Anda di halaman 1dari 41

Laporan Pendahuluan

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK


DENGAN TUBERKULOSIS PARU
Oleh :
PENGERTIAN
Pangertian
Penyakit infeksi kronis dengan karakteristik terbentuknya tuberkel granuloma pada
paru. Yang biasanya disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis

(Amin,

M.,1999).
Faktor Resiko

Rasial/Etnik group : Penduduk asli Amerika, Eskimo, Negro, Imigran dari Asia

Tenggara.

Klien dengan ketergantuangan alkhohol dan kimia lain yang menimbulkan penurunan

status kesehatan.

Bayi dan anak di bawah 5 tahun.

Klien dengan penurunan imunitas : HIV positip, terapi steroid & kemoterapi kanker.

Tuberkolosis yang terjadi pada paru yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberkulosis, terjadi dalam 6 bulan pertama setelah terjadi infeksi sebagai akibat
penyebaran limfogen dan atau hematogen, biasanya multipel.
PATOGENESIS
Inhalasi Droplet Nuclei
Berisi M. Tuberculosis

Tidak Ada Infeksi

Droplet Nuclei > 10


Mukosa Intak Saluran Nafas
Atas

Reaksi Inflamasi Non


Spesifik Alveolus

Droplet Nuclei 5
Menembus Lapisan
Mukosa Silier Atas

Basil TB Dalam Makrofag


Alveolus

Penyebaran Limfogen Lokal


Penyebaran Hematogen

Tanpa infeksi

Inflamasi

disebar oleh limfe

Fibrosis

Timbul jar. Ikat

sifat
Elastik & tebal.
Kalsifikasi
- Batuk
- Spuntum purulen
- Hemoptisis
- BB menurun

Alaveolus tidak
kembali saat
ekspirasi

Exudasi
Nekrosis/perkejuan

Gas tidak dapat


berdifusi dgn.

Kavitasi
Baik.

Sesak

3-10 Minggu

95%
Sel T Spesifik

Makrofag Aktif
Membunuh/Menghambat
Basil TB

5%

Respon Imun Selular


Gagal & Inadekuat

TB Aktif/Penyakit
(Limfadenitis TB)

Reaktifitas

TB In Aktif Mungkin
Masih Ada Basil TB

Imunitas Menurun
Atau Gagal

5%

Kuman
Infeksi primer
Sembuh total

Sembuh dgn. Sarang


ghon

Komplikasi
- Menyebar ke seluruh
tubuh scr.

Bronkhogen,
limphogen,
hematogen
Infeksi post primer

Kuman dormant
Muncul bertahun kemudian

Diresorpsi kembali/sembuh

Membentuk jar. keju


Jika dibatukkan
membentuk kavitas.

Sarang meluas
sembuh dgn.
Jar. Fibrotik

.
Kavitas meluas
Membentuk sarang

Memadat & membungkus diri


tuberkuloma

Bersih & menyembuh

Patofisiological pathway
TBC

Virus/Bakteri masuk Jaringan Otak


Peradangan Di Otak
Edema

Pembentukan
Transudat & Eksudat

Gangguan Perfusi

Reaksi Kuman

Iritasi Korteks

Kerusakan

Kerusakan
Jaringan Cerebral

Patogen

Cerebral Area Saraf IV

Saraf IX

Fokal Seizure

Suhu Tubuh

Resiko Trauma

Sulit
Nyeri

Sulit
Mengunyah

Makan
Deficit Cairan

Gangguan

Pemenuhan
Nutrisi

Kesadaran

Hipovolemik

Stasis Cairan Tubuh

Gangguan Mobilitas Fisik


Gangguan Persepsi Sensori

Penumpukan Sekret
Gangguan Bersihan Jalan Nafas

LESI PADA TBC PARU


Kelenjar limfe : hilus, parantrakeal, mediatinum
Parenkhim : fokos primer, pnemonia, atelaktis, terkuloma, kavitas
Saluran pernafasan : air traping penyakit endobronkhial , trakeobronkhial, stenosis,
bronkhus, fistula bronkhopleura, bronkhopl, bronkhoektasis, fistula bronkhoesofagus.
Pleura : efusi, emfisema, pneumothorak, hemothorak, fistula bronkhop;eura
Pembuluh darah : milier, perdarahan paru.
Bentuk klinis TBC Pada Anak
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1.

Identitas klien: selain nama klien, juga orangtua; asal kota dan daerah, jumlah
keluarga.

2.

Keluhan: penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.

3.

Riwayat penyakit sekarang:


Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul pada tempat-tempat kelenjar
seperti: leher, inguinal, axilla dan sub mandibula.

4.

Riwayat penyakit dahulu:


Pernah sakit batuk yang lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat kelenjar
yang lainnya dan sudah diberi pengobatan antibiotik tidak sembuh-sembuh?

Pernah berobat tapi tidak sembuh?

Pernah berobat tapi tidak teratur?

Riwayat kontak dengan penderita TBC.

Daya tahan yang menurun.

Riwayat imunisasi/vaksinasi.

Riwayat pengobatan.
Riwayat sosial ekonomi dan lingkungan.

5.

Riwayat keluarga.

Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama.

Aspek psikososial.

Merasa dikucilkan.

Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri.

Biasanya pada keluarga yang kurang mampu.

Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu


yang lama dan biaya yang banyak.

Tidak bersemangat dan putus harapan.

Lingkungan:

Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman yang padat, ventilasi


rumah yang kurang, jumlah anggota keluarga yang banyak.

6.

Pola fungsi kesehatan.


1)

Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan.


Keadaan umum: alergi, kebiasaan, imunisasi.

2)

Pola nutrisi - metabolik.


Anoreksia, mual, tidak enak diperut, BB turun, turgor kulit jelek, kulit kering dan
kehilangan lemak sub kutan, sulit dan sakit menelan, turgor kulit jelek.

3)

Pola eliminasi
Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan
hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan splenomegali.

4)

Pola aktifitas latihan


Sesak nafas, fatique, tachicardia,aktifitas berat timbul sesak nafas (nafas pendek).

5)

Pola tidur dan istirahat


Iritable, sulit tidur, berkeringat pada malam hari.

6)

Pola kognitif perseptual


Kadang terdapat nyeri tekan pada nodul limfa, nyeri tulang umum, takut, masalah
finansial, umumnya dari keluarga tidak mampu.

7)

Pola persepsi diri


Anak tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah.

8)

Pola peran hubungan


Anak menjadi ketergantungan terhadap orang lain (ibu/ayah)/tidak mandiri.

9)

Pola seksualitas/reproduktif
Anak biasanya dekat dengan ibu daripada ayah.

10)

Pola koping toleransi stres


Menarik diri, pasif.

PEMERIKSAAN FISIK
Demam: sub fibril, fibril (40 41oC) hilang timbul.

1.

Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini


membuang/ mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai
batuk purulen (menghasilkan sputum).

Sesak nafas: terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi radang


sampai setengah paru.

Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi


radang sampai ke pleura.

Malaise: ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit


kepala, nyeri otot dan kering diwaktu malam hari.

Pada tahap dini sulit diketahui.

Ronchi basah, kasar dan nyaring.

Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada


auskultasi memberi suara limforik.

Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.

Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan


suara pekak)

2.

Pembesaran kelenjar biasanya multipel.

3.

Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla, inguinal dan sub


mandibula.

4.

Kadang terjadi abses.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN PENGOBATAN


1.

Uji tuberkulin
Infeksi TB imunitas seluler hipersensitifitas tipe lambat uji tuberkulin +.

2.

Foto rontgent
Rutin: foto pada R paru.
Atas indikasi: tulang, sendi, abdomen.
Rontgent paru tidak selalu khas.

3.

Gambaran klinis:

Tanpa gejala.

Gejala umum/tidak spesifik.

Demam lama.

BB turun/tidak naik.

Malnutrisi.

Malaise.

Batuk lama.

Diare berlanjut/berulang.
Gejala spesifik, sesuai organ yang terkena.

Kelenjar: kelenjar membesar skrofulodivina.


Respiratorik: batuk, sesak, mengi.
Neurologik: kejang, kaku kuduk.
Ortopedik: pincang, gibbus.
GI: diare berlanjut.
4.

Pemeriksaan mikrobiologis
- Bakteriologis
Memastikan TB.
Hasil normal: tidak menyingkirkan diagnosa TB.
Hasil +: 10 62% dengan cara lama.
Cara : cara lama radio metrik (Bactec); PCK.

5.

Pemeriksaan darah tepi


Tidak khas.
LED dapat meninggi.

6.

Pemeriksaan patologik anatomik


Kelenjar, hepar, pleura; atas indikasi.

7.

Sumber infeksi
Adanya kontak dengan penderita TB menambah kriteria diagnosa.

8.

Lain-lain
-

Uji faal paru.

Bronkoskopi.

Bronkografi.

Serologi.

dll.

PENATALAKSANAAN DAN PENGOBATAN


Penatalaksanaan
Penyuluhan
Pencegahan
Pemberian obat-obatan
1. OAT ( oabat anti tuberkulosa )
2. Bronchodilator
3. Expectoran
4. OBH
5. Vitamin
6. Antibiotik

Operasi untuk mengeluarkan kelenjar yang membesar.

TAHAP TUMBUH KEMBANG ANAK

Menurut Soetjiningsih:
Masa pra sekolah usia 1-6 tahun.

Menurut Donna L. Wong:


Masa anak-anak awal 1-6 tahun.
Pra sekolah: 3-6 tahun.

Tahap pertumbuhan cepat:


Pertumbuhan cepat pada masa pra-adolesen. Terdapat pertumbuhan fisik/jasmani yang
sangat pesat, dimana tubuh anak menjadi cepat besar, BB naik dengan pesat serta panjang
badan (PB) juga bertambah dengan cepat, anak makan dengan banyak serta aktifitas
bertambah. Pertumbuhan tampaknya mengikuti satu irama tertentu dan berlangsung secara
bergantian.
Tahap pertumbuhan otak

Umur 5 tahun: sangat lambat (Morley, D: 1986).


Tahap perkembangan psikoseksual menurut Sigmund Freud:
Suatu proses pertambahan pematangan fungsi struktur tubuh serta kejiwaan yang
menimbulkan dorongan untuk mencari stimulasi dan kesenangan secara umum
termasuk didalamnya dorongan untuk menjadi dewasa.

Fase oedipal/falik (3-5 tahun)


-

Mulai melakukan rangsangan autoerotik.

Bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda.

Aanak pasca oedipal berkelompok dengan sejenis.


Oedipus komplek: anak lelaki dekat ibunya karena perasaan cinta/tertarik.
Elektra komplek : anak perempuan dekat ayahnya karena perasaan cinta/ tertarik.

Fase laten (5 12 tahun)


-

Masuk ke permulaan fase pubertas.

Periode terintegrasi.

Fase tenang.

Dorong libido mereda sementara.

Erotik zona berkurang.

Anak tertarik dengan per group (kelompok sebaya).

Tahap perkembangan manusia ditinjau dari aspek psikososial menurut Erik Erickson:
Dibagi 8 tahap perkembangan mulai dari lahir sampai usia tua:
-

Tahap ke-3; krisis perkembangan : initiative vs guilt (inisiatif


vs perasaan bersalah; nama tahap: pre school/usia pra sekolah.

4 6 tahun:
Kepercayaan yang diperoleh anak tidak diartikan bahwa ia diperbolehkan memiliki
inisiatif dalam belajar mencari pengalaman-pengalaman baru secara aktif seperti
bagaimana dan mengapa tentang sesuatu sehingga anak dapat memperluas aktifitasnya,
jika anak dilarang dan diomeli/dicela untuk usaha itu yang mencari pengalaman baru,
anak akan merasa bersalah dan menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu
percobaan yang menantang, keterampilan motorik dan bahasanya.

DIAGNOSA PERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya faktor resiko :
Berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis
Kerusakan membran alveolar kapiler
Sekret yang kental
Edema bronchial
2. Resiko infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan :
Daya tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang menetap
Kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar
Malnutrisi
Terkontaminasi oleh lingkungan
Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman
3. Kurangnya

pengetahuan

keluarga

tentang

kondisi,

pengobatan,

berhubungan dengan :
Tidak ada yang menerangkan
Interpretasi yang salah, tidak akurat
Informasi yang didapat tidak lengkap
Terbatasnya pengetahuan / kognitif
4. Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan :
Kelelahan
Batuk yang sering, adanya produksi sputum

pencegahan,

Dyspnoe
Anoreksia
Penurunan kemampuan finansial (keluarga).

INTERVENSI KEPERAWATAN DAN RASIONAL


Dx. I.
Independen
1. Kaji dyspnoe, takipnoe, bunyi pernafasan abnormal. Meningkatnya respirasi,
keterbatasan ekspansi dada dan fatique.
TB paru dapat menyebabkan meluasnya jangkauan dalam paru-paru yang berasal
dari bronchopneumonia yang meluas menjadi inflamasi, nekrosis, pleural efusion
dan meluasnya fibrosis dengan gejala-gejala respirasi distress.
2. Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat tanda-tanda sianosis dan perubahan kulit,
selaput mukosa dan warna kuku.
Akumulasi sekret dapat mengganggu oksigenasi di organ vital dan jaringan
3. Demontrasikan/anjurkan untuk mengeluarkan nafas dengan bibir disiutkan, terutama
pada klien dengan fibrosis atau kerusakan parenkhim.
Meningkatnya resistensi aliran udara untuk mencegah kolapsnya jalan nafas dan
mengurangi residu dari paru-paru
4. Anjurkan untuk bedrest/mengurangi aktivitas
Mengurangi konsumsi oksigen pada periode respirasi
Kolaborasi
5. Monitor BGA
Menurunnya oksigen ( PaO2 ), saturasi atau meningkatnya PaCo2 menunjukkan
perlunya penanganan yang lebih adekuat atau perubahan therapi.
6. Memberikan oksigen tambahan
Membantu mengoreksi hipoksemia yang secara sekunder mengurangi ventilasi dan
menurunnya tegangan paru.
Dx. II.
Independen
1. Review patologi penyakit fase aktif/tidak aktif, menyebarnya infeksi melalui bronkhus
pada jaringan sekitarnya atau melalui aliran darah atau sistem limfe dan potensial
infeksi melalui batuk, bersin, tertawa, ciuman atau menyanyi.

Membantu klien agar klien mau mengerti dan menerima terhadap terapi yang
diberikan untuk mencegah komplikasi.
2. Mengidentifikasi orang-orang yang beresiko untuk terjadinya infeksi seperti anggota
keluarga, teman, orang dalam satu perkumpulan.
Memberitahukan kepada mereka untuk mempersiapkan diri untuk mendapatkan
terapi pencegahan.
3. Anjurkan klien menampung dahaknya jika batuk
Kebiasaan ini untuk mencegah terjadinya penularan infeksi.
4. Gunakan masker setap melakukan tindakan
Untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi
5. Monitor temperatur
Febris merupakan indikasi terjadinya infeksi.
6. Ditekankan untuk tidak menghentikan terapi yang dijalani
Periode menular dapat terjadi hanya 2 3 hari setelah permulaan kemoterapi
tetapi dalam keadaan sudah terjadi kavitas atau penyakit sudah berlanjut sampai
tiga bulan.
Kolaborasi
7. Pemberian terapi untuk anak
a. INH, Etambutol, Rifampisin
INH adalah obat pilihan bagi penyakit TB primer dikombinasikan dengan obatobat lainnya. Pengobatan jangka pendek INH dan Rifampisin selama 9 bulan dan
etambutol untuk 2 bulan pertama.
b. Pyrazinamid ( PZA ) / aldinamide, Paraamino Salicyl ( PAS ), Sycloserine,
Streptomysin
Obat-obat sekunder diberikan jika obat-obat primer sudah resisten.
c. Monitor sputum BTA
Klien dengan 3 kali pemeriksaan BTA negatif, terapi diteruskan sampai batas
waktu yang ditentukan.
Dx. III.
Independen
1

Kaji kemampuan belajar klien misalnya : tingkat kecemasan, perhatian, kelelahan,


tingkat partisipasi, lingkungan yang memungkinkan klien untuk belajar, seberapa
banyak yang telah diketahui, media yang tepat dan siapa yang dipercaya.
Kemampuan belajar berkaitan dengan keadaan emosi dan kesiapan fisik.
Keberhasilan tergantung pada sebatasmana kemampuan klien.

Mengidentifikasi tanda-tanda yang dapat dilaporkan pada dokter misalnya : hemoptisis,


nyeri dada, demam, kesulitan nafas, kehilangan pendengaran, vertigo.
Mengindikasikan perkembangan penyakit atau efek samping dari pengobatan yang
membutuhkan evaluasi secepatnya.

Menekankan pentingnya asupan diet TKTP dan intake cairan yang adekuat.
Mencukupi kebutuhan metabolik, mengurangi kelelahan, intake cairan yang
memadai membantu mengencerkan dahak.

Berikan informasi yang spesifik dalam bentuk tulisan untuk klien dan keluarga
misalnya : jadwal minum obat.
Informasi tertulis dapat mengingatkan klien tentang informasi yang telah
diberikan. Pengulangan informasi dapat membantu mengingatkan klien.

Menjelaskan dosis obat, frekwensi, tindakan yang diharapkan dan perlunya therapi
dalam jangka waktu lama. Mengulangi penyuluhan mengenai potensial interaksi antara
obat yang diminum dengan obat / subtansi lain.
Meningkatkan partisipasi klien dan keluarga untuk mematuhi aturan therapi dan
mencegah terjadinya putus obat.

Jelaskan tentang efek samping dari pengobatan yang mungkin timbul, misalnya : mulut
kering, konstipasi, gangguan penglihatan, sakit kepala, peningkatan tekanan darah.
Dapat mencegah keraguan terhadap pengobatan dan meningkatkan kemampuan
klien untuk menjalani terapi.

Merujuk pemeriksaan mata saat memulai dan menjalani therpi etambutol.


Efek samping utama etambutol adalah menurunkan ketajaman penglihatan dan
juga mengurangi kemampuan untuk mempersepsikan warna hijau.

Memberikan

dorongan

pada

klien

dan

keluarga

untuk

mengungkapkan

kecemasan/keprihatinannya serta memberikan jawaban yang jujur atas pertayaannya.


Jangan berusaha menyangkal pernyataanya.
Memberikan kesempatan untuk mengubah pandangannya yang salah dan
meredakan

kecemasannya.

Penyangkalan

terhadap

perasaannya

akan

memperburuk mekanisme koping yang merugikan kesehatannya.


9

Review tentang cara penularan TB ( misalnya : umumnya melalui inhalasi udara yang
mengandung kuman, tapi mungkin juga menular melalui urine jika infeksinya
mengenai sistem urinaria ) dan resiko kambuh kembali.
Pengetahuan yang cukup dapat mengurangi resiko penularan / kambuh kembali.
Komplikasi yang berhubungan dengan tidak adekuatnya penyembuhan TB meliputi
: formasi abses, empisema, pneumothorak, fibrosis, efusi pleura, empyema,
bronkhiektasis, hemoptisis, ulcerasi GI, fistula bronkopleural, TB laring, dan
penularan kuman.

Dx. IV.
Independen
Kaji dan komunikasikan status nutrisi klien dan keluarga seperti yang dianjurkan :
1. Catat turgor kulit
2. Timbang berat badan
3. Integritas mukosa mulut, kemampuan dan ketidakmampuan menelan, adanya bising
usus, riwayat nausea, vomiting atau diare.
Digunakan untuk mendefinisikan tingkat masalah dan intervensi
4

Mengkaji pola diet klien yang disukai/tidak disukai


Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake diet klien.

Meonitor intake dan output secara periodik.


Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan.

Catat adanya anoreksia, nausea, vomiting, dan tetapkan jika ada hubungannya dengan
medikasi. Monitor volume, frekwensi, konsistensi BAB.
Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk
meningkatkan intake nutrisi.

Anjurkan bedrest
Membantu menghemat energi khususnya terjadinya metabolik saat demam.

Lakukan perawatan oral sebelum dan sesudah terapi respirasi


Mengurangi rasa yang tidak enak dari sputum atau obat-obat yang digunakan
untuk pengobatan yang dapat merangsang vomiting.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. EGC. Jakarta.
Doengoes, ME. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta.
IDAI dan PP IDAI UKK Pulmonologi.

2000.

Tatalaksana Mutakhir Penyakit

Respiratorik Pada Anak; Dalam Temu Ahli Respirologi Anak-Anak. Jakarta.


Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak; Volume 2 Edisi 15. EGC. Jakarta.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta.
Soeparman. 1999. Ilmu Penyakit Dalam; Jilid I. FKUI. Jakarta.
Staf Pengajar Ilmu Keperawatan Anak FKUI. 1985. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak.
FKUI. Jakarta.
.. 2000. Diktat Kuliah Medikal Bedah PSIK FK Unair Surabaya.

ASUHAN KEPERAWATAN
ANAK M. F USIA 10 TAHUN DENGAN
MENINGOENCEPHALITIS TB
DI RUANG ANAK (B3) RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

OLEH :
Subhan
NIM 010030170 B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2002

FORMAT PENGKAJIAN ASKEP ANAK

Nama Mahasiswa

: Subhan

Ruangan

NIM

: 010030170 B

No. Register : 10053860

Pengkajian diambil tgl.

: 17 Juli 2001

: Anak (B 3)

Jam

: 12.15 wib

I. IDENTITAS KLIEN:
Nama

: An. NH

Jenis Kelamin

: Perempuan

Tempat/Tgl. Lahir : Krian, 28-5-1996


Umur

: 10 tahun

Anak Ke

: 1

Nama Ayah
Nama Ibu

: Tn. S
: Ny. A

Pendidikan Ayah: SLTA


Pendidikan Ibu

: SLTA

Agama

: Islam.

Suku/Bangsa

: Jawa/Indonesia

Alamat

: Jl. Sidoarjo 4/5 Krian, Sidoarjo

Tanggal MRS

: 09 Juni 2001 jam 19.15 wib

Diagnosa Medis : Limfadenitis TB + S. Meningoencephalitis TB.


Sumber Informasi: Orangtua, rekam medik, pengkajian
II. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat Keperawatan Sekarang:
1.1 Keluhan Utama: panas, kejang, mata tidak mau menutup dan keme-rahan.
1.2

Lama Keluhan: sejak 1 bulan yang lalu.

1.3 Akibat timbulnya keluhan:


Kesadaran klien menurun, mata terbuka dan kemerahan, kejang, tangan dan
kaki drop/kaku.
1.4 Faktor yang memperberat: panas yang tinggi/demam.
1.5 Upaya untuk mengatasi:
Memberikan kompres hangat dan memberikan puyer pamol untuk menurunkan
panas.
1.6

Lainnya: klien mendapat perawatan dari bagian mata dan fisioterapi serta
telah dikonsulkan dengan bagian gizi.

2. Riwayat Keperawtan Sebelumnya (Post History)


a. Pre natal :
ibu tidak pernah sakit, kontrol rutin puskesmas dan dapat vitamin.
Kebiasaan minum jamu sinom sampai dengan kehamilan 8 bulan.
b. Natal:
Kehamilan 9 bulan aterm, BBLR 3 kg. Lahir spontan, langsung menangis.
Obat-obatan yang diberikan tidak ada, hanya suplemen vitamin dari
puskesmas/bidan.
c. Post natal:
Asi diberikan sampai dengan usia 1,5 tahun. Diasuh oleh ibu kandung
dibantu oleh anggota keluarga yang lain (ayah, kakek dan nenek). Klien
pernah menderita sakit panas ketika berumur 1,5 tahun tapi tidak sampai
MRS.
Luka/Operasi: tidak ada.
Alergi: tidak ada.
Pola kebiasaan:
Tumbang:
Mengangkat kepala, merangkak umur 10 bulan, bicara umur 1 tahun.
Imunisasi Lengkap:
-

BCG

DPT I, II, III, booster?

Polio I, II, III, IV, booster?

Campak

Hepatitis B

ASI diberikan sampai umur 1,5 tahun.

Pisang diberikan mulai umur 2 bulan.

Bubur diberikan mulai umur 7 bulan.

BB= 17 kg, sebelum sakit. Saat pengkajian BB= 12,5 kg.

Status Gizi

Psikososial
Masa bayi (0-1 tahun): dirawat oleh ibu dibantu ayah dan kakak kadang juga
oleh kakek dan nenek, tetapi dengan ibunya, klien sulit dipisahkan. Klien
menangis keras bila ibu lama meninggalkannya.
Toddler (1-3 tahun): Klien berpakaian, makan serta BAB masih dibantu oleh
ibu, kadangkadang oleh ayah dan kakak namun lebih sering dengan ibunya.
Klien mulai belajar bicara sejak umur 1 tahun.

Anak Pre School (4-6 tahun):

klien juara menyanyi, prestasi belajarnya

lumayan baik. Klien dekat dengan ibunya. Klien pendiam dan agak cengeng.
Kesekolah diantar jemput.
Psikosexual: klien berada diantara fase oedipal/falik dan fase laten.
Interaksi: menurut ibunya klien pendiam dan cengeng. Klien sangat dekat dengan ibunya
dibandingkan dengan ayahnya.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Komposisi keluarga: 4 orang (ayah, ibu, kakak dan klien).
Lingkungan rumah dan komunitas:
Pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga: SLTA dengan pekerjaan swasta.
Kultur dan kepercayaan: adat Jawa, kepercayaan yang dianut adalah agama Islam.
Fungsi dan hubungan keluarga: klien dirawat oleh ibu, menurut ibunya klien dekat dengan
dirinya dibandingkan dengan ayah dan kakaknya.
Perilaku yang dapat mempengaruhi keseahatan: tidak terkaji.
Persepsi keluarga tentang penyakit klien:

keluarga berharap keadaan klien cepat

membaik/sembuh. Keluarga menganggap penyakit yang menimpa anaknya sebagai suatu


cobaan yang harus dijalani.
4. Pola Fungsional Kesehatan
Pola persepsi dan mempertahankan kesehatan:
Klien adalah anak ke-2 dari 2 bersaudara. Ibu klien mengatakan ia sudah biasa
merawat anaknya yang dulu pernah sakit dileher (servikal) terdapat benjolan
sebesar kelengkeng yang dulu besar dan sekarang sudah mengecil.
Pola latihan dan aktifitas:
Kaki dan tangan mengalami kekakuan, spasme pada ekstremitas atas dan
bawah, mata menonjol keluar dan tidak bisa ditutup serta meradang.
Punggung melengkung ke arah depan (lordosis). Tidak ada batuk, riak banyak,
ada ronkhi, RR= 36 x/mnt, nadi 128 x/mnt, reguler. Akral teraba hangat,
refleks babinski +, refleks cedhok +.
Pola nutrisi:
Ibu klien bertanya mengapa kondisi fisik anaknya masih kurus, padahal ia
terus memberikan diit sesuai dengan yang diberikan oleh RS. Makan lewat
sonde, diit TKTP 1250 kalori yang terdiri dari modisco III 1x 100 cc, tim
sonde 6x100 cc. Saat pengkajian BB 12,5 kg, TB 105 cm, LK 50 cm, LD 55,5
cm, LLA 10,5 cm, kulit kering, mukosa kering. Badan panas dengan suhu
38,8oC.

Pola eliminasi:
Dikatakan klien lama tidak BAB, saat pengkajian klien BAB. Oleh perawat
yang jaga malam klien di lavament, BAK jarang, 2-3x/hari.
Pola tidur dan istirahat:
Tidak bisa dikaji karena kesadaran klien somnolen.
Pola kognitif dan perseptual:
Klien kadang kejang, reaksi terhadap nyeri +.
Pola persepsi diri:
Tidak bisa dikaji. Ibu klien tampak sabar dan telaten dalam merawat/ menjaga
klien.
Pola peran hubungan:
Yang merawat klien selama sakit adalah ibunya, yang secara telaten dan
disiplin serta sabar. Bila mau pergi untuk membeli obat atau mandi ibunya
selalu menitipkan kepada perawat atau tetangga dan keluarga yang sedang
membesuknya.
Pola seksualitas/reproduktif:
Sejak masih kecil klien sudah dekat dengan ibunya dibandingkan dengan ayah
maupun kakaknya. Organ seksual lengkap dan dalam batas normal.
Pola mekanisme koping dan stress:
Sebelumnya klien pendiam dan agak cengeng. Saat pengkajian kesadaran
klien somnolen sehingga tidak bisa mengkaji.
Pola nilai dan keyakinan
Keluarga memeluk agama Islam. Ibu memasrahkan anaknya kepada Tuhan
YME dengan selalu berdoa dan mengerjakan shalat. Ibu klien yakin bahwa
anaknya suatu saat nanti dapat sembuh.
5. Pemeriksaan Diagnostik
Patologi anatomi (PA) tanggal 25 Juni 2001:
Kesimpulan: nodul colli sinistra. FNA Lymphadenitis tuberculosa.
Pemeriksaan laboratorium tanggal 21 Juni 2001:
CRP positif 48 mg/L.
Pemeriksaan laboratorium tangal 13 Juni 2001:
Hb

= 9,4 g/dl

Eritrosit

= 4,8 x 1 juta/UL

Leukosit

= 13,7 x 109/L

Pemeriksaan lumbal punksi tanggal 09 Juni 2001:


Liquor lengkap:

Warna

: jernih

Kekeruhan : -

Makroskopis:
-

Jumlah sel: 3 /cm.

Jenis sel:
Mononuklear : 100%
Poli nuklear : -

Uji kimiawi:
-

Nonne Apelt : -

Pandy

Kadar gula : 35 mg/dl

Protein

Terapi:
Cotrimoxazole 2x400 mg
Prednison 3x1 tab
Streptomycin injeksi 1x400 mg/IM
INH 1x200 mg
Rifampisin 1x10 mg
B6 1x150 mg
Pamol puyer k/p
Lavament 2x sehari
Diit TKTP 1250 kal
Modisco III 1x100 cc
Tim sonde 6x100 cc

: : 34 mg/dl

ANALISA DATA
Tgl.
09/7/

Data
S: Ibu klien mengatakan suhu

2001

tubuh anaknya meningkat/

paru & jaringan otak

Resiko

Masalah
infeksi

&

penyebaran infeksi

panas.
O:- Peningkatan suhu tubuh
38,8oC.

Daya tahan tubuh


menurun & malnutri-

L
9

eukosit 13,7x10 /L
-

Penyebab
Peradangan pada

si

Kuman ikut aliran

A: Lymfadenitis TB.

darah & limfa, me-

Gizi buruk.

nyebar ke seluruh
tubuh

Komplikasi infeksi

09/7/
2001

S:

Ibu

klien

bertanya

mengapa kondisi anaknya


tetap kurus & tidak sadar.

pada organ lain


Kesadaran klien menurun (somnolen)

Perubahan nutrisi: kurang


dari kebutuhan

sebagai akibat infek-

O: - NGT terpasang.

si

- Kesadaran somnolen.
- BB= 12,5 kg.

Intake kurang, pro-

- Kulit kering.

ses absorbsi makanan lambat

Peningkatan kebutuhan kalori & kesulitan dalam mencerna

09/7/
2001

kalori
S: Ibu mengeluh kaki & Gangguan motorik & Gangguan mobilitas fisik
tangan klien kaku.

kelumpuhan bebera-

O: -Kaki & tangan drop/kaku.


-

T
ulang

belakang

melengkung ke muka.

pa nervus cranialis

Kelumpuhan & kejang serta kekakuan

& kontraktur

pastik.
-

P
enurunan

kesadaran:

somnolen.
-

R
R= 36x/mnt.

09/7/
2001

- Nadi= 128x/mnt.
S: Ibu bertanya tentang
kondisi

anaknya,

pengobatan
prognosisnya.
O: Ibu selalu bertanya.

serta

Keadaan klien

Kurang

pengetahuan

keluarga tentang kondisi

Keluarga (ibu &

klien,

pengobatan,

pro-

ayah)

sedur

diagnostik

&

Interpretasi yang
salah, tidak akurat,
informasi yang didapat tidak lengkap

prognosis

RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien: An. M.F No. Rekam Medik: 10053860Hari Rawat yang ke-: 31 hari
No
1.

Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Resiko infeksi & penye- Penyebaran infeksi yang lebih 1.

Rencana Intervensi
Mengidentifikasi
orang-orang

Rasional
yang 1. Memberitahu untuk tidak terlalu

baran infeksi berhubu-ngan luas tidak ter-jadi.

berisiko untuk terjadi infeksi (sau-dara

dengan malnutrisi & riwayat

klien).

infeksi.

Kriteria Hasil:
-

2.
T

idak terjadi demam.


-

T 4.
idak terjadi kejang.

2. Febris merupakan indikasi terjadi

Monitor suhu tubuh klien, berikan kompres


hangat.

3.

sering berinteraksi dengan klien.


infeksi.
3. Untuk memperbaiki status gizi

Berikan diit sesuai yang diberikan RS.

klien.

Berikan terapi TB & lainnya sesuai 4. Untuk pengobatan & pence-gahan


program medik.

komplikasi lebih lan-jut.


5.

5.
2.

Observasi tanda-tanda infeksi se-kunder &

TTV.
Perubahan nutrisi: ku-rang Kebutuhan nutrisi terpe-nuhi 1. Kaji & komunikasikan status nutrisi klien.
dari kebutuhan berhubungan sesuai kondisi klien
dengan

diketahui

sedini

1.

Untuk

mendefinisikan

tingkat

masalah & intervensi.


2. Untuk memenuhi intake nut-risi.

kebutuhan kalori & kesulitan Kriteria Hasil:


dalam mencerna kalori.

dapat

mungkin & dapat segera di tangani.

2. Berikan diit sesuai dengan route.

peningkatan

Agar

- Diit diberikan sesuai route


pemberian.
-

Ibu dapat memberikan

3. Anjurkan keluarga untuk menam-bahkan 3.


sesuai dengan selera klien serta indikasi/
tidak bertentangan dengan terapi & kondisi
klien.

Memberikan
nutrisi.

tambahan

inta-ke

makanan tambahan tanpa 4. Monitor intake & output secara pe-riodik.


bertentangan

dengan 5. Lakukan

program pe-ngobatan

perawatan

oral

sebelum

4. Mengukur keefektifan nutrisi &

&

sesudah terapi.

cairan.
5. Untuk mengurangi

rasa tidak

nyaman.
3.

Gangguan mobilitas
berhubungan
penurunan

fi-sik Mobilitas

fisik

terpenuhi, 1. Berikan posisi dalam kesejajaran tubuh.

deng-an komplikasi minimal dalam 1


kekuatan

otot, bulan.

meminimalkannya apabila ada.


2. Ajarkan ibu untuk melakukan latih-an gerak 2. Untuk mencegah komplikasi

terjadi kontraktur, efek tirah


baring.

pada extremitas.
Kriteria Hasil:

3. Ajarkan ibu dan keluarga untuk tindakan 3. Mencegah trauma karena kondisi

- Otot tangan & kaki lemas.

kewaspadaan keamanan.

klien yang tidak sa-dar.

- Dekubitus tidak terjadi


4.

Kurang
keluarga

1. Untuk mencegah komplikasi &

4. Untuk memaksimalkan pen-cegahan

4. Fisioterapi oleh rehab medik setiap hari.


pengetahuan Keluarga dapat menger-ti & 1. Kaji kemampuan belajar keluarga (ibu).
tentang

kon-disi memahami

kondisi

klien, pengobatan, prosedur pengobatan,


diagnostik & prognosis

klien,

da-pat

dalam 24 jam.

pro-sedur 2. Berikan informasi yang tepat & je-las serta


mudah untuk dimengerti.

kooperatif 3.

Jelaskan

kondisi

klien,

Dapat

fisik.
2. Agar tidak terjadi salah inter-

pengobatan,

prognosanya serta prosedur diag-nostik.


4. Dorong keluarga/ibu untuk berta-nya &

Kriteria Hasil:

belajar berka-itan

dengan keadaan emosi & kesiapan

diagnostik & prog-nosis klien


sehingga

komplikasi.
1. Kemampuan

peretasi/pengertian.
3.

Agar

keluarga

dapat

mema-

haminya.

mengungkapkan kecema-sannya.
mengulang 5. Jelaskan tentang efek samping pe-ngobatan 4. Untuk mengubah pandang-annya

penjelasan yang dibe-rikan.


-

& manfaatnya bagi klien.

yang

Melakukan anjuran yang


diberikan.

salah

&

mereda-kan

kecemasannya.
5.

Mencegah
pengobatan
motivasi

keraguan
&

keluarga

terha-dap

mening-katkan
un-tuk

terus

mendukung klien dalam menjalani


terapi.

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Dx

Tgl.

Kep
1

09/7/

Jam

Implementasi Keperawatan

0745 wib -

2001

Evaluasi

Memberika

S: -

n kompres hangat pada dahi & ketiak O:


0820
-

0915

tubuh

37oC.

kanan/kiri.

0845

-Suhu

Memberika
n injeksi Streptomycin 400 mg/IM.

Memberika

-Ada spastik.
-Tidak ada kejang.

n obat oral (puyer) serta diit TKTP, A: Masalah tetap.


0915

Modisco III 100 cc, tim bubur saring P: Tetap teruskan


150 cc lewat sonde.

rencana

Menanyaka

kepe-

rawatan.

n kepada ibu klien apa-kah ada


keluarga yang sakit batuk lama (TBC)
& dijawab tidak ada.
-

Menganjurk
an

keluarga

untuk

membatasi

pengunjung/menjenguk

secara

bergantian.

09/7/

1000

Monitor

suhu tubuh: 37oC.


Mengkaji tentang status nutrisi klien; S: Ibu mengata-kan

2001

0855

mengukur: LK 50 cm, LD 55,5 cm,

telah

mem-

LLA 10,5 cm, BB= 12m5 kg, TB= 105

berikan

semua

cm.

diit sesuai route

Menganjurkan

ibu

klien

untuk

memberikan sari buah/juice.


0900

Melakukan perawatan oral hygiene.

1030

Menanyakan & mencatat output BAK


2x ( 200 cc).

pemberian.
O: -Diit dihabis-kan
sesuai waktu.
-BB= 12,5 kg.
-Ibu memberikan jus buah
A: Masalah tetap.
P: Tetap teruskan
rencana

kepe-

09/7/

0930

2001

Memberikan

gulungan

kain

rawatan.
untuk S: -

dipegang oleh klien.


0935

1045

O:

Memberikan kain diantara kedua kaki

somnolen.

saat klien miring kiri/kanan.


-

1100
1145

-Ada spastik.

Mengajarkan ibu untuk melatih otot

-Kaki & tangan

lengan & kaki.

drop/kaku.

Memberikan talk pada punggung & A: Masalah tetap.


daerah yang menonjol.

-Kesadaran

P: Tetap teruskan

Menyarankan ibu untuk melaksanakan

rencana

fisioterapi seperti yang diajarkan oleh

vensi.

inter-

rehab medik setiap 1-2 jam.


1245
3

09/7/

0820

Monitor TTV: nadi= 128x/mnt, RR=

36x/mnt, suhu= 37,2oC.


Memberikan injeksi Streptomycin 400 S:

2001
0835

0845

mg/IM.

O:

Memberikan obat oral (puyer).

A:

Klien pu-

Memberikan kompres hangat, suhu P:

lang paksa

38,1oC.

Tanggal
10-7-01
(malam
hari)

10/7/

10

09

2001

Mengatur posisi klien miring kiri/ka- S:


nan.

0920
0930

O:

Memberikan talk & masase pada A:

Klien pu-

punggung & daerah yang tertekan.

lang paksa

Mengamati & memperbaiki

P:

posisi

Tanggal

tubuh klien & kain yang digenggam.


0945

10-7-01

Mengamati ibu klien dalam mene-

(malam

rapkan latihan yang diajarkan oleh


2

10/7/

55

08

2001

bagian rehab medik kemarin.


Memberikan diit TKTP Modisco III, S:
tim bubur serta sari buah 50 cc.

0900

O:

Melakukan perawatan mulut deng-an A:

Klien pu-

gliserin.

lang paksa

Mengingatkan

P:
ibu

untuk

tepat

memberikan diit kepada klien.


1030

hari)

Mengukur output: BAK 300 cc, BAB

Tanggal
10-7-01
(malam

10/7/

1000

2001

1x, pagi lavament.


Menjelaskan tentang perawatan pa-sien S:
tidak sadar.

1045

1100

Menjelaskan

O:
tentang

prosedur

pe- A:

Klien pu-

ngobatan/perawatan mengapa ma-ta P:

lang paksa

klien harus dijahit/ditutup namun klien

Tanggal

tetap menolak mata anaknya dijahit.

10-7-01

Menjelaskan efek samping bila ma-ta


klien tidak ditutup serta progno-sisnya.

Menjanjikan

untuk

menjelaskan

tentang pengobatan klien kepada ibu


1215

besok (membuat kontrak).


-

Mengukur TTV: nadi= 132x/mnt, RR=


40x/mnt, suhu= 38,2oC.

1255

hari)

(malam
hari)

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Bidang Studi : Ilmu Keperawatan Anak
Topik

: Pengobatan TB pada anak

Sub Topik

: Anjuran pemberian pengobatan secara intensif & tuntas serta benar

Sasaran

: Keluarga (ibu & ayah), klien

Tempat

: Ruang Anak (B 3), RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Hari/Tanggal : Rabu, 11 Juli 2001


Waktu

: 1 x 20 menit

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Pada akhir proses penyuluhan, ibu dan keluarga dapat mengetahui pengobatan TB yang
harus diberikan kepada anaknya selama sakit.
II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah diberikan penyuluhan ibu dapat:
1. Menyebutkan tujuan pengobatan TB secara umum.
2. Menyebutkan prinsip pengobatan TB pada anak.
3. Menyebutkan alternatif pengobatan TB pada anak.
4. Menyebutkan obat anti tuberkulosis (OAT) .
5. Menyebutkan lama pemberian obat TB pada anak.
6. Menyebutkan efek samping obat TB pada anak.
III. SASARAN
Ibu dan keluarga serta klien, An. M.F yang dirawat di Ruang anak (B 3) di RSUD Dr.
Soetomo, Surabaya.
IV. MATERI
1. Tujuan pengobatan TB secara umum.
2. Prinsip pengobatan TB pada anak.
3. Alternatif pengobatan TB pada anak.
4. Obat anti tuberkulosis (OAT) .
5. Lama pemberian obat TB pada anak.
6. Efek samping obat TB pada anak.
V.

METODE
-

Ceramah

Tanya jawab

VI.

MEDIA:
- Leaflet/brosur.

VII. KRITERIA EVALUASI


Kriteria proses:
1. Ibu dan keluarga antusias terhadap materi penyuluhan.
2. Ibu dan keluarga konsentrasi mendengarkan penyuluhan.
3. Ibu dan keluarga mengaju kan pertanyaan & menjawab pertanyaan secara benar.
Kriteria hasil:
1. Ibu mengetahui tentang tujuan pengobatan TB pada anak.
2. Ibu mengetahui tentang:
1)

Tujuan pengobatan TB secara umum.

2)

Prinsip pengobatan TB pada anak.

3)

Alternatif pengobatan TB pada anak.

4)

Obat anti tuberkulosis (OAT) .

5)

Lama pemberian obat TB pada anak.

6)

Efek samping obat TB pada anak.

VIII. KEGIATAN PENYULUHAN


No
1.

Waktu
3 menit

Kegiatan Penyuluh
1. Memperkenalkan diri &

Kegiatan Peserta
-

pembimbing

Mende
ngarkan.

2. Menjelaskan tujuan dari


penyuluhan

3. Melakukan kontrak wak-tu

Mende
ngarkan.

4. Menyebutkan materi yang


akan diberikan

Memp
erhatikan.

Memp
erhatikan.

2.

15 menit

Pelaksanaan:

M
enjelaskan tentang tujuan
pengobatan

TB

secara

Mende
ngarkan & memperhatikan.

umum.
-

M
enjelaskan tentang prinsip
pengobatan TB pada anak.

M
enjelaskan

tentang

Bertan

alternatif pengobatan TB

ya & menjawab pertanyaan yang

pada anak.

diajukan.

M
enjelaskan tentang obat
anti tuberkulosis (OAT) .

M
enjelaskan tentang lama
pemberian obat TB pada
anak.

M
enjelaskan tentang efek
samping obat TB pada
anak.

3.

5 menit

Evaluasi:

Menjawab pertanyaan

- Menanyakan kepada ibu/


keluarga
yang

tentang

telah

materi

diberikan &

reinforcement kepada ibu/


keluarga

bila

dapat

menjawab/menjelaskan
4.

2 menit

kembali.
Terminasi:
- Mengucapkan terima ka-sih
kepada ibu & keluarga.
- Bersalaman dengan ibu &
keluarga.

IX. PENGORGANISASIAN
Pembicara

: Subhan

Pembimbing : - Ibu M. E. Sumiati


- Ibu Indriatie, Skp

- Mendengarkan & bersalaman

Materi Penyuluhan:

PENGOBATAN TB PADA ANAK


A.

Tujuan Pengobatan TB
Adalah selain menyembuhkan juga mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau
resistensi terhadap obat anti tuberculosis (OAT) dan memutus mata rantai penularan.

B.

Prinsip Pengobatan TB
1. Permulaan intensif.
Kemungkinan komplikasi TB pada anak sangat luas, maka lebih baik terlalu cepat
mengobati daripada terlambat mengobati.

Setelah diperiksa dengan teliti dan

selengkap mungkin serta dicurigai kemungkinan besar TB, maka langsung diobati.
Bila 2 bulan terlihat perbaikan nyata maka diagnosis TB lebih pasti pengobatan di
teruskan. Tapi apabila dalam 2 bulan tidak ada perbaikan nyata, mungkin bukan TB
atau ada resistensi terhadap obat. Perlu diperiksa lebih lanjut dan lebih teliti.
2. Kombinasi 3 atau lebih obat anti TB.
Obat Anti Tuberculosis (OAT):
1)

Isoniazid (INH)

2)

Rifampisin

3)

Pirazinamid

4)

Streptomisin

5)

Etambutol

6)

Lain-lain: Ethionamid, Kanamycin, Cycloserine, Ciplofloxacin.

Obat-obat paling efektif:


-

Kavitas, extra sel: INH, Rifampicin, Streptomycin.

Massa keju: Rifampicin, INH.

Dalam makrofag (intra sel): PZA, Rifampicin, INH.

Diberikan: 1 bulan; 2 bulan, 6 bulan, 9 bulan, 1 tahun.


3. Teratur dan lama.
Diberikan dalam waktu yang lama dan harus diminum secara teratur, jangan sampai
putus ( patuh minum obat). Perlu diawasi oleh petugas kesehatan, orang yang
disegani atau guru sekolah.

4. Pemberian gizi yang baik.


Umumnya klien dengna TB berat badannya turun atau malnutrisi tanpa sebab yang
jelas atau tidak naik dalam 1 bulan dengan penanganan gizi, nafsu makan tidak ada
(anoreksia) dengan gagal tumbuh, jadi klien perlu penanganan gizi secara baik dan
benar untuk menunjang program pengobatan.
5. Pengobatan dan pencegahan penyakit lain.
Selain pengobatan TB, pada paru juga diperlukan pengobatan dan pencegahan
terhadap komplikasi TB diluar paru, sesuai gejala yang muncul seperti:

C.

TB pada kulit/skrofuloderm.

TB tulang dan sendi.

TB otak dan saraf.

TB pada mata.

TB pada organ-organ lain


Alternatif Pengobatan TB Paru Pada Anak

1.

Pengobatan jangka panjang (Long-Term Regimen): kombinasi obat murah,


memakan waktu 18 24 bulan.

2.

Pengobatan jangka pendek (Short-Term Regimen): kombinasi obat mahal,


waktu 6 9 bulan.

D.

Obat Anti Tuberculosis Pada Anak


1. Isoniazid/INH (tablet atau puyer): diminum 1-2x/hari, maksimal 300 mg/hari.
2. Rifampisin/Rmp (suspensi): diminum 1-2x/hari saat perut kosong/sebelum makan.
Maksimal 600 mg/hari.
3. Pirazinamid/PZA (tablet/puyer): diminum 1-2x/hari, maksimal 2 mg/hari.
4. Streptomisin (Strep): disuntik tiap hari, maksimal 1 gr/hari.
5. Etambutol (tablet/puyer): diminum 1x/hari. Maksimal 2,5 gram/hari saat perut
kosong/sebelum makan.
6. Lain-lain: Ethionamide, Kanamycin, Cycloserin, Ciprofloxacin.
Catatan: INH, PZA dan Limfapisin tidak dibuat jadi satu suspensi karena mengganggu
daya kerja/khasiat Rifampisin.

E.

Lama Pemberian Obat Pada Anak


Macam Obat
INH
INH
Rmp

Frekuensi Pemberian
Dosis tunggal setiap hari

Lama
6 bulan
6 bulan

Dosis tunggal setiap hari

Strep 2 bulan

Dosis tunggal setiap hari

9 bulan (Strep & PZA

Strep
INH
Rmp
Strep

2 bulan)

PZA
INH
Rmp

TB tulang

Strep

belakang

Dosis tunggal setiap hari

6-9 bulan (Strep 2


bulan)

INH
Rmp

Meningitis TB

Strep

dosis berbeda

Dosis tunggal setiap hari

PZA
F.

Efek Samping Obat Pada Anak


INH :
Radang syaraf tepi
Racun Pada hati
Hepatitis
Rmp :
Hepatitis
Mual
Muntah
Nafsu makan menurun
Kencing berwana merah/orange
PZA :
Racun pada hati
Nyeri pada persendian
Strep :
Racun pada syaraf
Keseimbangan

12 bulan (Strep &


PZA 2 bulan)

Gangguan pendengaran
Etambutol:
Radang pada syaraf mata
Kulit kemerahan dan bengkak
Etionamid:
Mual
Muntah
Racun di hati
PAS (P):
Gastritis (maag)
Racun di hati.

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Keperawatan Anak dengan judul:


ASUHAN KEPERAWATAN ANAK M. F USIA 5 TAHUN
DENGAN LIMFADENITIS TUBERCULOSA SUSPECT
MENINGOENCEPHALITIS TB DI RUANG ANAK (B3)
RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA
Telah mendapat persetujuan dari Pembimbing Klinik dan
Akademik.

Mengetahui/Menyetujui:
Pembimbing Klinik/

Pembimbing Akademik:

Kepala Ruangan Anak

M. E. SUMIJATI

INDRIJATIE, Skp

NIP. 140 072 185

NIP. 140 238 227

PENGOBATAN TUBERCULOSIS
PADA ANAK

OLEH:
SUBHAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2001

I.

Tujuan Pengobatan TB:


Adalah selain menyembuhkan juga mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau
resistensi terhadap obat anti tuberculosis (OAT) dan memutus mata rantai penularan.

II.

Prinsip Pengobatan TB Pada Anak


1. Permulaan intensif
2.

Kombinasi 3 atau lebih obat anti TB.

3.

Teratur dan lama.

4.

Pemberian gizi yang baik.

5.

Pengobatan dan pencegahan penyakit lama.

III.

Alternatif Pengobatan TB Paru Pada Anak:


1.

Pengobatan jangka panjang (Long-Term Regimen): kombinasi obat murah,


memakan waktu 18 24 bulan.

3.

Pengobatan jangka pendek (Short-Term Regimen): kombinasi obat mahal,


waktu 6 9 bulan.

IV. Obat Anti Tuberculosis (OAT):


Isoniazid/INH (tablet atau puyer): diminum 1-2x/hari, maksimal 300 mg/hari.
1. Rifampisin/Rmp (suspensi): diminum 1-2x/hari saat perut kosong/sebelum makan.
Maksimal 600 mg/hari.
2. Pirazinamid/PZA (tablet/puyer): diminum 1-2x/hari, maksimal 2 mg/hari.
3. Streptomisin (Strep): disuntik tiap hari, maksimal 1 gr/hari.
4. Etambutol (tablet/puyer): diminum 1x/hari. Maksimal 2,5 gram/hari saat perut
kosong/sebelum makan.
5. Lain-lain: Ethionamide, Kanamycin, Cycloserin, Ciprofloxacin.
Catatan: INH, PZA dan Limfapisin tidak dibuat jadi satu suspensi karena mengganggu
daya kerja/khasiat Rifampisin.
V.

Lama Pemberian Obat TB Pada Anak:


Macam Obat
INH
INH
Rmp

Frekuensi Pemberian
Dosis tunggal setiap hari

Lama
6 bulan
6 bulan

Dosis tunggal setiap hari

Strep 2 bulan

Dosis tunggal setiap hari

9 bulan (Strep & PZA

Strep
INH
Rmp

Strep

2 bulan)

PZA
INH
Rmp

TB tulang

Dosis tunggal setiap hari

Strep

belakang

bulan)

INH

Meningitis

12 bulan (Strep &

Rmp

TB dosis

Strep

berbeda

Dosis tunggal setiap hari

6-9 bulan (Strep 2

PZA 2 bulan)

PZA
VI.

Efek Samping Pengobatan TB Paru Pada Anak:


INH :
Radang syaraf tepi
Racun Pada hati
Hepatitis
Rmp :
Hepatitis
Mual
Muntah
Nafsu makan menurun
Kencing berwana merah/orange
PZA :
Racun pada hati
Nyeri pada persendian
Strep :
Racun pada syaraf
Keseimbangan
Gangguan pendengaran
Etambutol:
Radang pada syaraf mata
Kulit kemerahan dan bengkak
Etionamid:
Mual
Muntah

Racun di hati
PAS (P):
Gastritis (maag)
Racun di hati.

Catatan:
Pengobatan TBC tidak boleh terputus-putus karena akan menyebabkan kuman TBC
menjadi resisten/kuman tahan terhadap obat yang diberikan dan resiko kambuh
kembali.

Anda mungkin juga menyukai