Oleh :
NAMA MAHASISWA
NIM
JURUSAN
PROGRAM
DIPLOMA
:
:
:
:
:
ARIS SUTANTO
551304 / A
MENEJEMEN
KEINSPEKTURAN
I (SATU)
PTK AKAMIGAS-STEM
Cepu, Mei 2014
: Aris Sutanto
Nomor Mahasiswa
: 551304 / A
Jurusan
: Menejemen
: Keinspekturan / I
Dosen Pembimbing
: Ir Dodid Muhardono,M.Sc.
No.
Selesai Perbaikan
Ringkasan Materi
Paraf
Bimbingan KKW
Pembimbing
Tanggal
Cepu,
2014
Tanggal
1.
03-12-2013
2.
24-01-2014
BAB III
3.
11-02-2014
4.
04-03-2014
Tinjauan Kesalahan
5.
26-03-2014
Koreksi Format
6.
07-04-2014
Acc
Agus Heriyanto,S.T.,M.T.
NIP. 19550827 197809 1 001
Paraf
ii
Judul
Oleh
Aris Sutanto
No. Mahasiswa
551304 / A
Jurusan
Menejemen
Keinspekturan / I
MENYETUJUI
PEMBIMBING KERTAS KERJA WAJIB
Ir Dodid Muhardono,M.Sc.
NIP. 19550929 198303 1 002
MENGETAHUI
KETUA PROGRAM STUDI
KEINSPEKTURAN
Agus Heriyanto,S.T.,M.T.
NIP. 19550827 197809 1 001
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Allah, Tuhan Yang Maha Esa
atas RahmatNya penulis dapat menyelesaikan penulisan Kertas Kerja Wajib
(KKW) dengan judul Potensi Marmer Merah di Giripurno, Kecamatan
Salaman, Kabupaten Magelang Kertas Kerja Wajib ini diajukan sebagai salah
satu syarat menempuh Ujian Akhir Program Diploma I pada Program Studi
Keinspekturan PTK AKAMIGAS STEM Cepu.
Dalam penyusunan Kertas Kerja Wajib ini penulis banyak mendapatkan
bimbingan, saran dan dorongan serta bantuan pemikiran dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. Toegas S. Soegiarto, MT, selaku Direktur PTK AKAMIGAS
STEM Cepu.
2. Bapak Ir. Sutarno, M.M, selaku Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Energi
dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Magelang.
3. Bapak Agus Heriyanto, S.T, M.T, selaku Ketua Program Studi
Keinspekturan.
4. Bapak Dwi Kundarto, S.Sos, selaku Kepala Bidang Energi dan Sumber
Daya Mineral, Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan Sumber Daya
Mineral Kabupaten Magelang.
5. Bapak Harjono, S.T, selaku Kepala Seksi Geologi dan Air Tanah Bidang
Energi dan Sumber Daya Mineral, Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan
Sumber Daya Mineral Kabupaten Magelang
6. Bapak Ir Dodid Muhardono, M.Sc. selaku Dosen Pembimbing Kertas
Kerja Wajib.
7. Bapak Agus Abdul Madjid, S.T,M.T, selaku Pembimbing Lapangan
8. Bapak dan Ibu dosen PTK AKAMIGAS STEM Cepu.
9. Seluruh Staf PTK AKAMIGAS-STEM
10. Seluruh Staf Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan Sumber Daya Mineral
Kabupaten Magelang..
Semoga semua bantuan yang telah diberikan kepada penulis hingga
selesainya penulisan Kertas Kerja Wajib (KKW) ini mendapat limpahan
keberkahan dan pahala dari Allah SWT .
Penulis menyadari dalam penyusunan KKW ini masih terdapat banyak
kekurangan serta jauh dari kesempurnaan oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna
penyempurnaan penyusunan KKW di masa yang akan datang.
Akhir kata semoga Kertas Kerja Wajib ini dapat bermanfaat bagi pembaca
serta bagi perkembangan dan kemajuan PTK AKAMIGAS STEM.
Cepu,
2014
Penulis,
ARIS SUTANTO
NIM. 551304/A
INTISARI
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................
i
INTISARI ..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... v
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... vii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penulisan .................................................................
1.2. Tujuan Penulisan ..............................................................................
1.3. Batasan Masalah ...............................................................................
1.4. Sistematika Penulisan .......................................................................
1
2
2
3
14
18
18
18
20
20
20
20
21
IV. PEMBAHASAN
4.1. Geologi Derah Penelitian...................................................................
4.2.1. Geomorfologi .......................................................................
4.2.2. Stratigrafi ...............................................................................
4.2.3. Struktur Geologi ....................................................................
23
23
25
27
iii
28
28
30
31
32
33
35
V. PENUTUP
5.1. Simpulan ......................................................................................... 38
5.2. Saran ............................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Peta Administrasi Kabupaten Magelang ...................................
14
23
Gambar 4.2. Morfologi daerah penelitian dilihat dari Google map ................
24
24
27
29
30
31
33
34
34
35
36
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1.
vi
25
DAFTAR LAMPIRAN
vii
I.
1.1.
PENDAHULUAN
Marmer mempunyai komposisi kimia sama dengan batu gamping yaitu kalsit
karbonat (CaCO3) merupakan salah satu diantara mineral yang cukup banyak
penggunaannya. Pada umumnya kegunaan marmer adalah sebagai bahan bangunan,
baik sebelum ataupun sesudah proses pengolahan.
Pada era otonomi daerah seperti sekarang, informasi potensi bahan galian
dimasing-masing kabupaten merupakan data dasar yang sangat penting dalam
menentukan kebijakan pengelolaan bahan galian di daerah. Kegiatan inventarisasi
sumber daya mineral ini diharapkan dapat menghasilkan kajian yang lebih rinci
tentang potensi bahan galian yang meliputi jenis, sebaran, kualitas dan
kuantitasnya, sehingga dapat diketahui peluang pemanfaatannya, di samping itu
1.2.
Tujuan Penulisan
Tujuan utama dari penulisan Kertas Kerja Wajib ini adalah untuk mengetahui
potensi marmer yang ada di Kabupaten Magelang dan juga sebagai salah satu syarat
kelulusan program Diploma I pada Jurusan Menejemen,
Program Studi
Batasan Masalah
Pembahasan pada Kertas Kerja Wajib ini dibatasi pada hal-hal yang berkaitan
Geologi Regional
2.
3.
Geomorfologi
Stratigrafi
Struktur Geologi
Umum
1.4.
Sistematika Penulisan
Kertas Kerja Wajib ini terdiri dari lima bab, dengan sistematika sebagai
berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
Bab V Penutup : berisi tentang kesimpulan dari penulisan kertas kerja wajib
serta saran-saran untuk Pemerintah Kabupaten Magelang
II.
2.1.
ORIENTASI UMUM
berdasarkan UU No. 13 tahun 1950 Kota Magelang berdiri sendiri dan diberi hak
untuk mengatur rumah tangga sendiri, sehingga ada kebijaksanaan untuk memindah
ibu kota kabupaten ke daerah lain. Ada dua alternatif ibu kota sebagai penganti Kota
Magelang, yaitu Kawedanan Grabag atau Kawedanan Muntilan, namun kedua
daerah ini ditolak. Pada tanggal 22 Maret 1984, Kecamatan Mertoyudan bagian
selatan dan Kecamatan Mungkid bagian utara dipilih secara resmi sebagai ibu kota
Kabupaten Magelang oleh Gubernur Jawa Tengah dengan nama Kota Mungkid.8:31)
2.2.
2.3.
Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah (Lembaran Daerah
Kabupaten Magelang Tahun 2008 Nomor 31 ).
Sebagai unsur pelaksana Pemerintah Daerah, Dinas Pekerjaan Umum Energi
dan Sumber Daya Mineral, Kabupaten Magelang mengemban tugas dan tanggung
jawab di bidang Pekerjaan Umum dan Energi dan Sumber Daya Mineral dalam
merumuskan kebijakan teknis
perencanaan,
pengembangan,
pengelolaan,
Sekretaris, membawahi:
Kasubag Keuangan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Wilayah Salaman
Wilayah Bandongan
Wilayah Grabag
10.
Wilayah Tegalrejo
Wilayah Muntilan
Wilayah Salam
Kelompok Jabatan Fungsional
b.
c.
d.
Mempelajari
c.
d.
e.
f.
g.
h.
10
2.3.2.1 Tugas Pokok Dan Fungsi Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral
Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral
melaksanakan sebagian tugas Dinas Pekerjaan Umum Energi dan Sumber Daya
Mineral di bidang pengelolaan, pemanfaatan di bidang sumber daya mineral dan air
tanah, energi dan ketenagalistrikan daerah, mitigasi bencana geologi dan
pengelolaan energi, dengan rincian sebagai berikut :
a.
Mempelajari
Merumuskan
pedoman
pelaksanaan
dan
pedoman
teknis
e.
f.
11
h.
mempunyai
tugas
pokok menyiapkan
bahan-bahan
pelaksanaan sebagian tugas Dinas Pekerjaan Umum Energi dan Sumber Daya
Mineral di bidang pengusahaan pertambangan mineral dengan rincian sebagai
berikut :
a.
Mempelajari
Menyiapkan
rencana
dan
melaksanakan
pengusahaan
pertambangan mineral;
c.
d.
12
e.
f.
g.
h.
i.
13
III.
TINJAUAN PUSTAKA
14
Gambar 3.1.Sketsa Fisografi Jawa (Van Bemmmelen, 1949) dan Citra Landsat
(SRTM NASA, 2004) 12.1)
Inti dari dome ini terdiri dari 3 gunung api andesit tua yang sekarang telah
tererosi cukup dalam, sehingga dibeberapa bagian bekas dapur magmanya telah
tersingkap. Gunung Gajah yang terletak di bagian tengah dome tersebut, merupakan
gunung api tertua yang menghasilkan andesit hiperstein augit basaltic. Gunung api
yang kemudian terbentuk yaitu Gunung Api Ijo yang terletak di bagian selatan.
Kegiatan Gunung Api Ijo ini menghasilkan andesit piroksen basaltic, kemudian
andesit augit hornblende, sedang pada tahap terakhir adalah intrusi dasit pada
bagian inti. Setelah kegiatan Gunung Gajah berhenti dan mengalami denudasi, di
bagian utara mulai terbentuk Gunung Menoreh, yang merupakan gunung terakhir
pada komplek pegunungan Kulon Progo. Kegiatan Gunung Menoreh mula-mula
15
menghasilkan andesit augit hornblen, kemudian dihasilkan dasit dan yang terakhir
yaitu andesit.
Dome Kulon Progo ini mempunyai puncak yang datar. Bagian puncak yang
datar ini dikenal sebagai Jonggrangan Platoe yang tertutup oleh batugamping
koral dan napal dengan memberikan kenampakan topografi kars. Topografi ini
dijumpai di sekitar Desa Jonggrangan, sehingga litologi di daerah tersebut dikenal
sebagai Formasi Jonggrangan.
Pannekoek (1939), vide (Van Bammelen, 1949) mengatakan bahwa sisi utara
dari Pegunungan Kulon Progo tersebut telah terpotong oleh gawir-gawir sehingga
di bagian ini banyak yang hancur, yang akhirnya tertimbun di bawah alluvial
Magelang
Daerah Giripurno merupakan bagian sebelah timur dari Pegunungan Serayu
Selatan yang masuk pada Formasi Nanggulan. Formasi Nanggulan merupakan
formasi yang paling tua di daerah Pegunungan Kulon Progo. Singkapan batuan
batuan penyusun dari Formasi Nanggulan dijumpai di sekitar kaki sebelah timur
dari Pegunungan Kulon Progo. Penyusun batuan dari formasi ini terdiri dari
batupasir dengan sisipan lignit, napal pasiran, batu lempung dengan konkresi
limonit, sisipan napal dan batu gamping, batupasir dan tuf serta kaya akan fosil
foraminifera dan moluska. Diperkirakan ketebalan formasi ini adalah 30 meter.
Berdasarkan pada studi fosil yang diketemukan, Formasi Nanggulan mempunyai
kisaran umur antara Eosen Tengah sampai Oligosen Atas .
Batuan penyusun dari formasi ini terdiri atas breksi andesit, tuf, tuf tapili,
aglomerat dan sisipan aliran lava andesit. Lava, terutama terdiri dari andesit
16
hiperstein dan andesit augit hornblende. Formasi Andesit Tua ini dengan ketebalan
mencapai 500 meter mempunyai kedudukan yang tidak selaras di atas Formasi
Nanggulan. Batuan penyusun formasi ini berasal dari kegiatan vulaknisme di
daerah tersebut, yaitu dari beberapa gunung api tua di daerah Pegunungan Kulon
Progo yang oleh Van Bemmelen (1949) disebut sebagai Gunung Api Andesit Tua.
Gunung api yang dimaksud adalah Gunung Gajah, di bagian tengah pegunungan,
Gunung Ijo di bagian selatan, serta Gunung Menoreh di bagian utara Pegunungan
Kulon Progo.
Aktivitas dari Gunung Gajah di bagian tengah mengahsilkan aliran-aliran
lava dan breksi dari andesit piroksen basaltic. Aktivitas ini kemudian diikuti
Gunung Ijo di bagian selatan Pegunungan Kulon Progo, yang menghasilkan andesit
piroksen basaltic, kemudian Andesit augit hornblende dan kegiatan paling akhir
adalah intrusi dasit. Setelah denudasi yang kuat, sedikit anggota dari Gunung Gajah
telah tersingkap, di bagian utara, Gunung Menoreh ini menghasilkan batuan breksi
andesit augithornblende, yang disusul oleh intrusi dasit dan trakhi andesit. Wartono
Rahardjo, dkk, (1977) menyebutkan telah menemukan kepingan tuff napalan yang
merupakan fragmen breksi. Kepingan tuff napalan ini merupakan hasil dari
rombakan lapisan yang lebih tua, dijumpai di kaki Gunung Mujil. Dari hasil
penelitian, kepingan tuff itu merupakan fosil foraminifera plantonik yang dikenal
sebagai Globigerina ciperoensis bolli, Globigerina geguaensis weinzrel; dan applin
serta Globigerina praebulloides blow. Fosil-fosil ini menunjukkan umur Oligosen
atas
17
19
- Batubara
meliputi : bitumen padat, batuan aspal, batubara dan gambut.
3.3.
Marmer
3.3.1. Pengertian
Marmer merupakan jenis batuan metamorfose dari batuan sedimen yang
secara genesa pembentukannya terbagi menjadi 2 (dua) yaitu batu gamping
terumbu (non klastika) dan batu gamping berlapis (klastika).
3.3.2. Keterbentukan
Marmer atau batu pualam merupakan batuan hasil proses metamorfosa atau
malihan dari batugamping. Pengaruh suhu dan tekanan yang dihasilkan oleh gaya
endogen menyebabkan terjadi rekristalisasi pada batuan tersebut membentuk
berbagai foliasi mapun non foliasi. Akibat rekristalisasi struktur asal batuan
membentuk tekstur baru dan keteraturan butir. Marmer Indonesia diperkirakan
berumur sekitar 3060 juta tahun atau berumur Kuarter hingga Tersier.
Marmer akan selalu berasosiasi keberadaanya dengan batugamping. Setiap ada batu
marmer akan selalu ada batugamping, walaupun tidak setiap ada batugamping akan
ada marmer. Karena keberadaan marmer berhubungan dengan proses gaya endogen
yang mempengaruhinya baik berupa tekan maupun perubahan temperatur yang
tinggi.
20
3.4.
Cadangan
21
22
IV.
PEMBAHASAN
Pegunungan Menoreh terdiri dari daerah perbukitan dan daerah dataran, Kota
Salaman dan Borobudur merupakan daerah dataran sedangkan Desa Kalirejo,
Ngargoretno, Paripurno, Giritengah dan Giripurno berada di daerah perbukitan.
(Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 )
Gambar 4.1. Morfologi Daerah Penelitian Dilihat Dari Google Pencitraan Satelit. 13)
23
Gambar 4.2. Morfologi Daerah Penelitian Dilihat Dari Peta Kontour Google. 13)
Gambar 4.3. Foto Bentang Alam Daerah Penelitian Koordinat 110 9 15,5 BT ;
7 38 04,2LS. 11)
24
4.1.2 Stratigrafi
Daerah penelitian yang merupakan bagian sebelah timur dari Pegunungan
Serayu Selatan, secara stratigrafis termasuk ke dalam stratigrafi Pegunungan Kulon
Progo. Unit stratigrafi yang paling tua di daerah Pegunungan Kulon Progo dikenal
dengan Formasi Nanggulan, kemudian secara tidak selaras di atasnya diendapkan
batuan-batuan dari Formasi Kaligesing, Formasi Dukuh, Formasi Jonggrangan dan
Formasi Sentolo (Tabel 4.1 dan Lampiran 2)
Tabel 4.1. Stratigrafi Pegunungan Kulon Progo. 5.14)
25
Daerah penelitian termasuk dalam Formasi Nanggulan (Teon) yang terdiri dari
batupasir dengan sisipan lignit, napal pasiran, batu lempung dengan kongkresi
limonit, sisipan napal dan batu gamping, batu pasir dan tuf dengan ketebalan
diperkirakan 300 m dan mempunyai kisaran umur antara Eosen Tengah sampai
Oligosen Atas.
Daerah sekitar penelitian masih terdapat dua formasi batuan yaitu Formasi
Kebobutak dan Formasi Jonggrangan. Formasi Kebobutak (Tmok) yang terdiri dari
breksi andesit, tuf, tuf lapili, aglomerat dan sisipan lava andesit, dengan ketebalan
diperkirakan 660 m dan mempunyai kisaran umur Oligosen Atas sampai Miosen
Bawah. Formasi Jonggrangan (Tmj) di bagian bawah terdiri dari konglomerat yang
ditindih oleh napal tufan dan batu pasir gampingan dengan sisipan lignit. Batuan ini
kearah atas berubah
Formasi ini diperkirakan dengan ketebalan 250 m dan berumur Miosen Bawah
26
Untuk lebih jelas letak batuan dan formasi daerah penelitian dapat dilihat pada
potongan lembar peta geologi daerah penelitian sebagai berikut ( Gambar 4.4 )
27
kecamatan. Potensi yang ada merupakan karunia dari Tuhan yang harus dikelola
dengan baik dan benar sehingga dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat.
Potensi bahan galian yang ada di Kabupaten Magelang antara lain ( Lampiran 3) :
1. Marmer
2. Batu Gamping
3. Trass
4. Tanah liat
5. Kaolin
6. Mangaan
7. Oker
8. Andesit
9. Pasir dan Batu (sirtu)
Mineral/bahan galian yang sudah digali/dieksploitasi sebagian besar
belum/tidak melalui proses pengolahan terlebih dahulu, bahan tambang yang dijual
masih dalam bentuk row material/bahan baku. Oleh karena itu investasi pendirian
pabrik pengolahan hasil tambang masih terbuka lebar di Magelang.
28
warna dan tekstur yang menarik sehingga dalam bahan bangunan marmer banyak
digunakan sebagai batu hias.
Selain indah, marmer juga memiliki kuat tekan yang lebih besar dari pada
batugamping. Kuat tekan marmer berkisar antara 1200 kg/cm2 3000 kg/cm2
sehingga dapat digunakan sebagai ubin ( wall tile maupun floor tile), meja, patung,
pilar, perangkat toilet. ( Gambar 4.5)
Gambar 4.5. Foto marrmer berkualitas baik yang bisa di produksi sebagai meja,
patung, pilar, perangkat toilet. 11)
29
37 30 LS dan 110
09 30 BT
(Gambar 4.6).
Gambar 4.6. Peta Lokasi Penyebaran Marmer di Giripurno skala 1: 15.000. 8:58)
Sebaran lateral marmer di Desa Giripurno berupa bukit, sebaran vertikal dari
kaki gunung hinggga puncak gunung dengan ketinggian antara 481 m sampai
dengan 570 m dpl. Keberadaan marmer di bukit ini secara visual tampak jelas di
permukaan, hal ini dikarenakan tipisnya lapisan tanah penutup atau overbourden
sehingga tersingkap di beberapa bagian dari bukit tersebut (Gambar 4.7).
30
Marmer atau dikenal pula dengan sebutan batu pualam adalah batuan hasil
proses metamorfosis atau malihan dari batuan asalnya yaitu batu kapur atau
dolomit. Pengaruh temperatur dan tekanan yang dihasilkan oleh gaya endogen
31
Pada umumnya marmer berwarna putih sesuai dengan warna batu gamping
namun marmer di Giripurno sangat khas dan unik karena berwarna merah. Warna
merah ini akibat adanya kandungan hematit dan mineral pengotor, sehingga warna
yang khas dan unik ini yang menjadikan nilai lebih dibandingkan marmer dari
daerah lain yang berwarna putih.
32
Gambar 4.8. Foto Marmer Dengan Fosil Di Dalamnya, Koordinat Lokasi 110 9
09,1BT ; 7 38 20,4LS. di Desa Ngargoretno, Kecamatan Salaman. 11)
4.4. Cadangan
Cadangan marmer di Giripurno dapat diidentifikasi, karena luas penampang
atas dan luas penampang bawah dapat diketahui dari hasil pengukuran dari titiktitik koordinat pada pesawat GPS. Ketinggian dapat dihitung dari pengukuran beda
tinggi titik koordinat di puncak bukit dan titik koordinat di kaki bukit pada data
elevasi
33
34
Apabila ketinggian diasumsikan dengan perbedaan elevasi di titik atas dan bawah
yaitu 570 481 = 89 m, maka volume dapat dihitung dengan rumus :
Volume = (Luas Atas + Luas Bawah)/2 x Tinggi
Volume = (81.309,74 m2 + 208.249,81 m2)/2 x 89 m = 16.503.683,41 m3
Dan bila diketahui berat jenis = BJ marmer = 2,7 kg/m3 maka jumlah cadangan
marmer dihitung dengan rumus :
Tonnase = Volume x Berat Jenis (BJ)
Tonnase = 16.503.683,41m3 x 2,7 kg/m3 = 44.559.945,19 kg
Tonnase = 44.559,95 ton
Berdasarkan perhitungan tabel diatas, maka cadangan marmer di daerah penelitian
sebesar 16.503.683,41 m3 dengan tonnase 44.559,95 ton.
4.5. Penggunaan
Marmer merupakan bahan galian yang sudah sangat dikenal oleh masyarakat
luas, bahkan cukup gencar pula muncul ke permukaan yang menimbulkan sensasi
35
pencarian marmer yang dapat tembus cahaya dengan harga penawaran sangat
menggiurkan, walaupun hanya sebatas orang per orang dan diliputi misteri, hobi,
dan aspek mistik lainnya
Marmer pada saat ini masih merupakan barang mewah, kecuali untuk ukuran
yang kecil-kecil sebagai souvenir. Marmer atau batu pualam yang mengkilap
biasanya dijadikan salah satu ciri fisik kemewahan sebuah bangunan dan rumah.
Kemewahan marmer belum ada yang menandingi karena kualitasnya yang baik
dibandingkan produk lantai atau dinding dari bahan lain. Selain ubin (wall tile
maupun floor tile) marmer juga dijadikan meja, patung, pilar, perangkat toilet dan
lain-lain. ( Gambar 4.12 )
11)
Dilihat dari sisi pembiayaan, membuat lantai dari marmer harus menyiapkan
dana yang tidak sedikit. Hanya orang yang memiliki dana berlebih saja yang
mampu membelinya, guna menghiasi gedung atau rumah mewah mereka. Hal ini
yang menjadikan pasaran marmer lebih laku di luar negeri dibandingkan pasaran
domestik.
37
V.
5.1.
PENUTUP
Simpulan
38
5.2. Saran
1. Pemerintah Kabupaten Magelang mempermudah birokrasi perijinan
pertambangan, sehingga pertambangan daerah lebih tertata dan
teradministrasi dengan baik yang diharapkan melalui sumber daya
mineral tersebut dapat menambah pendapatan asli daerah (PAD) di
Kabupaten magelang dengan dampak lingkungan yang minimal.
2. Lokasi keberadaan bahan galian yang dimiliki oleh perseorangan namun
masyarakat sekitar bahan galian perlu dilibatkan dalam penambangan
batu marmer.
3. Untuk mengantisipasi kerusakan lingkungan di daerah pertambangan,
perlu diadakan kursus atau pelatihan mengenai sistem penambangan
batu marmer yang berwawasan lingkungan (good minning practice),
sehingga kondisi lingkungan yang baik dapat dilestarikan.
39
DAFTAR PUSTAKA
1.
Djadjuli,A.,
2013,
Pertambangan
Minerba,
Diktat
Kuliah,
PTK
AKAMIGAS-STEM, Cepu.
2.
Djadjuli, A., 2013, Komoditi Tambang, Diktat Kuliah, PTK AKAMIGASSTEM, Cepu.
3.
Setiabudi, B.T., 2013, Geologi Umum Diktat Kuliah, PTK AKAMIGASSTEM, Cepu
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. -----------, 2009, Peraturan Bupati Magelang Nomor 21 Tahun 2009 tentang
Rincian Tugas Jabatan Struktural Pada Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan
Sumber Daya Mineral Kabupaten Magelang.
11. -----------, 2013, Bukit Giripurno, Desa Ngargoretno, Kecamatan Salaman,
Kabupaten Magelang
12. http://ptbudie.wordpress.com/2009/02/01/pegunungan-selatan
13. www.google.com
14. www.magelangkab.go.id
LAMPIRAN