Anda di halaman 1dari 4

PENDAHULUAN

Hampir semua system geothermal terdapat pada tempat tektonik yang aktif, kebanyakan
permeabilitas retakan terbentuk akibat deformasi tektonik pada kerak bagian atas yang getas.
Terjadinya gempa alami sekitar area geothermal sering di monitor untuk menentukan pola
seismic pada daerah prospek. Magnitude yang berada dibawah 3 bisa disebut sebagai micro-
earthquake. Nantinya survey ulang terjadinya gempa mikro dibuat untuk mendeteksi perubahan
pola seismic akibat dari aktifitas prouksi dan re-injeksi air oleh reservoir engineer.
Hiposenter gempa adalah hal umum yang berkaitan dengan tektonik, banyak gempa
berasosiasi dengan kejadian tektonik yang simpel. Ada beberapa indikasi yang merekam gempa
mikro didalam reservoir geothermal selama eksploitasi dapat menyajikan beberapa informasi
yang berguna untuk prosedur manajemen reservoir, seperti injeksi air. Salah satu problem yaitu
ketidakpastian lokasi hiposenter, dikarenakan kesalahan pada saat Picking arrival times
gelombang seismic dan tidak akuratnya permodelan kecepatan sehingga bias sampai jarak 400m
horizontal dan 650m vertical. Perekaman menggunakan high-resolution seismographs, arrival
times gelombang seismic dapat di picking dengan akurasi kurang lebih 0,004s (Gelombang
Primer) dan 0.012 (Gelombang sekunder) oleh karena itu ketidakpastian lokasi hiposenter
meningkat keakuratannya menjadi dibawah 30 meter.

PARAMETER FISIK
A. Seismic Velocities
Untuk menentukan hiposenter gempa dari kumpulan travel times pada stasiun
pengukuran yang berbeda, stuktur kecepatan pada daerah prospek harus diketahui dari
Calibration shots, regional seismic refraction surveys dan local refraction surveys. Studi
local refraction survey struktur kecepatan pada system temperature tinggi sangat
anomaly, kecepatan gelombang kompresional (Vp) berkurang diakibatkan oleh fluida dan
temperature. Sedangkan kecepatan gelombang shear (Vs) juga menjadi rendah akibat
pengaruh temperature, fluida tidak ikut mempengaruhi.
Pada penggunaan struktur untuk analisis nanti, kita perlu memperhatikan bahwa
ini tidak cukup mendeskripsikan velocity structure dalam prospek suhu.
B. Attenuation
Gelombang seismic berjalan melewati reservoir geothermal mendapati anomali
atenuasi (gelombang primer khususnya akan terdampak oleh kehadiran uap dan gas).
Kehadiran uap dan gas bebas, aliran energy gelombang seismic juga berkurang karena
sebagian energinya digunakan untuk menekan gelembung gas. Atenuasi merupakan
fungsi dari frekuensi. Berdasarkan model Henry menunjukan bahwa terdapat anomali
berupa rendahnya nilai Q < 20 padahal 1 km dibagian atas lapanga Ohaaki nilai Qnya
500. Peruahan ini diakibatkan oleh pengurangan amplitude yang signifikan pada
gelombang seismic yang berjalan melewati reservoir geothermal, untuk lintasan vertical
pada kedalaman 1km, pengurangan kekuatan sinyal sekitar 10dB telah di amati.

CONTOH INTERPRETASI PENDAHULAN GEMPA MIKRO


A. Reading of Seismic Events
Berikut ini kita mengasumsikan bahwa kita mempunyai rekaman travel time yang
direkam dari beragam jaringan seismometer, data yang didapat adalah
1. Ketingian stasiun dan locality
2. Reference times pada traces seismogram (dalam bentuk waktu absolut, biasanya
bentuknya UGT atau standard mean Greenwich Time)
3. Rekaman kecepatan , seismometer dan karakteristik amplifier yang absolut
B. Efek Topografi
Saat stasiun merekam pada ketinggian yang berbeda, sinyal akan agak terlambat pada
stasiun yang tinggi. Untuk bisa cukup mengurangi efek topografi di 2 kasus ekstrim,
yaitu:
1. Vertical Path (Stasiun diatas focus)
2. Critically refracted path (stasiun dibawah hiposenter)
C. Plot of Observed travel times versus (S-P) times (WADATI Plots)
Jika salah satu plot travel times P dan S versus times, maka akan mendapatkan WADATI
plots, yang berisi informasi tentang koreksi picks of travel times. Jika pada fase ini telah
dilakukan picking secara benar, semua data P dan S harusnya sudah berada pada 1 garis
lurus.
D. Estimate of (max.) focal depth
Menggunakan konsep yang sama pada poin B sebelumnya, hal ini dapat menilai
rentang kedalaman menggunakan perhitungan waktu teoritis ( S-P) untuk 2 limiting rays
yaitu:
1. Vertical Path
2. Critically refracted path with respect to the deepest interface
Berbagai waktu (S-P) untuk 2 limiting rays untuk berbagai titik focus kedalaman dan
jarak episentrum terdaftar pada table berikut ini.

E. Estimate of epicenter, estimate of origin time


Kita dapat mendapatkan perkiraan episenter dengan menempatkan semua station
di kedalaman 5km yang ekuivalen dari hasil pengurangan waktu delay, seismometer
terdeteksi pada kedalaman 5km. Perkiraan episenter local mengindikasikan bahwa jarak
ERQV sekitar 10km, direkomendasikan bahwa kedalaman focus sekitar 8km untuk
Gempa Mikro di Waimangu tahun 1996.
F. Estimation of magnitude
Estimasi magnitude M dapat didapatkan dengan cara menggunakan relsi empiris
dimana relasi durasi waktu kejadian dengan magnitudo.
G. Summary of Preliminary Interpretaion
1. Focal Depth = nilai maksimum focal depth adalah 12.5 km. sangat mungkin letak
hiposenternya berada pada kedalaman 8km
2. Episenter = Koordinat epicenter muncul dekat dengan 2809000 E; 6320000 (NW
margin of the Waimangu field)
3. Origin time = To 52.23±0.10 sec
4. Magnitudo = MD 1.3-2.2
Jika anda akan menganalisis banyak data gempa mikro anda tidak perlu mengikuti
seluruh langkah yang di deskripsikan di atas. Bagaimanapun juga, analisis pendahuluan
menyajikan anda informasi yang dapat berguna nantinya untuk mencari solusi dari
prosedur analisis. Sebagai tambahan geofisisis harus bisa mendapat interpretasi awal dari
gempa jika pad kasus komputer tidak ada di lapangan.

Anda mungkin juga menyukai