2. Fungsi Bioreaktor
Fungsi bioreaktor adalah untuk menghasilkan produk oleh mikrobia baik
kultur murni atau campuran, yang dikendalikan menggunakan sistem komputer
dalam mengatur faktor lingkungan dan pertumbuhan serta kebutuhan nutriennya.
Menurut Pujaningsih (2005), fungsi dasar fermentor/ bioreaktor yaitu menyediakan
kondisi lingkungan yang cocok bagi mikrobia didalamnya untuk :
Menghasilkan biomassa
Menghasilkan enzim
Menghasilkan metabolit
Fungsi utama bioreaktor adalah memberikan lingkungan terkontrol bagi
pertumbuhan mikroorganisme atau campuran tertentu mikroorganisme untuk
memperoleh produk yang diinginkan.
3. Jenis-Jenis Bioreaktor
Berdasarkan pemasukan nutrisinya kedalam bioreaktor , ada tiga jenis
bioreaktor, yaitu bioreaktor kontinu , semikontinu, dan diskontinu (Bu’lock dan
Kristiansen, 1997) :
a. Bioreaktor Kontinu
Pada bioreaktor kontinu, pemberian nutrisi dan pengeluaran sejumlah fraksi
dari volume kultur total terjadi secara terus menerus. Dengan metode kontinu
memungkinan organisme tumbuh pada kondisi setimbang (steady state), dimana
pertumbuhan terjadi pada laju konstan dan lingkungan stabil. Faktor seperti pH dan
konsentrasi nutrisi dan produk metabolit yang tidak terelakkan berubah selama
siklus pertumbuhan pada suatu diskontinu dapat dijaga konstan dalam kultur
kontinu.
Dalam suatu bioreaktor kontinu, medium steril dimasukkan kedalam
biorekator dengan laju aliran yang konstan, dan kultur yang keluar dari bioreaktor
terjadi dengan laju yang sama, sehingga volume kultur di dalam reaktor konstan.
Dengan pencampuran yang efisien, medium yang masuk tersebut menyebar secara
cepat dan merata pada seluruh bagian rekator.
Contoh dari biorektor kontinu yaitu Reaktor Tangki diaduk Kontinu
(RTDK). Udara steril dimasukkan pada dasar reaktor melalui pipa terbuka atau
penyemprot udara. Suattu batang vertical dilengkapi dengan pengarah dengan satu
atau lebih impeler. Impeler biasanya dipasang di sepanjang batang pada interval
jarak sama dengan diameter reaktor untuk menghindari tipe pergerakan melingkar.
Peranan impeler adalah untuk menimbulkan agitasi dalam bioreaktor untuk
mempermudah aerasi. Fungsi utama agitasi adalah untuk mensuspensikan dan
meratakan nutrisi dalam medium, untuk memberikan hara termasuk oksigen- bagi
sel, dan untuk memindahkan panas.
b. Bioreaktor Diskontinu
Pada bioreaktor diskontinu, inokulen dan nutrisi yang akan diperlukan bagi
pertumbuhan dicampur dalam suatu bejana tertutup pada kondisi suhu, pH, dan
pencampuran optimum. System ini adalah tertutup, kecuali untuk organism aerobik
dimana suplai udara kontinu dialirkan kedalam bioreaktor. Pada bioreaktor
diskontinu, laju pertumbuhan dan laju pertumbuhan spesifik jarang konstan. Hal ini
menunjukkan adanya perubahan karakteristik nutrisi dari sistem.
Salah satu contoh dari bioreaktor diskontinu adalah Bioreaktor Lumpur
Buangan Teraktivasi. Bioreaktor ini digunakan secara luas untuk pengolahan secara
oksidasi air buangan dan sampah industri lain. Prosesnya difungsikan untuk
meningkatkan pemasukan udara, sehingga bahan organic massa dapat didegradasi
secara optimum. Bioreaktor ini sangat besar, sehingga untuk mempermudah
pencampuran dan penyebaran oksigen diperlukan sejumlah besar agitator pada
kebanyakan pabrik pengolahan air buangan skala kota.
c. Bioreaktor Semikontinu
Bioreaktor semikontinu adalah suatu bentuk kultivasi dimana medium atau
substratnya ditambahkan secara kontinu atau berurutan ke dalam tumpukan
diskontinu awal tanpa mengeluarkan sesuatu dari system. Produk yang dihasilkan
dari system seperti ini dapat melebihi produk yang dihasilkan dari kultur
diskontinu. Pendekatan ini secara luas diterapkan dalam industry misalanya dalam
produksi ragi yang dibutuhkan untuk pembuatan roti.
Contoh bioreaktor semikontinu yaitu Digestor atau bioreaktor Anaerobik,
tetapi bioreaktor ini dapat pula dioperasikan secara kontinu.Pengunaan system ini
pada pengolahan air buangan padat, misalnya lumpur buangan (sludge) yang
diperoleh dari pengolahan buangan perkotaan, akan memberikan stabilisasi air
buangan yang efisien dan produksi metan yang tinggi. Dalam system ini Lumpur
buangan dicampur dengan mikroorganisme anaerobic pada suhu 30° C dan waktu
retensi hidrolik. Untuk air buangan berkekuatan sedang dari industri makanan dan
fermentasi, teknik operasi yang dapat menahan biomassa mikroba lebih lama dalam
system operasi kontinu sudah ditemukan. Maka waktu retensi zat padat tidak dapat
digabung dengan waktu retensi cairan sehingga konsentrasi mikroba yang tinggi
dapat terjadi pada digester (atau pada bioreaktor tersebut), yang memberikan laju
bdegradasi yang tinggi. Bagi air buangan yang sangat encer, misalnya buangan
kota, waktu retensi zat padat yang sangat panjang diperlukan.
Teknik diskontinu merupakan teknik yang paling dominan digunakan dalam
industri, dominasi sistem bioreaktor semikontinu dan diskontinu dalam industri
disebabkan oleh beberapa alasan berikut:
1. Pada waktu tertentu,produk bioteknologi mungkin dibutuhkan dalam jumlah
yang relative sedikit.
2. Kebutuhan pasar mungkin bersifat musiman
3. Masa berlaku produk tertentu pendek (tidak tahan lama)
4. Konsentrasi produk yang tinggi
5. Beberapa produk tertentu hanya dihasilkan pada fase setimbang dari siklus
pertumbuhan.
6. Ketidakstabilan beberapa galur produksi memerlukan pembaharuan secara
teratur
7. Proses kontinu, secara teknis masih menunjukkan berbagai kesulitan
3. Ukuran Bioreaktor
Bejana untuk rnelaksanakan proses industri ukurannya bervariasi yaitu :
1) 5 - 10 liter untuk skala laboratorium
2) 10 - 500 liter untuk skala percobaan
3) 50 - 400.000 liter untuk skala industri besar
Ukuran bioreaktor tergantung pada :
1) Proses : sekali unduh, berkesinambungan, nutrien terputus.
2) Bagaimana proses yang dioperasikan : pancaran ke bawah (down flow) atau
pancaran ke atas (up flow)
3) Produk yang diproduksi : Proses yang berlangsung selama produksi proses
aerobik atau anaerobik
4) Proses kultur tungal atau kultur campuran (Anonim, 2013).
4. Pemilihan Bioreaktor
Beberapa hal yang harus dijadikan pertimbangan pada pemilihan bioreaktor
antara lain (Sabrina, 2012) :
A. Jenis mikroba yang digunakan
Berdasarkan kebutuhan oksigen, maka terdapat sel yang membutuhkan O2
untuk hidupnya (bersifat aerobik) dan ada sel yang tidak membutuhkan O2 (bersifat
anaerobik). Bioreaktor yang menggunakan sel aerobik, oleh karena kelarutan
oksigen dalam media rendah, maka O2 harus selalu dipasok terus menerus. Oksigen
dapat diberikan dengan cara mendispersikan udara ke dalam media. Hal ini terkait
dengan berbagai perlengkapan bioreaktor yang berfungsi untuk memasok udara.
Jenis dan ukuran sel sangat berpengaruh terhadap bioreaktor dan
pengoperasiannya. Sel tunggal seperti mikroba tidak tahan terhadap gaya geser dan
perlu pendispersian udara lebih tinggi. Bentuk dan ukuran tanaman atau hewan
yang bervariasi juga menentukan pengoperasian bioreaktor. Tanaman
menghasilkan akar-akar yang tumbuh dengan sifat tertentu, umumnya memerlukan
pengaturan aliran agar kontak antara akar dengan nutrisi dan bahan yang akan
diabsorbsi berlangsung optimal. Mikroba atau tanaman tertentu tumbuhnya hanya
di permukaan, oleh karenanya digunakan bioreaktor permukaan, misal bioreaktor
bed atau tray (baki).
B. Sifat media
Jenis makhluk hidup sangat menentukan susunan media yang digunakan
dalam bioreaktor. Sifat-sifat media menentukan jenis bioreaktor yang akan
digunakan. Sifat fisik substrat yang akan direaksikan sangat beragam, misalnya gas,
cair atau padat. Gas, misalnya CO2, SOx, NOx yang dapat diabsorpsi oleh daun-
daun tanaman. Cairan ada berbagai sifat, misalnya cairan dan senyawa larut air
(metanol, etanol), bahan padat terlarut dalam air (glukosa, laktosa), bahan cair
tidak larut air (minyak bumi, parafin). Padatan ada beberapa sifat, padatan larut
sebagian atau padatan tidak larut (pati,selulosa).
Efek biokinetik substrat juga berpengaruh terhadap pemilihan bioreaktor.
Substrat tertentu dapat menyebabkan reaksi penghambatan atau represi
pertumbuhan. Untuk substrat seperti ini lebih tepat apabila menggunakan operasi
semi sinambung atau biakan sinambung. Apabila produk hasil bioproses pada
konsentrasi tinggi yang menyebabkan penghambatan, diperlukan pengaturan tahap
banyak/multistage.
Perilaku reologi aliran zat/bahan sangat menentukan bioreaktor yang
dipilih. Media/substrat yang mempunyai viskositas rendah tidak menimbulkan
masalah waktu pencampuran dan laju perpindahan oksigen. Akan tetapi pada
substrat dan produk yang mempunyai viskositas tinggi, maka menimbulkan
masalah pada perpindahan oksigen.
C. Parameter proses
Oksigen merupakan faktor dasar yang menentukan pertumbuhan dan
aktivitas proses pada sel aerobik. Biasanya diukur menggunakan parameter laju
perpindahan oksigen (OTR: Oxygen Transfer Rate). Apabila senyawa dalam
substrat tidak mengandung oksigen (misal parafin), maka kebutuhan oksigen akan
menjadi lebih besar.
Suhu lingkungan mempengaruhi reaksi biokatalisis. Biokatalis mempunyai
suhu optimal yang spesifik. Dengan demikian laju pertumbuhan sel dan
pembentukan produk hasil reaksi biokatalisis umumnya tergantung pada suhu. Pada
bioreaktor, suhu dikendalikan dengan mekanisme tertentu agar bioproses
berlangsung optimal. Panas yang terbentuk biasanya dikendalikan menggunakan
air pendingin atau sel tahan panas (termofilik). Aktivitas biokatalis dipengaruhi pH.
Kecepatan reaksi enzimatis (biokatalisis) dan laju pertumbuhan terbaik pada pH
optimal. Tingkat konsentrasi ion H+ atau pH yang sesuai menjamin berlangsungnya
bioproses secara optimal. Walaupun kadang-kadang pH media serendah mungkin
digunakan untuk mengurangi gangguan karena adanya kontaminasi oleh makhluk
hidup yang lain (kontaminan).
D. Faktor produksi
Biaya dan persediaan bahan mentah
Fasilitas perdagangan
Pasar
Aturan kerja & keselamatan
6. Bagian-bagian reaktor:
Suatu bioreaktor terbagi menjadi :
Volume kerja (working volume) dan volume head-space seperti yang
terlihat pada gambar.
Volume kerja : fraksi volume total yang dipakai media, mikroba dan
gelembung gas => volume yg tersisa = “”.
e. Sistem Pengendalian pH
o Terdiri dari :
pH probe
Sistem pemberian alkali
Sistem pemberian asam