Bab 1-3
Bab 1-3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat
dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang
disajikan.
Rendahnya minat siswa dalam belajar terutama mata pelajaran Fisika
menyebabkan kurangnya gairah belajar siswa sehingga menyebabkan kurangnya
intensitas belajar siswa. Fisika sebenarnya bukanlah ilmu yang abstrak dan jauh
dari kehidupan sehari hari. Banyak pengaplikasian ilmu fisika yang dengan
mudah dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan pengalaman penulis saat melaksanakan Program Pengalaman
Lapangan Terpadu (PPLT), guru hanya mengajar dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional, yaitu menjelaskan di depan kelas, kemudian siswa
bertugas untuk menyelesaikan soal-soal. Hal ini menyebabkan siswa menjadi
pasif dan tidak memahami konsep dasar dan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari. Hal inilah yang menyebabkan hasil belajar siswa masih jauh dari yang
diharapkan.
Berdasarkan hasil observasi dengan menggunakan angket yang disebar
pada 34 siswa, diperoleh data bahwa 3 siswa mengatakan fisika itu mudah. 17
orang mengatakan fisika itu sulit dan kurang menarik dan selebihnya 14 orang
mengatakan fisika itu biasa saja. Dari data ini terlihat bahwa sebagian besar siswa
tidak menyukai mata pelajaran fisika.
Setelah dilakukan wawancara dengan seorang guru Fisika SMA Negeri 1
Pantai Cermin, beliau mengatakan bahwa nilai rata-rata siswa dalam mata
pelajaran fisika tergolong rendah. Ketuntasan Kompetensi Minimal (KKM) di
sekolah tersebut untuk mata pelajaran fisika adalah 7,5. Sedangkan hasil ujian
yang dilaksanakan pada tanggal 10-15 Maret 2014 menunjukkan kurang dari
50% siswa yang berhasil mencapai KKM. Ada beberapa model pembelajaran
yang diketahui oleh guru yang mengajar, seperti model kooperatif. Akan tetapi
sangat jarang digunakan. Beliau lebih sering menjelaskan di depan kelas,
kemudian memberi banyak contoh soal dan latihan-latihan.
belajar
siswa
adalah
menciptakan
suasana
belajar
yang
dapat
yang
akan
dilaksanakan.
Penelitian
yang
sebelumnya
tidak
Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, beberapa masalah dapat diindentifikasi
sebagai berikut:
1. Rendahnya minat siswa dalam mengikuti mata pelajaran Fisika.
2. Siswa menganggap Fisika itu sulit dan tidak menarik.
3. Model pembelajaran yang digunakan guru saat mengajar tidak bervariasi.
1.3.
Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka yang menjadi batasan
masalah dalam penelitian ini adalah
1. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Pantai Cermin dan objek penelitian
adalah siswa kelas X semester I T.P 2014/2015.
2. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Gerak Lurus
3. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran PBL
(Problem Based Learning) dan model pembelajaran konvensional
1.4.
Rumusan Masalah
pada materi pokok gerak lurus kelas X semester I SMA Negeri 1 Pantai
Cermin?
2. Bagaimana hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional pada materi pokok gerak lurus kelas X
semester I SMA Negeri 1 Pantai Cermin?
3. Apakah hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran
berbasis masalah lebih baik dari pada siswa yang diajar dengan
pembelajaran konvensional?
1.5.
Tujuan Penelitian
model
Manfaat Penelitian
Defenisi Operasional
1. Model pembelajaran berdasarkan masalah yaitu model yang mengarahkan
siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk
menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inquiri dan
keterampilan berpikir tingkat yang lebih tinggi, mengembangkan
kemandirian, dan percaya diri.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Kerangka Teoritis
2.1.1. Pengertian Belajar
Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang
terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan
tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Proses belajar terjadi melalui
banayak cara baik disengaja maupun tidak disengaja dan berlangsung sepanjang
waktu dan menuju pada suatu perubahan pada diri pembelajar. Perubahan yang
dimaksud adalah perubahan perilaku tetap berupa pengetahuan, pemahaman,
keterampilandan kebiasaan yang baru diperoleh individu. Sedangkanpengalaman
merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sebagai sumber
belajarnya. Jadi, belajar disini diartikan sebagai proses perubahan perilaku tetap
dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang
terampil menjadi lebih terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru,
serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri (Trianto, 2009:1617)
Belajar adalah berubah. Dalam hal ini yang dimaksud belajar berarti usaha
mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada
individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan
penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan,
sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jelanya menyangkut
segala aspek organism dan tingkah laku pribadi seseorang. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psikofisik untuk menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti
menyangkut unsure cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik
(Sadirman, 2011:21)
Menurut Gagne (1984), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses
dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar
menyangkut perubahan dalam suatu organism. Hal ini berarti bahwa belajar
membutuhkan waktu. Untuk mengukur belajar, kita membandingkan cara
organisme itu berperilaku pada waktu 1 dengan cara organisme itu berperilaku
pada waktu 2 dalam suasana yang serupa. Bila perilaku dalam suasana serupa itu
berbeda untuk waktu itu, kita dapat berkesimpulan bahwa telah terjadi belajar
(Ratna Willis, 2011:2)
Drs Slameto juga merumuskan pengertian tentang belajar. Menurutnya
belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Syaiful
Bahri Djaramah, 2000:13)
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulakan bahwa belajar adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam inreraksi dengan
lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.
2.1.2. Aktivitas Belajar
Mengapa di dalam belajar diperlukan aktivitas? Sebab pada prinsipnya
belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan
kegiatan. Tidak ada belajar tanpa adanya aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas
merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajarmengajar.
Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah.
Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengar dan mencatat seperti yang lazim
terdapat di sekolah-sekolah tradisonal (Paul B. Diedrich dalam Sadirman,
2011:101) menggolongkan aktivitas siswa seperti berikut:
1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,
memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, member
saran, mengeluarkan pendapat mengadakan wawancara, diskusi,
interupsi.
3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan,
diskusi, music, pidato.
4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan. Laporan,
angket, menyalin.
5. Drawing activitie, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta,
diagram.
6. Motor activities, yang termasik di dalamnya antara lain: melakukan
percobaan,
membuat
konstruksi,
model
mereparasi,
bermain,
berkebun, beternak.
7. Mental activities,sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,
memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil
keputusan.
8. Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan,
gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Klasifikasi aktivitas di atas menunjukkan aktivitas di sekolah cukup
kompleks dan bervariasi. Jika berbagai kegiatan tersebut dapat diciptakan di
sekolah, tentu sekolah-sekolah akan lebih dinamis, tidak membosankan dan benarbenar menjadi pusat aktivitas belajar yang maksimal.
Aktivitas yang dikembangkan dalam model pembelajaran problem based
learning antara lain adalah listening activities (mengamati/memperhatikan
percobaan/demostrasi), oral activities (mengeluarkan pendapat, diskusi), writing
activities (menulis laporan percobaan), motor activities (melakukan percobaan),
mental activities (memecahkan soal), dan emotional activities (menaruh minat).
Medium atau media berasal dari kata Latin medium yang berarti di
antara, suatu istilah yang menunjukkan segala sesuatu yang membawa informasi
antara sumber dan penerima.
10
2.
3.
11
4.
5.
6.
7.
12
suatu
pendekatan
pembelajaran
dimana
siswa
mengerjakan
(experience-based
instruction),
belajar
auntik
(authentic
berkomunikasi,
mencari
dan
mengolah
data,
dan
akhirnya
13
Mereka
harus
menganalisis
dan
menetapkan
masalahnya,
4. Produksi
untuk
14
maksud
ini.
PBL
dirancang
terutama
untuk
membantu
siswa
melakukan
Tahap-2
Mengorganisasi siswa
untuk belajar
Tahap-3
Membimbing
penyelidikan individual
maupun kelompok
15
Tahap
Tahap-4
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Tahap-5
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
16
Peran Guru
Guru menjelaskan informasi latar belakang pelajaran,
pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar.
Guru menjelaskan materi pembelajaran didepan kelas.
Guru memberikan soal-soal latihan dan tugas, lalu
menyimpulkan pembelajaran hari itu.
17
Kedudukan sama dengan posisi yaitu letak suatu benda pada suatu waktu
tertentu terhadap suatu acuan tertentu. Posisi suatu benda akan berbeda jika titik
acuannya berbeda. Untuk memudahkan pemahaman tentang kedudukan, biasanya
digunakan garis bilangan sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.1.
Q
-7
-6
R
-5
-4
S
-3
-2
O
-1
P
1
T
4
awal
akhir
18
akan dinyatakan oleh tand positif dan negatif. Tanda positif menyatakan arah
perpindahan berarah ke kanan dan tanda negatif menyatakan perpindahan ke arah
kiri. Misalnya, suatu benda berpindah dari titik 1 dengan posisi x1 ke titik 2 dengan
posisi x2, maka perpindahannya diberi lambang x12 .
x12 x 2 x1
Perpindahan
-5
-4
B
-3
-2
-1
C
1
19
di dalam mobil ada kompas, dan dapat menyatakan bahwa mobil sedang bergerak
60 km/jam ke timur, yang dimaksudkan di sini adalah kecepatan mobil. Kelajuan
adalah besaran yang tidak bergantung pada arah, sehingga kelajuan termasuk
besaran skalar. Kecepatan adalah besaran yang bergantung pada arah, sehingga
kecepatan termasuk besaran vektor.
Kecepatan sesaat adalah kelajuan sesaat beserta dengan arah geraknya.
Dengan demikian kelajuan sesaat adalah besaran skalar, dan kecepatan sesaat
adalah besaran vektor.
b. kelajuan Rata-rata dan Kecepatan Rata-rata
Kelajuan rata-rata didefenisikan sebagai hasil bagi antara jarak total yang
ditempuh dengan selang waktu untuk menempuhnya.
kelajuan rata rata
Jarak tempuh dan selang waktu merupakan besaran skalar. Karena itu, kelajuan
rata-rata yang diperoleh dari operasi pembagian antara keduanya juga termasuk
besaran skalar.
Kecepatan rata-rata didefenisikan sebagai hasil bagi antara perpindahan
dengan selang waktunya. Karena perpindahan adalah besaran vector dan selang
waktu adalah besaran skalar, kecepatan rata-rata termasuk besaran vektor.
kecepa tan rata rata
perpindahan
selang waktu
Kecepatan sesaat
x
t 0 t
untuk t sangat kecil
v lim
20
Waktu,t
Gambar 2.3 Grafik Kecepatan terhadap waktu pada GLB
x
II
I
II
I
Gambar 2.4 Grafik posisi terhadap waktu (x-t) dari suatu GLB dengan acuan
melalui O (0,0)
Grafik posisi terhadap waktu (grafik x-t) untuk benda yang menempuh
GLB berbentuk garis lurus miring ke atas melalui titik asal O(0,0), seperti gambar
2.4. Gradien garis menyatakan kecepatan tetap GLB. Makin curam garis itu,
21
makin besar kecepatannya. Pada gambar 2.4, GLB II memiliki kecepatan yang
lebih besar daripada GLB I.
2.1.8.5 Gerak Lurus Berubah Beraturan
Gerak lurus berubah beraturan didefenisikan sebagai gerak suatu benda
pada lintasan garis lurus dengan percepatan tetap. Percepatan tetap artinya baik
besar maupun arahnya tetap.
1. Grafik Percepatan terhadap Waktu
Benda yang melakukan GLBB memiliki percepatan yang tetap, sehingga
grafik percepatan terhadap waktu (grafik a-t) berbentuk garis horizontal sejajar
sumbu waktu t (gambar 2.5).
Percepatan,a
Waktu,t
Gambar 2.5 Grafik percepatan-waktu GLBB
Percepatan tetap artinya benda mengalami perubahan kecepatan yang
sama dalam selang waktu yang sama. Karena itu, grafik kecepatan terhadap
waktu (grafik v-t) berbentuk garis lurus condong ke atas dengan gradin yang tetap.
Jika benda memulai GLBB dari keadaan diam (kecepatan awal v 0 = 0) maka
grafik v-t condong ke atas melalui O (0,0), lihat gambar 2.6a. tetapi jika benda
memulai GLBB dari keadaaan bergerak (kecepatan awal v0 0) maka grafik v-t
condong ke atas melalui titik potong pada sumbu v, yaitu (0,v0), seperti gambar
2.6b.
(a)
v
(b)
v
22
a=gradien=tan
a=gradien=tan
(c) v
a=gradien=tan < 0
t
Gambar 2.6 grafik kecepatan-waktu GLBB (a) benda mulai dari keadaan
diam (v0 = 0) dipercepat, (b) benda mulai dari keadaan bergerak (v0 0)dan
dipercepat, (c) benda dari kecepatan tertentu v0 diperlambat.
GLBB yang grafiknya seperti pada gambar 2.6a dan 2.6b disebut sebagai
GLBB dipercepat (GLBB dengan percepatan positif). Ini karena benda selalu
mengalami pertambahan kecepatan yang sama dalam selang waktu yang sama.
Jika suatu benda dilempar vertical ke atas, benda akan mengalami pengurangan
atau kecepatan yang sama dalam selang waktu yang sama. Benda tersebut
mengalami perlambatan atau perlambatan negatif. Jadi, paada GLBB
diperlambat, benda mengalami gerakan dengan suatu kecepatan tertentu dan
selanjutnya selalu megalami pengurangan kecepatan. Grafik kecepatan terhadap
waktu dalam GLBB diperlambat berbentuk garis lurus condong ke bawah, seperti
gambar 2.6c.
2.1.8.6 Percepatan Rata-rata dan Percepatan Sesaat
Dalam GLBB percepatan rata-rata sama dengan percepatan sesaat
23
v v 2 v1
t
t 2 t1
dengan v2 adalah kecepatan rata-rata pada saat t=t2 dan v1 adalah kecepatan pada
sat t=t1.
2.1.9. Penelitian Terdahulu
Peneliti sebelumnya yang telah menggunakan Model Pembelajaran
Problem Based Learning dalam penelitiannya ditunjukkan pada tabel 2.3
Tabel 2.3Daftar peneliti yang menggunakan model Problem Based Learning
No
Nama/Tahun
Pohan/2012
Husna/2013
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
Pengaruh
Penerapan 1. Penelitian ini dilakukan
Pembelajaran Berbasis
dengan
menggunakan
Masalah
dan
penelitian eksperimen.
Konvensional Terhadap 2. Terdapat perbedaan hasil
Hasil Belajar Siswa
belajar siswa pada kelas
Pada Materi Pokok
eksperimen
dan
kelas
Listrik Dinamis
control. Dimana pada kelas
eksperimen nilai rata-rata
siswa adalah 60,43 lebih
baik dibandingkan dengan
kelas kontrol menghasilkan
nilai rata-rata 54,43.
Pengaruh
Model 1. Penelitian ini dilakukan
Pembelajaran
dengan
menggunakan
Berdasarkan Masalah
penelitian eksperimen.
Berbantuan Komputer 2. Terdapat perbedaan hasil
Terhadap Hasil Belajar
belajar
siswa
akibat
Siswa Pada Materi
pengaruh menerapkan model
24
No
Nama/Tahun
Hasibuan/2010
2.2.
Judul Penelitian
Pokok Listrik Dinamis
Hasil Penelitian
pembelajaran
berdasarkan
masalah
berbantuan
komputer dengan model
pembelajaran
berdasarkan
masalah.
Pengaruh
Model 1. Penelitian ini menggunakan
Pembelajaran
penelitian eksperimen
Beradasarkan Masalah 2. Terdapat peningkatan pada
Terhadap Hasil Belajar
aktivitas
belajar
siswa
Fisika Siswa Pada ,
selama menggunakan model
Materi Pokok Gerak
pembelajaran
berdasarkan
Lurus di Kelas X SMA
masalah,
yaitu
pada
pertemuan I 43,33% dan
pada pertemuan II 78.67%.
Kerangka Konseptual
Hasil belajar siswa merupakan indiktor dari keberhasilan guru dalam
mengajar di kelas. Keberhasilan ini sangat dipengaruhi oleh metode dan model
pembelajaran yang digunakan. Model pembelajaran yang sangat sering digunakan
oleh guru adalah model pembelajaran konvensional, yaitu model pembelajaran
berpusat pada guru (teacher centre). Disini gurulah yang berperan aktif dalam
pembelajaran, sedangkan siswa lebih banyak diam. Inilah yang menyebabkan
siswa cepat merasa bosan, jenuh, dan menganggap matapelajaran tersebut tidak
menarik, termasuk fisika.
Salah satu model yang dapat digunakan untuk menarik minat belajar siswa
adalah model pembelajara PBL (Problem Based Learning). Dalam model
pembelajaran PBL siswa diajak untuk berperan aktif dalam
menyelesaikan
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
:Tidak ada Pengaruh Model Pembelajaran PBL (Problem Based
Learning) Berbantu Peta Pikiran Terhadap Hasil Belajar Siswa pada
Materi Pokok Gerak Lurus Kelas X SMA Negeri 1 Pantai Cermin.
25
Ha
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Pantai Cermin, yang
beralamat di Jl. H. Tengku Rijal Nurdin, Desa Kota Pari, Kecamatan
Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara.
b. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada semester I Tahun ajaran
2014/2015.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
a. Popolasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA
Negeri 1 Pantai Cermin yang terdiri dari 5 kelas.
b. Sampel
Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas yaitu X 1 kelas
eksperimen dan X2 sebagai kelas kontrol yang diambil dengan
menggunakan teknik cluster random sampling.
3.3 Variabel Penelitian
Ada dua variabel dalam penelitian ini, yaitu
a. Variabel bebas terdiri dari model pembelajaran Problem Based
Learning dan model konvensional
b. Variabel terikat yaitu hasil belajar siswa pada materi Gerak Lurus
26
Pretest
T1
T1
Perlakuan
X
Y
Postest
T2
T2
Keterangan:
T1 = Pretest diberikan pada kelas eksperimen dan control sebelum diberi
perlakuan
T2 = Postest diberikan pada kelas eksperimen dan control setelah diberi
perlakuan
X = Kelas yang diberi perlakuan model Pembelajaran Problem Based
Learning berbantuan peta pikiran.
Y = Kelas yang diberi perlakuan pengajaran konvensional.
3.5 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang akan dilakukan terdiri dari beberapa langkah,
yaitu:
Tahap Awal (Persiapan dan Perencanaan)
a. Membuat surat persetujuan dosen pembimbing
b. Berdiskusi dengan dosen pembimbing
c. Studi pendahuluan (mewawancara guru fisika mengenai masalahmasalah yang dihadapi siswa dalam belajar fisika, dan melakukan
observasi langsung saat pelaksanaan pembelajaran).
d. Menyusun perangkat pembelajaran serta instrument penelitian
Tahap Pelaksanaan Penelitian
27
Mulai
Populasi
Sampel
Kelas eksperimen
Kelas kontrol
Tes awal
Uji Normalitas
Uji Homogenitas
Perlakuan
Kelas eksperimen
Kelas kontrol
Pembelajaran Model
Problem Based Learning
Pemebelajaran
Konvensional
Tes akhir
Tabulasi data
Analisa data
Kesimpulan
28
Materi Pokok
Sub Materi Pokok
C4
1
6
4
Keterangan:
C4 : Analisis
Klasifikasi/Kategori
C5
: Evaluasi
C5
3,5
7,9
C6
Jumlah
Soal
C6
2
8,10
3 soal
2 soal
5 soal
: Mencipta
29
persyaratan analisis data dalam hal ini dihitung uji normalitas dan uji homogenitas
data. Adapun langkah-langkah yang digunakan adalah sebagai berikut :
3.8.1. Menentukan Mean dari Pretes dan Postes
a. Menentukan skor rata-rata
Untuk menentukan nilai rata-rata (mean), menurut Sudjana (2005:67)
digunakan rumus: X
Xi
N
Keterangan:
X
Xi
30
N
= Jumlah siswa
b. Menentukan simpangan baku
N X i X i
S
N N 1
c. Standart deviasi dan varians dari masing-masing kelompok dengan rumus:
2
N X i ( X i ) 2
2
S
N ( N 1)
2
31
Fhitung
varians terbesar S1
varians terkecil S 2 2
Jika Fhitung Ftabel H o ditolak dan jika Fhitung Ftabel H o diterima dimana
Fn (V1 ,V2 )
32
X1 X 2
t
s
1
1
n1
n2
s2
Kriteria
pengujian
dimana
n1 1 s12 n2 1 s 2 2
n1 n2 2
adalah
terima
HO
jika
dan
, atau nilai t
, maka H0 diterima.
dan
33
X 1 X 2 : Hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih besar kelas kontrol
1
1
n1 n 2
dimana s adalah varians gabungan yang dihitung dengan rumus :
s
s
2
n1 1 s12 n2 1 s 2 2
n1 n2 2
Keterangan :
t = Distribusi t
X 1 Rata-rata hasil belajar fisika kelas eksperimen
X 2 Rata-rata hasil belajar fisika kelas kontrol
n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen
dari daftar distribusi t dengan peluang (1- ) dan dk = n1+ n2-2 dan 0,05 .
Untuk harga t yang lain HO ditolak.