TB Anak (LP)
TB Anak (LP)
(Amin,
M.,1999).
Faktor Resiko
Rasial/Etnik group : Penduduk asli Amerika, Eskimo, Negro, Imigran dari Asia
Tenggara.
Klien dengan ketergantuangan alkhohol dan kimia lain yang menimbulkan penurunan
status kesehatan.
Klien dengan penurunan imunitas : HIV positip, terapi steroid & kemoterapi kanker.
Tuberkolosis yang terjadi pada paru yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberkulosis, terjadi dalam 6 bulan pertama setelah terjadi infeksi sebagai akibat
penyebaran limfogen dan atau hematogen, biasanya multipel.
PATOGENESIS
Inhalasi Droplet Nuclei
Berisi M. Tuberculosis
Droplet Nuclei 5
Menembus Lapisan
Mukosa Silier Atas
Tanpa infeksi
Inflamasi
Fibrosis
sifat
Elastik & tebal.
Kalsifikasi
- Batuk
- Spuntum purulen
- Hemoptisis
- BB menurun
Alaveolus tidak
kembali saat
ekspirasi
Exudasi
Nekrosis/perkejuan
Kavitasi
Baik.
Sesak
3-10 Minggu
95%
Sel T Spesifik
Makrofag Aktif
Membunuh/Menghambat
Basil TB
5%
TB Aktif/Penyakit
(Limfadenitis TB)
Reaktifitas
TB In Aktif Mungkin
Masih Ada Basil TB
Imunitas Menurun
Atau Gagal
5%
Kuman
Infeksi primer
Sembuh total
Komplikasi
- Menyebar ke seluruh
tubuh scr.
Bronkhogen,
limphogen,
hematogen
Infeksi post primer
Kuman dormant
Muncul bertahun kemudian
Diresorpsi kembali/sembuh
Sarang meluas
sembuh dgn.
Jar. Fibrotik
.
Kavitas meluas
Membentuk sarang
Patofisiological pathway
TBC
Pembentukan
Transudat & Eksudat
Gangguan Perfusi
Reaksi Kuman
Iritasi Korteks
Kerusakan
Kerusakan
Jaringan Cerebral
Patogen
Saraf IX
Fokal Seizure
Suhu Tubuh
Resiko Trauma
Sulit
Nyeri
Sulit
Mengunyah
Makan
Deficit Cairan
Gangguan
Pemenuhan
Nutrisi
Kesadaran
Hipovolemik
Penumpukan Sekret
Gangguan Bersihan Jalan Nafas
Identitas klien: selain nama klien, juga orangtua; asal kota dan daerah, jumlah
keluarga.
2.
3.
4.
Riwayat imunisasi/vaksinasi.
Riwayat pengobatan.
Riwayat sosial ekonomi dan lingkungan.
5.
Riwayat keluarga.
Aspek psikososial.
Merasa dikucilkan.
Lingkungan:
6.
2)
3)
Pola eliminasi
Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan
hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan splenomegali.
4)
5)
6)
7)
8)
9)
Pola seksualitas/reproduktif
Anak biasanya dekat dengan ibu daripada ayah.
10)
PEMERIKSAAN FISIK
Demam: sub fibril, fibril (40 41oC) hilang timbul.
1.
2.
3.
4.
Uji tuberkulin
Infeksi TB imunitas seluler hipersensitifitas tipe lambat uji tuberkulin +.
2.
Foto rontgent
Rutin: foto pada R paru.
Atas indikasi: tulang, sendi, abdomen.
Rontgent paru tidak selalu khas.
3.
Gambaran klinis:
Tanpa gejala.
Demam lama.
BB turun/tidak naik.
Malnutrisi.
Malaise.
Batuk lama.
Diare berlanjut/berulang.
Gejala spesifik, sesuai organ yang terkena.
Pemeriksaan mikrobiologis
- Bakteriologis
Memastikan TB.
Hasil normal: tidak menyingkirkan diagnosa TB.
Hasil +: 10 62% dengan cara lama.
Cara : cara lama radio metrik (Bactec); PCK.
5.
6.
7.
Sumber infeksi
Adanya kontak dengan penderita TB menambah kriteria diagnosa.
8.
Lain-lain
-
Bronkoskopi.
Bronkografi.
Serologi.
dll.
Menurut Soetjiningsih:
Masa pra sekolah usia 1-6 tahun.
Periode terintegrasi.
Fase tenang.
Tahap perkembangan manusia ditinjau dari aspek psikososial menurut Erik Erickson:
Dibagi 8 tahap perkembangan mulai dari lahir sampai usia tua:
-
4 6 tahun:
Kepercayaan yang diperoleh anak tidak diartikan bahwa ia diperbolehkan memiliki
inisiatif dalam belajar mencari pengalaman-pengalaman baru secara aktif seperti
bagaimana dan mengapa tentang sesuatu sehingga anak dapat memperluas aktifitasnya,
jika anak dilarang dan diomeli/dicela untuk usaha itu yang mencari pengalaman baru,
anak akan merasa bersalah dan menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu
percobaan yang menantang, keterampilan motorik dan bahasanya.
DIAGNOSA PERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya faktor resiko :
Berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis
Kerusakan membran alveolar kapiler
Sekret yang kental
Edema bronchial
2. Resiko infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan :
Daya tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang menetap
Kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar
Malnutrisi
Terkontaminasi oleh lingkungan
Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman
3. Kurangnya
pengetahuan
keluarga
tentang
kondisi,
pengobatan,
berhubungan dengan :
Tidak ada yang menerangkan
Interpretasi yang salah, tidak akurat
Informasi yang didapat tidak lengkap
Terbatasnya pengetahuan / kognitif
4. Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan :
Kelelahan
Batuk yang sering, adanya produksi sputum
pencegahan,
Dyspnoe
Anoreksia
Penurunan kemampuan finansial (keluarga).
Membantu klien agar klien mau mengerti dan menerima terhadap terapi yang
diberikan untuk mencegah komplikasi.
2. Mengidentifikasi orang-orang yang beresiko untuk terjadinya infeksi seperti anggota
keluarga, teman, orang dalam satu perkumpulan.
Memberitahukan kepada mereka untuk mempersiapkan diri untuk mendapatkan
terapi pencegahan.
3. Anjurkan klien menampung dahaknya jika batuk
Kebiasaan ini untuk mencegah terjadinya penularan infeksi.
4. Gunakan masker setap melakukan tindakan
Untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi
5. Monitor temperatur
Febris merupakan indikasi terjadinya infeksi.
6. Ditekankan untuk tidak menghentikan terapi yang dijalani
Periode menular dapat terjadi hanya 2 3 hari setelah permulaan kemoterapi
tetapi dalam keadaan sudah terjadi kavitas atau penyakit sudah berlanjut sampai
tiga bulan.
Kolaborasi
7. Pemberian terapi untuk anak
a. INH, Etambutol, Rifampisin
INH adalah obat pilihan bagi penyakit TB primer dikombinasikan dengan obatobat lainnya. Pengobatan jangka pendek INH dan Rifampisin selama 9 bulan dan
etambutol untuk 2 bulan pertama.
b. Pyrazinamid ( PZA ) / aldinamide, Paraamino Salicyl ( PAS ), Sycloserine,
Streptomysin
Obat-obat sekunder diberikan jika obat-obat primer sudah resisten.
c. Monitor sputum BTA
Klien dengan 3 kali pemeriksaan BTA negatif, terapi diteruskan sampai batas
waktu yang ditentukan.
Dx. III.
Independen
1
Menekankan pentingnya asupan diet TKTP dan intake cairan yang adekuat.
Mencukupi kebutuhan metabolik, mengurangi kelelahan, intake cairan yang
memadai membantu mengencerkan dahak.
Berikan informasi yang spesifik dalam bentuk tulisan untuk klien dan keluarga
misalnya : jadwal minum obat.
Informasi tertulis dapat mengingatkan klien tentang informasi yang telah
diberikan. Pengulangan informasi dapat membantu mengingatkan klien.
Menjelaskan dosis obat, frekwensi, tindakan yang diharapkan dan perlunya therapi
dalam jangka waktu lama. Mengulangi penyuluhan mengenai potensial interaksi antara
obat yang diminum dengan obat / subtansi lain.
Meningkatkan partisipasi klien dan keluarga untuk mematuhi aturan therapi dan
mencegah terjadinya putus obat.
Jelaskan tentang efek samping dari pengobatan yang mungkin timbul, misalnya : mulut
kering, konstipasi, gangguan penglihatan, sakit kepala, peningkatan tekanan darah.
Dapat mencegah keraguan terhadap pengobatan dan meningkatkan kemampuan
klien untuk menjalani terapi.
Memberikan
dorongan
pada
klien
dan
keluarga
untuk
mengungkapkan
kecemasannya.
Penyangkalan
terhadap
perasaannya
akan
Review tentang cara penularan TB ( misalnya : umumnya melalui inhalasi udara yang
mengandung kuman, tapi mungkin juga menular melalui urine jika infeksinya
mengenai sistem urinaria ) dan resiko kambuh kembali.
Pengetahuan yang cukup dapat mengurangi resiko penularan / kambuh kembali.
Komplikasi yang berhubungan dengan tidak adekuatnya penyembuhan TB meliputi
: formasi abses, empisema, pneumothorak, fibrosis, efusi pleura, empyema,
bronkhiektasis, hemoptisis, ulcerasi GI, fistula bronkopleural, TB laring, dan
penularan kuman.
Dx. IV.
Independen
Kaji dan komunikasikan status nutrisi klien dan keluarga seperti yang dianjurkan :
1. Catat turgor kulit
2. Timbang berat badan
3. Integritas mukosa mulut, kemampuan dan ketidakmampuan menelan, adanya bising
usus, riwayat nausea, vomiting atau diare.
Digunakan untuk mendefinisikan tingkat masalah dan intervensi
4
Catat adanya anoreksia, nausea, vomiting, dan tetapkan jika ada hubungannya dengan
medikasi. Monitor volume, frekwensi, konsistensi BAB.
Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk
meningkatkan intake nutrisi.
Anjurkan bedrest
Membantu menghemat energi khususnya terjadinya metabolik saat demam.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. EGC. Jakarta.
Doengoes, ME. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta.
IDAI dan PP IDAI UKK Pulmonologi.
2000.
ASUHAN KEPERAWATAN
ANAK M. F USIA 10 TAHUN DENGAN
MENINGOENCEPHALITIS TB
DI RUANG ANAK (B3) RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
OLEH :
Subhan
NIM 010030170 B
Nama Mahasiswa
: Subhan
Ruangan
NIM
: 010030170 B
: 17 Juli 2001
: Anak (B 3)
Jam
: 12.15 wib
I. IDENTITAS KLIEN:
Nama
: An. NH
Jenis Kelamin
: Perempuan
: 10 tahun
Anak Ke
: 1
Nama Ayah
Nama Ibu
: Tn. S
: Ny. A
: SLTA
Agama
: Islam.
Suku/Bangsa
: Jawa/Indonesia
Alamat
Tanggal MRS
Lainnya: klien mendapat perawatan dari bagian mata dan fisioterapi serta
telah dikonsulkan dengan bagian gizi.
BCG
Campak
Hepatitis B
Status Gizi
Psikososial
Masa bayi (0-1 tahun): dirawat oleh ibu dibantu ayah dan kakak kadang juga
oleh kakek dan nenek, tetapi dengan ibunya, klien sulit dipisahkan. Klien
menangis keras bila ibu lama meninggalkannya.
Toddler (1-3 tahun): Klien berpakaian, makan serta BAB masih dibantu oleh
ibu, kadangkadang oleh ayah dan kakak namun lebih sering dengan ibunya.
Klien mulai belajar bicara sejak umur 1 tahun.
lumayan baik. Klien dekat dengan ibunya. Klien pendiam dan agak cengeng.
Kesekolah diantar jemput.
Psikosexual: klien berada diantara fase oedipal/falik dan fase laten.
Interaksi: menurut ibunya klien pendiam dan cengeng. Klien sangat dekat dengan ibunya
dibandingkan dengan ayahnya.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Komposisi keluarga: 4 orang (ayah, ibu, kakak dan klien).
Lingkungan rumah dan komunitas:
Pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga: SLTA dengan pekerjaan swasta.
Kultur dan kepercayaan: adat Jawa, kepercayaan yang dianut adalah agama Islam.
Fungsi dan hubungan keluarga: klien dirawat oleh ibu, menurut ibunya klien dekat dengan
dirinya dibandingkan dengan ayah dan kakaknya.
Perilaku yang dapat mempengaruhi keseahatan: tidak terkaji.
Persepsi keluarga tentang penyakit klien:
Pola eliminasi:
Dikatakan klien lama tidak BAB, saat pengkajian klien BAB. Oleh perawat
yang jaga malam klien di lavament, BAK jarang, 2-3x/hari.
Pola tidur dan istirahat:
Tidak bisa dikaji karena kesadaran klien somnolen.
Pola kognitif dan perseptual:
Klien kadang kejang, reaksi terhadap nyeri +.
Pola persepsi diri:
Tidak bisa dikaji. Ibu klien tampak sabar dan telaten dalam merawat/ menjaga
klien.
Pola peran hubungan:
Yang merawat klien selama sakit adalah ibunya, yang secara telaten dan
disiplin serta sabar. Bila mau pergi untuk membeli obat atau mandi ibunya
selalu menitipkan kepada perawat atau tetangga dan keluarga yang sedang
membesuknya.
Pola seksualitas/reproduktif:
Sejak masih kecil klien sudah dekat dengan ibunya dibandingkan dengan ayah
maupun kakaknya. Organ seksual lengkap dan dalam batas normal.
Pola mekanisme koping dan stress:
Sebelumnya klien pendiam dan agak cengeng. Saat pengkajian kesadaran
klien somnolen sehingga tidak bisa mengkaji.
Pola nilai dan keyakinan
Keluarga memeluk agama Islam. Ibu memasrahkan anaknya kepada Tuhan
YME dengan selalu berdoa dan mengerjakan shalat. Ibu klien yakin bahwa
anaknya suatu saat nanti dapat sembuh.
5. Pemeriksaan Diagnostik
Patologi anatomi (PA) tanggal 25 Juni 2001:
Kesimpulan: nodul colli sinistra. FNA Lymphadenitis tuberculosa.
Pemeriksaan laboratorium tanggal 21 Juni 2001:
CRP positif 48 mg/L.
Pemeriksaan laboratorium tangal 13 Juni 2001:
Hb
= 9,4 g/dl
Eritrosit
= 4,8 x 1 juta/UL
Leukosit
= 13,7 x 109/L
Warna
: jernih
Kekeruhan : -
Makroskopis:
-
Jenis sel:
Mononuklear : 100%
Poli nuklear : -
Uji kimiawi:
-
Nonne Apelt : -
Pandy
Protein
Terapi:
Cotrimoxazole 2x400 mg
Prednison 3x1 tab
Streptomycin injeksi 1x400 mg/IM
INH 1x200 mg
Rifampisin 1x10 mg
B6 1x150 mg
Pamol puyer k/p
Lavament 2x sehari
Diit TKTP 1250 kal
Modisco III 1x100 cc
Tim sonde 6x100 cc
: : 34 mg/dl
ANALISA DATA
Tgl.
09/7/
Data
S: Ibu klien mengatakan suhu
2001
Resiko
Masalah
infeksi
&
penyebaran infeksi
panas.
O:- Peningkatan suhu tubuh
38,8oC.
L
9
eukosit 13,7x10 /L
-
Penyebab
Peradangan pada
si
A: Lymfadenitis TB.
Gizi buruk.
nyebar ke seluruh
tubuh
Komplikasi infeksi
09/7/
2001
S:
Ibu
klien
bertanya
O: - NGT terpasang.
si
- Kesadaran somnolen.
- BB= 12,5 kg.
- Kulit kering.
09/7/
2001
kalori
S: Ibu mengeluh kaki & Gangguan motorik & Gangguan mobilitas fisik
tangan klien kaku.
kelumpuhan bebera-
T
ulang
belakang
melengkung ke muka.
pa nervus cranialis
& kontraktur
pastik.
-
P
enurunan
kesadaran:
somnolen.
-
R
R= 36x/mnt.
09/7/
2001
- Nadi= 128x/mnt.
S: Ibu bertanya tentang
kondisi
anaknya,
pengobatan
prognosisnya.
O: Ibu selalu bertanya.
serta
Keadaan klien
Kurang
pengetahuan
klien,
pengobatan,
pro-
ayah)
sedur
diagnostik
&
Interpretasi yang
salah, tidak akurat,
informasi yang didapat tidak lengkap
prognosis
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien: An. M.F No. Rekam Medik: 10053860Hari Rawat yang ke-: 31 hari
No
1.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Resiko infeksi & penye- Penyebaran infeksi yang lebih 1.
Rencana Intervensi
Mengidentifikasi
orang-orang
Rasional
yang 1. Memberitahu untuk tidak terlalu
klien).
infeksi.
Kriteria Hasil:
-
2.
T
T 4.
idak terjadi kejang.
3.
klien.
5.
2.
TTV.
Perubahan nutrisi: ku-rang Kebutuhan nutrisi terpe-nuhi 1. Kaji & komunikasikan status nutrisi klien.
dari kebutuhan berhubungan sesuai kondisi klien
dengan
diketahui
sedini
1.
Untuk
mendefinisikan
tingkat
dapat
peningkatan
Agar
Memberikan
nutrisi.
tambahan
inta-ke
dengan 5. Lakukan
program pe-ngobatan
perawatan
oral
sebelum
&
sesudah terapi.
cairan.
5. Untuk mengurangi
rasa tidak
nyaman.
3.
Gangguan mobilitas
berhubungan
penurunan
fi-sik Mobilitas
fisik
otot, bulan.
pada extremitas.
Kriteria Hasil:
3. Ajarkan ibu dan keluarga untuk tindakan 3. Mencegah trauma karena kondisi
kewaspadaan keamanan.
Kurang
keluarga
kon-disi memahami
kondisi
klien,
da-pat
dalam 24 jam.
kooperatif 3.
Jelaskan
kondisi
klien,
Dapat
fisik.
2. Agar tidak terjadi salah inter-
pengobatan,
Kriteria Hasil:
belajar berka-itan
komplikasi.
1. Kemampuan
peretasi/pengertian.
3.
Agar
keluarga
dapat
mema-
haminya.
mengungkapkan kecema-sannya.
mengulang 5. Jelaskan tentang efek samping pe-ngobatan 4. Untuk mengubah pandang-annya
yang
salah
&
mereda-kan
kecemasannya.
5.
Mencegah
pengobatan
motivasi
keraguan
&
keluarga
terha-dap
mening-katkan
un-tuk
terus
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dx
Tgl.
Kep
1
09/7/
Jam
Implementasi Keperawatan
0745 wib -
2001
Evaluasi
Memberika
S: -
0915
tubuh
37oC.
kanan/kiri.
0845
-Suhu
Memberika
n injeksi Streptomycin 400 mg/IM.
Memberika
-Ada spastik.
-Tidak ada kejang.
rencana
Menanyaka
kepe-
rawatan.
Menganjurk
an
keluarga
untuk
membatasi
pengunjung/menjenguk
secara
bergantian.
09/7/
1000
Monitor
2001
0855
telah
mem-
berikan
semua
cm.
Menganjurkan
ibu
klien
untuk
1030
pemberian.
O: -Diit dihabis-kan
sesuai waktu.
-BB= 12,5 kg.
-Ibu memberikan jus buah
A: Masalah tetap.
P: Tetap teruskan
rencana
kepe-
09/7/
0930
2001
Memberikan
gulungan
kain
rawatan.
untuk S: -
1045
O:
somnolen.
1100
1145
-Ada spastik.
drop/kaku.
-Kesadaran
P: Tetap teruskan
rencana
vensi.
inter-
09/7/
0820
2001
0835
0845
mg/IM.
O:
A:
Klien pu-
lang paksa
38,1oC.
Tanggal
10-7-01
(malam
hari)
10/7/
10
09
2001
0920
0930
O:
Klien pu-
lang paksa
P:
posisi
Tanggal
10-7-01
(malam
10/7/
55
08
2001
0900
O:
Klien pu-
gliserin.
lang paksa
Mengingatkan
P:
ibu
untuk
tepat
hari)
Tanggal
10-7-01
(malam
10/7/
1000
2001
1045
1100
Menjelaskan
O:
tentang
prosedur
pe- A:
Klien pu-
lang paksa
Tanggal
10-7-01
Menjanjikan
untuk
menjelaskan
1255
hari)
(malam
hari)
Sub Topik
Sasaran
Tempat
: 1 x 20 menit
METODE
-
Ceramah
Tanya jawab
VI.
MEDIA:
- Leaflet/brosur.
2)
3)
4)
5)
6)
Waktu
3 menit
Kegiatan Penyuluh
1. Memperkenalkan diri &
Kegiatan Peserta
-
pembimbing
Mende
ngarkan.
Mende
ngarkan.
Memp
erhatikan.
Memp
erhatikan.
2.
15 menit
Pelaksanaan:
M
enjelaskan tentang tujuan
pengobatan
TB
secara
Mende
ngarkan & memperhatikan.
umum.
-
M
enjelaskan tentang prinsip
pengobatan TB pada anak.
M
enjelaskan
tentang
Bertan
alternatif pengobatan TB
pada anak.
diajukan.
M
enjelaskan tentang obat
anti tuberkulosis (OAT) .
M
enjelaskan tentang lama
pemberian obat TB pada
anak.
M
enjelaskan tentang efek
samping obat TB pada
anak.
3.
5 menit
Evaluasi:
Menjawab pertanyaan
tentang
telah
materi
diberikan &
bila
dapat
menjawab/menjelaskan
4.
2 menit
kembali.
Terminasi:
- Mengucapkan terima ka-sih
kepada ibu & keluarga.
- Bersalaman dengan ibu &
keluarga.
IX. PENGORGANISASIAN
Pembicara
: Subhan
Materi Penyuluhan:
Tujuan Pengobatan TB
Adalah selain menyembuhkan juga mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau
resistensi terhadap obat anti tuberculosis (OAT) dan memutus mata rantai penularan.
B.
Prinsip Pengobatan TB
1. Permulaan intensif.
Kemungkinan komplikasi TB pada anak sangat luas, maka lebih baik terlalu cepat
mengobati daripada terlambat mengobati.
selengkap mungkin serta dicurigai kemungkinan besar TB, maka langsung diobati.
Bila 2 bulan terlihat perbaikan nyata maka diagnosis TB lebih pasti pengobatan di
teruskan. Tapi apabila dalam 2 bulan tidak ada perbaikan nyata, mungkin bukan TB
atau ada resistensi terhadap obat. Perlu diperiksa lebih lanjut dan lebih teliti.
2. Kombinasi 3 atau lebih obat anti TB.
Obat Anti Tuberculosis (OAT):
1)
Isoniazid (INH)
2)
Rifampisin
3)
Pirazinamid
4)
Streptomisin
5)
Etambutol
6)
C.
TB pada kulit/skrofuloderm.
TB pada mata.
1.
2.
D.
E.
Frekuensi Pemberian
Dosis tunggal setiap hari
Lama
6 bulan
6 bulan
Strep 2 bulan
Strep
INH
Rmp
Strep
2 bulan)
PZA
INH
Rmp
TB tulang
Strep
belakang
INH
Rmp
Meningitis TB
Strep
dosis berbeda
PZA
F.
Gangguan pendengaran
Etambutol:
Radang pada syaraf mata
Kulit kemerahan dan bengkak
Etionamid:
Mual
Muntah
Racun di hati
PAS (P):
Gastritis (maag)
Racun di hati.
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui/Menyetujui:
Pembimbing Klinik/
Pembimbing Akademik:
M. E. SUMIJATI
INDRIJATIE, Skp
PENGOBATAN TUBERCULOSIS
PADA ANAK
OLEH:
SUBHAN
I.
II.
3.
4.
5.
III.
3.
Frekuensi Pemberian
Dosis tunggal setiap hari
Lama
6 bulan
6 bulan
Strep 2 bulan
Strep
INH
Rmp
Strep
2 bulan)
PZA
INH
Rmp
TB tulang
Strep
belakang
bulan)
INH
Meningitis
Rmp
TB dosis
Strep
berbeda
PZA 2 bulan)
PZA
VI.
Racun di hati
PAS (P):
Gastritis (maag)
Racun di hati.
Catatan:
Pengobatan TBC tidak boleh terputus-putus karena akan menyebabkan kuman TBC
menjadi resisten/kuman tahan terhadap obat yang diberikan dan resiko kambuh
kembali.