Disusun Oleh :
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Sistem panasbumi merupakan sistem perpindahan panas (konveksi) dari sumber
panas ke permukaan dengan proses sirkulasi air meteorik dengan atau tanpa air
magmatik. Pada umumnya sistem panasbumi terdiri dari: (1) Sumber panas (heat
source) (2) Reservoir tempat sirkulasi dari fluida panasbumi. (3) Batuan penudung
(cap rock) yan berfungsi menghalangi hilangnya uap air. (4) Daerah recharge yang
berfungsi menyuplai air pada reservoir sehingga sirkulasi air dapat terus berlangsung.
(5) Rekahan zona permeabel sebagai jalur sirkulasi fluida. Gempa mikro atau
microearthquake adalah gempa bumi yang tidak dapat terdeteksi oleh manusia dan
memiliki magnitude yang sangat kecil.
Aktivitas gempa mikro adalah fenomena yang sering terjadi di area prospek
panasbumi. Injeksi fluida pada saat proses produksi akan menghasilkan tekanan yang
melawan formasi batuan dan menciptakan rekahan hidrolik (hydraulyc fracture).
Survei pasif seismik di lapangan panasbumi Wayang Windu memanfaatkan
gelombang seismik yang dihasilkan dari rekahan hidrolik.
2. Letak Geografis
Provinsi Jawa Barat, Indonesia memiliki potensi sumber daya alam panasbumi
yang terbesar di Indonesia. Potensi panasbumi di Jawa Barat mencapai 6000 MW.
Menurut studi geologi regional, lapangan panasbumi Wayang Windu terletak pada
jalur Pegunungan Selatan Jawa merupakan hasil subduksi antara Lempeng Hindia-
Australia dengan Lempeng Eurasia yang mulai terjadi pada zaman tersier.
3. Metode Penelitian
Karakteristik dari reservoir lapangan panasbumi Wayang Windu dapat
ditampilkan dengan menggunakan metode inversi seismik tomografi. Metode ini
memanfaatkan parameter kecepatan penjalaran gelombang P (Vp) dan gelombang S
(Vs) dari gempa mikro. Pada penelitian ini, diharapkan dengan menganalisa hasil
pengamatan karakteristik event microearthquake yang terekam oleh stasiun
perekaman, dapat diperoleh informasi distribusi anomali kecepatan gelombang-P
(Vp), gelombang-S (Vs) serta rasio Vp/Vs yang merambat di bawah permukaan
lapangan panasbumi Wayang Windu.
B. Isi Bahasan
1. Konsep Inversi Seismik Tomografi
Dalam pelaksanakan metode Microearthquake ini perlu melalui beberapa tahapan
hingga menemukan penentuan lokasi dan model kecepatan, yaitu meliputi :
• Event microearthquake yang diekstrak dari deret waktu kontinyu menjadi data
event gempa digunakan pada tahapan prosesing.
• penentuan lokasi awal hiposenter ditentukan dengan menggunakan
Seismological Data Processing Package, Seisplus (Geotech Instruments, LLC,
Dallas), yang mana penentuan lokasi hiposenter menggunakan algoritma
HYPOPLUS.
• Pada tahap perhitungan traveltime model kecepatan 1D menghubungkan semua
kombinasi dari kedalaman event dan jarak episenter terhadap posisi receiver
yang mana Z dianggap 0.
• Distribusi kecepatan 3 dimensi dapat didapatkan melalui tiga tahapan, yaitu
penentuan lokasi dalam model 3D dengan menggunakan algoritma ray tracing
berdasarkan asas Fermat pada minimalisasi traveltime. Sumber gempa dan
lokasi awal yang telah didapatkan melalui optimasi model kecepatan 1D pada
tahapan sebelumnya direlokasikan kembali menggunakan metode 3D ray
tracing (bending tracing). Selanjutnya dilakukan parameterisasi grid, anomali
distribusi kecepatan antara node diinterpolasikan secara linear untuk menjadi
block tetrahedral.
2. Hasil Analisa Model Kecepatan 1 Dimensi
Pada hasil tersebut melewati proses tiga kali iterasi yang mana
menghasilkan nilai RMS 0.1307, nilai tersebut lebih baik dibandingkan dengan
nilai RMS sebelumnya yaitu 0.1360. Dari hasil penentuan model kecepatan 1
dimensi, terdapat kontras nilai kecepatan pada kedalaman 0-40 km. Pada
kedalaman 0 km, kecepatan untuk gelombang P (Vp) = 2.694627 km/s dan
kecepatan gelombang S (Vs) = 1.633392 km/s, lalu terjadi peningkatan nilai
kecepatan pada kedalaman 5 km, dengan Vp = 6.063570 km/sdan Vs =
3.700346 km/s. Selanjutnya terus meningkat pada kedalaman 10 km, dengan
Vp = 6.843659 km/s dan Vs = 4.195239 km/s. Sehingga penulis dapat
menyimpulkan jumlah lapisan dalam range 0-40 km terdiri atas tiga lapisan.
3. Hasil Analisa Model Keccpatan 3 Dimensi
D. Tanggapan
Paper ini mengidentifikasi reservoir pada lapangan Wayang Windu dengan
menggunakan metode microearthquake pada tahun 2014. Pada paper ini ditemukan
beberapa hasil yaitu jumlah lapisan pada range 0-40km dengan menggunakan metode
perhitungan kecepatan 1 dimensi. Secara kesimpulan dari saya sebagai pereview paper
ini mendapatkan kesimpulan bahwa paper ini menjelaskan tentang kondisi lapisan,
kondisi reservoir serta anomali-anomali yang terdapat di lapangan Wayang Windu.
Tanggapan saya untuk lapangan Wayang Windu agar bisa dikembangkan agar
menjadi salah satu potensi panas bumi yang ada di Indonesia yaitu yang pertama
mengembangkan penelitian dengan metode yang lain untuk mendapatkan data dari
lapangan seperti manifestasi dari lapangan Wayang Windu. Karena saya baca paper ini
belum ada hasil data terkait manifestasi serta pengembangan potensi panas bumi di
lapangan ini untuk dijadikan pembangkit listrik.
E. Daftar Pustaka
Elfina, 2010. “ Studi Alterasi Hidrotermal Pada Sumur MB-1, MB-2, MB-3, dan WR di
Lapangan Panasbumi Wayang Windu Bagian Utara, Kecamatan Pangalengan,
Kabupaten Bandung, Jawa Barat ”, Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Radhiyullah Armi, Bagus Jaya Santosa Jurusan Fisika, FMIPA, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
radhiyullah09@mhs.physics.its.ac.id