Anda di halaman 1dari 17

MANAJEMEN PROYEK

3.1 Spesifikasi Administrasi


a. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan
Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan ditetapkan 150 ( seratus lima
puluh ) hari kalender terhitung sejak surat penunjukan pemenang
pelelangan dan perintah kerja ( SP3K ) diterbitkan dengan masa
pemeliharaan 180 ( seratus delapan puluh ) hari kalender sejak
penyerahan pertama pekerjaan dilakukan.
b. Mulainya dan penyerahan pekerjaan
1. Pekerjaan harus sudah dimulai selambat lambatnya 7 ( tujuh ) hari
kalender sejak surat penunjukan peserta / kontraktor dan surat
perintah mulai kerja di terbitkan kecuali ditentukan lain.
2. Penyerahan pertama pekerjaan dilakukan setelah prestasi pekerjaan
100% ( seratus persen ) dan dinyatakan dengan berita acara
penyerahan pertama pekrjaan ( PHO ) oleh kontraktor dan pemilik
proyek
3. Penyerahan pertama harus dilakukan selambat lambatnya 260 ( dua
ratus enam puluh ) hari kalender sejak surat perintah mulai kerja
diterbitkan.
4. Penyerahan kedua pekerjaan dilakukan setelah masa pemeliharaan
berakhir yakni 20 ( dua puluh ) hari kalender setelah penyerahan
pertama pekerjaan dilakukan dan dinyatakan dalam berita acara
penyerahan terakhir pekerjaan ( FHO )
c. Masa Pemeliharaan
1. Dalam masa pemeliharaan ini kontraktor harus memperbaiki atau
menyempurnakan segala kerusakan, cacat teknis, kekurangan yang
terjadi akibat kurang sempurnanya pelaksanaan pekerjaan oleh
pemborong dan dalam hal ini pemborong harus mentaati petunjuk
petunjuk direksi atau pemberi tugas.
2. Pekerjaan perbaikan ini harus segera dikerjakan pemborong pada
peringatan pertama harus diselesaikan paling lambat dalam waktu 30 (
tiga puluh ) hari kalender atau sebelum habisnya masa pemeliharaan.

d. Perpanjangan Waktu Pelaksanaan


Perpanjangan

waktu

pelaksanaan

hanya

dapat

diberikan

sepanjang

disebabkan oleh hal hal diluar kekuasaan ( fource majeure ) pemborong


dalam hal ini harus mengajukan permohonan tertulis kepada pemberi tugas
disertai bukti bukti pendukung 2 ( dua ) minggu sebelum waktu
pelaksanaan

penyerahan

pertama

pekerjaan

).

Lamanya

waktu

perpanjangan disesuaikan atas pertimbangan yang wajar dari pemberi tugas


dan dibuat surat keputusan berupa addendum kontrak.

e. Jaminan Penawaran dan Pelaksanaan


Jaminan penawaran untuk pekerjaan ini 1 s/d 3 % dari harga penawaran atau
di tetapkan sebesar Rp.. ( terbilang ). Jaminan penawaran dikembalikan
apabila yang bersangkutan tidak menjadi pemenang lelang. Bagi pemenang
lelang jaminan penawaran akan di kembalikan setelah yang bersangkutan
menyerahkan jaminan pelaksanaan ( Bank Garansi ) sebesar 5 ( lima )
persen dari harga penawaran dan harus disesuaikan dengan harga kontrak
yang berlaku.
f. Surat Perintah Mulai kerja ( SPMK ) dan Surat Perjanjian
Pemborongan ( Kontrak )
Kontraktor yang telah ditetapkan sebagai pemenang akan diterbitkan surat
perintah mulai kerja ( SPMK ) kemudian di ikat dengan surat perjanjian
pemborongan ( kontrak ) dimana kedua duanya menjadi satu bagian yang
tidak tepisahkan dari dokumen kontrak dan menjadi pedoman dalam
pelaksanaan pekerjaan. Pemborong juga harus menyediakan di lokasi proyek
1 ( satu ) rangkap gambar gambar rencana dan detail berikut rencana kerja
dan syarat syarat ( RKS ).
g. Angsuran Pembayaran

Angsuran pembayaran akan di atur kemudian dalam kontrak dengan


besarnya pembayaran angsuran diperhitungkan 5 % di bawah prestasi
pekerjaan. Sumber pembayaran / untuk pekerjaan ini dari dana pembayaran
oleh pihak pemberi tugas kepada kontraktor didasarkan :

Laporan kemajuan pekerjaan pelaksanaan ( bobot prestasi )


Berita acara pemeriksaan pekerjaan pelaksanaan
Berita acara kemajuan pekerjaan untuk pembayaran angsuran
Kwitansi dan faktur
Kontrak
Jumlah dana ini di biayai dengan dana DIP APBD provinsi Papua

h. Asuransi Tenaga Kerja ( ASTEK )


Pemborong di wajibkan mengasuransikan tenaga kerjanya yang terlibat
dalam pelaksanaan pekerjaan ini sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Bukti pembayaran di serahkan sebelum penandatanganan kontrak dan foto
copynya dilampirkan untuk penyesuaian harga.
I Kenaikan Harga
Apabila selama pelaksanaan pekerjaan tadi kenaikan harga bahan atau upah
kerja. Pemborong tidak dapat mengajukan tuntutan kenaikan harga kecuali
jika terjadi tindakan pemerintah dibidang moneter, dalam hal ini di
perhitungkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk penyesuaian
harga.
j. Force Majeure ( Keadaan Memaksa )
Bila

selama

pelaksanaan

pekerjaan

terjadi

force

majeure

sehingga

mempengaruhi kelangsungan jalannya pekerjaan , maka segera dibuatkan


berita acara yang disetujui / diketahui oleh instansi yang ada kaitannya
dengan bencana alam ( keadaan memaksa ) tersebut misalnya :

Bencana alam ( banjir, gempa bumi, angina topan, dan sebagainya )


Kebakaran, huru hara / peperangan dll
Kekosongan bahan di pasaran setempat

Tindakan pemerintah di bidang moneter

Pemborong berkewajiban untuk melapor dan menyampaikan pengajuan


tertulis dalam waktu 3 X 24 jam dari kejaddian tersebut. Bila kesempatan
melappor ini tidak di penuhi dalam waktu yang di tentuka n maka
pemborong kehilangan hak untuk mengajukan tuntutan
k. Pekerjaan tambah / kurang
1. Pekerjaan tambah atau kurang hanya boleh dilaksanakan apabila ada
perintah tertulis dari pemberi tugas, pekerjaan tambah atau kurang
sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemborong
2. Perhitungan biaya pekerjaan yang tambah / kurang berdasarkan harga
satuan pekerjaan yang tercantum dalam kontrak
3. Perhitungan biaya pekerjaan tambah / kurang akan dibayar bersama
dengan biaya angsuran terakhir.
4. Hal hal yang mengenai pekerjaan tambah / kurang harus diakui
addendum kontrak dan mengacu pada peraturan yang berlaku.
l. Pelaksana dan Tugasnya
Dalam pelaksanaan proyek, pemborong harus menempatkan seorang atau
lebih sebagai pelaksana yang berpengalaman di bidang jalan dan jembatan
dan bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan pekerjaan.
Tugas pelaksan antara lain :

Mempelajari / meneliti dan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan


RKS dan gambar gambar rencana maupun detailnya sehingga dapat
mencapai hasil pekerjaan sesuai dengan rencana baik mutu, maupun

ketetapan waktu pelaksana


Wajib melaksanakan perintah perintah dari direksi yang sesuai
dengan gambar dan RKS

Wajib memberi tahu direksi apabila menurut pelaksana ada petunjuk


atau keputusan keputusan direksi yang mengakibatkan perubahan
perubahan dalam pembiayaan.

m. Rencana Kerja dan Pelaksanaan


Dalam waktu 7 ( tujuh ) hari kalender setelah kontrak ditandatangani
kontraktor wajib menyerahkan bobot prestasi tiap bagian pekerjaan dan
jadwal rencana kerja ( time schedule ) umtuk diketahui oleh pimpinan
proyek, pengelola teknis untuk menjadi pedoman pelaksanaan di lapangan.
Rencana kerjaa dibuat atas dasar perhitungan di daerah tropis, adanya hari
hari libur dan lain lain sehingga perpanjangan waktu karena hal tersebut
dapat dihindari, dalam rencana kerja termasuk antara lain :

Tanggal yang diusulkan untuk mulai dan menyelesaiakan setiap bagian

pekerjaan
Tanggal yang diusulkan untuk memperoleh atau mendatangkan bahan
Jumlah dan keahlian pekerja yang di usulkan untuk penanganan bagian
bagian pekerjaan

n.. Laporan Proyek


1. Pemborong harus menyediakan dan mengisi buku catatan harian di
tempat pekerjaan (proyek) selama pelaksanaan berlangsung
Buku catatan harus berisikan:
1. Jumlah pekerja yang bekerja setiap harinya
2. Uraian dari macam pekerjaan yang di kerjakan
3. Bahan yang masuk, di tolak, dan dipakai
4. Jam kerja, dan keadaan cuaca, serta adanya kejadian khusus
5. Peralatan kerja yang digunakan
6. Kunjungan tamu yang ada hubungannya dengan proyek
7. Instruksi dari pengawasan dan direksi ataupun pemberi tugas.
8. Pencatatan harus dilakukan setiap hari
2. Catatan diatas harus disalin pada lembaran khusus dalam rangkap 2 ( dua
) sebagai laporan harian.

3. Tiap akhir pekan kontraktor harus mencatat dalam buku catatan proyek,
bobot prestasi dari pekerjaan yang telah dilaksanakan selanjutnya disalin
dalam lembaran khusus selama seminggu dalam rangkap 2 ( dua )
sebagai laporan mingguan.
4. Setiap bulannya kontraktor harus membuat bobot prestasi dari pekerjaan
yang telah dilaksanakan dan dibuat rangkap 2 ( dua ) sebagai laporan
bulanan
5. Semua laporan tersebut diatas harus ditandatangani oleh pelaksana
lapangan, pengawas lapangan/harian sedangkan untuk laporan bulanan
harus diketahui pengelola teknis proyek.
o. Foto Dokumentasi
Foto dokumentasi di cetak ukuran post card rangkap 2 ( dua ) di buat mulai
sebelum pelaksanaan pekerjaan 0%, pelaksanaan pekerjaan fisik mencapai
prestasi 50% ( masa pelaksanaan ) dan 100% ( pekerjaan fisik selasai )
dengan mengambil dari satu tempat yang sama dimana harus tampak STA
proyek. Foto dokumentasi disampaikan kepada pemimpin proyek, yang
disusun dalam album.
p. Perubahan Dokumen
1. Apabila

selama pelaksanaan di pandang perlu untuk diadakan

perubahan

pada

gambar

rencana,

RKS

maka

kontraktor

wajib

melaksanakannya
2. Bila dengan perubahan tersebut mengakibatkan pekerjaan tambah
atau kurang, maka perubahan harga kontrak akan diatur dalam
addendum kontrak
3. sumber perubahan diserahkan rangkap 5 ( lima ) kepada pemimpin
proyek untuk mendapat pengesahan dengan biaya dari kontraktor
q. Penyerahan Pekerjaan Kepada Pihak Ketiga ( Sub Kontraktor )
1. Dalam melaksanakan pekerjaan kontraktor diharuskan bekerja sama
dengan pemborong / rekanan golongan ekonomi lemah setempat,
yang untuk selanjutnya disebut sebagai sub kontraktor tidak boleh

mensub kontrakan pekerjaan utama dan nilai pekerjaan yang di


subkontrakkan.
2. Di dalam pemilihan sub kontraktor, kontraktor harus berpedoman pada
:
Kepres No. 16 Kepres

No 18 Tahun 2001 surat keputusan bersama

menteri keuangan RI dan kepala badan perencanaan pembangunan


nasional Nomor : S 42 / A / 2000 dan Nomor : S 2262 / D2 / 05 2000
tanggal 21 Mei 2000
Peraturan peraturan yang dikeluarkan instansi teknik terkait yang
berwenanang, yang berkaitan dengan pekerjaan ini.
3. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas hasil kerja sub kontraktor
sebagaimana tersebut dalam butir diatas
4. sub kontraktor di bayar oleh kontraktor untuk bagian bagian

pekerjaan yang ditugaskan kepadanya, dengan ketentuan :


Pembayaran dilakukan tepat pada waktunya
Pemilik berhak meminta surat perjanjian antara kontraktor dan sub

kontraktor
jika terjadi sesuatu hal mengenai pembayaran ini yang mengakibatkan
pelaksanaan pekerjaan terganggu pemilik pekerjaan mempunyai hak
untuk turut mengatuur pembayaran ini.

r. Denda dan Sanksi


1. Bilamana kontraktor tidak dapat menyelesaikan pekerjaan tepat pada
tanggal yang ditetapkan dalam kontrak atau perpanjangan waktu yang
telah disetujui, maka di kenakan denda sebesar 1 % ( satu per mil )
dari harga kontrak untuk setiap hari kalender keterlambatan dengan
denda maksimum 5 % ( lima persen ) dari harga borongan. Apabila
keterlambatan telah mencapai denda maksimum, maka pemilik dapat
memutuskan kontrak secara sepihak.
2. Bilamana kontraktor melakukan penyimpangan penyimpangan dari
apa yang tercantum dalam dokumen kontrak maupun melalaikan
petunjuk / perintah direksi maka pemborong dikenakan sanksi denda
sebesar 0/00 ( satu per mil ) dari harga borongan untuk setiap
kelalaian / penyimpangan yang dilakukan setelah terlebih dahulu

mendapat peringatan tertuliis sampai 3 X ( tiga kali ) berturut turut


dari direksi atau pemberi tugas.
3. Pemberi tugas dapat mencabut

atau

membatalkan

perjanjian

pemborongan kontrak secara sepihak apabila :


Keterlambatan maupun kelalaian yang dilakukan pemborong telah
mencapai denda maksimum 10 % ( sepuluh persen )
Pemborong tidak sanggup lagi meneruskan atau menyelesaikan
pekerjaan sebagaimana mestinya karena bangkrut atau pailit
Pemborong tidak melaksanakan masa pemeliharaan.
s. Perselisihan dan Penetapan Tempat Tinggal ( Domisili )
1. Segala perselisihan yang timbul antara pemberi tugas dengan
pemborongan sejauh tidak dapat diselesaikan lewat bantuan dewan
arbitrage yang dibentuk khusus untuk masalah tersebut
2. Jika dengan ini tetap tidak terselesaikan maka akan menggunakan
pengadilan negeri setempat. Dalam hal ini kedua belah pihak memilih
tempat tinggal yang tetap ( domisili ) pada kantor panitera pengadilan
negeri kota setempat.

3.2 .Spesifikasi Teknis


1. Umum
Dalam setiap kegiatan proyek perlu di rencanakan dan dilaksanakan
dengan sistem

pengawasan atau pengendalian yang teratur agar

hasil akhir baik kualitas maupun kuantitas memenuhi sasarannya.Pengertian


yang lazim d terapkan dalam setiap kegiatan proyek di kenal adanya proses
manajemen yang banyak dititik beratkan ada perancanaan pelaksanaan dan
pengawasan yang merupakan satu kesatuan yang di kenal dengan Siklus
Manajemen Proyek.

2. Mobilisasi.

1. Mobilisasi sebagaimana ditentukan dalam kontrak akan meliputi


pekerjaan

persiapan yang diperlukan untuk mengorganisasikan dan

pengelolaan

pelaksanaan

demobilisasi

setelah

pekerjaan

penyelesaian

proyek.

Ini

pelaksanaan

juga

mencakup

pekerjaan

yang

memuaskan.
2. Kontraktor harus menyerahkan sebanyak mungkin tenaga setempat
dari kebutuhan tenaga pelaksanaan pekerjaan tersebut dan bilamana
perlu memberikan pelatihan yang memadai.
3. Sejauh mungkin dan berdasarkan nasehat direksi,kontraktr harus
mengunakan rute (jalur) tertentu dan menggunakan kendaraan yang
ukurannya sesuai dengan kelas jalan tersebut serta membatasi
muatannya

untuk

menghindari

kerusakan

jalan,jembatan

yang

digunakan untuk tujuan pengangkutan ketempat proyek.Kotraktor


harus bertanggung jawab ataa setiap kerusakan pada jalan dan
jembatan,dikarenakan muatan angkutan yang berlebhan serta harus
memperbaiki kerusakan tersebut sampai mendapat persetujuan direksi
teknik.
4. Mobilisasi peralatan dari dan menuju ke lapangan pekerjaan harus
dilaksanakan pada waktu lalu intas, dan truck-truck angkuta harus
dilengkapi dengan terpal.
a. Jangka Waktu Mobilisasi
1. Mobilisasi harus diselesaikan dalam waktu tiga puluh hari setelah
penandatangan kontrak, terkecuali dinyatakan lain secara tertulis
oleh pemimpin proyek.
2. Pembayaran mobilisasi untuk pekerjaan yang diuraikan sebelumnya
harus di masukan dalam item yang dinyatakan dalam daftar item
penyiapan pembayaran, dan tidak boleh ada pembayaran terpisah
unuk item ini.
b. Penyiapan Lapangan
1. Kontraktor akan menguasai lahan yang tunjukan untuk kegiatankegiatan pengelolahan dan pelaksanaan pekerjaan di dalam daerah
proyek.

2. Kontraktor harus memenuhi hal-hal berikut :


a. Memenuhi persyaratan peraturan-peraturan
peraturan-peraturan propinsi.
b. Mengadakan konsultas dengan

direksi

nasional

teknik

dan

sebelum

penempatan dan pembuatan kantor proyek dan gedung-gedung


serta pemasangan peralatan produksi (plant) kontruksi.
Mencegah suatu polusi terhadap milik di sekitarnya sebagainya sebagai
akibat dari operasi pelaksanaan.
3. Pekerjaan tersebut juga akan mencakup demobilisasi dari lapangan
pekerjaan setelah selesai kontrak,meliputi pembongkaran semua
instalasi,plant

peralatan

kontruksi,serta

semua

bahan-bahan

lebihan semuanya berdasarkan persetujuan direksi teknik.

3. Penyiapan Tanah Dasar


1. Uraian
Pekerjaan ini terdiri dari penyiapan tanah dasar yang langsung terletak di
bawah pondasi jalan, dalam keadaan siap menerima struktur perkerasan
atau bahu jalan. Tanah dasar tersebut meluasa sampai lebar penuh dasar
jalan seperti di tunjukkan pada gambar dan dapat di bentuk diatas timbunan
biasa, timbunan pilihan, galian batu, atau diatas bahan filter porous
2. Toleransi Ukuran
a. Kemiringan dan ketinggian akhir setelah pemadatan, tidak boleh berbeda
1 cm lebih tinggi atau lebih rendah daripada yang telah ditetapkan atau
diatur dilapangan atau disetujui oleh direksi teknik
b. Permukaan air tanah dasar akan dibuat miring melintang jalan seperti
yang ditetapkan atau di tunjukan pada gambar dan dibuat cukup rata serta
seraagam untuk menjamin limpahan air permukaan yang bebas.
3. Penjadwalan Pekerjaan

a. Semua pekerjaan drainase tepi jalan disebelah tanah dasar harus


diselesaikan

dan

dapat

berfungsi

sampai

satu

tingkat

yang

dapat

menyediakan drainase yang efektif bagi limpahan air permukaan dari tanah
dasar selama hujan ataupun sebagian hasil banjir dari daerah sekitarnya
b. Gorong gorong, pipa porous dan bangunan bangunan kecil lainya yang
diletakkan dibawah tanah dasar harus diselesaikan sepenuhnya dengan
urugan padat, sebelum menyimpan tanah dasar di mulai.
4. Pengendalian Lalu Lintas
a. Penegndalian Lalu Lintas harus di lakukan oleh kontraktor sesuai dengan
persyaratan umum kontrak, dan sampai disetujui oleh direksi teknik
b. Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap semua konsekuensi lalu
lintas yang di ijinkan lewat diatasa tanah dasar,

selama pelaksanaan

pekerjaan dan dia harus melarang lalu lintas bilamana mungkin denga
penyediaan satu jalan pengalihan atau pembangunan setengah lebar.
5. Perbaikan, Penyiapan Tanah Dasar Yang Tidak Memuaskan
a. Persyaratan yang ditetapkan pada pekerjaan galian dan urugan harus
diterapkan untuk semua penyiapan tanah dasar yang relevan ( berkaitan )
b. kontraktor akan memperbaiki atas biaya kontraktor sampai di setujui
direksi teknik, setiap alur bebas roda, gundukan dan kerusakan lain yang
diakibatkan lalu lintas atau teenaga kerja kontraktor pada tanah dasar yang
sudah selesai.
c. Kontraktor akan memperbaiki sebagaimana di perintahkan oleh direksi
teknik setiap kemerosotan tanah dasar disebabkan oleh kekeringan, atau
kebanjiran ataupun status alam lainnya.
4. Pekerjaan Lapis Pondasi Bawah
1. Umum

Lapis pondasi bawah ( LPB ) adalah lapisan konstruksi yang meneruskan


beban dari lapis pondasi atas kepada tanah dasar yang berupa tanah
berbutir, diletakkan di atas lapis tanah dasar yang telah di bentuk dan
dipadatkan, serta langsung berada pada lapis pondasi atas perkerasan.
Pekerjaan lapis pondasi bawah terdiri dari mengadakan, memproses,
mengangkut, menebarkan, membasahi dan memadatkan lapis pondasi
bawah yang disetujui sesuai dengan gambar gambar dan serta yang
diperintahkan oleh direksi teknik
Catatan: suatu lapis pondasi bawah tidak diperlukan bilamana CBR lapis
tanah dasar adalah 24 % atau lebih
2 Toleransi Ukuran
a. Permukaan lapis aakhir pondasi bawah harus diberi punggung atau
kemiringan melintang yang ditetapkan atau ditunjukkan pada gambar
gambar. Tidak boleh ada ketidakteraturan dalam bentuk dan
permukaan tersebut harus rata dan seragam
b. Kemiringan dan ketinggian akhir sesudah pemadatan tidak boleh lebih
dari 1,5 cm kurang dari yang di tujukan pada gambar atau yang diatur
di lapangan dan disetujui oleh direksi teknis.
3 Contoh Bahan
a. Contoh bahan yang digunakan untuk lapis pondasi harus diserahkan
kepada direksi teknik untuk mendapatkan persetujuan paling sedikit 14
hari sebelum pekerjaan dimulai dan harus disertai dengan hasil hasil
data pengujian sesuai dengan persyaratan spesifikasi untuk kualitas
dan bahan bahan.
b. Tidak ada perubahan mengenai sumber atau pengadaan bahan lapis
pondasi bawah akan dibuat tanpa persetujuan direksi teknik, dan
setiap perubahan harus atas dasar penyerahan conto contoh bahan
dan

laporan

pengujian

persetujuan diatas.

umtuk

pemeriksaan

lebih

lanjut

dari

4 Lalu Lintas
Apabila satu jalan penggalian ( alternative ) tidak disediakan pekerjaan
tersebut harus dilaksanakan sedemikian sehingga di mungkinkan dilewati
oleh lalu lintas dalam satu arah dengan membuat pengaturan pengendalian
yang memadai dan dapat disetujui oleh direksi teknis. Kontraktor harus
bertanggung jawab terhadap setiap kerusakan yang terjadi pada lapis
pondasi bawah jalan dikarenakan diijinkannya lalu lintas dimana pelaksanaan
pekerjaan sedang berjalan
5 Perbaikan Pekerjaan Yang Tidak Memuaskan
a. Setiap bahan lapis pondasi bawah yang tidak memenuhi spesifikasi,
apakah dipasang atau belum, akan ditolak atau dipindahkan dari
lapangan

kerja

atau

digunakan

sebagai

urugan

seperti

yang

diperintahkan oleh direksi teknis.


b. Setiap bagian lapis pondasi bawah yang menunjukkan ketidak aturan
atau cacat karena penanganan yang kurang baik atau kegagalan
kontraktor untuk mematuhi persyaratan spesifikasi atau gambar
rencana

harus

dibetulkan

dengan

perbaikan

perbaikan

atau

penggantian atas beban.


c. Bahan untuk lapis pondasi bawah harus bebas dari debu, zat organic,
bahan bahan lain yang harus dibuang, dan harus memiliki kualitas
bila bahan tersebut telah ditempatkan akan siap saling mengikat
membentuk satu permukaan yang stabil dan mantap
1. Bahan bahan
Bahan yang dipilih akan digunakan untuk pembangunan lapis pondasi
bawah ( LPB ) terdiri dari bahan bahan berbutir belah dari kerikil ( B),
atau kerikil, pasir dan lempung alami ( C ) seperti yang diuraikan dan
di cantumkan dalam daftar penawaran
a. Lapis pondasi bawah ( LPB ) kelas A, berupa agregat batu pecah
disaring dan di gradasi dan semuanya lolos saringan 3 atau 75.00
mm, memenuhi

b. Lapis pondasi bawah ( LPB ) kelas B terdiri dari campuran batu


belah dengan kerikil, pasir dan lempung yang lolos saring 2,5 mm
atau 62,5 mm
c. Lapisan pondasi bawah ( LPB ) kelas C, terdiri dari kerikil, pasir dan
lempung alami yang lolos saringan 1,5 atau 37,5 mm
Gradasi Lapis Pondasi bawah, persyaratan lapis pondasi bawah kelas A, B,
dan C, diberikan dalam tabel di bawah ini, syarat syarat kualitas bahan
yang digunakan untuk lapis pondasi bawah harus memenuhi batas cair dan
batas plastis.
2 Pelaksanaan Pekerjaan
1. Penyiapan Lapis Tanah Dasar
Bahan lapis pondasi bawah harus ditempatkan dan di timbun di tempat
yang bebas dari lalu lintas serta aliran dan lintasan air disekitarnya
2. Penghamparan dan Pemadatan
a. Penghamparan akhir LPB sampai ketebalan dan kemiringan melintang
jalan

yang

diminta,

harus

dilaksanakan

dengan

kelonggaran

penurunan ketebalan kira kira 15% untuk pemadatan lapisan pondasi


bawah. Segera setelah penghamparan dan pembentukan akhir,
masing masing lapisan harus dipadatkan sampai lebar penuh lapis
pondasi bawah perkerasan, dengan menggunakan mesin gilas roda
baja atau mesin gilas roda ban atau peralatan pemadatan lain yang
disetujui oleh direksi teknik.
b. Penggilasan untuk pembentukan dan pemadatan bahan lapis pondasi
bawah akan bergerak sedikit demi sedikit dari pinggir ke tengah sejajar
dengan garis sumbu jalan sampai seluruh permukaan telah dipadatkan
secara merata. Pada bagian superelevasi, kemiringan melintang jalan
atau kelandaian yang terjal, penggalian harus bergerak dari bagian
yang

lebih

rendah

ke

bagian

jalan

yang

lebih

tinggi.

Setiap

ketidakteraturan bagian jalan yang ambles yang mungkin terjadi,


harus

dibetulkan

dengan

menggaruk

atau

meratakan

dengan

menambahkan bahan lapis pondasi bawah untuk membuat permukaan

tersebut mencapai bentuk dan ketinggian yang benar. Bagian bagian


yang sempit harus dipadatkan dengan mesin tumbuk yang disetujui.
c. Kandungan kelembaban untuk pemasangan harus dijaga di dalam
batas batas 3% kurang dari kadar air optimum sampai 1 % lebih dari
kadar

optimum

dengan

penyemprotan

air

atau

pengeringan

seperlunya dan bahan lapis pondasi bawah harus dipadatkan untuk


menghasilkan kepadatan yang disyaratkan pada seluruh ketebalan tiap
lapisan dan mencapai 100% kepadatan kering maksimum yan
ditetapkan yang sesuai dengan AASHTO T99 ( PB011)
3 Pengendalian Lalu Lintas
a. Kontraktor harus bertanggung jawab atas semua akibat lalu lintas yang
diijinkan lewat diatas permukaan kerikil selama pelaksanaan pekerjaan
dan

akan

melarang

lalu

lintas

tersebut

bila

mungkin

dengan

menyediakan sebuah jalan pengalihan ( alternative ) atau dengan


pelaksanaan pekerjaan separuh lebar jalan.
b. Bangunan bangunan, pohon pohon atau hak milik lainnya disekitar
jalan tersebut harus dilindungi terhadap kerusakan Karena pengaruh
pekerjaan seperti lemparan batu karena lalu lintas
c. Bahan bahan harus ditumpuk dalam satu tempat yang baik yang
menjamin bahwa tumpukan tersebut tidak menimbulkan kemacetan
lalu lintas atau membendung aliran air
4 Pengendalian Mutu
Tes laboratorium untuk lapis pondasi bawah
a. Pengujian harus dilakukan terhadap bahan lapis pondasi bawah untuk
dapat memenuhi persyaratan spesifikasi
b. Dua buah contoh dalam lapis pondasi bawah harus diuji sebelum
digunakan dilapangan
c. Pengujian bahan lapis pondasi bawah harus dilakukan untuk setiap 500
M dari bahan bahan yang ditumpuk dilapangan, menurut batas ukur
tes laboratorium yang diberikan pada tabel untuk memenuhi kondisi

kualitas yang diberikan dalam spesifikasi ini atau seperti diperintahkan


lain oleh direksi teknis.
5 Pekerjaan Lapis Pondasi Atas
1. Uraian
Lapis pondasi atas jalan merupakan lapisan struktur utama diatas lapis
pondasi bawah. Pembangunan lapis pondasi atas ( LPA ) terdiri dari
pengadaaan, pemrosesan, pengangkutan, penghamparan, penyiraman
dengan air dan pemadatan agregat batu atau kerikil alam pilihan
dalam lapis pondasi atas, diatas lapis pondasi bawah atau lapis tanah
dasar yang telah disiapkan.
2. Toleransi Ukuran
a. Bahan agregat lapis pondasi atas harus dipasang sampai ketebalan
pada maksimum 20 cm atau ketebalan yang kurang sebagaimana
diperlukan untuk memenuhi persyaratan desain seperti ditujukan
pada gambar atau diperintahkan oleh direksi teknik.
b. Permukaan lapis pondasi atas harus diselesaikan mencapai lebar,
kelandaian, punggung dan kemiringan melintang jalan seperti yang
ditunjukan pada gambar rencana.
c. Kelandaian dan ketinggian akhir sesudah pemadatan tidak boleh
lebih dari 1 cm kurang dari yang ditunjukkan pada gambar rencana
atau seperti yang diatur dilapangan dan disetujui oleh direksi
teknik.
3. Contoh Bahan
a. Contoh bahan yang digunakan untuk lapis pondasi atas harus
diserahkan kepada direksi teknik untuk mendapat persetujuan
paling sedikit 14 hari sebelum ppekerjaan dimulai, beserta hasil
hasil tes laboratorium sesuai dengan persyaratan spesifikas.
b. Tidak boleh ada perubahan sumber pemasokan atau kualitas bahan
lapis pondasi atas yang diijinkan tanpa persetujuan direksi teknik,
dan

setiap

perubahan

demikian

harus

disertai

penyerahan

tambahan contoh bahan dan hasil hasil tes yang telah dilakukan.
c. Bilamana direksi teknik menganggap perlu, kontraktor akan diminta
untuk

melakukan

tes

tersebuut

lebih

lanjut

sebagaimana

diperlukannya untuk memastikan bahwa bahan bahan tersebut


memenuhi persyaratan spesifikasi, sebelum menempatkan lapis
pondasi atas pada pekerjaan lapangan.
4. Lalu Lintas
Apabila suatu jalan penggalian ( alternative ) tidak disediakan,
pekerjaan

tersebut

harus

dilaksanakan

sedemikian

sehingga

dimungkinkan dilewati oleh lalu lintas dalam satu arah dengan


membuat pengaturan penggalian yang memadai dan dapat disetujui
oleh direksi. Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap setiap
kerusakan yang terjadi pada lapis pondasi atas jalan di karenakan
diijinkannya lalu lintas dimana pelaksanaan pekerjaan sedang berjalan.
5. Perbaikan Pekerjjaan yang tidak memuaskan.
Setiap
pekerjaan
lapis
pondasi
atas
yang
memnunjukan
ketidakteraturan atau kerusakan dikarenakan penanganan yang jelek
atau kegagalan kontraktor untuk memenuhi persyaratan spesifikasi
atau gambar rencana harus dibetulkan dengan perbaikan atau
penggantian terhadap beban biaya kontraktor sehingga memuaskan
direksi teknik.

Bahan Bahan
- Bahan bahan yang dipilih dan digunakan untuk pembangunan
lapis pondasi atas, terdiri dari satu atau dua kelas bahan
sebagaimana yang diperlukan dalam kontrak tertentu dan seperti
-

yang dinyatakan dalam daftar penawaran


Lapis pondasi atas kelas A, adalah agregat batu pecah disaring dan
di

gradasi

yang

merupakan batu

semuanya lolos saringan 37,5 mm.

pecah

keras

bersih

serta

Anda mungkin juga menyukai