Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


KEPUTIHAN PADA REMAJA

Oleh:
MENTARI DWI ALDILA
131511123074

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa peralihan dari

masa kanak- kanak ke masa dewasa bahwa batasan usia remaja adalah usia 12
sampai 24 tahun (WHO). Remaja sebagai kelompok umur terbanyak dalam
struktur penduduk Indonesia, merupakan fokus perhatian dan intervensi yang
strategis bagi pembagunan sumber daya manusia masa depan sebagai generasi
penerus bangsa (Muliani, 2013). Semua wanita di dunia sangat berpotensi untuk
terserang keputihan, tetapi remaja perempuan lebih beresiko terjadi keputihan
(fluor albus) (Anurugao, 2013). Remaja perempuan yang beresiko lebih tinggi
terhadap infeksi atau keputihan patologis berumur12-24 tahun (UNFPA, 2015).
Keputihan atau fluor albus merupakan sekresi vaginal pada wanita yang berwarna
putih susu, kuning, bahkan hijau, dan cairan bergumpal lendir. Keputihan pada
dasarnya dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu keputihan normal
(fisiologis) dan keputihan abnormal (patologis). Keputihan fisiologis adalah
keputihan yang biasanya terjadi setiap bulannya, biasanya muncul menjelang
menstruasi atau sesudah menstruasi ataupun masa subur. Keputihan patologis
dapat disebabkan oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa gatal di dalam vagina
dan di sekitar bibir vagina bagian luar. Yang sering menimbulkan keputihan ini
antara lain bakteri, virus, jamur atau juga parasit. Infeksi ini dapat menjalar dan
menimbulkan peradangan ke saluran kencing, sehingga menimbulkan rasa pedih
saat si penderita buang air kecil (WHO).

Data penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukkan 75%


wanita di dunia pasti menderita keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan
45% diantaranya bisa mengalaminya sebanyak dua kali atau lebih (Putu, 2009).
Di Indonesia mengalami penigkatan angka kejadian fluor albus
pada tahun 2005 sekitar 75% dan pada tahun 2007 meningkat
sekitar 90% wanita berpotensi mengalami keputihan karena
Negara Indonesia adalah negara tropis, sehingga jamur mudah
berkembang yang menyebabkan banyaknya kasus keputihan
(Anurugao, 2013). Di Jawa Timur menunjukkan 75% remaja menderita
keputihan paling sekali seumur hidup, 45% bisa mengalami keputihan sebanyak
dua kali atau lebih. Remaja yang mendapat perhatian karena relatif muda dan
masih dalam status pendidikan seolah bebas dari kemungkinan menghadapi
masalah keputihan patologis atau tidak normal (Depkes, 2012).
Penting sekali bagi para remaja putri sejak dini merawat kebersihan
genetalia secara tepat untuk mengurangi resiko keputihan (Azizah, 2015).
Penyebab dari keputihan antara lain bakteri, jamur, parasit, dan virus (Risna,
2013). Faktor yang berhubungan dengan kejadian keputihan pada remaja meliputi
beberapa hal, pengetahuan, pembersih vagina, celana ketat, cara cebok, personal
hygiene, dan pemakaian panty liner (Azizah, 2015). Pengetahuan sangat
berpengaruh mengenai bagaimana cara kita dalam menjaga kesehatan organ
reproduksi terutama organ kewanitaan karena organ kewanitaan sangat rentan
mengalami yang namanya Fluor Albus jika Fluor Albus tidak segera ditangani
dapat menyebabkan hal-hal yang patologis sehingga dapat menyebabkan Infeksi
pada Organ Genetalia. (Donatila, 2011). Penggunaan pembersih vagina yang

banyak dijual dipasaran justru akan mengganggu ekosistem di dalam vagina,


terutama pH dan kehidupan bakteri baik. Jika pH terganggu maka bakteri jahat
akan mudah berkembang lebih banyak dan vagina akan mudah terkena penyakit
yang salah satunya ditandai dengan keputihan (Iskandar, 2011). Penggunaan
celana yang terlalu ketat dapat menghambat aliran udara sehingga sulit menyerap
keringat dan bakteri mudah berkembang yang akan menyebabkan keputihan
(Rizky, 2011). Cara cebok yang salah seperti cebok mengarah ke depan mengarah
kelamin dapat mengakibatkan kuman kuman dari belakang atau anus menempel
pada kelamin pada wanita yaitu vagina akan menyebabkan keputihan (Azizah,
2015). Personal hygiene yang kurang pada area genetalia menyebabkan kuman,
parasit, dan virus berkembang dengan pesat di daerah sekitar kemaluan wanita
sehingga menyebabkan keputihan (Ratna, 2012). Panty liner meningkatkan
populasi Eubacterium species di vagina dan menurunkan jumlah Lactobacillus
species di vagina sebagai flora normal. Pemakaian panty liner juga dapat
mentransfer flora intestinal seperti Eschericia coli ke dalam vagina dan
pemakaian panty liner non breathable dapat meningkatkan risiko Fluor albus
(Persia, 2015).
Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk menganalisis
faktor yang berhubungan dengan kejadian keputihan pada remaja.
1.2
Identifikasi Masalah
1.2.1 Kesehatan pada reproduksi remaja perempuan seperti halnya keputihan
(fluor albus) di Indonesia masih kurang
1.2.2 Tingginya prevalensi remaja di Indonesia yang mengalami kejadian
keputihan.
1.2.3 Kurangnya pengetahuan remaja mengenai keputihan (fluor albus).

1.2.4 Pemakaian pembersih vagina berhubungan dengan kejadian keputihan


(fluor albus).
1.2.5 Penggunaan celana ketat berhubungan dengan kejadian keputihan (fluor
albus).
1.2.6 Kesalahan cara cebok berhubungan dengan kejadian keputihan (fluor albus).
1.2.7 Kurangnya personal hygiene berhubungan dengan kejadian keputihan (fluor
albus).
1.2.8 Pemakaian panty liner berhubungan dengan kejadian keputihan (fluor
1.3

albus).
Rumusan Masalah
Apakah analisis faktor yang berhubungan dengan kejadian keputihan pada

remaja ?
1.4
Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui analisis faktor yang berhubungan dengan kejadian
1.4.2

keputihan pada remaja.


Tujuan khusus
1. Untuk menganalisis hubungan pengetahuan dengan kejadian keputihan
pada remaja.
2. Untuk menganalisis hubungan pembersih vagina dengan kejadian
keputihan pada remaja.
3. Untuk menganalisis hubungan celana ketat dengan kejadian keputihan
pada remaja.
4. Untuk menganalisis hubungan cara cebok dengan kejadian keputihan
pada remaja.
5. Untuk menganalisis hubungan personal hygiene dengan kejadian
keputihan pada remaja.
6. Untuk menganalisis hubungan panty liner dengan kejadian keputihan

pada remaja.
1.5
Manfaat Penelitian
1.5.1 Teoritis
Hasil penelitian dapat menganalisis faktor yang berhubungan dengan kejadian
keputihan pada remaja, sehingga penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan

pengembangan ilmu keperawatan khususnya dalam bidang ilmu keperawatan


maternitas.
1.5.2 Praktis
1.
Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan
Meningkatkan pelayanan terhadap
2.

3.

masyarakat

khususnya

perempuan mengenai kesehatan reproduksi yaitu keputihan.


Bagi Responden
Memberikan pengetahuan tentang pentingnya menjaga
reproduksi untuk menurunkan resiko keputihan .
Bagi Ilmu Keperawatan
Memberikan pengetahuan baru mengenai intervensi

remaja

kesehatan

keperawatan

mengenai kejadian keputihan pada remaja.


4.

Bagi Peneliti Selanjutnya


Sebagai masukan data dan pemikiran perkembangan pengetahuan untuk
peneliti selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anurogo,D.

&

Wulandari,

A.

(2013).

Cara

Jitu

Mengatasi

Nyeri

Haid.Yogyakarta: ANDI Yogyakarta


Azizah. (2015). Karakteristik Remaja Putri Dengan Kejadian Keputihan Di SMK
Muhammadiyah Kudus. JIKK Vol. 6 No.1 57-58
Donatila. (2011). Hubungan Antara Pengetahuan dan Peerilaku Menjaga
Kebersihan Genetalia Eksterna Dengan Kejadian Keputihan Pada Siswi
SMA Negeri 4 Semarang. Fakultas Kedokteran UNDIP Semarang
Nursalam.(2013).Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis
Edisi 3.Jakarta:Salemba Medika
Ratna, I & Yuli,I.(2012). Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian
Keputihan Pada Siswi MA AL-Hikmah Aeng Deke Bluto
Risna, T & Ardiani,S. (2013). Hubungan Pemakaian Pembersih Vagina Dengan
Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri. Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol 4
No. 1 Edisi Juni
Rizky,F. (2011). Hubungan Frekuensi Penggunaan Celana Ketat (Jeans) Dengan
Kejadian Keputihan (Fluor Albus) Pada Mahasiswi Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang.
Persia,A & Rina,G. (2015). Hubungan Pemakaian Panty Liner dengan Kejadian
Fluor Albus Pada Siswi SMA di Kota Padang Berdasarkan Wawancara
Terpimpin (Kuesioner). Jurnal Kesehatan Andalas Vol.4 No.2
Putu

Muliarini,

(2009).

http://www.seksi

yang

mengganggu

sistem

reproduksi.html. (Diakses pada tanggal 4 Oktober 2016)


WHO, UNICEF, UNFPA, and The World Bank Estimates.Trends in Maternal
Mortality:1990-2010.Geneva:WHO;2015.

Anda mungkin juga menyukai