PENDAHULUAN
Penjualan barang atau jasa adalah sumber pendapatan perusahaan. Dalam melaksanakan
penjualan kepada para konsumen, perusahaan dapat melakukannya secara tunai atau secara
kredit. Sudah pasti perusahaan akan lebih menyukai jika transaksi penjualan dapat dilakukan
secara tunai, karena perusahaan akan segera menerima kas dan kas tersebut dapat segera
digunakan kembali untuk mendatangkan pendapatan selanjutnya. Di pihak lain para konsumen
umumnya lebih menyukai bila perusahaan dapat melakukan penjualan secara kredit, karena
pembayaran dapat ditunda. Dalam kenyataannya, penjualan kredit menimbulkan adanya piutang
atau tagihan. Transaksi kredit paling sedikit melibatkan dua pihak kreditur (pihak yang menjual
barang atau jasa dan memperoleh piutang) dan debitur (pihak yang melakukan pembelian dan
berutang).
Makalah ini membahas tentang Akuntansi Keuangan yang didalamnya mencakup :
1.
2.
3.
4.
5.
PEMBAHASAN
PIUTANG DAGANG & PIUTANG WESEL
1. Pengertian Piutang
Piutang adalah suatu aktiva yang timbul karena perusahaan menjual barangnya atau
memberikan jasanya kepada para pelanggan dan menerima janji bahwa pelanggan akan
memberikan sejumlah uang kepada perusahaan pada suatu waktu dimasa yang akan datang.
(Harngren dan Harison,1997 : 42)
Piutang timbul karena adanya penjualan secara kredit kepada perusahaan lain.
2. Jenis-Jenis Piutang
Pada umumnya piutang di klasifikasikan menjadi piutang dagang / piutang usaha, piutang
wesel dan piutang lain-lain.
a.
b. Piutang wesel
Piutang wesel adalah surat berharga yang berisi perintah dari si penarik (pembuat surat) kepada
si wajib bayar (yang berutang) untuk membayar sejumlah uang seperti yang tertera dalam surat
tersebut pada waktu yang telah di tentukan di masa yang akan datang. Jangka waktu pada
piutang wesel pada umumnya paling sedikit 60 hari.
c.
Piutang lain-lain
Piutang lain-lain meliputi piutang non usaha seperti pinjaman kepada pejabat perusahaan,
pinjaman kepada karyawan maupun pinjaman kepada pihak lain yang tidak berkaitan dengan
usaha (Slamet Sugiri, 2009 : 43)
Piutang lain-lain terdiri atas macam-macam tagihan yang tidak termasuk dalam piutang dagang
maupun piutang wesel (Al Haryono Jusup, 2005 : 53)
Dimasukkan dalam
aktiva lancar
Berkaitan dengan
operasi utama
perusahaan sehingga
harus dapat ditagih
I.
Piutang wesel
Jangka waktu
bermacam-macam
tetapi pada
umumnya paling
sedikit 60 hari
Bagian yang jatuh
temponya dalam
waktu 1 tahun
diperlakukan
sebagai aktiva
lancar, sedangkan
yang lebih dari satu
tahun piutang
jangka panjang
Mensyaratkan
adanya jaminan
sehingga jika saat
jatuh tempo tidak
dapat melunasi
maka jaminan
tersebut dapat
dijual
PIUTANG DAGANG
Hal-hal yang berkaitan dengan piutang dagang adalah :
Piutang lain-lain
Jangka waktu
lebih dari satu
tahun atau
termasuk dalam
piutang jangka
panjang.
Pada umumnya
termasuk dalam
piutang jangka
panjang.
Tidak berkaitan
dengan operasi
sehari-hari dan
biasanya
dilaporkan
dineraca sebagai
kelompok aktiva
tidak lancar.
1.000.000
1.000.000
(Untuk mencatat adanya retur penjualan)
Januari 24 Kas
18.620.000
Potongan penjualan
380.000 (2 % x 19.000.000)
Piutang dagang
19.000.000
(Untuk mencatat adanya pelunasan piutang)
Catatan : Potongan biasanya diberikan oleh produsen kepada distributor/grosir atau dari grosir
kepada pengecer dan jarang diberikan dari pengecer ke konsumen.
2. Penilaian Piutang Dagang
Menurut Prinsip Akuntansi Indonesia piutang dagang harus dicatat dan dilaporkan dalam neraca
sebesar nilai kas bersih (neto) yang bisa direalisasikan yaitu jumlah piutang setelah dikurangi
Cadangan Kerugian Piutang Tak Tertagih (CKP) .
Contoh penyajian di neraca :
Aktiva Lancar
Piutang dagang
Rp. 10.000.000
(-) Cadangan kerugian piutang (CKP) Rp. 1.000.000 Nilai realisasi bersih
Rp. 9.000.000
Penghapusan piutang / Kerugian Piutang
Piutang dagang yang dimiliki oleh perusahaan belum tentu seluruhnya dapat ditagih. Hal ini
disebabkan karena debitur tidak mau membayar utangnya, tidak mampu membayar atau
dinyatakan bangkrut, tidak diketahui keberadaannya dsb. Piutang usaha yang tidak dapat ditagih
biasanya dinamakan kerugian piutang dan dalam akuntansi dicatat dalam akun kerugian
piutang.
Terdapat dua metode yang digunakan untuk mencatat adanya kerugian piutang yaitu :
a.
Piutang yang tidak tertagih ditaksir jumlahnya terlebih dahulu, dan diakui sebagai biaya pada
periode penjualan, bila piutang tak tertagih berasal dari tahun 2012 maka kerugian piutang diakui
pada tahun 2012 juga.
Taksiran kerugian piutang dicatat dengan mendebet kerugian piutang dan mengkredit cadangan
kerugian piutang melalui jurnal penyesuaian.
Piutang yang benar-benar tidak dapat ditagih dicatat dengan mendebet rekening cadangan
kerugian piutang dan mengkredit rekening piutang usaha pada saat suatu piutang itu dihapus dari
pembukuan.
Pendukung metode penghapusan tidak langsung (allowance method) merasa yakin bahwa beban
piutang tak tertagih harus dicatat pada periode yang sama seperti penjualan untuk mendapatkan
perbandingan yang tepat atas beban dan pendapatan serta untuk mendapatkan nilai tercatat yang
tepat atas nilai piutang. Walaupun melibatkan estimasi namun persentase piutang yang tidak akan
tertagih dapat diramalkan dari pengalaman masa lalu, kondisi pasar berjalan dan analisis dari
saldo yang beredar. Banyak perusahaan membuat kebijakan kreditnya dengan menciptakan
piutang tak tertagih dalam persentase tertentu.
Metode Cadangan
Pencatatan Taksiran Kerugian Piutang :
Kerugian Piutang
CKP
100.000
100.000
CKP
Kerugian Piutang
Piutang dagang
50.000
Piutang dagang
50.000
50.000
50.00
Piutang dagang
50.000
Kerugian Piutang
50.00
(Untuk mencatat kembali piutang yang
sudah dihapus)
50.000
Piutang dagang
50.000
(Untuk mencatat penerimaan kas)
Kas
50.000
Piutang dagang
50.000
(Untuk mencatat penerimaan kas)
PT. Hokindo pada tanggal 31 Desember 2011 mempunyai saldo piutang usaha sebesar
Rp.50.000.000. Taksiran piutang usaha yang tak tertagih sebesar 5 % dari saldo piutang usaha
yaitu sejumlah (5 % x 50.000.000 = 2.500.000). Untuk menghitung kerugian piutang harus
memperhatikan saldo rekening CKP sebelum penyesuaian. Jika salso CKP sebelum penyesuaian
bersaldo nol maka jumlah kerugian piutang sebesar Rp. 2.500.000 dan jurnal penyesuaiannya
adalah:
Des 31
Kerugian Piutang
2.500.000
CKP
2.500.000
Setelah dibuat jurnal penyesuaian saldo rekening CKP sebesar Rp. 2.500.000 (5 % dari saldo
piutang)
Jika rekening CKP sebelum penyesuaian bersaldo kredit sebesar Rp. 1.250.000 maka kerugian
piutang sebesar Rp. 1.250.000 (Rp. 2.500.000 - Rp. 1.250.000). Jurnal penyesuaian yang dibuat
sebagai berikut :
Des 31
Kerugian Piutang
1.250.000
CKP
1.250.000
Setelah dibuat jurnal penyesuaian saldo rekening CKP sebesar Rp. 2.500.000 (5 % dari saldo
piutang)
Jika rekening CKP sebelum penyesuaian bersaldo debet sebesar Rp. 1.000.000 maka kerugian
piutang sebesar Rp. 3.500.000 (Rp. 2.500.000 + Rp. 1.000.000). Jurnal penyesuaian yang dibuat
sebagai berikut :
Des 31
Kerugian Piutang
3.500.000
CKP
3.500.000
Setelah dibuat jurnal penyesuaian saldo rekening CKP sebesar Rp. 2.500.000 (5 % dari saldo
piutang)
3. Analisa Umur Piutang
Dalam metode ini, perusahaan membuat daftar umur piutang pelanggan dengan membuat
kelompok umur piutang berdasarkan masa lewat waktu dari jatuh tempo piutang dan juga
menetapkan persentase taksiran kerugian piutang yang didasarkan pada kebijakan dan
pengalaman masa lalu terhadap total masing-masing kelompok umur piutang.
Biasanya suatu piutang dagang yang umur jatuh temponya semakin lama, maka tingkat
kemungkinan tak tertagihnya juga semakin besar.
Contoh analisa umur piutang adalah sebagai berikut :
Untuk piutang yang belum jatuh tempo, 2 % tak tertagih. Untuk piutang yang jatuh tempo
kurang dari 30 hari, 5 % tak tertagih. Yang jatuh tempo 31 hari sampai 60 hari, 10 % tak tertagih.
Yang jatuh tempo 61 hari sampai 90 hari, 25 % tak tertagih. Piutang yang jatuh tempo diatas 90
hari, 50 % tak tertagih.
No
Pelanggan
1
2
3
4
5
6
7
A
B
C
D
E
F
G
Hari
Lewat
31-60
1.000
5.000
5.000
> 90
Total
165.000
104.000
50.000
6.000
5.000
Berdasarkan tabel analisa umur piutang, maka kita dapat menentukan besarnya jumlah piutang
tak tertagih sebagai berikut :
Status Piutang
Belum JT
Sudah JT :
1-30
31-60
61-90
Des 31
Saldo
Rp. 104.000.000
% tak tertagih
2%
Rp. 50.000.000
5%
Rp.
6.000.000
10 %
Rp.
5.000.000
25 %
Total
Kerugian Piutang
6.430.000
CKP
6.430.000
Situasi dan kondisi perusahaan yang sedang mengalami kesulitan dalam memperoleh pinjaman
dan tingginya tingkat bunga sehingga piutang yang dimiliki perusahaan sedapat dan secepat
mungkin harus dapat dirubah menjadi kas.
b.
Penagihan piutang seringkali memakan waktu yang cukup lama dan terkadang juga memerlukan
biaya sehingga perusahaan bersedia menerima kas yang lebih kecil jumlahnya dari jumlah yang
seharusnya diterima dari piutang, asalkan kas dapat diterima lebih cepat.
Adapun jenis pengalihan piutang antara lain :
Penjualan piutang
Piutang usaha dapat dijual kepada bank atau lembaga keuangan lainnya. Pada saat menjual
piutang perusahaan harus memberitahu perusahaan debitur (yang berutang) agar membayar
utangnya kepada pembeli piutang. Resiko tidak tertagihnya piutang ditanggung oleh pihak
pembeli piutang. Pembeli piutang biasanya akan menahan sebagian dari harga beli piutang untuk
menjaga kemungkinan adanya retur penjualan, potongan penjualan dan lain-lain yang akan
mengurangi hasil penagihan piutang.
Misal :
Pada tanggal 10 Agustus 2011 PT. Hokindo menjual piutang usahanya yang bernilai Rp.
2.500.000 kepada Bank BCA. Harga jual piutang usaha tersebut adalah Rp. 2.250.000. CKP pada
tanggal 10 Agustus 2011 sebesar Rp. 150.000. Untuk berjaga-jaga Bank BCA menahan 10 %
dari harga jual piutang usaha. Maka :
Piutang yang diperkirakan dapat ditagih adalah : Rp. 2.350.000 (Rp. 2.500.000 Rp. 150.000)
Rugi atas penjualan piutang usaha Rp. 100.000 (Rp. 2.350.000 Rp. 2.250.000)
Pembayaran yang ditahan oleh Bank adalah Rp. 225.000 (10 % x Rp. 2.250.000)
Kas
Rp. 2.025.000
Kas ditahan
Rp. 225.000
Piutang usaha yang dijual
Rp. 2.250.000
Penggadaian/penjaminan piutang
Piutang usaha dapat dijaminkan untuk memperoleh pinjaman uang dari bank atau lembaga
keuangan lainnya.Penagihan piutang usaha yang dijaminkan tetap dilakukan oleh perusahaan
peminjam. Hasil penagihan tersebut kemudian digunakan untuk membayar pinjaman ke Bank.
Jika pinjaman sudah lunas sisa piutang usaha menjadi milik peminjam.
Misal :
Pada tanggal 1 Mei 2005 PT. Hokindo memperoleh pinjaman dari Bank BCA dengan jaminan
piutang usaha sebesar Rp. 2.000.000. Pinjaman yang diterima 90 % dari piutang yang
dijaminkan dipotong biaya administrasi Rp. 25.000. Bunga pinjaman 18 % setahun. Jumlah
pinjaman Rp. 1.800.000 (90 % x Rp. 2.000.000). Pinjama yang diterima Rp. 1.775.000 (Rp.
1.800.000 Rp. 25.000).Jurnal yang dibuat :
Kas
Rp. 1.775.000
Biaya adm
Rp.
25.000
Utang Bank
Rp. 1.800.000
(Untuk mencatat pinjaman ke Bank)
Piutang usaha yang dijaminkan
Rp. 2.000.000
Piutang usaha
Rp. 2.000.000
(Untuk mencatat piutang usaha yang dijaminkan ke Bank)
Pada saat menerima pembayaran piutang usaha yang dijaminkan tersebut, jurnal yang dibuat
adalah jurnal untuk mencatat penerimaan piutang yang dijaminkan dan jurnal untuk mencatat
pembayaran pinjaman.
Misal :
Pada tanggal 31 Mei 2005 PT. Hokindo menerima pembayaran piutang yang dijaminkan sebesar
Rp. 1.500.000. Bunga bulan Mei sebesar Rp. 30.000 (Rp. 2.000.000 x 18 % x 1/12) sehingga
jumlah uang yang dibayar ke Bank sebesar Rp. 1.530.000 (Rp. 1.530.000 + 30.000). Jurnal yang
dibuat :
Kas
Rp. 1.500.000
Piutang usaha yang dijaminkan
Rp. 1.500.000
(Untuk mencatat penerimaan piutang yang dijaminkan)
Utang bunga
Rp. 1.500.000
Biaya bunga
Rp.
30.000
Kas
Rp. 1.530.000
(Untuk mencatat pembayaran pinjaman)
Jika terdapat retur atau penghapusan piutang maka saldo piutang yang dijaminkan harus
dikurangi. Misal tanggal 5 Juni 2005 PT. Hokindo menerima kembali barang dagangan yang
telah dijual sebesar Rp. 50.000. Jurnal yang dibuat :
Retur penjualan
Rp. 50.000
Piutang usaha yang dijaminkan
Rp. 50.000
Rp. 1.000.000
Penjualan
Rp. 1.000.000
(Untuk mencatat penjualan dengan kartu kredit)
Kas
Rp. 950.000
Biaya jasa kartu kredit
Rp.
50.000
Piutang dagang
Rp. 1.000.000
(Untuk mencatat penerimaan pembayaran dari penerbit kartu kredit)
II.
PIUTANG WESEL
Piutang wesel dibedakan menjadi dua:
1. Piutang wesel tidak berbunga
2. Piutang wesel berbunga
Apabila umur Piutang wesel dinyatakan dalam bulan, tanggal jatuh tempo dicari dengan menghitung
bulan dari tanggal penerbitannya.
Contoh: JT Piutang wesel 3 bulan sejak 1 Mei 1 Agustus
JT Piutang wesel 2 bulan sejak 31 Juli 30 September
Apabila umur Piutang wesel dinyatakan dalam hari, perlu untuk menghitung secara pasti jumlah hari
untuk menentukan tanggal jatuh tempo. Dalam perhitungan, tanggal penerbitan wesel dihilangkan tetapi
tanggal jatuh tempo dimasukkan.
Contoh: Tanggal JT Piutang wesel 90 hari sejak 28 Agustus?
Waktu wesel--------------------------- 90 hari
Agustus (31-28)
= 3
September
= 30
Oktober
= 31
64
Tanggal JT November
26
Dari penjelasan diatas terlihat bahwa bulan Agustus hanya dihitung 3 hari, karena wesel tertanggal 28
Agustus. September penuh. Oktober penuh. Namun November hanya dihitung 26 hari untuk
mencukupkan total hari jadi 90 hari.
B. PERHITUNGAN BUNGA DARI PIUTANG WESEL
Nilai nominal
wesel
Tingkat bunga
Setahun
Jangka waktu
dlm pecahan
setahun
I.
1. Penjualan kredit
Jurnal:
PIUTANG WESEL
XXX
PENJUALAN
XXX
2. Pemberian pinjaman
Jurnal:
PIUTANG WESEL
XXX
KAS
XXX
Jurnal:
PIUTANG WESEL
PIUTANG DAGANG
II.
XXX
XXX
BUNGA WESEL
Jurnal:
KAS
PIUTANG WESEL
PENDAPATAN BUNGA
XXX
XXX
XXX
Bunga
III.
Saat dimilikinya Piutang wesel, kemungkinan Piutang wesel dijual (didiskontokan) ke bank, artinya:
meminjam uang ke bank dengan menggunakan jaminan wesel yang dimiliki.
Perhitungan diskonto:
Diskonto = Nilai JT x Tarif diskonto x Periode diskonto
Diskonto pengurangan oleh bank atas pinjaman yang diberikan selama waktu diskonto.
Jurnal:
KAS
XXX
PW.DIDISKONTOKAN
XXX
Atau:
Jurnal:
KAS
XXX
BUNGA DISKONTO
PW.DIDISKONTOKAN
XXX
XXX
Sebuah wesel tanggal 5 Agustus 2006 dengan nominal Rp. 30.000.000, Bunga 3 %, 60 hari.
Didiskontokan ke Bank pada tanggal 5 September 2006 dengan tingkat diskonto 5 %. Hitung jumlah yang
diterima dari wesel yang di diskontokan !
Jawab :
= 26
September
= 30
56
Tanggal JT Oktober
Perhitungan diskonto:
Wesel didiskontokan ke Bank tanggal 5 September
September (30-5)
= 25
Tanggal JT Oktober
= 4
= 29
30.029.167
Bunga Diskonto
PW. Didiskontokan
Pendapatan Bunga
120.833
30.000.000
150.000
PENUTUP
Dari penjelasan yang telah dijelaskan, maka diharapkan Makalah ini dapat di manfaatkan
pembaca dalam memahami tentang Akuntansi Keuangan khususnya tentang Piutang Dagang
dan Piutang Wesel . Selain itu penulis juga menyarankan untuk menerapkan apa yang baik dari
Makalah ini dan juga mengingatkan penulis apa yang dianggap pembaca kurang baik dari
Makalah ini. Sebagai penyusun, saya akui tidak terlepas dari kesalahan dan keterbatasan. Karena
itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan penulisan
Makalah selanjutnya. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
PENDAHULUAN
Penjualan barang atau jasa adalah sumber pendapatan perusahaan. Dalam melaksanakan
penjualan kepada para konsumen, perusahaan dapat melakukannya secara tunai atau secara
kredit. Sudah pasti perusahaan akan lebih menyukai jika transaksi penjualan dapat dilakukan
secara tunai, karena perusahaan akan segera menerima kas dan kas tersebut dapat segera
digunakan kembali untuk mendatangkan pendapatan selanjutnya. Di pihak lain para konsumen
umumnya lebih menyukai bila perusahaan dapat melakukan penjualan secara kredit, karena
pembayaran dapat ditunda. Dalam kenyataannya, penjualan kredit menimbulkan adanya piutang
atau tagihan. Transaksi kredit paling sedikit melibatkan dua pihak kreditur (pihak yang menjual
barang atau jasa dan memperoleh piutang) dan debitur (pihak yang melakukan pembelian dan
berutang).
Makalah ini membahas tentang Akuntansi Keuangan yang didalamnya mencakup :
1.
2.
3.
4.
5.
PEMBAHASAN
PIUTANG DAGANG & PIUTANG WESEL
1. Pengertian Piutang
Piutang adalah suatu aktiva yang timbul karena perusahaan menjual barangnya atau
memberikan jasanya kepada para pelanggan dan menerima janji bahwa pelanggan akan
memberikan sejumlah uang kepada perusahaan pada suatu waktu dimasa yang akan datang.
(Harngren dan Harison,1997 : 42)
Piutang timbul karena adanya penjualan secara kredit kepada perusahaan lain.
2. Jenis-Jenis Piutang
Pada umumnya piutang di klasifikasikan menjadi piutang dagang / piutang usaha, piutang
wesel dan piutang lain-lain.
a.
b. Piutang wesel
Piutang wesel adalah surat berharga yang berisi perintah dari si penarik (pembuat surat) kepada
si wajib bayar (yang berutang) untuk membayar sejumlah uang seperti yang tertera dalam surat
tersebut pada waktu yang telah di tentukan di masa yang akan datang. Jangka waktu pada
piutang wesel pada umumnya paling sedikit 60 hari.
c.
Piutang lain-lain
Piutang lain-lain meliputi piutang non usaha seperti pinjaman kepada pejabat perusahaan,
pinjaman kepada karyawan maupun pinjaman kepada pihak lain yang tidak berkaitan dengan
usaha (Slamet Sugiri, 2009 : 43)
Piutang lain-lain terdiri atas macam-macam tagihan yang tidak termasuk dalam piutang dagang
maupun piutang wesel (Al Haryono Jusup, 2005 : 53)
Dimasukkan dalam
aktiva lancar
Piutang wesel
Jangka waktu
bermacam-macam
tetapi pada
umumnya paling
sedikit 60 hari
Bagian yang jatuh
temponya dalam
waktu 1 tahun
diperlakukan
sebagai aktiva
Piutang lain-lain
Jangka waktu
lebih dari satu
tahun atau
termasuk dalam
piutang jangka
panjang.
Pada umumnya
termasuk dalam
piutang jangka
panjang.
Berkaitan dengan
operasi utama
perusahaan sehingga
harus dapat ditagih
I.
lancar, sedangkan
yang lebih dari satu
tahun piutang
jangka panjang
Mensyaratkan
adanya jaminan
sehingga jika saat
jatuh tempo tidak
dapat melunasi
maka jaminan
tersebut dapat
dijual
Tidak berkaitan
dengan operasi
sehari-hari dan
biasanya
dilaporkan
dineraca sebagai
kelompok aktiva
tidak lancar.
PIUTANG DAGANG
Hal-hal yang berkaitan dengan piutang dagang adalah :
1. Pengakuan Piutang Dagang
Piutang dagang diakui/dicatat pada saat :
a. Perusahaan memperoleh piutang dagang tersebut melalui adanya penjualan kredit.
b. Terjadinya retur dan potongan penjualan.
c. Adanya pelunasan.
Misal :
PT. ABC pada tanggal 14 Januari 2013 menjual barang dagangan kepada PT. Sentosa seharga
Rp. 20.000.000 dengan termin 2/10, n/30. Pada tanggal 16 Januari 2013 ada beberapa barang
yang cacat sehingga dikembalikan kepada PT. ABC. Bila dihitung barang yang dikembalikan
tersebut sebesar 1.000.000. Pada tanggal 24 PT. ABC menerima pelunasan dari PT. Sentosa
sebesar saldo tagihannya. Jurnal yang dibutuhkan untuk mencatat transaksi-transaksi tersebut
adalah sebagai berikut :
Januari 14 Piutang dagang
20.000.000
Penjualan
20.000.000
(Untuk mencatat adanya piutang karena penjualan kredit)
Januari 16 Retur penjualan
1.000.000
1.000.000
(Untuk mencatat adanya retur penjualan)
Januari 24 Kas
18.620.000
Potongan penjualan
380.000 (2 % x 19.000.000)
Piutang dagang
19.000.000
(Untuk mencatat adanya pelunasan piutang)
Catatan : Potongan biasanya diberikan oleh produsen kepada distributor/grosir atau dari grosir
kepada pengecer dan jarang diberikan dari pengecer ke konsumen.
2. Penilaian Piutang Dagang
Menurut Prinsip Akuntansi Indonesia piutang dagang harus dicatat dan dilaporkan dalam neraca
sebesar nilai kas bersih (neto) yang bisa direalisasikan yaitu jumlah piutang setelah dikurangi
Cadangan Kerugian Piutang Tak Tertagih (CKP) .
Contoh penyajian di neraca :
Aktiva Lancar
Piutang dagang
Rp. 10.000.000
(-) Cadangan kerugian piutang (CKP) Rp. 1.000.000 Nilai realisasi bersih
Rp. 9.000.000
Penghapusan piutang / Kerugian Piutang
Piutang dagang yang dimiliki oleh perusahaan belum tentu seluruhnya dapat ditagih. Hal ini
disebabkan karena debitur tidak mau membayar utangnya, tidak mampu membayar atau
dinyatakan bangkrut, tidak diketahui keberadaannya dsb. Piutang usaha yang tidak dapat ditagih
biasanya dinamakan kerugian piutang dan dalam akuntansi dicatat dalam akun kerugian
piutang.
Terdapat dua metode yang digunakan untuk mencatat adanya kerugian piutang yaitu :
a.
Piutang yang tidak tertagih ditaksir jumlahnya terlebih dahulu, dan diakui sebagai biaya pada
periode penjualan, bila piutang tak tertagih berasal dari tahun 2012 maka kerugian piutang diakui
pada tahun 2012 juga.
Taksiran kerugian piutang dicatat dengan mendebet kerugian piutang dan mengkredit cadangan
kerugian piutang melalui jurnal penyesuaian.
Piutang yang benar-benar tidak dapat ditagih dicatat dengan mendebet rekening cadangan
kerugian piutang dan mengkredit rekening piutang usaha pada saat suatu piutang itu dihapus dari
pembukuan.
Pendukung metode penghapusan tidak langsung (allowance method) merasa yakin bahwa beban
piutang tak tertagih harus dicatat pada periode yang sama seperti penjualan untuk mendapatkan
perbandingan yang tepat atas beban dan pendapatan serta untuk mendapatkan nilai tercatat yang
tepat atas nilai piutang. Walaupun melibatkan estimasi namun persentase piutang yang tidak akan
tertagih dapat diramalkan dari pengalaman masa lalu, kondisi pasar berjalan dan analisis dari
saldo yang beredar. Banyak perusahaan membuat kebijakan kreditnya dengan menciptakan
piutang tak tertagih dalam persentase tertentu.
oleh karena itu metode ini tidak diakui untuk pelporan keuangan kecuali bila kerugian
piutangnya jumlahnya tidak material/kecil.
Contoh soal :
Pada Juli 2011 PT. Hokindo melakukan penjualan kredit kepada PT. Agung sebesar Rp.
10.000.000. Hingga akhir tahun 2011 terdapat piutang sebesar Rp. 500.000 yang belum dapat
ditagih. Manajemen memperkirakan Rp. 100.000 tidak akan dapat ditagih. Pada bulan Juli 2012
bagian penagihan menyatakan bahwa piutang sebesar Rp. 50.000 dihapus dari pembukuan
karena tidak mungkin dapat diterima pelunasannya dari PT. Agung. Secara tidak terduga pada
bulan Oktober 2012 PT. Agung melakukan pelunasan utangnya yang belum terbayar.
Diminta :
Buatlah jurnal penyesuaian dan jurnal yang dibutuhkan untuk mencatat transaksi diatas baik
dengan metode cadangan maupun dengan metode penghapusan langsung
!
Metode Cadangan
Pencatatan Taksiran Kerugian Piutang :
Kerugian Piutang
CKP
100.000
100.000
CKP
Kerugian Piutang
Piutang dagang
50.000
Piutang dagang
50.000
50.000
50.00
Piutang dagang
50.000
Kerugian Piutang
50.00
(Untuk mencatat kembali piutang yang
sudah dihapus)
50.000
Piutang dagang
50.000
(Untuk mencatat penerimaan kas)
Kas
50.000
Piutang dagang
50.000
(Untuk mencatat penerimaan kas)
Des 31
Kerugian Piutang
1.000.000
CKP
(Untuk mencatat kerugian piutang tahun ini)
1.000.000
Apabila jumlah piutang yang dihapus (kerugian piutang sesungguhnya) berbeda cukup besar bila
dibandingkan dengan jumlah yang ditaksir, maka persentase untuk tahun berikutnya harus
dirubah.
Jika pada rekening CKP sampai akhir tahun bersaldo kredit sebesar Rp. 250.000 maka saldo
CKP setelah penyesuaian adalah Rp. 1.250.000 (Rp. 1.000.000 + Rp. 250.000) begitu pula
sebaliknya.
2. Persentase Saldo Piutang
Dalam metode ini saldo piutang pada akhir periode dapat digunakan sebagai dasar untuk
menaksir piutang usaha yang tidak dapat ditagih.
Contoh :
PT. Hokindo pada tanggal 31 Desember 2011 mempunyai saldo piutang usaha sebesar
Rp.50.000.000. Taksiran piutang usaha yang tak tertagih sebesar 5 % dari saldo piutang usaha
yaitu sejumlah (5 % x 50.000.000 = 2.500.000). Untuk menghitung kerugian piutang harus
memperhatikan saldo rekening CKP sebelum penyesuaian. Jika salso CKP sebelum penyesuaian
bersaldo nol maka jumlah kerugian piutang sebesar Rp. 2.500.000 dan jurnal penyesuaiannya
adalah:
Des 31
Kerugian Piutang
2.500.000
CKP
2.500.000
Setelah dibuat jurnal penyesuaian saldo rekening CKP sebesar Rp. 2.500.000 (5 % dari saldo
piutang)
Jika rekening CKP sebelum penyesuaian bersaldo kredit sebesar Rp. 1.250.000 maka kerugian
piutang sebesar Rp. 1.250.000 (Rp. 2.500.000 - Rp. 1.250.000). Jurnal penyesuaian yang dibuat
sebagai berikut :
Des 31
Kerugian Piutang
1.250.000
CKP
1.250.000
Setelah dibuat jurnal penyesuaian saldo rekening CKP sebesar Rp. 2.500.000 (5 % dari saldo
piutang)
Jika rekening CKP sebelum penyesuaian bersaldo debet sebesar Rp. 1.000.000 maka kerugian
piutang sebesar Rp. 3.500.000 (Rp. 2.500.000 + Rp. 1.000.000). Jurnal penyesuaian yang dibuat
sebagai berikut :
Des 31
Kerugian Piutang
3.500.000
CKP
3.500.000
Setelah dibuat jurnal penyesuaian saldo rekening CKP sebesar Rp. 2.500.000 (5 % dari saldo
piutang)
3. Analisa Umur Piutang
Dalam metode ini, perusahaan membuat daftar umur piutang pelanggan dengan membuat
kelompok umur piutang berdasarkan masa lewat waktu dari jatuh tempo piutang dan juga
menetapkan persentase taksiran kerugian piutang yang didasarkan pada kebijakan dan
pengalaman masa lalu terhadap total masing-masing kelompok umur piutang.
Biasanya suatu piutang dagang yang umur jatuh temponya semakin lama, maka tingkat
kemungkinan tak tertagihnya juga semakin besar.
Contoh analisa umur piutang adalah sebagai berikut :
Untuk piutang yang belum jatuh tempo, 2 % tak tertagih. Untuk piutang yang jatuh tempo
kurang dari 30 hari, 5 % tak tertagih. Yang jatuh tempo 31 hari sampai 60 hari, 10 % tak tertagih.
Yang jatuh tempo 61 hari sampai 90 hari, 25 % tak tertagih. Piutang yang jatuh tempo diatas 90
hari, 50 % tak tertagih.
No
1
2
3
4
5
6
7
Pelanggan
A
B
C
D
E
F
G
Total
Hari
Lewat
31-60
> 90
1.000
5.000
6.000
5.000
5.000
Berdasarkan tabel analisa umur piutang, maka kita dapat menentukan besarnya jumlah piutang
tak tertagih sebagai berikut :
Status Piutang
Belum JT
Sudah JT :
1-30
31-60
61-90
Des 31
Saldo
Rp. 104.000.000
% tak tertagih
2%
Rp. 50.000.000
5%
6.000.000
10 %
5.000.000
25 %
Total
Kerugian Piutang
6.430.000
CKP
6.430.000
Rp.
Rp.
Situasi dan kondisi perusahaan yang sedang mengalami kesulitan dalam memperoleh pinjaman
dan tingginya tingkat bunga sehingga piutang yang dimiliki perusahaan sedapat dan secepat
mungkin harus dapat dirubah menjadi kas.
b.
Penagihan piutang seringkali memakan waktu yang cukup lama dan terkadang juga memerlukan
biaya sehingga perusahaan bersedia menerima kas yang lebih kecil jumlahnya dari jumlah yang
seharusnya diterima dari piutang, asalkan kas dapat diterima lebih cepat.
Adapun jenis pengalihan piutang antara lain :
Penjualan piutang
Piutang usaha dapat dijual kepada bank atau lembaga keuangan lainnya. Pada saat menjual
piutang perusahaan harus memberitahu perusahaan debitur (yang berutang) agar membayar
utangnya kepada pembeli piutang. Resiko tidak tertagihnya piutang ditanggung oleh pihak
pembeli piutang. Pembeli piutang biasanya akan menahan sebagian dari harga beli piutang untuk
menjaga kemungkinan adanya retur penjualan, potongan penjualan dan lain-lain yang akan
mengurangi hasil penagihan piutang.
Misal :
Pada tanggal 10 Agustus 2011 PT. Hokindo menjual piutang usahanya yang bernilai Rp.
2.500.000 kepada Bank BCA. Harga jual piutang usaha tersebut adalah Rp. 2.250.000. CKP pada
tanggal 10 Agustus 2011 sebesar Rp. 150.000. Untuk berjaga-jaga Bank BCA menahan 10 %
dari harga jual piutang usaha. Maka :
Piutang yang diperkirakan dapat ditagih adalah : Rp. 2.350.000 (Rp. 2.500.000 Rp. 150.000)
Rugi atas penjualan piutang usaha Rp. 100.000 (Rp. 2.350.000 Rp. 2.250.000)
Pembayaran yang ditahan oleh Bank adalah Rp. 225.000 (10 % x Rp. 2.250.000)
Kas
Rp. 2.025.000
Kas ditahan
Rp. 225.000
Piutang usaha yang dijual
Rp. 2.250.000
Penggadaian/penjaminan piutang
Piutang usaha dapat dijaminkan untuk memperoleh pinjaman uang dari bank atau lembaga
keuangan lainnya.Penagihan piutang usaha yang dijaminkan tetap dilakukan oleh perusahaan
peminjam. Hasil penagihan tersebut kemudian digunakan untuk membayar pinjaman ke Bank.
Jika pinjaman sudah lunas sisa piutang usaha menjadi milik peminjam.
Misal :
Pada tanggal 1 Mei 2005 PT. Hokindo memperoleh pinjaman dari Bank BCA dengan jaminan
piutang usaha sebesar Rp. 2.000.000. Pinjaman yang diterima 90 % dari piutang yang
dijaminkan dipotong biaya administrasi Rp. 25.000. Bunga pinjaman 18 % setahun. Jumlah
pinjaman Rp. 1.800.000 (90 % x Rp. 2.000.000). Pinjama yang diterima Rp. 1.775.000 (Rp.
1.800.000 Rp. 25.000).Jurnal yang dibuat :
Kas
Rp. 1.775.000
Biaya adm
Rp.
25.000
Utang Bank
Rp. 1.800.000
(Untuk mencatat pinjaman ke Bank)
Piutang usaha yang dijaminkan
Rp. 2.000.000
Piutang usaha
Rp. 2.000.000
(Untuk mencatat piutang usaha yang dijaminkan ke Bank)
Pada saat menerima pembayaran piutang usaha yang dijaminkan tersebut, jurnal yang dibuat
adalah jurnal untuk mencatat penerimaan piutang yang dijaminkan dan jurnal untuk mencatat
pembayaran pinjaman.
Misal :
Pada tanggal 31 Mei 2005 PT. Hokindo menerima pembayaran piutang yang dijaminkan sebesar
Rp. 1.500.000. Bunga bulan Mei sebesar Rp. 30.000 (Rp. 2.000.000 x 18 % x 1/12) sehingga
jumlah uang yang dibayar ke Bank sebesar Rp. 1.530.000 (Rp. 1.530.000 + 30.000). Jurnal yang
dibuat :
Kas
Rp. 1.500.000
Piutang usaha yang dijaminkan
Rp. 1.500.000
(Untuk mencatat penerimaan piutang yang dijaminkan)
Utang bunga
Rp. 1.500.000
Biaya bunga
Rp.
30.000
Kas
Rp. 1.530.000
(Untuk mencatat pembayaran pinjaman)
Jika terdapat retur atau penghapusan piutang maka saldo piutang yang dijaminkan harus
dikurangi. Misal tanggal 5 Juni 2005 PT. Hokindo menerima kembali barang dagangan yang
telah dijual sebesar Rp. 50.000. Jurnal yang dibuat :
Retur penjualan
Rp. 50.000
Piutang usaha yang dijaminkan
Rp. 50.000
II.
PIUTANG WESEL
Piutang wesel dibedakan menjadi dua:
1. Piutang wesel tidak berbunga
2. Piutang wesel berbunga
PROSEDUR AKUNTANSI PIUTANG WESEL
Sama dengan Piutang dagang, prosedur akuntansi bagi Piutang wesel dapat dibagi:
1. Saat terjadinya Piutang wesel/pengakuan Piutang wesel
2. Penilaian Piutang wesel/saat Piutang wesel dimiliki
3. Lenyapnya Piutang wesel
Sebelum membahas prosedur akuntansi bagi Piutang wesel. Akan diperkenalkan dua istilah yang belum
ada dalam Piutang dagang.
Apabila umur Piutang wesel dinyatakan dalam hari, perlu untuk menghitung secara pasti jumlah hari
untuk menentukan tanggal jatuh tempo. Dalam perhitungan, tanggal penerbitan wesel dihilangkan tetapi
tanggal jatuh tempo dimasukkan.
Contoh: Tanggal JT Piutang wesel 90 hari sejak 28 Agustus?
Waktu wesel--------------------------- 90 hari
Agustus (31-28)
= 3
September
= 30
Oktober
= 31
64
Tanggal JT November
26
Dari penjelasan diatas terlihat bahwa bulan Agustus hanya dihitung 3 hari, karena wesel tertanggal 28
Agustus. September penuh. Oktober penuh. Namun November hanya dihitung 26 hari untuk
mencukupkan total hari jadi 90 hari.
B. PERHITUNGAN BUNGA DARI PIUTANG WESEL
Nilai nominal
wesel
Tingkat bunga
Setahun
Jangka waktu
dlm pecahan
setahun
I.
1. Penjualan kredit
Jurnal:
PIUTANG WESEL
XXX
PENJUALAN
XXX
2. Pemberian pinjaman
Jurnal:
PIUTANG WESEL
KAS
XXX
XXX
Bunga
Jurnal:
PIUTANG WESEL
XXX
PIUTANG DAGANG
II.
XXX
BUNGA WESEL
Jurnal:
KAS
XXX
PIUTANG WESEL
PENDAPATAN BUNGA
III.
XXX
XXX
Saat dimilikinya Piutang wesel, kemungkinan Piutang wesel dijual (didiskontokan) ke bank, artinya:
meminjam uang ke bank dengan menggunakan jaminan wesel yang dimiliki.
Perhitungan diskonto:
Diskonto = Nilai JT x Tarif diskonto x Periode diskonto
Diskonto pengurangan oleh bank atas pinjaman yang diberikan selama waktu diskonto.
Jurnal:
KAS
XXX
PW.DIDISKONTOKAN
XXX
Atau:
Jurnal:
KAS
XXX
BUNGA DISKONTO
PW.DIDISKONTOKAN
XXX
XXX
Jawab :
Bunga = Rp. 30.000.000 x 3 % x 60/360 = Rp. 150.000
Jadi, nilai jatuh tempo wesel adalah Rp. 30.150.000 (Rp. 30.000.000 + Rp. 150.000)
Tanggal JT Piutang wesel 60 hari sejak 28 Agustus
Waktu wesel--------------------------- 60 hari
Agustus (31-5)
September
= 26
= 30
56
Tanggal JT Oktober
Perhitungan diskonto:
= 25
Tanggal JT Oktober
= 4
= 29
30.029.167
Bunga Diskonto
PW. Didiskontokan
Pendapatan Bunga
120.833
30.000.000
150.000
PENUTUP
Dari penjelasan yang telah dijelaskan, maka diharapkan Makalah ini dapat di manfaatkan
pembaca dalam memahami tentang Akuntansi Keuangan khususnya tentang Piutang Dagang
dan Piutang Wesel . Selain itu penulis juga menyarankan untuk menerapkan apa yang baik dari
Makalah ini dan juga mengingatkan penulis apa yang dianggap pembaca kurang baik dari
Makalah ini. Sebagai penyusun, saya akui tidak terlepas dari kesalahan dan keterbatasan. Karena
itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan penulisan
Makalah selanjutnya. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Diana%20Rahmawati,%20M.Si./AKT
%20PIUTANG.pdf
Jay M. Smith dan K. Fred Skousen, Akuntansi Intermediate. Jakarta : Erlangga, 1987