ASUHAN KEPERAWATAN
RHEUMATOID ARTHRITIS
O
L
E
H
KELOMPOK 2
1. Frangki Suleman
2. Anisa Antu
3. Rekawandri Hermanto
4. Eka Fukun Hasan
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS OLAHRAGA KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya serta kemudahan yang telah diberikan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul Asuhan Keperawatan Penyakit
Rheumatoid Arthritis.
Mengingat bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari berbagai
pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini, baik langsung maupun
tidak langsung. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada pihak
yang telah membantu kami.
Kami menyadari bahwa dalam menulis makalah ini masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan demi kesempurnaan perbaikan makalah selanjutnya.
Demikian harapan kami, semoga bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya.
Gorontalo,
September 2016
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
................................................................................................................
i
DAFTAR
ISI
................................................................................................................
ii
BAB I : PENDAHULUAN
A
Latar
Belakang
................................................................................................
1
Rumusan
Masalah
................................................................................................
2
Tujuan
................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin
meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia
lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh.Keadaan demikian itu tampak pula
pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan
kemungkinan timbulnya beberapa golongan reumatik. Salah satu golongan
penyakit reumatik yang sering menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan
muskuloskeletal
terutama
adalah
osteoartritis
(American
College
of
Rheumatology, 2012).
Kejadian
penyakit
tersebut
akan
makin
meningkat
sejalan
dengan
belum
sepenuhnya
dapat
dimengerti
(American
College
of
Rheumatology, 2012).
Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis yang menyebabkan nyeri,
kekakuan, pembengkakan dan keterbatasan gerak serta fungsi dari banyak sendi.
Rheumatoid arthritis dapat mempengaruhi sendi apapun, sendi-sendi kecil di
tangan dan kaki cenderung paling sering terlibat. Pada rheumatoidarthritis
kekakuan paling sering terburuk di pagi hari. Hal ini dapat berlangsung satu
sampai dua jam atau bahkan sepanjang hari. Kekakuan untuk waktu yang lama di
pagi hari tersebut merupakan petunjuk bahwa seseorang mungkin memiliki
rheumatoid arthritis, karena sedikit penyakit arthritis lainnya berperilaku seperti
ini. Misalnya, osteoarthritis paling sering tidak menyebabkan kekakuan pagi yang
berkepanjangan (American College of Rheumatology, 2012).
1
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang
berartisendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti
B. Etiologi
Penyebab pasti rheumatoid arthritis tidak diketahui, diperkirakan merupakan
kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal dan faktor sistem reproduksi.
Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikoplasma
dan virus. ada beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang
menderita rheumatoid arthritis yaitu :
1. Faktor genetik
orang
kulit
putih
yang
menderita
rheumatoid
arthritis
Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan, kehilangan energi,
kurangnya nafsu makan, demam kelas rendah, nyeri otot dan sendi dan kekakuan.
Kekakuanotot dan sendi biasanya paling sering di pagi hari. Disamping itu juga
manifestasi
klinis
rheumatoid
arthritis
sangat
bervariasi
dan
biasanya
Pathway
Autoimun
Menstimulasi
angiogenesis
(pembentukan
pembuluh darah
baru)
Prostaglandin
sitotoksin
Reaksi
Inflamasi
Proliferasi membran
sinofial yang
berlebihan (Panus)
Ansietas
Edema,
Eritema
,Nyeri,Panus
Nyeri
Akut
Peningkatan
vaskulalisasi pada
membran sinofial
Menginvasi
kartilago dan
permukaan
tulang
Nodul
Gangguan
Citra Tubuh
Menyebabka
n erosi tulang
Kerusakan
sendi
Menyebabkan
kerusakan kartilago
dan tulang
Hambatan mobilitas
fisik
Hilangnya kekkuatan
otot
Resiko jatuh
10
E. Komplikasi
Rheumatoid arthritis adalah sebagai penyakit sistemik, peradangan dapat
mempengaruhi organ dan bagian tubuh selain sendi, meliputi:
a. Peradangan kelenjar mata dan mulut dapat menyebabkan kekeringan pada
daerah-daerah dan disebut sebagai sindrom Sjgren. Kekeringan mata
dapat menyebabkan abrasi kornea.
b. Peradangan bagian putih mata (sklera yang) disebut sebagai scleritis dan
bisa sangat berbahaya bagi mata.
c. Peradangan arthritis pada selaput paru-paru (pleuritis) menyebabkan nyeri
dada dengan pernapasan dalam, sesak napas , atau batuk . Jaringan paruparu itu sendiri juga dapat menjadi meradang, bekas luka, dan kadangkadang nodul peradangan (nodul rematik) berkembang dalam paru-paru.
d. Peradangan jaringan (perikardium) yang mengelilingi jantung, yang
disebut pericarditis , dapat menyebabkan nyeri dada yang biasanya terjadi
ketika berbaring atau bersandar ke depan. Rheumatoid arthritis dikaitkan
dengan risiko peningkatan untuk serangan jantung .
e. Penyakit rematik dapat mengurangi jumlah sel darah merah ( anemia ) dan
sel darah putih. Penurunan sel darah putih dapat dikaitkan dengan
pembesaran limpa (disebut sebagai sindrom Felty ) dan dapat
meningkatkan risiko infeksi.
f. Risiko kelenjar getah bening kanker (limfoma) lebih tinggi pada pasien
dengan rheumatoid arthritis, terutama pada mereka dengan peradangan
sendi aktif berkelanjutan. Benjolan perusahaan di bawah kulit ( nodul
rematik ) dapat terjadi sekitar siku dan jari-jari di mana ada tekanan sering.
Meskipun nodul ini biasanya tidak menimbulkan gejala, kadang-kadang
11
12
anemia yang biasa dan dapat membuat penderita cepat lelah. Seringkali
juga terdapat anemia kekurangan besi sebagai akibat pemberian obat
untuk mengobati penyakit ini. Anemia semacam ini dapat berespons
terhadap pemberian besi.
Pada Sendi Cairan sinovial normal bersifat jernih, berwarna kuning
muda hitung sel darah putih kurang dari 200/mm3. Pada artritis reumatoid
cairan sinovial kehilangan viskositasnya dan hitungan sel darah putih
meningkat mencapai 15.000 20.000/ mm3. Hal ini membuat cairan
menjadi tidak jernih. Cairan semacam ini dapat membeku, tetapi bekuan
biasanya tidak kuat dan mudah pecah. Pemeriksaan laboratorium khusus
untuk membantu menegakkan diagnosis lainya, misalnya : gambaran
immunoelectrophoresis HLA (Human Lymphocyte Antigen) serta RoseWahler test.
2. Pemeriksaan Radiologi
Pada awal penyakit tidak ditemukan, tetapi setelah sendi
mengalami kerusakan yang berat dapat terlihat penyempitan ruang sendi
karena hilangnya rawan sendi. Terjadi erosi tulang pada tepi sendi dan
penurunan densitas tulang. Perubahan ini sifatnya tidak reversibel. Secara
radiologik
didapati
adanya
tanda-tanda
dekalsifikasi
(sekurang-
Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain :
a. Farmakologi
1. Pemberian terapi
Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin
untuk mengurangi nyeri dan proses inflamasi, NSAIDs untuk
mengurangi
inflamasi,
pemberian
corticosteroid
sistemik
untuk
13
dan
mengurangi
inflamasi.Hindari
makanan
yang
banyak
14
15
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Penyakit sistem muskuloskeletal bisa bermanifestasi sebagai nyeri (khususnya pada
sendi), deformitas, pembengkakan, mobilitas berkurang, fungsi menurun (misalnya tak dapat
berjalan), gambaran sistemik seperti ruam atau demam.
1. Riwayat penyakit
16
kebutuhan untuk alat bantu, dan setiap hal yang mengganggu aktivitas
kehidupan sehari-hari.
6) Pertanyaan spesifik tentang
praktik
keamanan
klien
ketika
mereka
17
2. Pengkajian Fisik
a. Aktifitas /istirahat
Gejala : nyeri sendi karena pergerakan , nyeri tekan, yang memburuk dengan stress
pada sendi kekakuan sendi pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan
simetri. Keterbatasan fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, aktifitas
istirahat, dan pekerjaan
Gejala lain adalah keletihan dan kelelahan hebat
Tanda : malaise, keterbatasan rentang gerak, artrofi otot, kulit, kontraktur/ kelainan
pada sendi dan otot
b. Kardiovaskuler
Gejala : fenomena raynaud jari tangan/kaki, misal pucat intermitten, sianotik
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal
c. Integritas ego
Gejala : faktor faktor stress akut/ kronis, misalnya finansial, pekerjaan, ketidak
mampuan, keputusasaan dan ketidak berdayan
d. Makanaan / cairan
Gejala : ketidak mampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makan/ cairan
adekuat, mual, anoreksia, dan kesulitan untukmengunyah.
Tanda : penurunan berat badan, dan membran mukosa kering
e. Higiene :
Gejala : berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktifitas perawatan pribadi secara
mandiri , ketergsntungan pada orang lain
f. Neurosensori
Gejala : kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensai pada jari tangan
Tanda : pembengkakan sendi simetris
g. Nyeri/ kenyamanan
Gejala fase akut dari nyeri (disertai/tidak disertai pembengkakan jaringan lunak pada
sendi). Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pada pagi hari)
h. Kenyamanan
Gejala : kulit mengilat, tegang: nodus subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki, kesulitan
dalam menangani tugas / pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan menetap,
kekerigan pada mata, dan membran mukosa.
18
i. Interaksi sosial
Gejalan : kerusakan interaksi dengan keluarga / orang lain , perubahan peran, isolasi
3. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna
kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
b. Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
gejala-gejala meningkat.
Protein C-reaktif : positif selama masa eksaserbasi
SDP : meningkat pada waktu timbul proses inflamasi
JDL : umumnya menunjukkan anemia sedang
Ig (IgM dan IgG) : peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai
penyebab AR
i. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak,
erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan awal)
berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio.
Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan
j. Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium.
k. Atroskopi langsung : visualisasi dari area yang menunjukkan iregularitas/degenerasi
tulang pada sendi.
l. Aspirasi cairan sinovial : mumkin mnunjukkan volume yang lebih besar dari
normal; buram;berkabut; munculnya warna kuning; (respon inflamasi, perdarahan,
19
20
7. DIAGNOSA
8. TUJUAN DAN
KEPERAWATAN
11.
13. Domain
12
KRITERIA HASIL
1. Tingkat Kenyamanan
2. Pengendalian Nyeri
14. Kelas
1: 3. Tingkat Nyeri
24.
(Kenyamanan Fisik)
25. Tujuan
:
setelah
15. Definisi :
dilakukan
intervensi
16. Pengalaman sensori
keperawatan
selama
dan emosional yang
.x 24 jam diharapkan
tidak menyenangkan
nyeri
pasien
yang muncul akibat
berkurang/hilang
kerusakan jaringan
26.
yang actual atau
27. Krieria hasil :
28. Pasien akan:
potensial
atau
29. -Melaporkan
nyeri
digambarkan dalam
hilang/ terkontrol
hal
kerusakan
(International
rupa
30. -Menunjukkan
penggunaan
10. RASIONAL
KEPERAWATAN
23. NOC
(Kenyamanan)
sedemikian
9. INTERVENSI
31. Obervasi
1. lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kwalitas dan factor
presifitasi
2. observasi reaksi nonverbal
dari ketidak nyamanan
3. gunakan tehnik komunikasi
39.
Observasi
1.Untuk mengetahui
pengkajian nyeri secara
komprehensif pada lokasi
yang terdapat nyeri
2.Mengamati reaksi klien
secara tidak langsung
untuk megetahui ketidak
nyaman pasien
3.Menanyakan apakah nyeri
pasien itu nyeri berat atau
nyeri ringan
4.Menanyakan
kembali apa
pengamalaman nyeri pasien
4. kaji kultur yang
ada perubahan nyeri
mempengaruhi respon nyeri
tersebut
5. evaluasi bersama pasien dan 5.Untuk membantu pasien dan
tim kesehatan lain tentang
keluarganya untuk
ketidak efektifan control
nyeri masa lampau
6. kontrol lingkungan yang
21
mendapatkan dukungan
untuk mengatasi nyeri
ketrampilan
Study
of
Pain);
relaksasi
atau
32.
lambat
intensitas
dari
ringan
33. Mandiri
dingin.
2. Lakukan pengkajian nyeri
antisipasi
atau
prediksi
di
dan
berlangsung
secara komphrensif.
3. Gunakan sprei yang
<6
bulan.
17.
18. Batasan
Karakteristik :
1. Mengepresikan perilaku
(misalnya
gelisah,
merengek,
menangis,
waspada,
iritabilitas,
mendesak).
2. Masker wajah (misalnya
tersebut
6.menyediakan tempat atau
lingkungan yang nyaman
40.
41. Mandiri
1. melakukan pemberian
kompres panas dan
dingin, untuk
mengurangi rasa nyeri..
2. untuk mengetahui
apakah nyerinya
berkurang atau tidak.
3. Berikan sperei/katun,
minyak kelapa dll untuk
pasien
42.
43. Health Education
1. Berikan pengetahuan
tentang tehnik relaksasi
kepada pasien untuk
meredahkan nyeri.
2. Beritahukan kepada
pasien untuk
memberikan informasi
22
mata
berpencar
atau
yang disarankan
36.
37. Kolaborasi
meringis)
3. Sikap melindungi area
nyeri
4. Indikasi nyeri yang dapat
diamati
5. Perubahan posisi untuk
menghindari nyeri
6. Sikap tubuh melindungi
7. Melaporkan nyeri secara
38.
44.
45. Kolaborasi
1. Diskusikan dengan
dokter dalam
Berhubungan:
nyeriMembantu pasien
fisik, psikologis)
56. NOC
60. NIC
menemukan dukungan
46.
65. Observasi
Ambulasi
Keseimbangan
Performa
mekanik
61. Observasi
1. Agar
22.
48. Hambatan
mobilitas
fisik
(00085)
49. Domain
menemukan dukungan.
verbal
19.
47.
teratasi
3. Beritahukan kepaa
aktivitas/ istirahat
1. Memonitoringvital
sebelum
tubuh
atau
sign
sesudah
dapat
menentukan
intervensi yang aka
di berikan
pada
fisik
ekstermitas
Pergerakan
terkoordinasi
Peregerak sendi
Fungsi skeletal
dalam mobilitas
dilakukan
tindakan...x24
diharapkan
mobilitas
klien
menggunakan
jam
untuk
tongkat
hambatan
terhadap cidera
fisik dapat
1. Ajarkan
bagaimana
posisi
aktivitas fisik
2. Mengerti tujuan dari
dan
merubah
berikan
64. Kolaborasi :
1. Konsultasikan
perasaan
keterampilan
meningkatkan kekuatan
dari
kebutuhan
melalukan
kemampuan
dalam
kemampuan
berpindah
4. Memperagakan
fisik
1. Untuk
mempertahankan
sendi
dengam
melakukan
motorik halus
3. Keterbatasan
terapi
66. Mandiri
sesuai kemampauan.
pasien
peningkatan mobilitas
3. Menverbalisasikan
melakukan
fleksibilitas
diatasi
klien
aktifitas
1. Bantu
58. Setelah
kemampuan
dalam
62. Mandiri
57. Tujuan :
2. Mengetahui tingkat
tentang
68. Kolaborasi
1. Kemampuan
mobilisasi
ekstermitas
dapat
ditingkatkan dengan
latihan fisik dari tim
penggunaan alat
fisioterapi
melakukan
24
keterampilan
motorik kasar
4. Keterbatasan rentang
pergerakan sendi
5. Ketidakstabilan
postur
6. Pergerakan lambat.
54.
55. Factor
yang
berhubungan:
69.
3
1. Hambatan fisik.
70. Resiko jatuh
(00155)
71. Domain : 11
77. NOC
84. NIC
97. Rasional
98. Observasi :
86. Observasi
1. Untuk mengetahui
keamanan /
perlindungan
1. Keseimbangan :
1. Mengidentifikasi defisit
kognitif atau fisik pasien
kemampuan untuk
73. Definisi :
mempertahankan
peningkatan
kerentanan untuk
jatuh yang dapat
menyebabkan
bahaya fisik
ekuilibrium
2. Gerakan terkoordinasi :
lingkungan tertentu
2. Mengidentifikasi perilaku
melakukan pergerakan
25
Riwayat jatuhh
Tinggal sendiri
Prosthesis
ekstermitas bawah
Penggunaan alat
bantu
(mis.,walker,tongkat
)
Penggunaan kursi
roda
2. Anak
-
Kurang pengawasan
orang tua
yang bertujuan
3. Perilaku pencegahan.
79. Jatuh : tindakan
meminimalkan faktor
yang menjadi
penyebab resiko
dan terbuka)
87.
4. Memantau kemampuan
meminimalkan faktor
memicu jatuh
sebaliknya
88.
dilingkungan individu
4. Kejadian jatuh : tidak
ada kejadian jatuh
5. Pengetahuan :
pemahaman
pencegahan jatuh
89. Mandiri
5. Menandai ambang pintu dan
tepi langkah, sesuai
kebutuhan
6. Hapus dataran rendah
pengetahuan :
keselamatan anak fisik
6. Pengetahuan :
keamanan pribadi
7. Pelanggaran
perabotan yang
menimbulkan bahaya
tersandung
7. Anjurkan pasien untuk
perlindungan tingkat
kebingungan akut
8. Gerakan tekoordinasi
penerangan yang
tidur
8. Memberikan pencahayaan
26
jatuh
4. Untuk mengetahui
mudah di jangkau
10. Agar pasien lebih
3. Kognitif
75.
Penurunan
status mental
4. Lingkungan
-
lingkungan yang
tidak terorganisir
Ruang yang
memiliki cahaya
redup
9. Kejadian terjun
10. Mengasuh keselamatan
fisik remaja
11. Mengasuh : bayi /
balita
80. Keselamatan fisik
12. Perilaku keselamatan
resiko
14. Pengendalian resiko
15. Pengendalian resiko :
Kondisi cuaca
(mis.,lantai basah,es)
5. Medikasi
-
Penggunaan alkohol
Inhibitor enzyme
pengubah
Agen anti ansietas
Agens anti
hipertensi
Deuretik
untuk meningkatkan
keselamatan
90.
91.
keparahan
20. Integritas jaringan :
dan sebagai
antisipasi
100.
Health
education :
11. Untuk
meningkatkan
pengetahuan supaya
matahari
16. Deteksi resiko
17. Lingkungan rumah
angiostensin
-
pencahayaan sinar
aman
18. Aman berkeliaran
19. Zat penarikan
meningkatkan visibilitas
9. Menyediakan lampu malam
pribadi
13. Keparahan cedera
berjalan
96.
mukosa
21. Perilaku kepatuhan visi
81.
82.
27
lebih kooperatif
101.
Kolaborasi :
12. Untuk
meningkatkan
pengetahuan dan
mengembalikan
kondisi fisik yang
baik
102.
Hipnotik
Narkotik
Obat penenang
Antidepresan
83.
trisiklik
6. Fisiologis
-
Sakit akut
Anemia
Penurunan kekuatan
ekstermitas bawah
Kesulitan gaya
berjalan
Gangguan
keseimbangan
Neuropati
Hipotensi ortostatisk
Kondisi
postoperative
103.
Penyakit vaskuler
Kesulitan melihat
76.
104.
Gannguan
114.
NOC
123.
28
. NIC :
128.
Rasional :
Citra Tubuh
(00118)
105.
Domain 6 :
persepsi/kognisi
106.
Kelas 3 :
124.
1. Boddy image
2. Self esstem
115.
116.
konfusi dalam
diharapkan gangguan
gambaran mental
tentang diri-fisik
teratasi
individu
118.
110.
Batasan
karakteristik :
Perilaku mengenali
tubuh individu
Mengungkapkan
perasaan yang
kelompok kecil
125.
Kriteria hasil :
Klien dapat
mengidentifikasi
kekuatan personal
Klien dapat mengenali
penampilan tubuh
Klien dapat
menunjukan
perubahan pandangan
penerimaan penampilan
Klien dapat
Mandiri :
mencerminkan
tentang tubuh individu
117.
109.
perasaanya
3. Fasilitasi kontak dengan
selama .x 24 jam
Definisi :
Observasi :
mengungkapkan
intervensi keperawatan
107.
108.
Tujuan :
129.
setelah dilakukan
citra tubuh
Observasi :
bentuk tubuhnya.
2. Sifat saling terbuka
mempengaruhi citra
tubuh
3. Klien mudah
mendapatkan kelompok
untuk bersosialisasi
130.
131.
Mandiri :
1. Perawat menunjukan
sikap peduli
terhadap klien
2. Untuk
mengeksplorasi
perasaan klien
3. Agar klien tidak
merasa bersalah, dan
menyesal
4. Agar klientidak
minder
danmaudirawatolehs
29
Mengungkapkan
menggambarkan
keluarga bertahap
persepsi yang
mencerminkan
fungsi tubuh
Klien dapat bersikap
perubahan pada
perubahan individu
realistic mengenai
dalam penampilan.
111.
112.
Factor yang
berhubungan :
- Penyakit
- Psikososial
113.
tubuhnya
126.
dan lingkugan
Klien dapat mengambil
kepercayaan diri
klien dan keluarga
132.
kekuatan dan
fleksibilitas,
dipliner
perawatan diri
Klien dapat memelihara
127.
berpindah
Health
education :
tempat, dan
ambulasi.
2. Untuk klien yang
memiliki
personal.
kebutuhan
119.
kompleks
kondisi medis
120.
Kolaborasi :
1. Untuk latihan
Kolaborasi :
eorangperawat
5. Untukmemulihkansi
misalnya
121.
komplikasi
bedahan
122.
133.
HE :
135.
Ansietas
143.
NOC
Tingkat ansietas
Pengendalian diri
/toleransi terhadap
terhadap ansietas
Konsentrasi
Koping
stess
144.
(00146)
136.
137.
138.
Domain : 9
Koping
Kelas 2 :
Respon koping
145.
Tujuan
146.
Setelah
139.
Definisi :
dilakukan tindakan
140.
Perasaan
tindakan keperawatan
diharapkan ansietas
disertai respon
dapat teratasi
autonom (sumber
147.
Kriteria hasi :
Mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala
diketahui oleh
cemas
Mengidentifikasi,
individu ); perasaan
takut yang
mengungkapkan, dan
disebabkan oleh
menunjukkan tekhnik
148.
NIC
149.
Observasi
mandiri
156.
Rasional
157.
Observasi
tingkat kecemasan
pasien
2. Untuk mengetahui mana
teknik yang berhasil
dilakukan
158. Mandiri
1. Agar tidak membuat
trauma atau lebih
Mandiri
memicu ansietas
1. Bimbing antisipasi
2. Agar tingkat ansietas
2. Penurunan ansietas
pasien tidak tinggi
3. Teknik menenangkan diri
3. Agar pasien tidak terlalu
4. Dukungan emosi
152.
memikirkan hal yang
153. HE.
memicu ansietas
1. Informasikan tentang
4. Agar pasien merasa
ansietas
nyaman
2. Ajarkan anggota
159. HE
keluarga bagaimana
1. Agar pasien atau
31
membedakan antara
keluarga bisa
mengetahui lebih
antisipasi terhadap
untuk mengontrol
bahaya. Peraasaan
ini merupakan
isyarat kewaspadaan
yang
cemas
Vital sign dalam batas
normal
Postur tubuh, ekspresi
memperingatkan
bahaya yang akan
terjadi dan
memampukan
obat
meniurunkan
jika perlu
menunjukkan
ansietas sebenarnya
2. Agar pasien dan
:
untuk
ansietas,
keluarga bisa
membedakan mana
panik dan gejala
penyakit fisik
160.
161.
Kolaborasi :
162.
1. Untuk menurunkan
berkurangnya
kecemasan.
individu melakukan
tingkat ansietas.
tindakan untuk
menghadapi
163.
ancaman.
164.
141.
Batasan
karakteristik :
1. Nyeri dan
peningkatan
ketidakberdayaan
yang tersisten
2. Gangguan tidur
3. Kelemahan
4. Kesemutan pada
ekstremitas
32
5. Gelisah
6. Resah
142.
33
165.
BAB IV
166.
PENUTUP
A. Kesimpulan
167.
terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan
peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini menyerang persendian dan anggota
gerak. Penyakit ini menimbulkan rasa nyeri dan kaku pada sistem muskuloskeletal yang
terdiri dari sendi, tulang, otot, dan jaringan ikat. AR dapat menyerang hampir semua sendi,
tetapi yang paling sering adalah sendi di pergelangan tangan, buku-buku jari, lutut, dan
engkel kaki
168.
kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal dan faktor sistem reproduksi. Namun
faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikoplasma dan virus.
169.
pemberian terapi,seperti pemberian aspirin untuk mengurangi nyeri dan proses inflamasi,
NSAIDs untuk mengurangi inflamasi, pemberian corticosteroid sistemik untuk
memperlambat destruksi sendi dan imunosupressive terapi untuk menghambat proses
autoimun, (2) pengaturan aktivitas dan istirahat, (3) Kompres panas dan dingin, (4) Diet,
(5) Banyak minum air untuk membantu mengencerkan asam urat yang terdapat dalam
darah sehingga tidak tertimbun di sendi, (6) Pemenuhan gizi, dan (7) Pembedahan.
B. Saran
170.
Kami sadar tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, saran dan kritik
sangat kami harapkan dan kami pun akan menerima kritik dan sarannya dengan senang hati
untuk perbaikan pada makalah berikutnya.
171.
Dan Sebaiknya kita menjaga aktivitas, pola tidur, diet dan yang lainnya agar
172.
Daftar Pustaka
173.
34
174.
ACR. 2002. Guidelines For The Management of Rheumatoid Arthritis. Arthritis &
Rheumatism Vol. 46, No. 2, February 2002, pp 328346 DOI 10.1002/art.10148.
Wiley-Liss, Inc
175.
176.
Longo, Dan L. MD., Kasper, Dennis L. MD., et al. 2012. Harrisons Principle of
Internal Medicine ed.18 Chapter 231: Rheumatoid Arthritis. McGraw-Hill
Companies, Inc. USA
177.
178.
179.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC.
180.
Suarjana, I Nyoman.2009. Artritis Reumatoid Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Edisi V. Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, Idrus, et al. Interna Publishing. Jakarta
181.
182.
Wilkinson, J. M., & Ahern, N. R. (2009). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9.
Jakarta : EGC
183.
184.
185.
35