaitu batu gamping
terumbu (non klastika) dan batu gamping berlapis (klastika).

3.3.2. Keterbentukan
Marmer atau batu pualam merupakan batuan hasil proses metamorfosa atau
malihan dari batugamping. Pengaruh suhu dan tekanan yang dihasilkan oleh gaya
endogen menyebabkan terjadi rekristalisasi pada batuan tersebut membentuk
berbagai foliasi mapun non foliasi. Akibat rekristalisasi struktur asal batuan
membentuk tekstur baru dan keteraturan butir. Marmer Indonesia diperkirakan
berumur sekitar 3060 juta tahun atau berumur Kuarter hingga Tersier.
Marmer akan selalu berasosiasi keberadaanya dengan batugamping. Setiap ada batu
marmer akan selalu ada batugamping, walaupun tidak setiap ada batugamping akan
ada marmer. Karena keberadaan marmer berhubungan dengan proses gaya endogen
yang mempengaruhinya baik berupa tekan maupun perubahan temperatur yang
tinggi.

20

3.3.3. Kegunaan marmer

Penggunaan marmer atau batu pualam tersebut biasa dikategorikan kepada


dua penampilan yaitu tipe ordinario dan tipe staturio. Tipe ordinario biasanya
digunakan untuk pembuatan tempat mandi, meja-meja, dinding dan sebagainya,
sedangka tipe staturio sering dipakai untuk seni pahat dan patung. Batu marmer
juga dipakai untuk memperindah fasade bangunan dengan memberikan warna dan
tekstur unik dari batu alam, juga termasuk dalam kelompok batuan yg terutama
digunakan sebagai bahan mentah dalam industri bangunan (konstruksi) dan
ornamen.

3.4.

Cadangan

Cadangan adalah endapan mineral yang telah diketahui ukuran, bentuk,


sebaran, kuantitas dan kualitasnya dan yang secara ekonomis, teknis, hukum,
lingkungan dan sosial dapat ditambang pada saat perhitungan dilakukan.
Istilah cadangan pada pertambangan diklasifikasikan menjadi :
a) Cadangan hipotetik, adalah cadangan yang kualitas dan kuantitasnya diperoleh
berdasarkan perkiraan.
b) Cadangan tereka, adalah cadangan yang kuantitasnya hanya berdasarkan
interpretasi dan pengetahuan geologi semata, jumlah titik contoh masih sangat
jarang (lebih besar dari 1200 meter).

21

c) Cadangan terduga, adalah cadangan yang kualitas dan kuantitasnya sebagian


ditentukan dengan jarak pengambilan contoh relatif lebih rapat (berkisar antara
400 - 1200 meter).
d) Cadangan terukur, adalah cadangan yang kualitas dan kuantitasnya dihitung
berdasarkan data eksplorasi rinci, pengambilan contoh dilaksanakan dengan
jarak yang relatif lebih kecil dari 400 meter.
e) Cadangan tertambang, adalah cadangan yang dapat ditambang baik secara
teknis maupun ekonomis.
f) Cadangan terjual, adalah cadangan yang dapat dijual setelah adanya akibat
seperti: kehilangan secara geologi, kehilangan akibat penambangan, kehilangan
akibat penimbunan, kehilangan akibat pengangkutan dan kehilangan akibat
pengolahan.

22

IV.

PEMBAHASAN

4.1. Geologi Daerah Penelitian


4.1.1 Geomorfologi
Daerah penelitian yang masuk pada wilayah Kecamatan Salaman yang
terletak pada koordinat 07 o 31 00 LS - 07 o 39 00 LS dan 110 o 06 30 BT 110

09 40 BT yang berbatasan dengan Kecamatan Borobudur berada di

Pegunungan Menoreh merupakan bagian dari kelompok Pegunungan Kulon


Progo.6:1)

Pegunungan Menoreh terdiri dari daerah perbukitan dan daerah dataran, Kota
Salaman dan Borobudur merupakan daerah dataran sedangkan Desa Kalirejo,
Ngargoretno, Paripurno, Giritengah dan Giripurno berada di daerah perbukitan.
(Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 )

Gambar 4.1. Morfologi Daerah Penelitian Dilihat Dari Google Pencitraan Satelit. 13)

23

Gambar 4.2. Morfologi Daerah Penelitian Dilihat Dari Peta Kontour Google. 13)

Gambar 4.3. Foto Bentang Alam Daerah Penelitian Koordinat 110 9 15,5 BT ;
7 38 04,2LS. 11)

Morfologi daerah penelitian merupakan derah perbukitan dengan lereng


sedang sampai curam, bergelombang sedang sampai kuat dengan kemiringan lereng
berkisar antara 16 500 dengan ketinggian berada antara 481 570 m di atas
permukaan laut serta mempelajari litologi intrusi dasit dan andesit. (Gambar 4.4)

24

4.1.2 Stratigrafi
Daerah penelitian yang merupakan bagian sebelah timur dari Pegunungan
Serayu Selatan, secara stratigrafis termasuk ke dalam stratigrafi Pegunungan Kulon
Progo. Unit stratigrafi yang paling tua di daerah Pegunungan Kulon Progo dikenal
dengan Formasi Nanggulan, kemudian secara tidak selaras di atasnya diendapkan
batuan-batuan dari Formasi Kaligesing, Formasi Dukuh, Formasi Jonggrangan dan
Formasi Sentolo (Tabel 4.1 dan Lampiran 2)
Tabel 4.1. Stratigrafi Pegunungan Kulon Progo. 5.14)

25

Daerah penelitian termasuk dalam Formasi Nanggulan (Teon) yang terdiri dari
batupasir dengan sisipan lignit, napal pasiran, batu lempung dengan kongkresi
limonit, sisipan napal dan batu gamping, batu pasir dan tuf dengan ketebalan
diperkirakan 300 m dan mempunyai kisaran umur antara Eosen Tengah sampai
Oligosen Atas.

Daerah sekitar penelitian masih terdapat dua formasi batuan yaitu Formasi
Kebobutak dan Formasi Jonggrangan. Formasi Kebobutak (Tmok) yang terdiri dari
breksi andesit, tuf, tuf lapili, aglomerat dan sisipan lava andesit, dengan ketebalan
diperkirakan 660 m dan mempunyai kisaran umur Oligosen Atas sampai Miosen
Bawah. Formasi Jonggrangan (Tmj) di bagian bawah terdiri dari konglomerat yang
ditindih oleh napal tufan dan batu pasir gampingan dengan sisipan lignit. Batuan ini
kearah atas berubah

menjadi batugamping berlapis dan batu gampingkoral.

Formasi ini diperkirakan dengan ketebalan 250 m dan berumur Miosen Bawah

Di daerah penelitian dijumpai intrusi andesit (a) yang komposisinya berkisar


antara andesit hipersten sampai andesit-augit-hornblenda dan traki andesit yang
diintrusi oleh dasit (da). Batuan intrusi ini yang menyebabkan terbentuknya batu
gamping pada Formasi Nanggulan dimetamorfosa menjadi marmer akibat panas
dan tekanan yang tinggi pada saat intrusi andesit berlangsung. Di sekitar daerah
penelitian ada endapan volkanik Gunung Sumbing Muda (Qsm) yang terdiri dari
pasir tufan, tuf pasiran dan breksi andesit, disamping itu masih ada endapan
Aluvium (Qa) yang terdiri dari krakal, pasir, lanau dan lempung.

26

Untuk lebih jelas letak batuan dan formasi daerah penelitian dapat dilihat pada
potongan lembar peta geologi daerah penelitian sebagai berikut ( Gambar 4.4 )

Gambar 4.4. Peta Geologi Daerah Penelitian.6:1)


4.1.3 Struktur Geologi
Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian adalah sesar yang
diperkirakan dan struktur primer yang berupa intrusi. Sesar yang diperkirakan terjadi
pada Formasi Kebobutak dan Formasi Jonggrangan akibat perbedaan gaya berat
sedangkan intrusi yang terjadi adalah batuan andesit yang diterobos oleh dasit.

4.2. Potensi Bahan Galian di Kabupaten Magelang


Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa
Tengah yang memiliki potensi bahan galian dengan lokasi yang tersebar di beberapa

27

kecamatan. Potensi yang ada merupakan karunia dari Tuhan yang harus dikelola
dengan baik dan benar sehingga dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat.
Potensi bahan galian yang ada di Kabupaten Magelang antara lain ( Lampiran 3) :
1. Marmer
2. Batu Gamping
3. Trass
4. Tanah liat
5. Kaolin
6. Mangaan
7. Oker
8. Andesit
9. Pasir dan Batu (sirtu)
Mineral/bahan galian yang sudah digali/dieksploitasi sebagian besar
belum/tidak melalui proses pengolahan terlebih dahulu, bahan tambang yang dijual
masih dalam bentuk row material/bahan baku. Oleh karena itu investasi pendirian
pabrik pengolahan hasil tambang masih terbuka lebar di Magelang.

4.3. Potensi Marmer di Kabupaten Magelang


Marmer merupakan bahan galian yang terjadi dari batugamping ataupun
dolomit yang telah mengalami metamorfosa. Proses metamorfosa berlangsung
sebagai akibat adanya tekanan dan temperatur yang tinggi pada batugamping
tersebut sehingga terjadi rekristalisasi. Proses ini menghasilkan marmer dengan

28

warna dan tekstur yang menarik sehingga dalam bahan bangunan marmer banyak
digunakan sebagai batu hias.
Selain indah, marmer juga memiliki kuat tekan yang lebih besar dari pada
batugamping. Kuat tekan marmer berkisar antara 1200 kg/cm2 3000 kg/cm2
sehingga dapat digunakan sebagai ubin ( wall tile maupun floor tile), meja, patung,
pilar, perangkat toilet. ( Gambar 4.5)

Gambar 4.5. Foto marrmer berkualitas baik yang bisa di produksi sebagai meja,
patung, pilar, perangkat toilet. 11)

29

4.3.1 Lokasi Penyebaran Marmer


Di Kabupaten Magelang, endapan marmer dapat dijumpai di Kecamatan
Salaman yang tepatnya pada koordinat 07

37 30 LS dan 110

09 30 BT

(Gambar 4.6).

Gambar 4.6. Peta Lokasi Penyebaran Marmer di Giripurno skala 1: 15.000. 8:58)

Sebaran lateral marmer di Desa Giripurno berupa bukit, sebaran vertikal dari
kaki gunung hinggga puncak gunung dengan ketinggian antara 481 m sampai
dengan 570 m dpl. Keberadaan marmer di bukit ini secara visual tampak jelas di
permukaan, hal ini dikarenakan tipisnya lapisan tanah penutup atau overbourden
sehingga tersingkap di beberapa bagian dari bukit tersebut (Gambar 4.7).

30

Gambar 4.7. Foto Singkapan Marmer Koordinat 110 9 21,2BT ; 7 38


04,4LS di Desa Ngargoretno, Kecamatan Salaman. 11)

4.3.2 Proses Pembentukan Marmer


Marmer umumnya tersusun atas mineral kalsit atau kalsium karbonat
(CaCO3) dengan kandungan mineral minor lainya yaitu kuarsa, mika, klorit,
tremolit, dan silikat lainnya seperti graphit, hematit, dan limonit.

Marmer atau dikenal pula dengan sebutan batu pualam adalah batuan hasil
proses metamorfosis atau malihan dari batuan asalnya yaitu batu kapur atau
dolomit. Pengaruh temperatur dan tekanan yang dihasilkan oleh gaya endogen

31

menyebabkan terjadinya kristalisasi kembali pada batuan tersebut membentuk


struktur non foliasi.

Marmer akan selalu berasosiasi keberadaanya dengan batugamping. Setiap


ada batu marmer akan selalu ada batugamping, walaupun tidak setiap ada batu
gamping akan ada marmer. Karena keberadaan marmer berhubungan dengan proses
gaya endogen yang mempengaruhinya baik berupa tekanan maupun perubahan
temperatur yang tinggi.

Pada umumnya marmer berwarna putih sesuai dengan warna batu gamping
namun marmer di Giripurno sangat khas dan unik karena berwarna merah. Warna
merah ini akibat adanya kandungan hematit dan mineral pengotor, sehingga warna
yang khas dan unik ini yang menjadikan nilai lebih dibandingkan marmer dari
daerah lain yang berwarna putih.

4.3.3 Marmer di Giripurno


Marmer di Giripurno adalah dijumpai pada Formasi Nanggulan yang di
daerah penelitian berupa batugamping yang telah termetamorfosa menjadi marmer.
Marmer di daerah penelitian berwarna merah, dengan struktur non foliasi, kuat
tekan marmer berkisar antara 1200 kg/cm2 3000 kg/cm2, tekstur berupa butiran,
bereaksi dengan HCl, kadang terdapat fosil, sebagian besar kompak/solid namun
ada juga yang retak-retak karena terdapat unsur mangan di dalamnya (Gambar 4.8).

32

Gambar 4.8. Foto Marmer Dengan Fosil Di Dalamnya, Koordinat Lokasi 110 9
09,1BT ; 7 38 20,4LS. di Desa Ngargoretno, Kecamatan Salaman. 11)

4.4. Cadangan
Cadangan marmer di Giripurno dapat diidentifikasi, karena luas penampang
atas dan luas penampang bawah dapat diketahui dari hasil pengukuran dari titiktitik koordinat pada pesawat GPS. Ketinggian dapat dihitung dari pengukuran beda
tinggi titik koordinat di puncak bukit dan titik koordinat di kaki bukit pada data
elevasi

( Gambar 4.9 dan Gambar 4.10).

33

Gambar 4.9. Luas Penampang Atas. 13)

Gambar 4.10.Luas Penampang Bawah. 13)


Volume cadangan Marmer dihitung dengan menggunakan metode kerucut
terpancung:

34

Gambar 4.11. Metode Perhitungan Cadangan. 5:7)

Apabila ketinggian diasumsikan dengan perbedaan elevasi di titik atas dan bawah
yaitu 570 481 = 89 m, maka volume dapat dihitung dengan rumus :
Volume = (Luas Atas + Luas Bawah)/2 x Tinggi
Volume = (81.309,74 m2 + 208.249,81 m2)/2 x 89 m = 16.503.683,41 m3
Dan bila diketahui berat jenis = BJ marmer = 2,7 kg/m3 maka jumlah cadangan
marmer dihitung dengan rumus :
Tonnase = Volume x Berat Jenis (BJ)
Tonnase = 16.503.683,41m3 x 2,7 kg/m3 = 44.559.945,19 kg
Tonnase = 44.559,95 ton
Berdasarkan perhitungan tabel diatas, maka cadangan marmer di daerah penelitian
sebesar 16.503.683,41 m3 dengan tonnase 44.559,95 ton.

4.5. Penggunaan
Marmer merupakan bahan galian yang sudah sangat dikenal oleh masyarakat
luas, bahkan cukup gencar pula muncul ke permukaan yang menimbulkan sensasi

35

pencarian marmer yang dapat tembus cahaya dengan harga penawaran sangat
menggiurkan, walaupun hanya sebatas orang per orang dan diliputi misteri, hobi,
dan aspek mistik lainnya

Marmer pada saat ini masih merupakan barang mewah, kecuali untuk ukuran
yang kecil-kecil sebagai souvenir. Marmer atau batu pualam yang mengkilap
biasanya dijadikan salah satu ciri fisik kemewahan sebuah bangunan dan rumah.
Kemewahan marmer belum ada yang menandingi karena kualitasnya yang baik
dibandingkan produk lantai atau dinding dari bahan lain. Selain ubin (wall tile
maupun floor tile) marmer juga dijadikan meja, patung, pilar, perangkat toilet dan
lain-lain. ( Gambar 4.12 )

Gambar 4.12. Contoh Produk Marmer di Desa Ngargoretno, Kecamatan Salaman.


36

11)

Dilihat dari sisi pembiayaan, membuat lantai dari marmer harus menyiapkan
dana yang tidak sedikit. Hanya orang yang memiliki dana berlebih saja yang
mampu membelinya, guna menghiasi gedung atau rumah mewah mereka. Hal ini
yang menjadikan pasaran marmer lebih laku di luar negeri dibandingkan pasaran
domestik.

Marmer di Bukit Giripurno yang berukuran besar dan berkualitas baik


dijadikan meja, kursi, patung, pilar, perangkat toilet, wall tile maupun floor tile
(Gambar 4.12), sedangkan yang berukuran kecil dibuat kerajinan untuk souvenir.
Pangsa pasarnya lebih banyak di dalam negeri dibandingkan luar negeri. Untuk
pasaran lokal di wilayah Kabupaten Magelang, Kabupaten Temanggung, Kota
Magelang dan D.I Yogyakarta, sedangkan untuk luar daerah dikirim ke Kota
Jakarta dan Kota Palembang. Untuk pasaran di luar negeri masih relatif kecil karena
hanya melayani pesanan dari kolega yang ada dibeberapa negara antara lain :
Singapura, Malaysia dan Turki.

37

V.

5.1.

PENUTUP

Simpulan

1. Kabupaten Magelang memiliki potensi sumberdaya mineral, baik mineral


logam yaitu mangaan, maupun mineral non logam yang terdiri dari marmer,
batu gamping, andesit, oker, trass, kaolin, tanah liat dan pasir batu/ sirtu.
Sumber daya mineral tersebut sebagian sudah dimanfaatkan dengan
dilakukan penambangan meskipun masih dalam skala penambangan kecil.
2. Cadangan marmer yang berada di Bukit Giripurno dengan volume
16.503.683,41 m3

sangat perlu untuk diusahakan, namun untuk

mengembangkan usaha di bidang pertambangan marmer, akan mempunyai


beberapa kendala antara lain :

Pertambangan marmer termasuk usaha padat modal,


Sulitnya birokrasi perijinan,
Konsumen marmer lebih banyak kelompok menengah atas, untuk
bangunan, gedung, mall, sehingga pasar masih terbatas, pemasaran
marmer lokal dan dunia mempunyai kompetitor yang cukup ketat untuk
pasaran lokal bersaing dengan daerah Tulungagung dan pasaran dunia
dengan Italia.
Isyu dampak lingkungan di sekitar lokasi penambangan.

38

5.2. Saran
1. Pemerintah Kabupaten Magelang mempermudah birokrasi perijinan
pertambangan, sehingga pertambangan daerah lebih tertata dan
teradministrasi dengan baik yang diharapkan melalui sumber daya
mineral tersebut dapat menambah pendapatan asli daerah (PAD) di
Kabupaten magelang dengan dampak lingkungan yang minimal.
2. Lokasi keberadaan bahan galian yang dimiliki oleh perseorangan namun
masyarakat sekitar bahan galian perlu dilibatkan dalam penambangan
batu marmer.
3. Untuk mengantisipasi kerusakan lingkungan di daerah pertambangan,
perlu diadakan kursus atau pelatihan mengenai sistem penambangan
batu marmer yang berwawasan lingkungan (good minning practice),
sehingga kondisi lingkungan yang baik dapat dilestarikan.

39

DAFTAR PUSTAKA

1.

Djadjuli,A.,

2013,

Pertambangan

Minerba,

Diktat

Kuliah,

PTK

AKAMIGAS-STEM, Cepu.
2.

Djadjuli, A., 2013, Komoditi Tambang, Diktat Kuliah, PTK AKAMIGASSTEM, Cepu.

3.

Setiabudi, B.T., 2013, Geologi Umum Diktat Kuliah, PTK AKAMIGASSTEM, Cepu

4.

Simon and Schusters, 1988, Guide Rock&Mineral,. The American Museum


of Natural History, New York.

5.

Wiyono, S., 1995, Rekonstruksi Sedimentasi Formasi Nanggulan Kulon


Progo Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.

6.

-----------, 1995, Peta Geologi Lembar Yogyakarta Puslitbang Geologi Jl.


Diponegoro no.57, Bandung.

7.

-----------, 2003, ATLAS Kabupaten Magelang, Pemerintah Kabupaten


Magelang

8.

-----------,, 2005, Zonasi Wilayah Pertambangan Merapi di Kabupaten


Magelang, Kantor Pertambangan dan Energi Kabupaten Magelang

9.

-----------, 2010, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun


2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara.

10. -----------, 2009, Peraturan Bupati Magelang Nomor 21 Tahun 2009 tentang
Rincian Tugas Jabatan Struktural Pada Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan
Sumber Daya Mineral Kabupaten Magelang.
11. -----------, 2013, Bukit Giripurno, Desa Ngargoretno, Kecamatan Salaman,
Kabupaten Magelang
12. http://ptbudie.wordpress.com/2009/02/01/pegunungan-selatan
13. www.google.com
14. www.magelangkab.go.id

LAMPIRAN

Lampiran 1. Bagan Organisasi DPU dan ESDM Kabupaten Magelang

Lampiran 2. Peta Geologi Kabupaten Magelang 8.34)

Lampiran 3. Peta Penyebaran Potensi Galian Kabupaten Magelang

Anda mungkin juga menyukai