Anda di halaman 1dari 21

PRINSIP-PRINSIP PENILAIAN DAN ACUAN PENILAIAN

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Evaluasi Pembelajaran
Yang dibimbing oleh Ifa Nurhayati, M.Pd

Oleh:
1. Ahmad Naim
(1586206004)
2. Siska Dwi Puspitasari (1586206063)

PROGRAM STUDI SI PGSD


FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RADEN RAHMAT MALANG
OKTOBER 2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
Alhamdulillah bisa diselesaikan dengan tepat pada waktunya, makalah ini berjudul PrinsipPrinsip Penilaian dan Acauan Penilaian
Makalah ini berisikan tentang prinsip-prinsip penilaian dan acuan penilaian yang ada
didalam materi evaluasi pembelajaran di SD. Diharapkan makalah ini dapat memberikan
informasi kepada kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.

Malang, 5 Oktober 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................ii
BAB I..................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1

Latar Belakang.............................................................................1

1.2

Rumusan Masalah..........................................................................2

1.3

Tujuan......................................................................................2

BAB II.................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................3
2.1

Pengertian Penilaian.......................................................................3

2.2 Prinsip-prinsip Penilaian......................................................................5


2.3 Alat Evaluasi....................................................................................9
BAB III..............................................................................................13
PENUTUP...........................................................................................13
3.1

Simpulan..................................................................................13

3.2 Saran..........................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................iii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penilaian hasil belajar merupakan aktivitas yang sangat penting dalam proses
pendidikan. Semua proses di lembaga pendidikan formal pada akhirnya akan bermuara
pada hasil belajar yang diwujudkan secara kuantitatif berupa nilai. Sebagaimana
diketahui, tujuan pembelajaran meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Ranah
pengetahuan (kognitif) dan sikap (afektif) relatif sulit untuk diamati, meski pun dapat
diukur. Oleh karena itu, dalam proses penilaian hasil belajar langkah yang pertama harus
dimulai dari perumusan tujuan pembelajaran yang memungkinkan untuk diamati dan
diukur (observable and measurable).

Berangkat dari tujuan pembelajaran yang dirumuskan, maka disusunlah


instrumen untuk mengamati dan mengukur hasil pembelajaran. Dengan menggunakan
instrumen, diperoleh data yang mencerminkan ketercapaian tujuan pembelajaran pada
seorang peserta didik. Data ini selanjutnya harus diolah dan dimaknai sehingga menjadi
informasi yang bermakna. Selain itu berdasarkan data tersebut penilai dapat membuat
keputusan mengenai posisi atau status seorang peserta didik, misalnya naik atau tidak
naik kelas, lulus atau tidak dan sebagainya. Seluruh proses penilaian hasil belajar tentu
harus dilakukan dengan cermat, mulai dari penyusunan instrumen, pelaksanaan tes,
pengolahan, sampai pada penetapan hasil akhir.

Penilaian (Assesmen) merupakan komponen penting dalam penyelenggaraan


pendidikan.Upaya

meningkatkan

kualitas

pendidikan

dapat

peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaiannya.

ditempuh

melalui

Berdasarkan hal tersebut, maka penilaian harus dilakukan sesuai dengan prinsipprinsip penilaian yang sebenarnya agar penilain yang dilakukan oleh guru atau dosen
sesuai dengan prinsip penilaian yang sebenarnya.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1

Apa pengertian penilaian?

1.2.2

Apa prinsip-prinsip penilaian?

1.2.3

Bagaimana acuan dalam penilaian?

1.3 Tujuan

1.3.1

Untuk mengetahui pengertian penilaian

1.3.2

Untuk mengetahui prinsip-prinsip penilaian

1.3.3

Bagaimana acuan dalam penilaian

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penilaian

Ditinjau dari sudut bahasa, penilaian diartikan sebagai proses


menentukan nilai suatu objek. Untuk dapat menentukan suatu nilai atau harga
suatu objek diperlukan adanya ukuran atau kriteria. Misalnya untuk dapat
mengatakan baik, sedang, kurang, diperlukan adanya ukuran yang jelas
bagaimana yang baik, yang sedang, dan yang kurang. Ukuran itulah yang
dinamakan kriteria. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa ciri
penilaian adalah adanya objek atau program yang dinilai dan adanya kriteria
sebagai dasar untuk membandingkan antara apa yang dicapai dengan kriteria
yang harus dicapai. Perbandingan bisa bersifat mutlak, bisa pula bersifat
relatif. Perbandingan bersifat mutlak artinya hasil perbandingan tersebut
menggambarkan posisi objek yang dinilai ditinjau dari kriteria yang berlaku.
Sedangkan perbandingan yang bersifat relatif artinya hasil perbandingan lebih
menggambarkan posisi suatu objek yang dinilai terhadap objek lainnya
dengan bersumber pada kriteria yang sama. Dengan demikian, inti penilaian
adalah proses mementukan nilai suatu objek tertentu berdasarkan kriteria
tertentu. Proses pemberian nilai tersebut berlangsung dalam bentuk
interpretasi yang diakhiri dengan judgment. Interpretasi dan judgment
merupakan

tema

penilaian

yang

mengimplikasikan

adanya

suatu

perbandingan antara kriteria dan kenyataan dalam konteks situasi tertentu.


Atas dasar itu maka dalam kegiatan penilaian selalu ada objek/program yang
dinilai, ada kriteria, dan ada interpretasi/ judgment.

Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasilhasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. 1 Hal ini
mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Hasil
belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku
sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif,
afektif, dan psikomotoris. Oleh sebab itu, dalam penilaian hasil belajar
rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa
(kompetensi) menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian.
Penilaian proses pebelajaran adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan
belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuantujuan pengajaran.

Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan


informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.
Berdasarkan pada PP. Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan bahwa penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah terdiri atas:

a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik;

b. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan;

c. Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.

Setiap satuan pendidikan selain melakukan perencanaan dan proses


pembelajaran, juga melakukan penilaian hasil pembelajaran sebagai upaya
terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Penilaian hasil
belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau
proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar dalam bentuk ulangan harian,
1 Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.

ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan


kelas.2 Selanjutnya, penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan untuk (a)
menilai pencapaian kompetensi peserta didik; (b) bahan penyusunan laporan
kemajuan hasil belajar; dan (c) memperbaiki proses pembelajaran.3

Dalam rangka penilaian hasil belajar (rapor) pada semester satu


penilaian dapat dilakukan melalui ulangan harian, ulangan tengah semester,
ulangan akhir semester, dan dilengkapi dengan tugas-tugas lain seperti
pekerjaan rumah, proyek, pengamatan dan produk. Hasil pengolahan dan
analisis nilai tersebut digunakan untuk mengisi nilai rapor semester satu.Pada
semester dua penilaian dilakukan melalui ulangan harian, ulangan tengah
semester, ulangan kenaikan kelas dan dilengkapi dengan tugas-tugas lain
seperti PR, proyek, pengamatan dan produk. Hasil pengolahan dan analisis
nilai tersebut digunakan untuk mengisi nilai rapor pada semester dua.

2.2 Prinsip-prinsip Penilaian


Dalam melaksanakan penilaian hasil belajar, pendidik perlu
memperhatikan prinsip-prinsip penilaian sebagai berikut:

1. Mendidik

Hasil penilaian harus mampu memberikan sumbangan positif pada


peningkatan pencapaian hasil belajar peserta didik.

2. Valid
2 PP. Nomor 19 tentang Standar Nasional V Pendidikan pasal 64 ayat
(1)
3 PP. Nomor 19 tentang Standar Nasional V Pendidikan pasal 64 ayat
(2)

Penilaian hasil belajar oleh pendidik harus mengukur pencapaian


kompetensi yang ditetapkan dalam standar isi (standar kompetensi dan
kompetensi dasar) dan standar kompetensi lulusan. Penilaian valid berarti
menilai apa yang seharusnya dinilai dengan menggunakan alat yang sesuai
untuk mengukur kompetensi.

3. Objektif

Penilaian hasil belajar peserta didik hendaknya tidak dipengaruhi


oleh subyektivitas penilai, perbedaan latar belakang agama, sosialekonomi, budaya, bahasa, gender, dan hubungan emosional.

4. Transparan/terbuka

Penilaian hasil belajar oleh pendidik bersifat terbuka artinya


prosedur penilaian, kriteria penilaian dan dasar pengambilan keputusan
terhadap hasil belajar peserta didik dapat diketahui oleh semua pihak yang
berkepentingan.

5. Adil

Penilaian hasil belajar tidak menguntungkan atau merugikan


peserta didik karena terkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang
agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial onomi, dan gender.

6. Terpadu

Penilaian hasil belajar oleh pendidik merupakan salah satu


komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

10

Evaluasi merupakan komponen integral dalam program pengajaran


disamping tujuan intruksional, dan materi serta metode pengajaran.Tujuan
instruksional, materi dan metode pengajaran serta evaluasi merupakan tiga
kesatuan terpadu yang tidak boleh dipisahkan. Oleh karean itu
perencanaan evaluasi harus sudah ditetapkan pada waktu menyusun satuan
pengajaran sehingga dapat disesuaikan secara harmonis dengan tujuan
instruksional dan materi pengajaran yang hendak disajikan (Daryanto,
2001:19)

7. Keseluruhan dan berkesinambungan

Penilaian hasil belajar oleh pendidik mencakup semua aspek


kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai,
untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.

Prinsip keseluruhan dikenal dengan istilah prinsip komprehensif


yang artinya bahwa evalusi hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan
baik apabila evalusi tersebut dilaksanakan secara bulat, utuh atau
menyeluruh. Perlu diingat bahwa evaluasi hasil belajar tidak boleh
dilakukan secara terpisah-pisah atau secara parsial melainkan harus
dilaksanakan secar utuh. Dengan kata lain, evaluasi hasil belajar harus
dapat

mencakup

berbagai

aspek

yang

dapat

menggambarkan

perkembangan atau perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri peserta
didik sebagai makhluk hidup. Dalam hubungan ini, evalusi hasil belajar
disamping dapat mengungkap aspek proses berfikir juga dapat
mengungkap aspek kejiwaan lainnya yaitu aspek nilai atau sikap dan aspek
keterampilan yang melekat pada diri masing-masing peserta didik. Dengan
melakukan evalusi hasil belajar secara bulat, utuh menyeluruh akan
diperoleh bahan-bahan keterangan dan informasi yang lengkap mengenai

11

keadaan dan perkembangan subjek didik yang sedang dijadikan sasaran


evalusi, (Anas Sudijono, 2009:31)4

Sedangakan prinsip kesinambungan dikenal dengan istilah prinsip


kontuinitas dengan maksud bahwa evaluasi hasil belajar yang baik adalah
evalusi hasil belajar yang dilaksanakan secara teratur dan sambung
menyambung dari waktu kewaktu. Dengan evaluasi hasil belajar yang
dilaksanakan

secara

teratur, terencana

dan

terjadwal

itu,

maka

dimungkinkan bagi evaluator untuk memperoleh informasi yang dapat


memberikan gambaran mengenai kemajuan dan perkembangan peserta
didik, sejak dari awal mula mengikuti program pendidikan sampai pada
saat-saat mereka mengakhiri program pendidikan yang mereka tempuh itu.
(Anas Sudijono, 2009:32)

8. Bermakna

Penilaian hasil belajar oleh pendidik hendaknya mudah dipahami,


mempunyai arti, bermanfaat, dan dapat ditindaklanjuti oleh semua pihak,
terutama guru, peserta didik, dan orangtua serta masyarakat

9. Sistematis

Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berencana


dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.

10. Akuntabel

Penilaian

hasil

belajar

oleh

pendidik

dapat

dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.


4 Anas, S. ( 2005). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Gravindo
Persada.

12

Keberhasilan program pengajaran perlu disampaikan kepada pihakpihak

yang

berkepentingan

dengan

pendidikan

sebagai

laporan

pertanggungjawaban (Acountability) pihak-pihak yang dimaksud antara


lain orang tua, masyarakat lingkungan pada umumnya dan lembaga
pendidikan itu sendiri. Pihak-pihak ini perlu mengetahui keadaan
kemajuan belajar siswa agar dapat dipertimbangkan pemanfaatannya
(Daryanto, 2001: 21)

11. Beracuan kriteria

Penilaian hasil belajar oleh pendidik didasarkan pada ukuran


pencapaian kompetensi yang ditetapkan.Standar penilaian hasil belajar
pada umumnya dibedakan kedalam dua standar, yakni standar penilaian
acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP).

a. Penilaian Acuan Norma (PAN)

Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah penilaian yang


menggunakan acuan pada rata-rata kelompok. Dengan demikian dapat
diketahui posisi kemampuan siswa dalam kelompoknya. Untuk itu
norma atau kriteria yang digunakan dalam menentukan derajat prestasi
seorang siswa selalu dibandingkan dengan nilai rata-rata kelasnya.
Atas dasar itu akan diperoleh tiga kategori 10 dari prestasi siswa, yakni
prestai siswa di atas rata-rata kelas, berkisar pada rata-rata kelas, dan
prestasi siswa yang berada di bawah rata-rata kelas. Dengan kata lain,
prestasi yang dicapai seseorang posisinya sangat bergantung pada
prestasi kelompoknya. Keuntungan standar ini adalah dapat diketahui
prestasi kelompok atau kelas sekaligus dapat diketahui keberhasilan
pembelajaran bagi semua siswa. Kelemahannya adalah kurang
meningkatkan kualitas hasil belajar. Jika nilai rata-rata kelompok atau
kelasnya rendah, misalnya skor 40 dari seratus, maka siswa yang
memperoleh nilai 45 (di atas rata-rata) sudah dikatakan baik, atau

13

dinyatakan lulus, sebab berada di atas rata-rata kelas, padahal skor 45


dari maksimum skor 100 termasuk rendah. Kelemahan yang lain ialah
kurang praktis sebab harus dihitung dahulu nilai rata-rata kelas, apalagi
jika jumlah siswa cukup banyak. Sistem ini kurang menggambarkan
tercapainya tujuan pembelajaran sehingga tidak dapat dijadikan ukuran
dalam menilai keberhasilan mutu pendidikan. Demikian juga kriteria
keberhasilan tidak tetap dan tidak pasti, bergantung pada rata-rata
kelas, makanya standar penilaian ini disebut stndar relatif. Dalam
konteks yang lebih luas penggunaan standar penilaian ini tidak dapat
digunakan untuk menarik generalisasi prestasi siswa sebab ratarata
kelompok untuk kelas yang satu berbeda dengan kelas yang lain,
sekolah yang satu akan berbeda dengan sekolah yang lain. Standar
penilaian acuan norma tepat jika digunakan untuk penilaian formatif.

b. Penilaian Acuan Patokan (PAP)

Penilaian Acuan Patokan (PAP) adalah penilaian yang


menggunakan acuan pada tujuan pembelajaran atau kompetensi yang
harus dikuasai siswa. Derajat keberhasilan siswa dibandingkan dengan
tujuan atau kompetensi yang seharusnya dicapai atau dikuasai siswa
bukan dibandingkan dengan prestasi kelompoknya. Dalam penilaian
ini ditetapkan kriteria minimal harus dicapai atau dikuasai siswa.
Kriteria minimal yang biasa digunakan adalah 80% dari tujuan atau
kompetensi yang seharusnya dikuasai siswa. Makin tinggi kriterianya
makin baik mutu pendidikan yang dihasilkan. Standar penilaian acuan
patokan berbasis pada konsep belajar tuntas atau mastery learning.
Artinya setiap siswa harus mencapai ketuntasan belajar yang
diindikasikan oleh penguasaan materi ajar minimal mencapai kriteria
yang telah ditetapkan. Jika siswa belum mencapai kriteria tersebut
siswa belum dinyatakan berhasil dan harus menempuh ujian kembali.
Karena itu penilaian acuan patokan sering disebut stndar mutlak.
Dalam sistem ini guru tidak perlu menghitung nilai rata-rata kelas

14

sebab prestasi siswa tidak dibandingkan dengan prestasi kelompoknya.


Melalui sistem penilaian acuan patokan sudah dapat dipastikan prestasi
belajar siswa secara bertahap akan lebih baik sebab setiap siswa harus
mencapai kriteria minimal yang telah ditentukan. Namun sistem ini
menuntut guru bekerja lebih keras sebab setiap guru harus
menyediakan remedial bagi siswa yang belum memenuhi stndar yang
telah ditentukan. Sistem penilaian ini tepat digunakan baik untuk
penilaian formatif maupun penilaian sumatif.

2.2 Acuan Penilaian


Dalam melaksanakan penilaian pendidik harus mengacu
pada standar umum penilaian. Standar umum penilaian
memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:5
1. Teknik penilaian disesuaikan dengan karakteristik mata
pelajaran
2. Informasi yang dihimpun mencakup semua ranah yang
sesuai dengan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan
3. Pendidik harus selalu mencatat perkembangan peserta
didik baik positif atau negatif dalam catatan buku perilaku
4. Melakukan sekurang-kurangnya tiga kali ulangan harian
menjelang UTS dan tiga kali ulangan menjelang UAS
5. Pendidik harus memberikan balikan kepada peserta didik
sebelum memberika tugas lanjutan
6. Pendidik harus melakukan tes yang sesuai dengan Standar
Kompetensi dan Standar Lulusan
7. Pendidik harus menjaga kerahasiaan hasil penilaian tanpa
seiizin yang bersangkutan maupun wali murid

Ada dua teknik evaluasi yaitu teknik non-tes dan teknik tes.

5 Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT REMAJA


ROSDAKARYA.hal.54

15

a. Teknik non-tes

Yang tergolong teknik non-tes adalah

1. Wawancara (Interview)

2. Pengamatan (observation)

b. Teknik Tes

Menurut Drs. Amir Daien Indra kusuma bahwa tes adalah suatu
alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh datadata atau keterangan-keterangan yang diiginkan tentang seseorang,
dengan cara yang boleh dikatakan cepat dan tepat. Sementara Mukhtar
Buchori mengatakan bahwa tes adalah suatu percobaan yang diadakan
untuk mengetahui ada tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seorang
murid atau kelompok murid. Dari dua penjelasan tersebut dapat
disimpulkan bahwa tes merupakn suatu alat penghimpun informasi tetapi
jika dibandingkan dengan alat-alat yang lain, tes ini bersifat lebih resmi
karena penuh dengan batasan-batasan.

Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, maka tes


dibedakan atas tiga macam yaitu :

1. Tes diagnostik.

Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui


kelemahan-kelemahan

siswa

sehingga

berdasarkan

kelemahan-

kelemahan dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.

16

2. Tes formatif.

Tes formatif adalah tes untuk mengetahui sejauh mana siswa


telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu program tertetentu

3. Tes sumatif.

Tes sumatif adalah suatu tes yang dilaksanakan setelah


berakhirnya pemberian sekelompok program atau sebuah program
yang lebih besar dalam pengalaman di sekolah dapat disamakan
dengan ulangan umum yang dilaksanakan pada setiap catur wulan atau
akhir semester.

Dalam mengajukan soal tes kepada para siswa ada beberapa


model pertanyaan yang dijadikan alat evaluasi diantaranya ada tes
uraian dan tes objektif. Tes uraian terdiri dari uraian bebas, uraian
terbatas dan uraian berstruktur. Sedangkan tes objektif terdiri dari
beberapa bentuk, yaitu bentuk pilihan benar-salah, pilihan berganda
dengan berbagai variasinya, menjodohkan dan bentuk isian pendek
atau melengkapi.

a. Tes Uraian

Tes uraian, yang dalam literatur disebut juga essay


examination, merupakan alat penilaian hasil belajar yang paling
tua. Secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan yang menuntut
siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan,
mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan dan bentuk
lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan
menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Dengan demikian,
dalam

tes

ini

dituntut

kemampuan

siswa

dalam

hal

17

mengekspresikan gagasan melalui bahasa tulisan. Disinilah


kakuatan atau kelebihan tes esai dari alat penilaian lainnya. Ada
semacam kecenderungan di kalangan para pendidik dan guru
untuk menggunakan tes uraian sebagai alat penilaian hasil belajar
disebabkan oleh beberapa hal antara lain ialah (a) adanya gejala
menurunnya hasil belajar yang salah satu diantaranya berkenaan
dengan penggunaan tes objektif, (b) lemahnya para siswa dalam
menyatakan gagasan sebagai akibat penggunaan tes objektif yang
berlebihan, (c) kurangnya daya analisis siswa karena terbiasa
dengan tes objektif yang memungkinkan mereka main tebak
jawaban manakala menghadapi kesulitan dalam menjawabnya.
Kondisi seperti ini menyebabkan adanya keinginan untuk
menggunakan kembali tes uraian. Harus diakui bahwa tes uraian
dalam banyak hal mempunyai kelebihan daripada tes objektif
terutama dalam hal meningkatkan kemampuan menalar para
siswa. Hal ini disebabkan karena melalui tes uraian dapat
mengungkapkan aspek kognitif tingkat tinggi seperti analisissintesis-evaluasi, baik secara lisan maupun tulisan.

b. Tes Objektif

Soal-soal bentuk objektif banyak digunakan guru dalam


menilai hasil belajar. Hal ini disebabkkan tes obyektif bisa
mencakup bahan pelajaran yang lebih banyak dan mudahnya
memeriksa jawaban siswa. Soal-soal tes objektif dikenal ada
beberapa

bentuk,

yakni

jawaban

menjodohkan, dan pilihan berganda.

singkat,

benar-salah,

18

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas maka pembahasan ini dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Penilaian pendidikan merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik
2. Penilaian harus berdasarakan prinsip; Valid/sahih, Objektif, transparan, keterpaduan,
menyeluruh dan berkesinambungan, bermakna, sistematis, akuntabel, dan sesuan
acuan kriteria
3. Ada dua teknik evaluasi yaitu teknik non-tes dan teknik tes. Teknik non tes meliputi;
skala bertingkat (Rating scale), Kuesioner (Question air), Daftar Cocok (Ceklist),
Wawancara

(Interview), Pengamatan

(Observation).

Sedangkan

tehnik

tes

meliputi: tes diagnostik, tes formatif, tes sumatif

3.2 Saran
Diharapakan kepada pendidik (guru dan dosen) agar memperhatikan prinsip-prinsip
penilaian agar hasil yang diperoleh peserta didik atau mahasiswa betul-betul sesuai dengan
kriteria penilaian yang sebenarnya.

19

DAFTAR PUSTAKA

Anas, S. ( 2005). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Gravindo


Persada.
Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian Pendidikan
Scrib.2011.Pengertian, Tujuan, dan Prinsip Penilaian Hasil Belajar. (online)
(http://www.scribd.com/doc/27950433/Pengertian-Tujuan-DanPrinsip-Penilaian-Hasil-Belajar di akses tanggal 4 Oktober 2016)

Anda mungkin juga menyukai