Anda di halaman 1dari 15

REVIEW BIOREAKTOR

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik Bioproses

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2016
BIOREAKTOR
1. Pengertian
Bioreaktor atau dikenal juga dengan nama fermentor adalah sebuah
peralatan atau sistem yang mampu menyediakan sebuah lingkungan biologis yang
dapat menunjang terjadinya reaksi biokimia dari bahan mentah menjadi bahan yang
dikehendaki. Reaksi biokimia yang terjadi di dalam bioreaktor melibatkan
organisme atau komponen biokimia aktif (enzim) yang berasal dari organisme
tertentu, baik secara aerobik maupun anaerobik. Sementara itu, agensia biologis
yang digunakan dapat berada dalam keadaan tersuspensi atau terimobilisasi (Elisa,
2010).
Menurut Andheklawang (2008), bioreaktor/reaktor biologi/ fermentor suatu
wahana/tempat untuk keberlangsungan proses fermentasi/transformasi bahan dasar
menjadi produk yang dinginkan yang dilakukan oleh sistem enzim dalam mikroba
atau enzim yang diisolasi. Bioreaktor merupakan sistem tertutup untuk reaksi
biologis dari suatu proses bioteknologi.

2. Fungsi Bioreaktor
Fungsi bioreaktor adalah untuk menghasilkan produk oleh mikrobia baik
kultur murni atau campuran, yang dikendalikan menggunakan sistem komputer
dalam mengatur faktor lingkungan dan pertumbuhan serta kebutuhan nutriennya.
Menurut Pujaningsih (2005), fungsi dasar fermentor/ bioreaktor yaitu menyediakan
kondisi lingkungan yang cocok bagi mikrobia didalamnya untuk :
 Menghasilkan biomassa
 Menghasilkan enzim
 Menghasilkan metabolit
Fungsi utama bioreaktor adalah memberikan lingkungan terkontrol bagi
pertumbuhan mikroorganisme atau campuran tertentu mikroorganisme untuk
memperoleh produk yang diinginkan.

3. Jenis-Jenis Bioreaktor
Berdasarkan pemasukan nutrisinya kedalam bioreaktor , ada tiga jenis
bioreaktor, yaitu bioreaktor kontinu , semikontinu, dan diskontinu (Bu’lock dan
Kristiansen, 1997) :
a. Bioreaktor Kontinu
Pada bioreaktor kontinu, pemberian nutrisi dan pengeluaran sejumlah fraksi
dari volume kultur total terjadi secara terus menerus. Dengan metode kontinu
memungkinan organisme tumbuh pada kondisi setimbang (steady state), dimana
pertumbuhan terjadi pada laju konstan dan lingkungan stabil. Faktor seperti pH dan
konsentrasi nutrisi dan produk metabolit yang tidak terelakkan berubah selama
siklus pertumbuhan pada suatu diskontinu dapat dijaga konstan dalam kultur
kontinu.
Dalam suatu bioreaktor kontinu, medium steril dimasukkan kedalam
biorekator dengan laju aliran yang konstan, dan kultur yang keluar dari bioreaktor
terjadi dengan laju yang sama, sehingga volume kultur di dalam reaktor konstan.
Dengan pencampuran yang efisien, medium yang masuk tersebut menyebar secara
cepat dan merata pada seluruh bagian rekator.
Contoh dari biorektor kontinu yaitu Reaktor Tangki diaduk Kontinu
(RTDK). Udara steril dimasukkan pada dasar reaktor melalui pipa terbuka atau
penyemprot udara. Suattu batang vertical dilengkapi dengan pengarah dengan satu
atau lebih impeler. Impeler biasanya dipasang di sepanjang batang pada interval
jarak sama dengan diameter reaktor untuk menghindari tipe pergerakan melingkar.
Peranan impeler adalah untuk menimbulkan agitasi dalam bioreaktor untuk
mempermudah aerasi. Fungsi utama agitasi adalah untuk mensuspensikan dan
meratakan nutrisi dalam medium, untuk memberikan hara termasuk oksigen- bagi
sel, dan untuk memindahkan panas.
b. Bioreaktor Diskontinu
Pada bioreaktor diskontinu, inokulen dan nutrisi yang akan diperlukan bagi
pertumbuhan dicampur dalam suatu bejana tertutup pada kondisi suhu, pH, dan
pencampuran optimum. System ini adalah tertutup, kecuali untuk organism aerobik
dimana suplai udara kontinu dialirkan kedalam bioreaktor. Pada bioreaktor
diskontinu, laju pertumbuhan dan laju pertumbuhan spesifik jarang konstan. Hal ini
menunjukkan adanya perubahan karakteristik nutrisi dari sistem.
Salah satu contoh dari bioreaktor diskontinu adalah Bioreaktor Lumpur
Buangan Teraktivasi. Bioreaktor ini digunakan secara luas untuk pengolahan secara
oksidasi air buangan dan sampah industri lain. Prosesnya difungsikan untuk
meningkatkan pemasukan udara, sehingga bahan organic massa dapat didegradasi
secara optimum. Bioreaktor ini sangat besar, sehingga untuk mempermudah
pencampuran dan penyebaran oksigen diperlukan sejumlah besar agitator pada
kebanyakan pabrik pengolahan air buangan skala kota.
c. Bioreaktor Semikontinu
Bioreaktor semikontinu adalah suatu bentuk kultivasi dimana medium atau
substratnya ditambahkan secara kontinu atau berurutan ke dalam tumpukan
diskontinu awal tanpa mengeluarkan sesuatu dari system. Produk yang dihasilkan
dari system seperti ini dapat melebihi produk yang dihasilkan dari kultur
diskontinu. Pendekatan ini secara luas diterapkan dalam industry misalanya dalam
produksi ragi yang dibutuhkan untuk pembuatan roti.
Contoh bioreaktor semikontinu yaitu Digestor atau bioreaktor Anaerobik,
tetapi bioreaktor ini dapat pula dioperasikan secara kontinu.Pengunaan system ini
pada pengolahan air buangan padat, misalnya lumpur buangan (sludge) yang
diperoleh dari pengolahan buangan perkotaan, akan memberikan stabilisasi air
buangan yang efisien dan produksi metan yang tinggi. Dalam system ini Lumpur
buangan dicampur dengan mikroorganisme anaerobic pada suhu 30° C dan waktu
retensi hidrolik. Untuk air buangan berkekuatan sedang dari industri makanan dan
fermentasi, teknik operasi yang dapat menahan biomassa mikroba lebih lama dalam
system operasi kontinu sudah ditemukan. Maka waktu retensi zat padat tidak dapat
digabung dengan waktu retensi cairan sehingga konsentrasi mikroba yang tinggi
dapat terjadi pada digester (atau pada bioreaktor tersebut), yang memberikan laju
bdegradasi yang tinggi. Bagi air buangan yang sangat encer, misalnya buangan
kota, waktu retensi zat padat yang sangat panjang diperlukan.
Teknik diskontinu merupakan teknik yang paling dominan digunakan dalam
industri, dominasi sistem bioreaktor semikontinu dan diskontinu dalam industri
disebabkan oleh beberapa alasan berikut:
1. Pada waktu tertentu,produk bioteknologi mungkin dibutuhkan dalam jumlah
yang relative sedikit.
2. Kebutuhan pasar mungkin bersifat musiman
3. Masa berlaku produk tertentu pendek (tidak tahan lama)
4. Konsentrasi produk yang tinggi
5. Beberapa produk tertentu hanya dihasilkan pada fase setimbang dari siklus
pertumbuhan.
6. Ketidakstabilan beberapa galur produksi memerlukan pembaharuan secara
teratur
7. Proses kontinu, secara teknis masih menunjukkan berbagai kesulitan

3. Ukuran Bioreaktor
Bejana untuk rnelaksanakan proses industri ukurannya bervariasi yaitu :
1) 5 - 10 liter untuk skala laboratorium
2) 10 - 500 liter untuk skala percobaan
3) 50 - 400.000 liter untuk skala industri besar
Ukuran bioreaktor tergantung pada :
1) Proses : sekali unduh, berkesinambungan, nutrien terputus.
2) Bagaimana proses yang dioperasikan : pancaran ke bawah (down flow) atau
pancaran ke atas (up flow)
3) Produk yang diproduksi : Proses yang berlangsung selama produksi proses
aerobik atau anaerobik
4) Proses kultur tungal atau kultur campuran (Anonim, 2013).

4. Pemilihan Bioreaktor
Beberapa hal yang harus dijadikan pertimbangan pada pemilihan bioreaktor
antara lain (Sabrina, 2012) :
A. Jenis mikroba yang digunakan
Berdasarkan kebutuhan oksigen, maka terdapat sel yang membutuhkan O2
untuk hidupnya (bersifat aerobik) dan ada sel yang tidak membutuhkan O2 (bersifat
anaerobik). Bioreaktor yang menggunakan sel aerobik, oleh karena kelarutan
oksigen dalam media rendah, maka O2 harus selalu dipasok terus menerus. Oksigen
dapat diberikan dengan cara mendispersikan udara ke dalam media. Hal ini terkait
dengan berbagai perlengkapan bioreaktor yang berfungsi untuk memasok udara.
Jenis dan ukuran sel sangat berpengaruh terhadap bioreaktor dan
pengoperasiannya. Sel tunggal seperti mikroba tidak tahan terhadap gaya geser dan
perlu pendispersian udara lebih tinggi. Bentuk dan ukuran tanaman atau hewan
yang bervariasi juga menentukan pengoperasian bioreaktor. Tanaman
menghasilkan akar-akar yang tumbuh dengan sifat tertentu, umumnya memerlukan
pengaturan aliran agar kontak antara akar dengan nutrisi dan bahan yang akan
diabsorbsi berlangsung optimal. Mikroba atau tanaman tertentu tumbuhnya hanya
di permukaan, oleh karenanya digunakan bioreaktor permukaan, misal bioreaktor
bed atau tray (baki).
B. Sifat media
Jenis makhluk hidup sangat menentukan susunan media yang digunakan
dalam bioreaktor. Sifat-sifat media menentukan jenis bioreaktor yang akan
digunakan. Sifat fisik substrat yang akan direaksikan sangat beragam, misalnya gas,
cair atau padat. Gas, misalnya CO2, SOx, NOx yang dapat diabsorpsi oleh daun-
daun tanaman. Cairan ada berbagai sifat, misalnya cairan dan senyawa larut air
(metanol, etanol), bahan padat terlarut dalam air (glukosa, laktosa), bahan cair
tidak larut air (minyak bumi, parafin). Padatan ada beberapa sifat, padatan larut
sebagian atau padatan tidak larut (pati,selulosa).
Efek biokinetik substrat juga berpengaruh terhadap pemilihan bioreaktor.
Substrat tertentu dapat menyebabkan reaksi penghambatan atau represi
pertumbuhan. Untuk substrat seperti ini lebih tepat apabila menggunakan operasi
semi sinambung atau biakan sinambung. Apabila produk hasil bioproses pada
konsentrasi tinggi yang menyebabkan penghambatan, diperlukan pengaturan tahap
banyak/multistage.
Perilaku reologi aliran zat/bahan sangat menentukan bioreaktor yang
dipilih. Media/substrat yang mempunyai viskositas rendah tidak menimbulkan
masalah waktu pencampuran dan laju perpindahan oksigen. Akan tetapi pada
substrat dan produk yang mempunyai viskositas tinggi, maka menimbulkan
masalah pada perpindahan oksigen.
C. Parameter proses
Oksigen merupakan faktor dasar yang menentukan pertumbuhan dan
aktivitas proses pada sel aerobik. Biasanya diukur menggunakan parameter laju
perpindahan oksigen (OTR: Oxygen Transfer Rate). Apabila senyawa dalam
substrat tidak mengandung oksigen (misal parafin), maka kebutuhan oksigen akan
menjadi lebih besar.
Suhu lingkungan mempengaruhi reaksi biokatalisis. Biokatalis mempunyai
suhu optimal yang spesifik. Dengan demikian laju pertumbuhan sel dan
pembentukan produk hasil reaksi biokatalisis umumnya tergantung pada suhu. Pada
bioreaktor, suhu dikendalikan dengan mekanisme tertentu agar bioproses
berlangsung optimal. Panas yang terbentuk biasanya dikendalikan menggunakan
air pendingin atau sel tahan panas (termofilik). Aktivitas biokatalis dipengaruhi pH.
Kecepatan reaksi enzimatis (biokatalisis) dan laju pertumbuhan terbaik pada pH
optimal. Tingkat konsentrasi ion H+ atau pH yang sesuai menjamin berlangsungnya
bioproses secara optimal. Walaupun kadang-kadang pH media serendah mungkin
digunakan untuk mengurangi gangguan karena adanya kontaminasi oleh makhluk
hidup yang lain (kontaminan).
D. Faktor produksi
 Biaya dan persediaan bahan mentah
 Fasilitas perdagangan
 Pasar
 Aturan kerja & keselamatan

5. Persyaratan Konstruksi dan Rancang Bangun Reaktor


1. Bejana harus dapat dioperasikan secara aseptik
2. Aerasi dan agitasi memadai untuk pertumbuhan mikroba aerob
3. Konsumsi tenaga dan daya listrik sekecil mungkin
4. Mempunyai sistem pengontrol suhu dan pH
5. Mempunyai sarana untuk pengambilan contoh
6. Evaporasi tidak berlebihan
7. Peralatan harus praktis dan membutuhkan tenaga kerja sedikit
8. Permukaan bagian dalam bioreaktor licin
9. Geometri bioreaktor skala kecil, pilot plant dan skala besar sebaiknya sama
untuk memudahkan penggandaan skala (Sabrina, 2012)

6. Bagian-bagian reaktor:
 Suatu bioreaktor terbagi menjadi :
Volume kerja (working volume) dan volume head-space seperti yang
terlihat pada gambar.
 Volume kerja : fraksi volume total yang dipakai media, mikroba dan
gelembung gas => volume yg tersisa = “”.

Gambar 1. Volume kerja dan head space pada wadah bioreaktor


(Sumber : Sabrina, 2012)

 Umumnya volume kerja :


70-80 % volume bioreaktor, tergantung busa yang terbentuk
 Bila banyak busa yang terbentuk, maka dibutuhkan headspace lebih besar
dan volume kerja yang lebih kecil (Sabrina, 2012)

7. Bioreaktor Berpengaduk (STR)


Skema bioreaktor tangki teraduk (Stirred Tank Reactor = STR) yang
digunakan untuk kultivasi mikrobial adalah sebagai berikut (Sabrina, 2012) :
Gambar 2. Skema bioreaktor tangki teraduk
(Sumber: Sabrina, 2012)

7.1 Geometri Standar Bioreaktor Tangki Teraduk


 Bentuk geometri hampir silindris atau mempunyai bentuk dasar
melengkung untuk membantu pencampuran (mixing) isi bioreaktor.
 Mempunyai konstruksi berukuran (dimensi) standar (e.g. International
Standards Organization dan British Standards Institution) yang
memperhitungkan keefektifan pencampuran dan konsiderasi struktur.

Gambar 3. Bentuk geometri bioreaktor tangki teraduk


(Sumber : Sabrina, 2012)
7.2 Perlengkapan dasar tangki berpengaduk
Perlengkapan dasar tangki berpengaduk antara lain sistem agitasi, sistem
pemasokan oksigen, sistem pengendalian busa, sistem pengendalian suhu, sistem
pengendalian pH, lubang (port) pengambilan sampel, sistem pembersihan dan
sterilisasi dan saluran untuk mengumpulkan dan mengeluarkan isi bioreaktor.
a. Sistem agitasi
o Fungsi sistem agitasi :
 Agar pencampuran merata
 Meningkatkan laju perpindahan massa menembus film pembatas cairan
dan gelembung udara
 Memberikan kondisi "shear" yang dibutuhkan untuk memecah
gelembung udar
 Luas permukaan pindah massa lebih besar
o Sistem agitasi terdiri dari : agitator dan baffle.
 Baffle digunakan untuk memecah aliran cairan dalam rangka
meningkatkan turbulensi dan efisiensi pencampuran.
 Jumlah impeller tergantung dari tinggi cairan dalam bioreaktor. Tiap
impeller terdiri dari 2 - 6 bilah (blade).
 Kebanyakan kultivasi mikroba menggunakan Rushton turbine impeller.

b. Sistem pemasokan oksigen


o Terdiri dari :
 Kompressor yang menekan udara masuk ke dalam bioreaktor
 Sistem sterilisasi udara masuk (inlet)
 Sparger udara
 Sistem sterilisasi udara keluar
Gambar 4. Skema pemasokan oksigen pada bioreaktor tangki berpengaduk
(Sumber : Sabrina, 2012)

c. Sistem Pengendalian Busa


Pada bioreaktor yang menggunakan sparger, diperlukan pengendali busa.
Busa yangberlebihan akan menyebabkan penyumbatan pada filter udara keluar dan
terbentuk tekanan di dalam bioreaktor sehingga menyebabkan kehilangan media
dankerusakan bioreaktor. Busa dikendalikan dengan penambahan senyawa anti
busa (silikon atau minyak nabati). Penambahan senyawa anti busa yang berlebihan
dapat memperkecil laju perpindahan oksigen.
o Faktor yang Menyebabkan Terbentuknya Busa:
 Media fermentasi kaya protein (e.g whey powder dan corn steep liquor)
 Produk yang dihasilkan selama fermentasi (senyawa mirip deterjen :
protein & lemak)
 Laju alir udara dan kecepatan agitasi, semakin besar kecepatan agitasi &
laju aerasi meningkatkan pembentukan busa
o Antisiasi:
 Penggunaan alat pemecah busa mekanis dapat mengurangi kebutuhan
senyawa antibusa
 Volume “head space”, semakin besar volume head-space, semakin besar
kecenderungan busa untuk pecah karena bobotnya sendiri
 Suhu condenser, densitas busa meningkat saat berpindah dari volume
head-space bersuhu hangat ke daerah condenser yang lebih dingin,
sehingga busa pecah

d. Sistem Pengendalian Suhu


o Terdiri dari :
 Temperature probes
 Heat transfer system Jacket atau coil (efisiensi lebih baik tapi sulit
dibersihan dan disterilisasi)

e. Sistem Pengendalian pH
o Terdiri dari :
 pH probe
 Sistem pemberian alkali
 Sistem pemberian asam

Gambar 5. Skema pengendalian pH pada bioraktor tangki berpengaduk


(Sumber : Sabrina, 2012)

o Pemilihan Asam dan Akali :


 Basa/asam yang digunakan jangan yang korosif atau toksik terhadap sel
mikroba.
 KOH lebih baik, namun lebih mahal dibandingkan NaOH.
 Pada bioreaktor skala kecil sering digunakan NaCO3.
 HCl sebaiknya tidak digunakan karena sangat korosif.
 Penggunaan asam sulfat jangan lebih besar dari konsentrasi 10 %.

f. Lubang (port) pengambilan sampel


Lubang ini didesain untuk memudahkan peneliti dalam pengambilan sampel
sehingga tidak memberi pengaruh buruk terhadap kondisi di dalam reaktor.

g. Sistem Pembersihan dan Sterilisasi


 Sterilisasi udara masuk : mencegah kontaminasi mikroba dari udara yang
masuk ke dalam bioreaktor
 Sterilisasi pada udara keluar : mencegah kontaminasi udara terhadap
mikroba dari dalam bioreaktor
o Metode umum untuk sterilisasi adalah filtrasi :
 Bioreaktor kecil (volume kurang dari 5 L) menggunakan membran Teflon
berbentuk cakram (disk).
 Bioreaktor laboratorium skala besar (sampai 1000 L), digunakan "pleated
membrane filter" yang dilekatkan pada “polypropylene cartridges” . Luas
permukaan untuk filtrasi udara lebih besar, sehingga menurunkan tekanan
yang dibutuhkan untuk melewatkan udara melalui filter
o Sistem sterilisasi udara
1. Tekanan Positif
Selama sterilisasi, digunakan konsep mempertahankan tekanan
positif. Selama sterilisasi, pendinginan dan pengisian dan proses kultivasi
udara harus dipompa (aerasi) ke dalam bioreaktor untuk mencegah
kontaminan dari udara tidak akan tersedot ke dalam bioreaktor.

Gambar 6. Sistem sterilisasi udara Tekanan Positif


(Sumber : Sabrina, 2012)
Pada gambar (a), tidak terjadi tekanan prositif dari udara, karena
tekanan di luar reaktor lebih besar dari tekanan di dalam reaktor, sehingga
kontaminan dapat masuk ke dalam reaktor. Sebaliknya pada Gambar (b),
kestrerilan reaktor terjaga karena ada tekanan udara yang masuk ke dalam
reaktor (Pi) sehingga dapat menghalau udara berisi kontaminan yang berasal
dari luar.

h. Saluran untuk mengumpulkan dan mengeluarkan isi bioreaktor


Pada akhir proses fermentasi, reaktor perlu untuk dibersihkan, sehingga
terdapat saluran untuk mengumpulkan dan mengeluarkan isi reaktor dengan mudah,
sehingga mengurangi kemungkinan reaktor rusak pada saat pembersihan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Rancang Bangun Bioreaktor. Available online at :


file:///C:/Users/Mega/Downloads/Rancang%20Bangun%20Bioreaktor.pd
(Diakses pada tanggal 7 Juni 2016).

Bu’lock, J and D, Kristiansen. 1997. Basic Biotechnology. Academic Press Limited,


London

Elisa. 2010. Fermentor. Available online at :


http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/32521/3887b54ef4b44fb56cd
7a63ca7bdf8d4 (Diakses pada tanggal 7 Juni 2016).

Pujaningsih, I.R. 2005. Teknologi Fermentasi dan Peningkatan Kualitas Pakan.


Laboratorium Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas
Diponegoro, Semarang.
Sabrina, N.M . 2012. Modul Bioreaktor. Laboratorium Bioindustri, Jurusan
Teknologi Industri Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang.

Anda mungkin juga menyukai