Anda di halaman 1dari 3

A.

1.

KRISIS BERAS
Permasalahan
Peneliti UGM: Tahun ini, Indonesia sudah krisis beras
Reporter : Novita Intan Sari | Sabtu, 23 Mei 2015 15:48

Merdeka.com - Indonesia diyakini sudah memasuki krisis beras. Ini terlihat


dari penyerapan beras yang rendah oleh Perum Bulog. Peneliti Senior Pusat
Studi dan Kawasan Universitas Gadjah Mada Mochammad Maksum
mengatakan, pemerintah menargetkan pembelian beras petani sekitar 2,5
juta-2,75 juta ton tahun ini. Namun, hingga kuartal I-2015, Bulog baru bisa
menyerap 500 ribu ton beras atau kurang dari 20 persen.
"Pemerintahan tahun ini sudah krisis beras. Pembelian 80 persen selanjutnya
mustahil terealisir di tahun ini," ujarnya saat dialog bertema "Beras dan
Kedaulatan Pangan", Jakarta, Sabtu (23/5).
Menurutnya, indikasi krisis beras sudah terlihat sejak harga komoditas primer
itu naik hampir 30 persen pada Mare lalu. Itu merupakan penaikan tertinggi
sejak era reformasi.
"Bulog pun tidak bisa apa-apa karena terbatasnya cadangan, tidak ada
operasi pasar berarti. Harga pun kemudian kembali normal, bukan karena
operasi pasar, tetapi panen raya," jelas dia.
Terpisah, Direktur Jenderal Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Pertanian
Kementan Yusni Emilia Harahap mengakui temuan beras plastik
membuktikan sistem tata niaga makanan pokok itu di Indonesia masih lemah.
"Tata niaga beras ini memang harus diperbaiki, agar dapat mempermudah
penelusuran, dan perbaikan pendaftaran beras, pengemasannya harus
teregister."
[yud]

2.

Penyebab
Beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia. Seperti yang

telah sama-sama kita ketahui bahwa beras berasal dari tanaman padi, oleh karena
itu ketersediaan stok beras dalam negeri sangat dipengaruhi oleh hasil panen dari
tanaman padi tersebut.

Kegemaran masyarakat Indonesia yang begitu tinggi menyebabkan tingkat


konsumsi beras menjadi tinggi. Tingkat konsumsi beras yang tinggi hanya dapat
dipenuhi apabila ada upaya untuk meningkatkan produksi beras secara
berkesinambungan, hal ini sangat diperlukan mengingat tingkat konsumsi juga
dipengaruhi dengan laju pertumbuhan penduduk yang tentunya dengan
bertambahnya penduduk akan berimbas pada meningkatnya tingkat konsumsi
beras.
3.

Solusi
Dalam jangka panjang, untuk meningkatkan produksi beras dilakukan
dengan cara pengembangan lahan potensial dengan mengembangkan
berbagai teknologi (benih, sistem usaha, dan infrastruktur lain) tetap

dilakukan secara terencana, bertahap, dan konsisten (Kartasapoetra, 1994).


Melakukan swasembada beras. Untuk mencapai swasembada beras,
diperlukan informasi yang dapat mendukung tercapainya swasembada
beras

di

Indonesia

dengan

mengidentifikasi

faktor-faktor

yang

mempengaruhi produksi dan konsumsi beras di Indonesia, sehingga dapat


diperkirakan bagaimana senjang antara produksi dan konsumsi beras di
Indonesia pada masa yang akan datang, sehingga dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam mengambil langkah kebijakan yang tepat bagi

pemerintah untuk meraih swasembada beras di Indonesia (Hessie, 2009).


Upaya jangka pendek dengan mengoptimalkan lahan sawah konvensional
perlu ditingkatkan. Upaya tersebut hanya dapat dilakukan melalui
peningkatan produktivitas dengan penggunaan teknologi. Penggunaan
teknologi yang intensif di masa lalu dilakukan dengan dorongan kebijakan
pemerintah yang berupa pembangunan dan rehabilitasi sistem irigasi,
pembangunan pabrik pupuk, pemberian subsidi pupuk dan pestisida,
kebijakan harga dasar gabah, penyediaan kredit usahatani, dan

peningkatan lembaga penyuluhan (Notohadiprawiro, 2006).


Menurunkan konsumsi beras melalui metode substitusi. Indonesia kaya
akan makanan sumber karbohidrat, misalnya jagung, ubi, singkong, talas,
sukun, dll. Namun karena ketergantungan masyarakat Indonesia akan
beras, maka sumber karbohidrat lain yang telah disebutkan di atas dapat

diolah menjadi beras analog agar masyarakat tetap merasa sudah memakan
nasi.

DAFTAR PUSTAKA
Hessie, R. 2009. Analisis produksi dan konsumsi beras dalam Negeri serta
implikasinya terhadap Swasembada beras di Indonesia. Skripsi. Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
Kartasapoetra, A.G. 1994. Teknologi Penanganan Pasca Panen. Rineka Cipta,
Jakarta.
Notohadiprawiro, T. 2006. Pola Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Lahan
Basah, Rawa dan Pantai. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai