Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN TERHADAP KESADARAN

MASYARAKAT DALAM MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DESA


MATTIROTASI KECAMATAN WATANG PULU KABUPATEN SIDENRENG
RAPPANG TAHUN 2016

Oleh
GUNAWAN
43132004

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Sebagai negara kesatuan,
bangsa Indonesia mempunyai tujuan negara seperti halnya seperti negara-negara lain. Tujuan
negara Indonesia di tuangkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia IV yaitu:
Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan
ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Dalam rangka mewujudkan tujuan nasional tersebut, maka pemerintah menempuh langkah
dengan jalan melaksanakan pembangunan di semua sektor. Pembangunan nasional yang
sedang dilaksanakan pemerintah dewasa ini pada hakekatnya adalah pembangunan manusia
seutuhnya dan pembangunan manusia seluruhnya, dengan berdasarkan Pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945 guna mencapai tujuan nasional yaitu mewujudkan masyarakat
adil dan makmur, material dan sepiritual. Dalam rangka mewujudkan tujuan nasional
tersebut, maka pemerintah menempuh langkah dengan jalan melaksanakan pembangunan di
semua bidang. Dengan adanya program pembangunan ini pemerintah akan banyak
membutuhkan dana untuk pelaksanaannya. Oleh sebab itu untuk mendistribusikan beban
pemerintah kepada masyarakat maka perlu digalakkan sumber penerimaan negara melalui
pajak. Oleh karena itu biaya-biaya untuk melaksanakan pembangunan akan dapat terpenuhi
dengan berbagai sumber penerimaan negara melalui:
1. Bumi, air dan kekayaan alam
2. Pajak-pajak dan bea cukai
3. Hasi perusahaan negara
4. Lain-lain seperti denda-denda dan keuntungan atau saham-saham yang dipegangnya,
perdagangan, deviden, sertifikat dan sebagainya.
( Rochmad Soemitro, 1985 : 2 )

Dari teori tersebut diatas, terlihat bahwa sumber penerimaan negara berasal dari sektor pajak
dan non pajak. Seiring dengan perkembangan jaman ini, pemerintah lebih menekanakan
penerimaan negara dari sektor pajak mengingat sektor pajak sangat dominan bagi
kepentingan pembangunan.

Upaya pemerintah untuk mendapatkan sektor pajak sebagai salah satu sumber pendapatan
negara yang strategis semakin tampak setelah dikeluarkan UU No.9 tahun 1994 tentang
ketentuan umum dan tata cara perpajakan, UU No. 10 tahun 1994 tentang pajak penghasilan
UU No. 11 Tahun 1994 tentang PPn dan penjualan atas barang mewah dan sekaligus UU No.
12 tahun 1994 tentang pajak bumi dan bangunan. Serta di adakanya penyuluhan-penyuluhan
mengenai pajak, akan tetapi penyuluhan tersebut hanya terbatas pada pelaksanaan perpajakan
saja, sehingga masalah kesadaran untuk membayar pajak perlu diadakan pengkajian lebih
lanjut.
Pada dasarnya faktor yang menghambat pembayar pajak adalah masalah kesadaran
masyarakat, di mana perlu di beri pengarahan bahwa pajak itu bukan semata-mata merupakan
kewajiban setiap warga negara, tetapi juga merupakan hak setiap masyarakat untuk ikut serta
dalam pembiayaan negara melalui pembangunan. Berdasarkan kenyataan sekarang ini, bahwa
sebagian besar masyarakat mattirotasi mata pencahariannya adalah petani, pedagang dan
perantauan sehingga pendapatan masyarakat masih relatif rendah, maka dana yang terhimpun
dari peran serta masyarakat melalui pajak akan mengalami banyak kendala yaitu pembayaran
pajak yang tidak tepat waktu atau menunggak sehingga pelaksanaan pembangunan akan
terlambat atau tidak lancar.
Selain itu juga masalah pendidikan rakyat dimana lulusan masyarakat mattirotasi sebagian
besar lulusan Sekolah Dasar (SD) sedangkan lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP),
Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Perguruan Tinggi hanya sebagian kecil saja, dan bahkan
ada masyarakat yang tidak bersekolah. Dalam hal ini pendidikan wajib pajak yang belum
maju atau masih terbelakang akibatnya pandangan mengenai hakekat dan arti pembayaran
pajak serta kesadaran dalam melaksanakan kewajiban dan mengalami kesulitan, sehingga
menyebabkan program pembangunan akan mengalami hambatan. Pendidikan merupakan
fenomena asasi dalam kehidupan manusia dengan kehidupan manusia dapat mencapai pada
taraf yang tinggi baik bidang ekonomi, sosial, kultural ilmu pengetahuandan teknologi
maupun kesusilaan.
Dalam konteks demikian pendidikan sebagai faktor pembangunan, baik dalam proses
maupun pembudidayaan hasilnya. Hal ini secara merata terlihat dari partisipasi masyarakat
melalui pembayaran pajak terutama pajak bumi dan bangunan. Oleh karena itu diharapkan
setiap masyarakat memiliki kesadaran yang tinggi untuk memenuhi kewajiban membayar
pajak terutama pajak bumi dan bangunan. Selanjutnya kesadaran seseorang dalam memenuhi
kewajiban sebenarnya dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain pendidikan dan pendapatan.
Tinggi rendahnya pendidikan dan pendapatan seseorang akan dapat mempengaruhi kesadaran
dalam memenuhi kewajiban, penalaran, sikap maupun perilakunya.
Berdasarkan keterangan dari bapak kepala desa Mattirotasi bahwa pada tahun 2016
pembayaran pajak bumi dan bangunan di desa Mattirotasi mengalami banyak kendala yaitu
pembayaran pajak bumi dan bangunan yang tidak tepat waktu ataupun terlambat, prosentase
wajib pajak yang menunggak kurang lebih 30% dari jumlah wajib pajak yang membayar
tepat pada waktunya. Oleh karena itu masalah kesadaran dalam rangka meningkatkan
pendapatan yang berguna bagi pembangunan desanya dapat di lakukan melalui pembayaran
pajak tepat pada waktunya, sehingga pemerintah dapat memanfaatkannya untuk
pembangunan. Salah satu jenis pajak yang sangat mendukung bagi terlaksananya
pembangunan di desa Mattirotasi, kecamatan Jatiyoso, kabupaten Karanganyar adalah pajak
bumi dan bangunan. Dalam hal ini kesadaran masyarakat untuk membayar pajak bumi dan
bangunan perlu adanya peningkatan baik kesadaran masyarakat, prosedur perpajakan terus di

sempurnakan dan aparatur perpajakan makin di arahkan agar dapat mendorong


pendayagunaan dan pengembangan daerahnya.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN
TERHADAP KESADARAN MASYARAKAT DALAM MEMBAYAR PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN DI DESA MATTIROTASI, KECAMATAN JATIYOSO,
KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2016.
B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah, serta pembatasan masalah seperti yang
dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah pendidikan berpengaruh terhadap kesadaran masyarakat membayar pajak
bumi dan bangaunan di desa Mattirotasi, kecamatan Jatiyoso, kabupaten Karanganyar
tahun 2016.
2. Apakah pendapatan berpengaruh terhadap kesadaran masyarakat membayar pajak
bumi dan bangaunan di desa Mattirotasi, kecamatan Jatiyoso, kabupaten Karanganyar
tahun 2016.
3. Apakah pendidikan dan pendapatan berpengaruh terhadap kesadaran masyarakat
membayar pajak bumi dan bangaunan di desa Mattirotasi, kecamatan Jatiyoso,
kabupaten Karanganyar tahun 2016.

C. Tujuan Penelitian
Penelitian merupaka suatu kegiatan ilmiah dimana berbagai data dan informasi dikumpulkan,
diolah dan dianalisa yang bertujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan juga dalam
rangka membantu memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Tujuan penelitian ini
mempunyai dua fungsi yaitu sebagai tolok ukur dan dasar berpijak, sesuai dengan
permasalahan tersebut di atas, maka penulis menentukan tujuan penelitian menjadi dua yaitu:
1. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan wajib pajak terhadap kesadaran masyarakat
dalam membayar pajak bumi dan bangunan didesa Mattirotasi, kecamatan Jatiyoso,
kabupaten Karanganyar tahun 2016.
2. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan wajib pajak terhadap kesadaran masyarakat
dalam membayar pajak bumi dan bangunan didesa Mattirotasi, kecamatan Jatiyoso,
kabupaten Karanganyar tahun 2016.
3. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan dan pendapatan wajib pajak terhadap
kesadaran masyarakat dalam membayar pajak bumi dan bangunan didesa Mattirotasi,
kecamatan Jatiyoso, kabupaten Karanganyar tahun 2016.

D.

Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti :

Penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan dalam bidang akuntansi
khususnya perpajakan serta menambah ilmu yang berharga dalam menganalisa dan
memecahkan masalah dengan ilmu yang diperoleh diperguruan tinggi.
1. Bagi Instansi :
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran dan pertimbangan bagi Kantor
Kelurahan dalam meningkatkan kinerja yang berhubungan dengan motivasi masyarakat
dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan di wilayah Mattirotasi pada masa yang akan
datang.

BAB II
B.
2.1.

LANDASAN TEORI

Kesadaran Membayar Pajak

Kesadaran merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan suatu tindakan tanpa
adanya paksaan dari pihak manapun. Menurut Feira (2002:125) Kesadaran merupakan
kemauan disertai dengan tindakan dari refleksi terhadap kenyataan. Sedangkan menurut
Padila dan Prior (2002:194) Kesadaran merupakan suatu proses belajar dari pengalaman
dan pengumpulan informasi yang diterima untuk mendapatkan keyakinan dari pengalaman
dan pengumpulan informasi yang diterima untuk mendapatkan keyakinan diri yang
mendorong dilakukanya suatu tindakan.
Pada hakikatnya kesadaran membayar pajak adalah suatu keadaan dimana wajib pajak dalam
keadaan tahu, mengerti dan tidak merasa dipaksa ataupun takut dalam melaksanakan
kewajibannya, karena adanya nilai-nilai hukum dalam diri wajib pajak dan adanya
pengetahuan bahwa suatu prilaku tertentu diatur oleh hukum.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesasdaran
1)
Faktor indogen atau intern yaitu faktor yang datang dari dalam diri manusia itu sendiri
untuk menerima dan mengolah pengaruh yang datang dari luar menurut kemampuannya.
2)
Faktor eksogen atau ekstren adalah faktor yang datang dari luar diri manusia dalam ini
adalah faktor lingkugan.
Oleh karena itu maka sedikit banyaknya kesadaran seseorang dapat dipengaruhi oleh
lingkungannya sehingga seseorang mempunyai kesadaran yang sesuai dengan pengaruh yang
diterima di lingkungannya.
1. Macam-macam tingkat kesadaran
Kesadaran di bagi menjadi tiga tingkatan:
1)

Tingkat kesadaran tinggi

Tingkat kesadaran tinggi adalah suatu sikap atau tindakan seseorang yang oleh orang tersebut
didasarkan pada keinsafan yang disertai suatu usaha yang maksimal untuk melaksanakan
tindakan tersebut dalam rangka mencapai tanpa ada pengaruh dari orang lain.
Dikaitkan dengan kesadaran membayar pajak bumi dan bangunan, maka yang dimaksud
dengan kesadaran tinggi adalah keinsafan untuk membayar pajak bumi dan bangunan yang
mendorong kesadaran akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara dan bertanggung
jawab atas terselenggaranya serta tercapai tujuan pembangunan nasional.
2)

Tingkat kesadaran sedang

Tingkat kesadaran sedang adalah suatu sikap atau tindakan seseorang yang didasarkan oleh
kesanggupan dari dirinya tanpa disertai suatu usaha yang maksimal dalam mencapai tujuan.
Dalam hal ini kesadaran membayar pajak bumi dan bangunan dengan kesadarn sedang adalah
adanya suatu keinsafan untuk membayar pajak karena dorongan dari pihak ketiga, sehingga
usaha yang dilakukannya sebagai usaha yang tidak maksimal.
3)

Tingkat kesadaran rendah

Dalam tingkat kesadaran rendah ini meskipun timbul keinsafan namun masih memperhatikan
pengaruh dari orang lain dan sama sekali tanpa diikuti oleh usaha serta tanpa sarana
bertanggung jawab atas tercapainya suatu tujuan.

2.2.

Pendidikan Masyarakat
1. Pengertian Pendidikan

Pada dasarnya pendidikan adalah perbuatan mendidik, sedangkan mendidik itu sendiri berarti
membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak-anak dengan sengaja agar menjadi
seseorang yang dewasa, bertingkah laku baik dan berbudi pekerti yang luhur sehingga timbul
kesadarannya guna berbakti kepada orang tua, bangsa dan tanah air.
Pendidikan berasal dari bahasa paedagogire, yang berarti membimbing anak, agar anak
menjadi dan berbuat sebagai mana mestinya. Karena pada dasarnya pendidikan adalah suatu
usaha mewariskan suatu kebudayaan atau warisan sosial kepada generasi berikutnya,
sehingga pendidikan merupakan suatu cara melangsungkan kehidupan bagi bangsa dan
Negara. John Dewey memberikan definisi pendidikan adalah sebagai proses pembentukan
kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional secara alami antara sesama
individu. Menurut Ki Hajar Dewantoro pendidikan adalah sebagai daya upaya untuk
memajukan budi pekerti (kekuatan bathin, karakter), pikiran (intektual) dan jasmani
Dalam UUSPN No. 20 Tahun 2003, menyebutkan:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperluakn dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, (1991 : 232) pendidikan adalah proses perubahan
sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompak orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Jadi pengertian pendidikan dapat diartikan sebagai perubahan baik sikap dan tingkah laku
serta pengetahuan dan pendewasaan individu dalam berfikir, berpandangan dan
menyesuaikan diri dengan orang lain. Dalam hal ini tingkat pengetahuan mengenai hakeket
dan arti dari pembayaran pajak bumi dan bangunan akan dapat dipahami dan pelaksanaanya
dapat lancer dengan baik. Pendidikan bukan hanya sekolah saja melainkan pembentukan
konsep tingkah laku dan pola kehidupan masyarakat. Karena orang dalam pergaulan
hidupnya selalu berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungannya, jadi proses pendidikan
dan pengaruhya penting sekali artinya bagi perkembangan seseorang.
1. Jenjang Pendidikan
Dalam GBHN (1993:124) menyebutkan bahwa jenjang pendidikan disekolah diklasifikasi
menjadi tiga yaitu:
1) Jenjang Pendidikan Dasar
2) Jenjang Pendidikan Menengah
3) Jenjang Pendidikan Tinggi
Pendidikan dijalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang berjenjang. Jenjang
pendidikan merupakan pengertian tahapn pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan berdasar
tingkat perkembangan peserta didik, keluasan dan kedalaman bahan pengajaran dan cara
penyajian. Berdasarkan UU RI No. 20/2003 mengenai jenjang pendidikan dijelaskan:
Jenjajng pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan dasar,
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Dalam hal ini berdasarkan UU RI No. 20 tahun 2003 diatas berarti jenjang pendidikan dibagi
menjadi tiga :
1) Pendidikan dasar yaitu SD
2) Pendidikan menengah yaitu SMP dan SMA
3) Pendidikan tinggi yaitu Perguruan Tinggi atau Akademis
Bahwasanya setiap aktivitas yang dilakukan oleh seorang yang sadar pasti mempunyai
tujuan. Pada dasarnya pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
dengan mengembangkan kemampuan dan meningkatkan kwalitas kehidupan manusia dalam
rangka mewujudkan tujuan masyarakat adil dan makmur.
2.3.

Pendapatan Masyarakat

Pendapatan berasal dari kata dapat yang berarti berbuat sesuatu agar menghasilkan sesuatu,
artinya bahwa pendapatan merupakan hasil perolehan untuk pencarian suatu pekerjaan
sehingga memperoleh penghasilan. Menurut Abdurachman (1997:381) Pendapatan sendiri
adalah uang, barang-barang, materai atau jasa yang diterima atau bertambah besar selama
jangka waktu tertentu.
Menurut Niswonger (1992:22) Pendapatan adalah jumlah yang ditagih kepada pelanggan
atas barang ataupun jasa yang diberikan kepada mereka. Pada buku yang sama, Niswonger
(1992:56) juga menjelaskan bahwa Pendapatan atau reven ue merupakan kenaikan kotor
atau gross dalam modal pemilik yang dihasilkan dari penjualan barang dagangan,
pelaksanaan jasa kepada pelanggan atau klien, penyewa harta, peminjam uang, dan semua
kegiatan usaha serta profesi yang bertujuan untuk memperoleh penghasilan.
Dengan adanya teori tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pendapatan merupakan jumlah
seluruh uang, barang atau jasa yang diterima oleh seseorang atas suatu usahanya dalam
jangka waktu tertentu. Dalam penelitian ini yang akan di kaji lebih lanjut adalah pendapatan
rumah tangga yang sering disebut dengan personal income, dalam jangka waktu tertentu atas
usaha yang dilakukanya. Nasution (1997:7) Personal income adalah jumlah pembayaran
yang diterima masyarakat atau individu baik dari upah bunga dan deviden.

2.4.

Hubungan Antara pendidikan dengan Kesadaran

Pajak merupakan penghasilan penghasilan negara yang saat ini mulai di andalkan sebagai
modal pembangunan, pemerintah mencoba untuk mengubah motivasi masyarakat untuk
memenuhi kewajiban pajaknya.
Pendidikan adalah faktor yang sangat penting dalam perkembangan budi pekerti, kesuksesan
maupun pemahaman seseorang dapat dilihat dari latar belakang pendidikannya, karena
dengan pendidikan dapat membawa seseorang yang belum dewasa ketingkat kedewasaan
dalam arti termotivasi dan mampu memikul tanggung jawab segala perbuatan secara moral.
Menurut Siti Nurwati (1995:67) bahwa adanya perbedaan motivasi untuk memenuhi
kebutuhan pajak pada wajib pajak yang memiliki latar belakang atau tingkat pendidikan,
maka semakin tinggi proporsi motivasi untuk memenuhi kebutuhan wajib pajak. Sedangkan
menurut Fanny Yusronillah (2006:54) bahwa pendidikan dan jenis pekerjaan wajib pajak
tidak terpengaruh terhadap motivasi kewajiban pajak.
Dari pernyatan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan membawa seseorang kepada
tingkat pemahaman atau tanggung jawabnya serta motivasi atau kesadaran untuk mematuhi
berbagai hukum yang berlaku. Dalam hal ini pendidikan dan kesadaran sangat penting bagi
masyarakat dalam melunasi pembayaran pajak. Dengan adanya pendidikan dapat menjadikan
seseorang menjadi pribadi yang bijaksana dan wajib pajak taat akan melunasi pembayaran
pajak khususnya pajak bumi dan bangunan.

2.5.

Hubungan Antara Pendapatan dengan Kesadaran

Di dalam suatu komunitas masyarakat, sering kali adanya perbedaan yang menyebabkan
terjadinya kelas-kelas atau kasta. Hal ini biasanya disebabkan karena adanya perbedaan
penghasilan atau banyaknya materi yang dimiliki. Dan tentunya hal ini juga sangat
berpengaruh dalam kesadaran dan pengaturan masyarakat dalam membayar pajak bumi dan
bangunan (PBB).
Masyarakat yang memiliki penghasilan sedang dan tinggi seharusnya tidak memiliki masalah
untuk membayar pajak bumi dan bangunan (PBB) setiap tahunnya, dan kebanyakan dari
mereka memiliki pengetahuan atau wawasan yang cukup luas dalam hal perpajakan.
Sedangkan masyarakat yang memiliki penghasilan yang rendah biasanya memiliki masalah
dalam membayar pajak bumi dan bangunan, hal ini dikarenakan masih banyaknya kebutuhan
ekonomi lainnya yang harus dipenuhi, sehingga mereka tidak mampu membayar pajak bumi
dan bangunan.
Kesadaran masyarakat dalam membayar pajak bumi dan bangunan dapat dipengaruhi oleh
beberapa hal yang diantaranya adalah perbedaan tingkat penghasilan masing-masing wajib
pajak dimana pembayaran pajak ini bersifat mengikat dan diatur oleh undang-undang.
Sehingga dapat diduga jika penghasilan semakin tinggi maka kesadaran dan kepatuhan wajib
pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan akan meningkat pula. Sebaliknya jika
tingkat penghasilan semakin rendah maka kesadaran wajib pajak membayar pajak bumi dan
bangunan akan menurun pula.

2.6.
Hubungan Antara Pendidikan dan Pendapatan Wajib Pajak Dengan
Kesadaran Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan.
Persoalan wajib pajak dalam membayar pajak memang di pengaruhi oleh banyak faktor di
antaranya pendapatan dan latar belakang pendidikan wajib pajak yang relatif besar sehingga
akan mengkondisikan kemampuannya untuk membayar pajak bumi dan bangunan oleh
karena itu kondisi seperti ini akan membawa wajib pajak secara sadar memenuhi
kewajibannya, demikian pula jika pendapatan dan pendidikan wajib pajak relatif rendah akan
dapat melemahkan kemampuan wajib pajak untuk memenuhi kewajibannya membayar pajak
bumi dan bangunan. Alasannya karena bagi wajib pajak yang menghasilkan rendah
pemenuhan kewajiban membayar pajak akan diletakkan pada urutan ranking setelah
kebutuhan utamanya terpenuhi.
Pendidikan wajib pajak merupakan dasar pengetahuan wajib pajak dalam merespon segala
informasi tentang hakekat dan makna pembayaran pajak bagi kepentingan pembangunan
nasional. Jika wajib pajak mempunyai pendidikan yang cukup memadai kemungkinan besar
lebih baik di dalam memahami dan mengerti akan arti dan makna serta hakekat pembayaran
pajak bumi dan bangunan dan sebaliknya bagi wajib pajak yang memiliki latar belakang
pendidikan kurang atau rendah kemungkinan besar di dalam memahami hakekat dan makna
pentingnya membayar pajak bumi dan bangunan agak relatif rendah, sehingga tingkat
kesadarannya dalam membayar pajak akan berkurang.

DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman, 1997. Ensiklopedi Keuangan dan Perdagangan. Jakarta : Pradya karya.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka
Cipta

. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta

Azwar, syaifudin. 2000. Reliabilitas dan vadilitas. Yokyakarta : Pustaka Pelajar

Darminto, P. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991. Kamus besar Bahasa Indonesia. Jakarta :
Depdikbud.
Djarwanto, Ps. 1993. Stastistik Induktif. Yokyakarta : BPFE.
Mardiasmo.2004. Pembaharuan Perpajakan yang ditinjau dari Segi Hukum. Yokyakarta :
Prisma.
Nasution, 1997. Teori Ekonomi Makro. Jakarta : Djambatan.
Niswonger. 1992. Prinsip-prinsip Akuntansi 1. Jakarta : Erlangga
Siti Meichati, 1989. Pengantar Ilmu Pendidikan.Yokyakarta : FKIP Yokyakarta.
Subagyo, Djarwanto. 2005. Statistik Induktif. Yokyakarta : BFFE FE UGM.
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta.

_______. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta.


_______. 2008. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV. Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai