Anda di halaman 1dari 13

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR

A. PENGERTIAN
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah stasiun pembangkit listrik thermal di
mana panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit
listrik.
PLTN termasuk dalam pembangkit daya base load, yang dapat bekerja dengan baik ketika
daya keluarannya konstan (meskipun boiling water reactor dapat turun hingga setengah
dayanya ketika malam hari). Daya yang dibangkitkan per unit pembangkit berkisar dari 40
MWe hingga 1000 MWe. Unit baru yang sedang dibangun pada tahun 2005 mempunyai
daya 600-1200 MWe.
Hingga tahun 2005 terdapat 443 PLTN berlisensi di dunia [1], dengan 441 diantaranya
beroperasi di 31 negara yang berbeda [2]. Keseluruhan reaktor tersebut menyuplai 17%
daya listrik dunia.
Reaktor nuklir yang pertama kali membangkitkan listrik adalah stasiun pembangkit
percobaan EBR-I pada 20 Desember 1951 di dekat Arco, Idaho, Amerika Serikat. Pada 27
Juni 1954, PLTN pertama dunia yang menghasilkan listrik untuk jaringan listrik (power
grid) mulai beroperasi di Obninsk, Uni Soviet [3]. PLTN skala komersil pertama adalah
Calder Hall di Inggris yang dibuka pada 17 Oktober 1956.
Masyarakat pertama kali mengenal tenaga nuklir dalam bentuk bom atom yang dijatuhkan
di Hiroshima dan Nagasaki dalam Perang Dunia II tahun 1945. Sedemikian dahsyatnya
akibat yang ditimbulkan oleh bom tersebut sehingga pengaruhnya masih dapat dirasakan
sampai sekarang. Di samping sebagai senjata pamungkas yang dahsyat, sejak lama orang
telah memikirkan bagaimana cara memanfaatkan tenaga nuklir untuk kesejahteraan umat
manusia. Sampai saat ini tenaga nuklir, khususnya zat radioaktif telah dipergunakan secara
luas dalam berbagai bidang antara lain bidang industri, kesehatan, pertanian, peternakan,
sterilisasi produk farmasi dan alat kedokteran, pengawetan bahan makanan, bidang
hidrologi, yang merupakan aplikasi teknik nuklir untuk non energi. Salah satu
pemanfaatan teknik nuklir dalam bidang energi saat ini sudah berkembang dan
dimanfaatkan secara besar-besaran dalam bentuk Pembangkit Listrik Tenaga nuklir
(PLTN), dimana tenaga nuklir digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik yang relatif
murah, aman dan tidak mencemari lingkungan.
Pemanfaatan tenaga nuklir dalam bentuk PLTN mulai dikembangkan secara komersial

sejak tahun 1954. Pada waktu itu di Rusia (USSR), dibangun dan dioperasikan satu unit
PLTN air ringan bertekanan tinggi (VVER = PWR) yang setahun kemudian mencapai
daya 5 Mwe. Pada tahun 1956 di Inggris dikembangkan PLTN jenis Gas Cooled Reactor
(GCR + Reaktor berpendingin gas) dengan daya 100 Mwe.
Pada tahun 1997 di seluruh dunia baik di negara maju maupun negara sedang berkembang
telah dioperasikan sebanyak 443 unit PLTN yang tersebar di 31 negara dengan kontribusi
18 % dari pasokan tenaga listrik dunia dengan total pembangkitan dayanya mencapai
351.000 Mwe dan 36 unit PLTN sedang dalam tahap kontruksi di 18 negara. Perbedaan
Pembangkit Listrik Konvensional (PLK) dengan PLTN Dalam pembangkit listrik
konvensional, air diuapkan di dalam suatu ketel melalui pembakaran bahan fosil (minyak,
batubara dan gas). Uang yang dihasilkan dialirkan ke turbin uap yang akan bergerak
apabila ada tekanan uap. Perputaran turbin selanjutnya digunakan untuk menggerakkan
generator, sehingga akan dihasilkan tenaga listrik. Pembangkit listrik dengan bahan bakar
batubara, minyak dan gas mempunyai potensi yang dapat menimbulkan dampak
lingkungan dan masalah transportasi bahanbakar dari tambang menuju lokasi
pembangkitan. Dampak lingkungan akibat pembakaran bahan fosil tersebut dapat berupa
CO2 (karbon dioksida), SO2 (sulfur dioksida) dan NOx (nitrogen oksida), serta debu yang
mengandung logam berat. Kekhawatiran terbesar dalam pembangkit listrik dengan bahan
bakar fosil adalah dapat menimbulkan hujan asam dan peningkatan pemanasan global.
Prinsip kerja PLTN, pada dasarnya sama dengan pembangkit listrik konvensional, yaitu ;
air diuapkan di dalam suatu ketel melalui pembakaran. Uap yang dihasilkan dialirkan ke
turbin yang akan bergerak apabila ada tekanan uap. Perputaran turbin digunakan untuk
menggerakkan generator, sehingga menghasilkan tenaga listrik. Perbedaannya pada
pembangkit listrik konvensional bahan bakar untuk menghasilkan panas menggunakan
bahan bakar fosil seperti ; batubara, minyak dan gas. Dampak dari pembakaran bahan
bakar fosil ini, akan mengeluarkan karbon dioksida (CO2), sulfur dioksida (SO2) dan
nitrogen oksida (Nox), serta debu yang mengandung logam berat. Sisa pembakaran
tersebut akan ter-emisikan ke udara dan berpotensi mencemari lingkungan hidup, yang
bisa menimbulkan hujan asam dan peningkatan suhu global. Sedangkan pada PLTN panas
yang digunakan untuk menghasilkan uap yang sama, dihasilkan dari reaksi pembelahan
inti bahan fisil (uranium) dalam reactor nuklir. Sebagai pemindah panas biasa digunakan
air yang disirkulasikan secara terus menerus selama PLTN beroperasi. Proses pembangkit
yang menggunakan bahan bakar uranium ini tidak melepaskan partikel seperti CO2, SO2,

atau NOx, juga tidak mengeluarkan asap atau debu yang mengandung logam berat yang
dilepas ke lingkungan. Oleh karena itu PLTN merupakan pembangkit listrik yang ramah
lingkungan. Limbah radioaktif yang dihasilkan dari pengoperasian PLTN, adalah berupa
elemen bakar bekas dalam bentuk padat. Elemen bakar bekas ini untuk sementara bisa
disimpan di lokasi PLTN, sebelum dilakukan penyimpanan secara lestari.
TENTANG FISIKA NUKLIR
Panas yang digunakan untuk membangkitkan uap diproduksi sebagai hasil dari
pembelahan inti atom yang dapat diuraikan sebagai berikut : Apabila satu neutron
(dihasilkan dari sumber neutron) tertangkap oleh satu inti atom uranium-235, inti atom ini
akan terbelah menjadi 2 atau 3 bagian/fragmen. Sebagian dari energi yang semula
mengikat fragmen-fragmen tersebut masingmasing dalam bentuk energi kinetik, sehingga
mereka dapat bergerak dengan kecepatan tinggi. Oleh karena fragmen-fragmen itu berada
di dalam struktur kristal uranium, mereka tidak dapat bergerak jauh dan gerakannya segera
diperlambat. Dalam proses perlambatan ini energi kinetik diubah menjadi panas (energi
termal). Sebagai gambaran dapat dikemukakan bahwa energi termal yang dihasilkan dari
reaksi pembelahan 1 kg uranium-235 murni besarnya adalah 17 milyar kilo kalori, atau
setara dengan energi termal yang dihasilkan dari pembakaran 2,4 juta kg (2400 ton)
batubara.
Selain fragmen-fragmen tersebut reaksi pembelahan menghasilkan pula 2 atau 3 neutron
yang dilepaskan dengan kecepatan lebih besar dari 10.000 km per detik. Neutron-neutron
ini disebut neutron cepat yang mampu bergerak bebas tanpa dirintangi oleh atom-atom
uranium atau atom-atom kelongsongnya. Agar mudah ditangkap oleh inti atom uranium
guna menghasilkan reaksi pembelahan, kecepatan neutron ini harus diperlambat. Zat yang
dapat memperlambat kecepatan neutron disebut moderator.
Air Sebagai Pemerlambat Neutron (Moderator)
Seperti telah disebutkan di atas, panas yang dihasilkan dari reaksi pembelahan, oleh air
yang bertekanan 160 atmosfir dan suhu 300 0C secara terus menerus dipompakan ke
dalam reaktor melalui saluran pendingin reaktor. Air bersirkulasi dalam saluran pendingin
ini tidak hanya berfungsi sebagai pendingin saja melainkan juga bertindak sebagai
moderator, yaitu sebagai medium yang dapat memperlambat neutron. Neutron cepat akan
kehilangan sebagian energinya selama menumbuk atom-atom hidrogen. Setelah kecepatan
neutron turun sampai 2000 m per detik atau sama dengan kecepatan molekul gas pada

suhu 300 0C, barulah ia mampu membelah inti atom uranium-235. Neutron yang telah
diperlambat disebut neutron termal.
Reaksi Pembelahan Inti Berantai Terkendali
Untuk mendapatkan keluaran termal yang mantap, perlu dijamin agar banyaknya reaksi
pembelahan inti yang terjadi dalam teras reaktor dipertahankan pada tingkat tetap, yaitu 2
atau 3 neutron yang dihasilkan dalam reaksi itu hanya satu yang dapat meneruskan reaksi
pembelahan. Neutron lainnya dapat lolos keluar reaktor, atau terserap oleh bahan lainnya
tanpa menimbulkan reaksi pembelahan atau diserap oleh batang kendali. Batang kendali
dibuat dari bahan-bahan yang dapat menyerap neutron, sehingga jumlah neutron yang
menyebabkan reaksi pembelahan dapat dikendalikan dengan mengatur keluar atau
masuknya batang kendali ke dalam teras reaktor. Sehubungan dengan uraian di atas perlu
digarisbawahi bahwa :
a. Reaksi pembelahan berantai hanya dimungkinkan apabila ada moderator.
b. Kandungan uranium-235 di dalam bahan bakar nuklir maksimum adalah 3,2 %.
Kandungan ini kecil sekali dan terdistribusi secara merata dalam isotop uranium-238,
sehingga tidak mungkin terjadi reaksi pembelahan berantai secara tidak terkendali di
dalamnya.
Radiasi dan Hasil Belahan
Fragmen-fragmen yang diproduksi selama reaksi pembelahan inti disebut hasil belahan,
yang kebanyakan berupa atom-atom radioaktif seperti xenon-133, kripton-85 dan iodium131. Zat radioaktif ini meluruh menjadi atom lain dengan memancarkan radiasi alpha,
beta, gamma atau neutron. Selama proses peluruhan, radiasi yang dipancarkan dapat
diserap oleh bahan-bahan lain yang berada di dalam reaktor, sehingga energi yang
dilepaskan berubah menjadi panas. Panas ini disebut panas peluruhan yang akan terus
diproduksi walaupun reaktor berhenti beroperasi. Oleh karena itu reaktor dilengkapi
dengan suatu sistem pembuangan panas peluruhan. Selain hasil belahan, dalam reaktor
dihasilkan pula bahan radioaktif lain sebagai hasil aktivitas neutron. Bahan radioaktif ini
terjadi karena bahan-bahan lain yang berada di dalam reaktor (seperti kelongsongan atau
bahan struktur) menangkap neutron sehingga berubah menjadi unsur lain yang bersifat
radioaktif. Radioaktif adalah sumber utama timbulnya bahaya dari suatu PLTN, oleh
karena itu semua sistem pengamanan PLTN ditujukan untuk mencegah atau menghalangi
terlepasnya zatradioaktif ke lingkungan dengan aktivitas yang melampaui nilai batas

ambang yang diizinkan menurut peraturan yang berlaku.

B. TIPE PLTN
PLTN dikelompokkan berdasarkan jenis reaktor yang digunakan. Tetapi ada juga PLTN
yang menerapkan unit-unit independen, dan hal ini bisa menggunakan jenis reaktor yang
berbeda. Sebagai tambahan, beberapa jenis reaktor berikut ini, di masa depan diharapkan
mempunyai sistem keamanan pasif.

Beberapa tipe reaktor nuklir serta jenis bahan moderator dan pendingin yang digunakan
diperlihatkan pada Tabel di bawah. Pada umumnya tipe reaktor nuklir dalam PLTN
dibedakan berdasarkan komposisi dan konstruksi dari bahan moderator neutron dan bahan
pendingin yang digunakan sehingga digunakan sebutan seperti reaktor gas, reaktor air
ringan, reaktor air berat (air ringan: H2O; air berat: D2O; D adalah salah satu isotop
hidrogen, yaitu deuterium 2H1). Selain itu faktor kondisi air pendingin juga menjadi
pertimbangan penggolongan tipe reaktor nuklir dalam PLTN. Jika air pendingin dalam
kondisi mendidih disebut reaktor air didih, jika tak mendidih (atau tidak diizinkan
mendidih, dengan memberi tekanan secukupnya pada pendingin) disebut reaktor air tekan.
Reaktor nuklir dengan temperatur pendingin sangat tinggi (di atas 800 oC) disebut reaktor
gas temperatur tinggi. Kecepatan neutron rata-rata dalam reaktor yang dihasilkan dari
reaksi fisi juga dipakai untuk menggolongkan tipe reaktor. Berdasarkan kecepatan neutron
rata-rata dalam teras, ada reaktor cepat dan reaktor termal (neutron dengan kecepatan
relatif lambat sering disebut sebagai neutron termal).
1. Reaktor Air Ringan (Light Water Reactor, LWR)
Di antara PLTN yang masih beroperasi di dunia, 80 % adalah PLTN tipe Reaktor Air
Ringan (LWR). Reaktor ini pada awalnya dirancang untuk tenaga penggerak kapal selam
angkatan laut Amerika. Dengan modifikasi secukupnya dan peningkatan daya seperlunya
kemudian digunakan dalam PLTN. PLTN tipe ini dengan daya terbesar yang masih
beroperasi pada saat ini (tahun 2003) adalah PLTN Chooz dan Civaux di Perancis yang
mempunyai daya 1500 MWe, dari kelas N-4 Perancis. Reaktor Air Ringan dapat
dibedakan menjadi dua golongan yaitu Reaktor Air Didih dan Reaktor Air Tekan
(pendingin tidak mendidih), kedua golongan ini menggunakan air ringan sebagai bahan

pendingin dan moderator. Pada tipe reaktor air ringan sebagai bahan bakar digunakan
uranium dengan pengayaan rendah sekitar 2% - 4%; bukan uranium alam karena sifat air
yang menyerap neutron. Kemampuan air dalam memoderasi neutron (menurunkan
kecepatan/ energi neutron) sangat baik, maka jika digunakan dalam reaktor (sebagai
moderator neutron dan pendingin) ukuran teras reaktor menjadi lebih kecil (kompak) bila
dibandingkan dengan reaktor nuklir tipe reaktor gas dan reaktor air berat.
1.1 Reaktor Air Tekan (Pressurized Water Reactor, PWR)
Pada PLTN tipe PWR, air sistem pendingin primer masuk ke dalam bejana tekan reaktor
pada tekanan tinggi dan temperatur lebih kurang 290 oC. Air bertekanan dan
bertemperatur tinggi ini bergerak pada sela-sela batang bahan bakar dalam perangkat
bahan bakar ke arah atas teras sambil mengambil panas dari batang bahan bakar, sehingga
temperaturnya naik menjadi sekitar 320 oC. Air pendingin primer ini kemudian disalurkan
ke perangkat pembangkit uap (lewat sisi dalam pipa pada perangkat pembangkit uap), di
perangkat ini air pendingin primer memberikan energi panasnya ke air pendingin sekunder
(yang ada di sisi luar pipa pembangkit uap) sehingga temperaturnya naik sampai titik didih
dan terjadi penguapan. Uap yang dihasilkan dari penguapan air pendingin sekunder
tersebut kemudian dikirim ke turbin untuk memutar turbin yang dikopel dengan generator
listrik. Perputaran generator listrik akan menghasilkan energi listrik yang disalurkan ke
jaringan listrik. Air pendingin primer yang ada dalam bejana reaktor dengan temperatur
320 oC akan mendidih jika berada pada tekanan udara biasa (sekitar satu atmosfer). Agar
pendingin primer ini tidak mendidih, maka sistem pendingin primer diberi tekanan hingga
157 atm. Karena adanya pemberian tekanan ini maka bejana reaktor sering disebut sebagai
bejana tekan atau bejana tekan reaktor. Pada reaktor tipe PWR, air pendingin primer yang
membawa unsur-unsur radioaktif dialirkan hanya sampai ke pembangkit uap, tidak sampai
turbin, oleh karena itu pemeriksaan dan perawatan sistem sekunder (komponen sistem
sekunder: turbin, kondenser, pipa penyalur, pompa sekunder dll.) menjadi mudah
dilakukan. Konstruksi bejana reaktor tipe PWR ditunjukkan pada gambar di bawah dan
perubahan teknologi PWR ditunjukkan pada gambar di bawah.
Pada prinsipnya PWR yang dikembangkan oleh Rusia (disebut VVER) sama dengan PWR
yang dikembangkan oleh negara-negara barat. Perbedaan konstruksi terdapat pada bentuk
penampang perangkat bahan bakar VVER (berbentuk segi enam) dan letak pembangkit
uap VVER (horisontal). Pada reaktor tipe PWR, seperti yang banyak beroperasi saat ini,
peralatan sistem primer saling dihubungkan membentuk suatu untai (loop). Jika peralatan

sistem primer dihubungkan oleh dua pipa penghubung utama yang diperpendek, dan
kemudian dimasukkan dalam bejana reaktor maka sistem seperti ini disebut reaktor
setengah terintegrasi (setengah modular). Tetapi jika seluruh sistem primer disatukan dan
dimasukkan ke dalam bejana reaktor maka disebut reaktor terintegrasi (modular), lihat.
Reaktor setengah modular ataupun modular tidak dikembangkan untuk PLTN berdaya
besar.

1.2 Reaktor Air Didih (Boiling Water Reactor, BWR)


Karakteristik unik dari reaktor air didih adalah uap dibangkitkan langsung dalam bejana
reaktor dan kemudian disalurkan ke turbin pembangkit listrik. Pendingin dalam bejana
reaktor berada pada temperatur sekitar 285 oC dan tekanan jenuhnya sekitar 70 atm.
Reaktor ini tidak memiliki perangkat pembangkit uap tersendiri, karena uap dibangkitkan
di bejana reaktor. Karena itu pada bagian atas bejana reaktor terpasang perangkat pemisah
dan pengering uap, akibatnya konstruksi bejana reaktor menjadi lebih rumit. Konstruksi
reaktor BWR diperlihatkan pada sedangkan pada ditunjukan perkembangan teknologi
reaktor BWR.

2. Reaktor Air Berat (Heavy Water Reactor, HWR)


Dalam hal kemampuan memoderasi neutron, air berat berada pada urutan berikutnya
setelah air ringan, tetapi air berat hampir tidak menyerap neutron. Oleh karena itu jika air
berat dipakai sebagai moderator, maka dengan hanya menggunakan uranium alam (tanpa
pengayaan) reaktor dapat beroperasi dengan baik. Bejana reaktor (disebut kalandria)
merupakan tangki besar yang berisi air berat, di dalamnya terdapat pipa kalandria yang
berisi perangkat bahan bakar. Tekanan air berat biasanya berkisar pada tekanan satu
atmosfer, dan temperaturnya dijaga agar tetap di bawah 100 oC. Akan tetapi pendingin
dalam pipa kalandria mempunyai tekanan dan temperatur yang tinggi, sehingga konstruksi
pipa kalandria berwujud pipa tekan yang tahan terhadap tekanan dan temperatur yang
tinggi.

2.1 Reaktor Air Berat Tekan (Pressurized Heavy Water Reactor, PHWR)
CANadian Deuterium Uranium Reactor (CANDU) adalah suatu PLTN yang tergolong
pada tipe reaktor pendingin air berat tekan dengan pipa tekan. Reaktor ini merupakan
reaktor air berat yang banyak digunakan. Bahan bakar yang digunakan adalah uranium
alam. Kanada menjadi pelopor penyebaran reaktor tipe ini di seluruh dunia. Gambar
konstruksi reaktor CANDU Pickering-1 ditunjukkan pada.
2.2 Reaktor Air Berat Pendingin Gas (Heavy Water Gas Cooled Reactor, HWGCR)
HWGCR atau sering dibalik GCHWR adalah suatu tipe reaktor nuklir yang menggunakan
airberat sebagai bahan moderatornya, sehingga pemanfaatan neutronnya optimal. Gas
pendingin dinaikkan temperaturnya sampai pada tingkat yang cukup tinggi sehingga
efisiensi termal reaktor ini dapat ditingkatkan. Tetapi oleh karena persoalan pengembangan
bahan kelongsong yang tahan terhadap temperatur tinggi dan paparan radiasi lama belum
terpecahkan hingga sekarang, maka pada akhirnya di dunia hanya terdapat 4 reaktor tipe
ini. Di negara Perancis reaktor tipe ini dibangun, tetapi sebagai bahan kelongsong tidak
digunakan berilium melainkan stainless steel.
2.3 Reaktor Air Berat Pembangkit Uap (Steam Generated Heavy Water Reactor, SGHWR)
Reaktor ini sering disebut Light Water Cooled Heavy Water Reactor (LWCHWR) dan
hanya ada di Pusat Penelitian Winfrith Inggris. Reaktor berdaya 100 MWe ini merupakan
prototipe reaktor pembangkit daya tipe SGHWR, dan beroperasi dari tahun 1968 sampai
tahun 1990. Pada waktu itu reaktor SGHWR sempat menjadi suatu fokus pengembangan
di Inggris, tetapi oleh karena persoalan ekonomi maka tidak dikembangkan lebih lanjut.
Sementara itu Jepang mengembangkan reaktor air berat yang disebut Advanced Thermal
Reactor (ATR). Jepang membangun reaktor ATR Fugen berdaya 165 MWe. Keunikan dari
reaktor ATR ini adalah, bahan bakar dapat terbuat dari uranium dengan pengayaan rendah
atau uranium alam yang diperkaya dengan plutonium. Pada saat bahan bakar terbakar,
penyusutan plutonium di bahan bakar sedikit sekali. Reaktor prototipe Fugen dioperasikan
sejak tahun 1979, tetapi karena terjadi perubahan kebijakan dari pemerintah, sampai saat
ini reaktor ATR komersial belum pernah terwujud. Reaktor Fugen beroperasi hingga tahun
2002 dan pada tahun berikutnya direncanakan untuk didekomisioning.
3. Reaktor Grafit

3.1 Reaktor Pendingin Gas (Gas Cooled Reactor, GCR)


Grafit sebagai bahan moderator sudah digunakan oleh ilmuwan Enrico Fermi sejak reaktor
nuklir pertama Chicago Pile No.1 (CP 1). Grafit terkenal murah dan dapat diperoleh dalam
jumlah besar. Plutonium (Pu-239) yang digunakan pada bom atom yang dijatuhkan pada
saat Perang Dunia II dibuat di reaktor grafit. Setelah perang dunia berakhir reaktor GCR
adalah salah satu tipe reaktor yang didesain-ulang di Inggris maupun Perancis. Reaktor ini
menggunakan bahan bakar logam uranium alam, moderator grafit pendingin gas
karbondioksida. Bahan kelongsong terbuat dari paduan magnesium (Magnox), oleh karena
itu reaktor ini disebut sebagai reaktor Magnox. Reaktor Magnox mempunyai
pembangkitan daya listrik cukup besar dan efisiensi ekonomi yang baik. Raktor tipe
modifikasi Magnox pernah dibangun di Jepang pada tahun 1967 sebagai PLTN Tokai.
Setelah beroperasi selama 30 tahun reaktor ini ditutup pada tahun 1998.
3.2 Reaktor Pendingin Gas Maju (Advanced Gas-cooled Reactor, AGR)
Di Inggris fokus pengembangan teknologi PLTN bergeser ke reaktor berbahan bakar
uranium dengan pengayaan rendah, yang memiliki kerapatan daya dan efisiensi termal
yang tinggi. Unjuk kerja reaktor ini terbukti dapat diperbaiki. Di Inggris reaktor ini hanya
sempat dibangun sebanyak 14 buah saja, karena setelah pertengahan tahun 1980 kebijakan
Pemerintah Inggris berubah.
3.3 Reaktor Pendingin Gas Suhu Tinggi (High Temperatur Gas-cooled Reactor, HTGR)
Reaktor ini menggunakan gas helium sebagai pendingin. Karakteristika menonjol yang
unik dari reaktor HTGR ini adalah konstruksi teras didominasi bahan moderator grafit,
temperatur operasi dapat ditingkatkan menjadi tinggi dan efisiensi pembangkitan listrik
dapat mencapai lebih dari 40 %. Terdapat 3 bentuk bahan bakar dari HTGR, yaitu dapat
berupa: (a) Bentuk batang seperti reaktor air ringan (dipakai di reaktor Dragon dan Peach
Bottom); (b) Bentuk blok, di mana di dalam lubang blok grafit yang berbentuk segi enam
di masukkan batang bahan bakar (dipakai di reaktor Fort St. Vrain, MHTGR, HTTR); (c)
Bentuk bola (peble bed), di mana butir bahan bakar bersalut didistribusikan dalam bola
grafit (dipakai di reaktor AVR, THTR-300).
3.4 Reaktor Pipa Tekan Air Didih Moderator Grafit (Light Water Gas-cooled Reactor,
LWGR)
RBMK adalah reaktor tipe ini yang hanya dikembangkan di Rusia. Reaktor ini tidak

menggunakan tangki kalandria (berisi air berat) seperti reaktor tipe SGHWR tetapi
menggunakan grafit sebagai moderator, oleh karena itu dimensi reaktor menjadi besar.
Sekitar 1700 buah pipa tekan menembus susunan blok grafit. Di dalam pipa tekan diisi
batang bahan bakar di mana di sekelilingnya mengalir air ringan yang mengambil panas
dari batang bahan bakar sehingga mendidih. Uap yang terbentuk dikirim ke turbin
pembangkit listrik untuk memutar turbin dan membangkitkan listrik. Salah satu reaktor
tipe ini yang terkenal karena mengalami kecelakaan adalah reaktor Chernobyl No.4 yang
merupakan reaktor tipe RBMK-1000. Salah satu kegagalan desain pada reaktor tipe
RBMK yang dianggap sebagai kambing hitam terjadinya kecelakaan Chernobyl adalah
tidak tersedianya bejana pengungkung reaktor.
4. Reaktor Cepat (Fast Reactor, FR), Reaktor Pembiak Cepat (Liquid Metal Fast Breeder
Reactor, LMFBR)
Seperti tersirat dalam nama tipe reaktor ini, neutron cepat yang dihasilkan dari reaksi fisi
dengan kecepatan tinggi dikondisikan sedemikian rupa sehingga diserap oleh uranium-238
menghasilkan plutonium-239. Dengan kata lain di dalam reaktor dapat dibiakkan (dibuat)
unsur plutonium. Rapat daya dalam teras reaktor cepat sangat tinggi, oleh karena itu
sebagai pendingin biasanya digunakan bahan logam natrium cair atau logam cair
campuran natrium dan kalium (NaK) yang mempunyai kemampuan tinggi dalam
mengambil panas dari bahan bakar. Konstruksi reaktor pembiak cepat terdiri dari
pendingin primer yang berupa bahan logam cair mengambil panas dari bahan bakar dan
kemudian mengalir ke alat penukar panas-antara (intermediate heat exchanger),
selanjutnya energi panas ditransfer ke pendingin sekunder dalam alat penukar panas-antara
ini. Kemudian pendingin sekunder (bahan pendingin adalah natrium cair atau logam cair
natrium) yang tidak mengandung bahan radioaktif akan mengalir membawa panas yang
diterima dari pendingin primer menuju ke perangkat pembangkit uap, dan memberikan
panas ke pendingin tersier (air ringan) sehingga temperaturnya meningkat dan mendidih
(proses pembangkitan uap). Uap yang dihasilkan selanjutnya dialirkan ke turbin untuk
memutar generator listrik yang dikopel dengan turbin. Komponen sistem primer dari
reaktor pembiak cepat terdiri dari bejana reaktor, pompa sirkulasi primer, alat penukar
panas-antara. Komponen ini dirangkai oleh pipa penyalur pendingin membentuk suatu
untai (loop), karena itu reaktor seperti ini digolongkan dalam kelas reaktor untai. Apabila
seluruh komponen sistem primer di atas semuanya dimasukkan ke dalam bejana reaktor,
maka reaktor pembiak cepat seperti ini digolongkan dalam kelas reaktor tangki atau

reaktor kolam. Contoh reaktor pembiak cepat tipe reaktor untai adalah reaktor prototipe
Monju di Jepang, sedangkan untuk tipe reaktor kolam adalah reaktor Super Phenix di
Perancis yang sudah menjadi reaktor komersial. Reaktor Cepat Eropa (Europian Fast
Reactor, EFR) yang secara intensif dikembangkan oleh negara-negara Eropa diharapkan
akan mulai masuk pasar komersial pada tahun 2010.
C. KESELAMATAN PLTN
Berbagai usaha pengamanan dilakukan untuk melindungi kesehatan dan keselamatan
masyarakat, para pekerja reaktor dan lingkungan PLTN. Usaha ini dilakukan untuk
menjamin agar radioaktif yang dihasilkan reaktor nuklir tidak terlepas ke lingkungan baik
selama operasi maupun jika terjadi kecelakaan. Tindakan protektif dilakukan untuk
menjamin agar PLTN dapat dihentikan dengan aman setiap waktu jika diinginkan dan
dapat tetap dipertahanan dalam keadaan aman, yakni memperoleh pendinginan yang
cukup. Untyuk ini panas peluruhan yang dihasilkan harus dibuang dari teras reaktor,
karena dapat menimbulkan bahaya akibat pemanasan lebih pada reaktor.
Keselamatan terpasang : Keselamatan terpasang dirancang berdasarkan sifat-sifat alamiah
air dan uranium. Bila suhu dalam teras reaktor naik, jumlah neutron yang tidak tertangkap
maupun yang tidak mengalami proses perlambatan akan bertambah, sehingga reaksi
pembelahan berkurang. Akibatnya panas yang dihasilkan juga berkurang. Sifat ini akan
menjamin bahwa teras reactor tidak akan rusak walaupun system kendali gagal beroperasi.
Penghalang ganda : PLTN mempunyai sistim pengamanan yang ketat dan berlapis-lapis,
sehingga kemungkinan terjadi kecelakaan maupun akibat yang ditimbulkan sangat kecil.
Sebagai contoh, zat radioaktif yang dihasilkan selama reaksi pembelahan inti uranium
sebagian besar (> 99 %) akan tetap tersimpan di dalam matriks bahan bakar, yang
berfungsi sebagai penghalang pertama. Selama operasi maupun jika terjadi kecelakaan,
selongsong bahan bakar, akan berperan sebagai penghalang kedua untuk mencegah
terlepasnya zat radioaktif tersebut keluar kelongsong. Kalau zat radioaktif masih dapat
keluar dari dalam kelongsong, masih ada penghalang ketiga yaitu sistim pendingin. Lepas
dari sistim pendingin, masih ada penghalang keempat berupa bejana tekan terbuat dari
baja dengan tebal + 20 cm. Penghalang kelima adalah perisai beton dengan tebal 1,5 - 2 m.
Bila saja zat radioaktif itu masih ada yang lolos dari perisai beton, masih ada penghalang
keenam, yaitu sistim pengungkung yang terdiri dari pelat baja setebal + 7 cm dan beton
setebal 1,5 - 2 m yang kedap udara.
Pertahanan berlapis : Disain keselamatan suatu PLTN menganut falsafah pertahanan
berlapis (defence in depth). Pertahanan berlapis ini meliputi : Lapisan keselamatan

pertama , PLTN dirancang, dibangun dan dioperasikan sesuai dengan ketentuan yang
sangat ketat, mutu yang tinggi dan teknologi mutakhir. Lapis keselamatan kedua PLTN
dilengkapi dengan sistim pengamanan/keselamatan yang digunakan untuk mencegah dan
mengatasi akibat-akibat dari kecelakaan yang mungkin dapat terjadi selama umur PLTN.
Keselamatan ketiga , PLTN dilengkapi dengan sistim pengamanan tambahan, yang dapat
diandalkan untuk dapat mengatasi kecelakaan hipotesis, atau kecelakaan terparah yang
diperkirakan dapat terjadi pada suatu PLTN. Namun kecelakaan tersebut kemungkinannya
tidak akan pernah terjadi selama umur PLTN.
Limbah Radioaktif : Selama operasi PLTN, pencemaran yang disebabkan oleh zat
radioaktif terhadap lingkungan dapat dikatakan tidak ada. Air laut atau sungai yang
dipergunakan untuk membawa panas dari kondensor sama sekali tidak mengandung zat
radioaktif, karena tidak bercampur dengan air pendingin yang bersirkulasi di dalam
reactor. Sedangkan gas radioaktif yang dapat keluar dari sistim reactor tetap terkungkung
di dalam sistim pengungkung PLTN dan sudah melalui sistim ventilasi dengan filter yang
berlapis-lapis. Gas yang dilepas melalui cerobong aktivitasnya sangat kecil (sekitar 2
milicurie/tahun) sehingga tidak menimbulkan dampak terhadap lingkungan.
Pada PLTN sebagian besar limbah yang dihasilkan adalah limbah aktivitas rendah (70 80
%). Sedangkan limbah aktivitas tinggi dihasilkan pada proses daur ulang elemen bakar
nuklir bekas, sehingga apabila elemen bakar bekasnya tidak didaur ulang, limbah aktivitas
tinggi ini jumlahnya sangat sedikit. Penangan limbah radioaktif aktivitas rendah, sedang
maupun aktivitas tinggi pada umumnya mengikuti tiga prinsip, yaitu :
- Memperkecil volumenya dengan cara evaporasi, insenerasi, kompaksi/ditekan.
- Mengolah menjadi bentuk stabil (baik fisik maupun kimia) untuk memudahkan dalam
transportasi dan penyimpanan.
- menyimpan limbah yang telah diolah, di tempat yang terisolasi.
Pengolahan limbah cair dengan cara evaporasi/pemanasan untuk memperkecil volume,
kemudian dipadatkan dengan semen (sementasi) atau dengan gelas masif (vitrifikasi) di
dalam wadah yang kedap air, tahan banting, misalnya terbuat dari beton bertulang atau
dari baja tahan karat. Pengolahan limbah padat adalah dengan cara diperkecil volumenya
melalui proses insenerasi/pembakaran, selanjutnya abunya disementasi. Sedangkan limbah
yang tidak dapat dibakar diperkecil volumenya dengan kompaksi/penekanan dan
dipadatkan di dalam drum/beton dengan semen. Sedangn limbah padat yang tidak dapat
dibakar atau tidak dapat dikompaksi, harus dipotong-potong dan dimasukkan dalam beton
kemudian dipadatkan dengan semen atau gelas masif. Selanjutnya limbah radioaktif yang

telah diolah disimpan secara sementara (10-50 tahun) di gudang penyimpanan limbah
yang kedap air sebelum disimpan secara lestari. Tempat penyimpanan lembah lestari
dipilih di tempat/lokasi khusus, dengan kondisi geologi yang stabil dan secara ekonomi
tidak bermanfaat
D. KEUNTUNGAN DAN KEKURANGAN
Keuntungan PLTN dibandingkan dengan pembangkit daya utama lainnya adalah:
Tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca (selama operasi normal) - gas rumah kaca
hanya dikeluarkan ketika Generator Diesel Darurat dinyalakan dan hanya sedikit
menghasilkan gas)
Tidak mencemari udara - tidak menghasilkan gas-gas berbahaya sepert karbon
monoksida, sulfur dioksida, aerosol, mercury, nitrogen oksida, partikulate atau asap
fotokimia
Sedikit menghasilkan limbah padat (selama operasi normal)
Biaya bahan bakar rendah - hanya sedikit bahan bakar yang diperlukan
Ketersedian bahan bakar yang melimpah - sekali lagi, karena sangat sedikit bahan bakar
yang diperlukan
Baterai nuklir - (lihat SSTAR)
Berikut ini berberapa hal yang menjadi kekurangan PLTN:
Risiko kecelakaan nuklir - kecelakaan nuklir terbesar adalah kecelakaan Chernobyl (yang
tidak mempunyai containment building)
Limbah nuklir - limbah radioaktif tingkat tinggi yang dihasilkan dapat bertahan hingga
ribuan tahun

Anda mungkin juga menyukai