Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KE - 2 "KEADILAN DALAM BISNIS"

TUGAS KE - 2
KELAS

4EA17

NAMA

INDAH RESTU ANJANI

NPM

13211571

KEADILAN DALAM BISNIS


( Studi Kasus : Keadilan Terhadap Masyarakat Dalam Memperoleh Fasilitas Listrik Dari
PT. PLN (Persero))

ABSTRAK

Indah Restu Anjani 13211571


Keadilan Dalam Bisnis
Makalah. Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 2014
Kata kunci : Keadilan Dalam Bisnis
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keterlibatan sosial, tanggung jawab
sosial perusahaan berkaitan langsung dengan penciptaan atau perbaikan kondisi sosial ekonomi
yang semakin sejahtera dan merata. Tidak hanya dalam pengertian bahwa terwujudnya keadilan
akan menciptakan stabilitas sosial yang akan menunjang kegiatan bisnis, melainkan juga dalam
pengertian bahwa sejauh prinsip keadilan dijalankan akan lahir wajah bisnis yang lebih baik dan

etis. Tidak mengherankan bahwa hingga sekarang keadilan selalu menjadi salah satu topik
penting dalam etika bisnis.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah keadilan berkaitan secara timbal balik dengan kegiatan bisnis, khususnya bisnis
yang baik dan etis. Terwujudnya keadilan masyarakat, akan melahirkan kondisi yang baik dan
kondusif bagi kelangsungan bisnis. Praktik bisnis yang baik, etis, dan adil akan mewujudkan
keadilan dalam masyarakat. Sebaliknya ketidakadilan yang merajalela akan menimbulkan
gejolak sosial yang meresahkan para pelaku bisnis.
Dalam kaitan dengan keterlibatan sosial, tanggung jawab sosial perusahaan berkaitan
langsung dengan penciptaan atau perbaikan kondisi sosial ekonomi yang semakin sejahtera dan
merata. Tidak hanya dalam pengertian bahwa terwujudnya keadilan akan menciptakan stabilitas
sosial yang akan menunjang kegiatan bisnis, melainkan juga dalam pengertian bahwa sejauh
prinsip keadilan dijalankan akan lahir wajah bisnis yang lebih baik dan etis. Tidak mengherankan
bahwa hingga sekarang keadilan selalu menjadi salah satu topic penting dalam etika bisnis.
Keadilan merupakan salah satu ciri hukum. Dalam hukum, tuntutan keadilan mempunyai
dua arti, yaitu formal dan arti material. Dalam arti formal. Keadilan menuntut supaya hukum
berlaku secara umum, semua orang dalam situasi yang sama di perlakukan secara sama. Dengan
kata lain hukum tidak mengenal pengecualian. Oleh karena itu di hadapan hukum kedudukan
orang adalah sama, inilah yang disebut asas kesamaan atau kesamaan kedudukan.

Dari uraian diatas, penulis tertarik untuk mengambil studi kasus keadilan dalam bisnis
yaitu Keadilan Terhadap Masyarakat Dalam Memperoleh Fasilitas Listrik Dari PT. PLN
(Persero).

1.2 Rumusan dan Batasan Masalah


1.2.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, penulis merumuskan
masalah, yaitu apakah pelaku bisnis melakukan sikap adil dalam dalam menjalankan bisnisnya?
1.2.2

Batasan Masalah

Dalam penyusunan penulisan ini penulis membatasi beberapa sub pokok bahasan meliputi :
1.

Pengertian keadilan dalam bisnis

2.

Teori keadilan Adam Smith

3.

Keadilan Komutatif

1.3 Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan ini untuk:
1. Untuk mengetahui teori-teori tentang keadilan dalam bisnis
2. Untuk mengetahui keadilan dalam bisnis pada pelaku bisnis di sekitar kita.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Keadilan dan Bisnis
Keadilan merupakan suatu hal yang abstrak, bagaimana mewujudkan suatu keadilan jika
tidak mengetahui apa arti keadilan. Untuk itu perlu dirumuskan definisi yang paling tidak

mendekati dan dapat memberi gambaran apa arti keadilan. Definisi mengenai keadilan sangat
beragam, dapat ditunjukkan dari berbagai pendapat yang dikemukakan oleh para pakar di bidang
hukum yang memberikan definisi berbeda-beda mengenai keadilan.
Keadilan menurut John Raws (Priyono, 1993: 35), adalah ukuran yang harus diberikan
untuk mencapai keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan bersama. Ada tiga
prinsip keadilan yaitu : (1) kebebasan yang sama yang sebesar-besarnya, (2) perbedaan, (3)
persamaan yang adil atas kesempatan.
Secara etimologi, bisnis berarti keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang sibuk
melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Kata bisnis sendiri memiliki tiga
penggunaan, tergantung skupnya penggunaan singular kata bisnis dapat merujuk pada badan
usaha, yaitu kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari laba atau
keuntungan. Dalam ilmu ekonomi, bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa
kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata bisnis
dari bahasa Inggris business, dari kata dasar busy yang berarti "sibuk" dalam konteks individu,
komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang
mendatangkan keuntungan.
Dalam ekonomi kapitalis, dimana kebanyakan bisnis dimiliki oleh pihak swasta, bisnis
dibentuk untuk mendapatkan profit dan meningkatkan kemakmuran para pemiliknya. Pemilik
dan operator dari sebuah bisnis mendapatkan imbalan sesuai dengan waktu, usaha,
atau kapital yang mereka berikan. Namun tidak semua bisnis mengejar keuntungan seperti ini,
misalnya bisnis koperatif yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan semua anggotanya atau
institusi pemerintah yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Model bisnis seperti ini
kontras dengan sistem sosialistik, dimana bisnis besar kebanyakan dimiliki oleh pemerintah,
masyarakat umum, atau serikat pekerja.
Menurut Boone dan kurtz (2002;8) yaitu Bisnis adalah semua aktivitas aktivitas yang
bertujuan mencari laba dan perusahaan yang menghasilkan barang serta jasa yang dibutuhkan
oleh sebuah sistem ekonomi.

2.2 Definisi Bisnis


Dalam ilmu ekonomi, bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa
kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. dalam ekonomi kapitalis, dimana
kebanyakan bisnis dimiliki oleh pihak swasta, bisnis dibentuk untuk mendapatkan profit dan
meningkatkan kemakmuran para pemiliknya. pemilik dan operator dari sebuah bisnis
mendapatkan imbalan sesuai dengan waktu, usaha dan kapital yang mereka berikan.
Namun tidak semua bisnis mengejar keuntungan seperti ini, misalnya bisnis koperatif
yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan semua anggotanya atau institusi pemerintah yang
bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Model bisnis seperti ini kontras dengan sistem
sosialistik, dimana bisnis besar kebanyakan dimiliki oleh pemerintah, masyarakat umum, atau
serikat pekerja.
2.2.1

Jenis - Jenis Bisnis

Monopsoni adalah keadaan dimana satu pelaku usaha menguasai penerimaan pasokan atau
menjadi pembeli tunggal atas barang dan/atau jasa dalam suatu pasar komoditas.Kondisi
Monopsoni sering terjadi didaerah-daerah Perkebunan dan industri hewan potong (ayam),
sehingga posisi tawar menawar dalam harga bagi petani adalah nonsen.
Monopoli adalah suatu bentuk pasar dimana hanya terdapat satu penjual yang menguasai pasar.
Penentu harga pada pasar ini adalah seorang penjual atau sering disebut sebagai monopolis.
Sebagai penentu harga (price-maker), seorang monopolis dapat menaikan atau mengurangi harga
dengan cara menentukan jumlah barang yang akan diproduksi.

Oligopoly adalah pasar di mana penawaran satu jenis barang dikuasai oleh beberapa perusahaan.
Umumnya jumlah perusahaan lebih dari dua tetapi kurang dari sepuluh. Dalam pasar oligopoli,
setiap perusahaan memposisikan dirinya sebagai bagian yang terikat dengan permainan pasar, di
mana keuntungan yang mereka dapatkan tergantung dari tindak-tanduk pesaing mereka.

Oligopsoni adalah keadaan dimana dua atau lebih pelaku usaha menguasai penerimaan pasokan
atau menjadi pembeli tunggal atas barang dan jasa dalam suatu pasar komoditas.

2.3 Keadilan dalam Bisnis


2.3.1 Paham Tradisional mengenai Keadilan
a. Keadilan Legal
Menyangkut hubungan antara individu atau kelompok masyarakat dengan negara. Intinya
adalah semua orang atau kelompok masyarakat diperlakukan secara sama oleh negara di hadapan
hukum.
b. Keadilan Komutatif
Mengatur hubungan yang adil atau fair antara orang yang satu dengan yang lain atau
warga negara satu dengan warga negara lainnya. Menuntut agar dalam interaksi sosial antara
warga satu dengan yang lainnya tidak boleh ada pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya.
Jika diterapkan dalam bisnis, berarti relasi bisnis dagang harus terjalin dlm hubungan yang setara
dan seimbang antara pihak yang satu dengan lainnya.
c. Keadilan Distributif
Keadilan distributif (keadilan ekonomi) adalah distribusi ekonomi yang merata atau yang
dianggap merata bagi semua warga negara. Menyangkut pembagian kekayaan ekonomi atau
hasil-hasil pembangunan. Keadilan distributif juga berkaitan dengan prinsip perlakuan yang
sama sesuai dengan aturan dan ketentuan dalam perusahaan yang juga adil dan baik.
2.3.2

Keadilan Individual dan Struktural


Keadilan dan upaya menegakkan keadilan menyangkut aspek lebih luas berupa

penciptaan sistem yang mendukung terwujudnya keadilan tersebut. Prinsip keadilan legal berupa
perlakuan yang sama terhadap setiap orang bukan lagi soal orang per orang, melainkan
menyangkut sistem dan struktur sosial politik secara keseluruhan. Untuk bisa menegakkan
keadilan legal, dibutuhkan sistem sosial politik yang memang mewadahi dan memberi tempat

bagi tegaknya keadilan legal tersebut, termasuk dalam bidang bisnis. Dalam bisnis, pimpinan
perusahaan

manapun

yang

melakukan

diskriminasi

tanpa

dasar

yang

bisa

dipertanggungjawabkan secara legal dan moral harus ditindak demi menegakkan sebuah sistem
organisasi perusahaan yang memang menganggap serius prinsip perlakuan yang sama, fair atau
adil ini.

2.3.3

Teori Keadilan Adam Smith

Adam Smith hanya menerima satu konsep keadilan yaitu keadilan komutatif.
Alasannya:
1.

Keadilan sesungguhnya hanya punya satu arti, yaitu keadilan komutatif yg menyangkut
kesetaraan, keseimbangan, keharmonisan hubungan antara satu orang dg orang lain.

2.

Ketidakadilan berarti pincangnya hubungan antarmanusia karena kesetaraan yg terganggu.


Keadilan legal sudah terkandung dlm keadilan komutatif, karena keadilan legal hanya
konsekuensi lebih lanjut dari prinsip keadilan komutatif. Demi menegakkan keadilan komutatif,

negara harus bersikap netral dan memperlakukan semua pihak scr sama tanpa terkecuali.
3. Juga menolak keadilan distributif, karena apa yg disebut keadilan selalu menyangkut hak: semua
orang tidak boleh dirugikan haknya. Keadilan distributif justru tidak berkaitan dg hak. Orang
miskin tidak punya hak untuk menuntut dari orang kaya untuk membagi kekayaannya kpd
mereka. Orang miskin hanya bisa meminta, tidak bisa menuntutnya sbg sebuah hak. Orang kaya
tidak bisa dipaksa utk memperbaiki keadaan sosial ekonomi orang miskin.

Prinsip Komutatif Adam Smith:


a. Prinsip No Harm
Yaitu prinsip tidak merugikan orang lain, khususnya tidak merugikan hak dan
kepentingan orang lain. Prinsip ini menuntuk agar dalam interaksi sosial apapun setiap orang
harus menahan dirinya untuk tidak sampai merugikan hak dan kepentingan orang lain,
sebagaimana ia sendiri tidak mau agar hak dan kepentingannya dirugikan oleh siapapun. Dalam

bisnis, tidak boleh ada pihak yg dirugikan hak dan kepentingannya, entah sebagai konsumen,
pemasok, penyalur, karyawan, investor, maupun masyarakat luas.
b. Prinsip Non-Intervention
Yaitu prinsip tidak ikut campur tangan. Prinsip ini menuntut agar demi jaminan dan
penghargaan atas hak dan kepentingan setiap orang, tidak seorangpun diperkenankan untuk ikut
campur tangan dlm kehidupan dan kegiatan orang lain Campur tangan dlm bentuk apapun akan
merupakan pelanggaran terhadap hak orang tertentu yang merupakan suatu harm (kerugian) dan
itu berarti telah terjadi ketidakadilan. Dalam hubungan antara pemerintah dan rakyat, pemerintah
tidak diperkenankan ikut campur tangan dalam kehidupan pribadi setiap warga negara tanpa
alasan yg dpt diterima, dan campur tangan pemerintah akan dianggap sbg pelanggaran keadilan.
Dalam bidang ekonomi, campur tangan pemerintah dlm urusan bisnis setiap warga negara tanpa
alasan yg sah akan dianggap sbg tindakah tidak adil dan merupakan pelanggran atas hak individu
tsb, khususnya hak atas kebebasan.
c. Prinsip Keadilan Tukar
Atau prinsip pertukaran dagang yang fair, terutama terwujud dan terungkap dlm
mekanisme harga pasar. Merupakan penerapan lebih lanjut dari no harm secara khusus dalam
pertukaran dagang antara satu pihak dengan pihal lain dalam pasar. Adam Smith membedakan
antara harga alamiah dan harga pasar atau harga aktual. Harga alamiah adalah harga yang
mencerminkan biaya produksi yang telah dikeluarkan oleh produsen, yang terdiri dari tiga
komponen yaitu biaya buruh, keuntungan pemilik modal, dan sewa. Harga pasar atau harga
aktual adalah harga yg aktual ditawarkan dan dibayar dalam transaksi dagang di dalam pasar.
Kalau suatu barang dijual dan dibeli pada tingkat harga alamiah, itu berarti barang tersebut dijual
dan dibeli pada tingkat harga yang adil. Pada tingkat harga itu baik produsen maupun konsumen
sama-sama untung. Harga alamiah mengungkapkan kedudukan yang setara dan seimbang antara
produsen dan konsumen karena apa yang dikeluarkan masing-masing dapat kembali (produsen:
dalam bentuk harga yang diterimanya, konsumen: dalam bentuk barang yang diperolehnya),
maka keadilan nilai tukar benar-benar terjadi. Dalam jangka panjang, melalui mekanisme pasar
yang kompetitif, harga pasar akan berfluktuasi sedemikian rupa di sekitar harga alamiah
sehingga akan melahirkan sebuah titik ekuilibrium yang menggambarkan kesetaraan posisi

produsen dan konsumen. Dalam pasar bebas yang kompetitif, semakin langka barang dan jasa
yang ditawarkan dan sebaliknya semakin banyak permintaan, harga akan semakin naik. Pada
titik ini produsen akan lebih diuntungkan sementara konsumen lebih dirugikan. Namun karena
harga naik, semakin banyak produsen yang tertarik untuk masuk ke bidang industri tersebut,
yang menyebabkan penawaran berlimpah dengan akibat harga menurun. Maka konsumen
menjadi diuntungkan sementara produsen dirugikan.

2.3.4

Teori Keadilan Distributif John Rawls


Pasar memberi kebebasan dan peluang yang sama bagi semua pelaku ekonomi.

Kebebasan adalah nilai dan salah satu hak asasi paling penting yangg dimiliki oleh manusia, dan
ini dijamin oleh sistem ekonomi pasar. Pasar memberi peluang bagi penentuan diri manusia
sebagai makhluk yang bebas. Ekonomi pasar menjamin kebebasan yg sama dan kesempatan
yang fair.
Prinsip-prinsip Keadilan Distributif Rawls
Meliputi:
1. Prinsip Kebebasan yg sama.
Setiap orang hrs mempunyai hak yg sma atas sistem kebebasan dasar yang sama yang paling
luas sesuai dengan sistem kebebasan serupa bagi semua. Keadilan menuntut agar semua orang
diakui, dihargai, dan dijamin haknya atas kebebasan scr sama.
2. Prinsip Perbedaan (Difference Principle).
Bahwa
ketidaksamaan sosial
dan

ekonomi

harus

diatur

sehinggaketidaksamaan tersebut:
a) Menguntungkan mereka yg paling kurang beruntung, dan
b) Sesuai dg tugas dan kedudukan yg terbuka bagi semua di bawah

sedemikian

rupa

kondisi persamaan

kesempatan yg sama.
Jalan keluar utama utk memecahkan ketidakadilan distribusi ekonomi oleh pasar adalah dengan
mengatur sistem dan struktur sosial agar terutama menguntungkan kelompok yang tidak
beruntung.

2.3.5 Jalan Keluar Atas Masalah ketimpangan Ekonomi


Terlepas dari kritik-kritik terhadap teori Rawls, kita akui bahwa Rawls mempunyai pemecahan
yang cukup menarik dan mendasar atas ketimpangan ekonomi. Denganmemperhatikan
secara serius kelemahan-kelemahan yang dilontarkan, kita dapat mengajukan jalan keluar
tertentu yang sebenarnya merupakan perpaduan teori Adam Smith yang menekankan pada pasar,
dan juga teori Rawls yg menekankan kenyataan perbedaan bahkan ketimpangan ekonomi yg
dihasilkan oleh pasar.
Harus kita akui bahwa pasar adalah sistem ekonomi terbaik hingga sekarang, karena dari
kacamata Adam Smith maupun Rawls, pasar menjamin kebebasan berusaha scr optimal bagi
semua orang. Karena itu kebebasan berusaha dan kebebasan dlm segala aspek kehidupan harus
diberi tempat pertama.
Negara dituntut utk mengambil langkah dan kebijaksanaan khusus tertentu yg scr khusus
dimaksudkan utk membantu memperbaiki keadaan sodial dan ekonomi kelompok yang
secara obyektif tidak beruntung bukan karena kesalahan mereka sendiri.
Dengan mengandalkan kombinasi mekanisme pasar dan kebijaksanaan selektif pemerintah yang
khusus ditujukan untuk membantu kelompok yang secara obyektif tidak mampu memanfaatkan
peluang pasar secara maksimal. Dalam hal ini penentuan kelompok yang mendapat perlakuan
istimewa harus dilakukan secara transparan dan terbuka. Langkah dan kebijaksanaan ini
mencakup pengaturan sistem melalui pranata politik dan legal, sebagaimana diusulkan oleh
Rawls, tetap harus tetap selektif sekaligus berlaku umum. Jalan keluar ini sama sekali tidak
bertentangan dengan sistem ekonomi pasar karena sistem ekonomi pasar sesungguhnya
mengakomodasi kemungkinan itu.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Untuk memperoleh data yang digunakan dalam tugas ini, penulis menggunakan Metode
pengumpulan data berupa studi kepustakaan dengan cara mengumpulkan data dari beberapa
buku, refernsi di internet dan jurnal yang mengkaji topik sejenis untuk mendukung penulisan
keadilan dalam bisnis. Data penulisan ini mengunakan data sekunder. Dimana Data Sekunder
adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada
(peneliti sebagai tangan kedua).

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Contoh Studi Kasus : Keadilan Terhadap Masyarakat Dalam Memperoleh Fasilitas
Listrik Dari PT. PLN (Persero)
PT. Perusahaan Listrik Negara Persero (PT. PLN) merupakan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang diberikan mandat untuk menyediakan kebutuhan listrik di Indonesia. Seharusnya
sudah menjadi kewajiban bagi PT. PLN untuk memenuhi itu semua, namun pada kenyataannya
masih banyak kasus dimana mereka merugikan masyarakat. Kasus ini menjadi menarik karena
disatu sisi kegiatan monopoli. mereka dimaksudkan untuk kepentingan mayoritas masyarakat
dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sesuai UUD 1945 Pasal 33, namun disisi lain tindakan
PT. PLN justru belum atau bahkan tidak menunjukkan kinerja yang baik dalam pemenuhan
kebutuhan listrik masyarakat.

PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) adalah perusahaan pemerintah yang bergerak di bidang
pengadaan listrik nasional. Hingga saat ini, PT. PLN masih merupakan satu-satunya perusahaan
listrik sekaligus pendistribusinya. Dalam hal ini PT. PLN sudah seharusnya dapat memenuhi
kebutuhan listrik bagi masyarakat, dan mendistribusikannya secara merata.
Usaha PT. PLN termasuk kedalam jenis monopoli murni. Hal ini ditunjukkan karena PT. PLN
merupakan penjual atau produsen tunggal, produk yang unik dan tanpa barang pengganti yang
dekat, serta kemampuannya untuk menerapkan harga berapapun yang mereka kehendaki. Pasal
33 UUD 1945 menyebutkan bahwa sumber daya alam dikuasai negara dan dipergunakan
sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa monopoli pengaturan, penyelengaraan, penggunaan,
persediaan dan pemeliharaan sumber daya alam serta pengaturan hubungan hukumnya ada pada
negara. Pasal 33 mengamanatkan bahwa perekonomian Indonesia akan ditopang oleh 3 pemain
utama yaitu koperasi, BUMN/D (Badan Usaha Milik Negara/Daerah), dan swasta yang akan
mewujudkan demokrasi ekonomi yang bercirikan mekanisme pasar, serta intervensi pemerintah,
serta pengakuan terhadap hak milik perseorangan. Penafsiran dari kalimat dikuasai oleh negara
dalam ayat (2) dan (3) tidak selalu dalam bentuk kepemilikan tetapi utamanya dalam bentuk
kemampuan untuk melakukan kontrol dan pengaturan serta memberikan pengaruh agar
perusahaan tetap berpegang pada azas kepentingan mayoritas masyarakat dan sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Fungsi PT. PLN sebagai pembangkit, distribusi, dan transmisi listrik mulai dipecah. Swasta
diizinkan berpartisipasi dalam upaya pembangkitan tenaga listrik. Sementara untuk distribusi dan
transmisi tetap ditangani PT. PLN. Tetapi dalam menentukan harga listrik yang harus dibayar
masyarakat tetap ditentukan oleh PT. PLN sendiri.
Krisis listrik memuncak saat PT. Perusahaan Listrik Negara (PT. PLN) memberlakukan
pemadaman listrik secara bergiliran di berbagai wilayah termasuk Jakarta dan sekitarnya, selama
periode 11-25 Juli 2008. Hal ini diperparah oleh pengalihan jam operasional kerja industri ke

hari Sabtu dan Minggu, sekali sebulan. Semua industri di Jawa-Bali wajib menaati, dan sanksi
bakal dikenakan bagi industri yang membandel.
Dikarenakan PT. PLN memonopoli kelistrikan nasional, kebutuhan listrik masyarakat sangat
bergantung pada PT. PLN, tetapi mereka sendiri tidak mampu secara merata dan adil memenuhi
kebutuhan listrik masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya daerah-daerah yang
kebutuhan listriknya belum terpenuhi dan juga sering terjadi pemadaman listrik secara sepihak
sebagaimana contoh diatas.

4.2 Analisis Kasus


Kasus diatas tergolong dalam pelanggaran keadilan distributif - Paham Tradisional mengenai
Keadilan. Dalam hal ini antara pihak PT PLN (Persero) dengan para konsumennya (masyarakat
luas). Prinsip dalam keadilan komutatif menuntut agar semua orang menepati apa yang telah
dijanjikannya dan menuntut agar dalam interaksi sosial antara warga satu dengan yang lainnya
tidak boleh ada pihak yg dirugikan hak dan kepentingannya.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan rumusan dan tujuan penulisan ini maka dapat disimpulkan dari contoh kasus diatas
dapat disimpulkan bahwa terjadi tindakan monopoli, yang menyebabkan kerugian pada
masyarakat. Tindakan ini telah melanggar Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Serta UndangUndang (UU) Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Keadilan dalam bisnis dapat mempengaruhi kinerja PT. PLN, karena akan di nilai oleh
masyarakat bahkan Negara apakah PT. PLN tersebut adil dalam sistem kerjanya.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis memberi saran kepada seluruh perusahan (pelaku
bisnis) haruslah menegakan sebuah prinsip keadilan, karena prinsip keadilan ini sangat berguna
bagi semua kalangan.
Dan untuk contoh studi kasus diatas, diharapkan PT. PLN dapat memenuhi kebutuhan
listrik bagi masyarakat secara adil dan merata, ada baiknya Pemerintah dapat memperbaiki
kinerja PT. PLN saat ini, sehingga menjadi lebih baik demi tercapainya kebutuhan dan
kesejahteraan masyarakat banyak.

DAFTAR PUSTAKA
Dr. Keraf, A. Sonny. 2008. Etika Bisnis: Tuntutan dan Relevansinya. Yogyakarta: Kanisius
Prof. Dr. Kees Bertens, MSC . 2000. Pengantar Etika Bisnis
http://id.wikipedia.org/wiki/Bisnis
http://www.academia.edu/6936594/TOPIK_UTAMA_ETIKA_BISNIS_DAN_KEADILAN_KO
NSUMEN
http://www.pln.co.id/blog/hak-pelanggan/
http://www.iradiofm.com/informatif/i-fakta/229-i-fakta-medan/4811-masyarakat-bisa-gugatganti-rugi-pelayanan-pln

Anda mungkin juga menyukai