156
pakan strategi yang efektif dalam pembelajaran matematika. Dalam penelitian ini,
contoh analogi didasarkan pada kemampuan penalaran analogi siswa. Selanjutnya,
Amir-movidi, et al (2012) menyimpulkan
bahwa kemampuan penalaran analogi
membantu siswa dalam mengaitkan pengetahuan matematika baru ke dalam pengalaman yang telah ada. Poin penting dalam
penalaran analogi, yaitu:
1. Berupaya untuk menemukan kasus
yang mirip namun berbeda dengan
masalah awal;
2. Jawaban atau gagasan masalah analogi tersebut mengarah pada jawaban
yang mirip dengan masalah asal;
3. Menghasilkan hubungan antara kasus
yang trivial maupun tidak dalam contoh analogi;
4. Memisahkan analogi yang dihasilkan
dari langkah penyelesaian masalah
yang lain, seperti menghasilkan kasus
ekstrem, memecah solusi ke dalam
beberapa bagian yang terpisah, dan
analisis masalah dalam pernyataan
prinsip teoritis.
Contoh Analogi menggunakan
gagasan Watson dan Mason (2005) dalam
Zazkis dan Chernoff (2007) yaitu konsep
ruang contoh. Menurut Watson dan
Mason, ruang contoh adalah kumpulan
contoh yang memenuhi fungsi tertentu.
Ruang contoh dipengaruhi oleh pengalaman individu dan memori serta prasyarat
tertentu dari tugas yang diberikan. Ruang
contoh dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. ruang contoh personal, yaitu contoh
yang dikembangkan melalui tugas,
isyarat, dan lingkungan melalui pengalaman terbaru siswa;
2. ruang contoh personal potensial, yaitu
contoh yang terdiri atas pengalaman
masa lalu seseorang dan tidak terstruktur, sehingga tidak mudah untuk menjangkaunya;
3. ruang contoh konvensional, yaitu contoh yang telah dikemukakan matematikawan dan yang tersaji dalam buku teks
dan dapat ditularkan langsung kepada
siswa oleh guru.
Keempat gagasan ruang contoh tersebut
digunakan sebagai landasan peneliti untuk
memberikan contoh analogi. Selain itu,
pemberian contoh harus berhati-hati. Hal
ini sesuai dengan saran Amir Movidi, et al
(2012) untuk memilih contoh analogi dengan tepat karena memungkinkan siswa
bernalar dengan tidak tepat dan menyebabkan miskonsepsi.
METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena data utamanya adalah berupa kata-kata dan hasil pekerjaan
siswa dalam menyelesaikan soal. Jenis penelitian ini adalah studi kasus karena peneliti memilih subjek tertentu dengan teknik purposive sampling yaitu memilih siswa yang mengalami kesalahan akibat dari
miskonsepsi dalam menyelesaikan soal
yang diberikan dan mampu mengomunikasikan idenya dengan baik. Subjek yang
dipilih adalah dua siswa SD, yaitu Alfa dan
Beta (bukan nama sebenarnya). Alfa merupakan siswa kelas 3 SD dengan kemampuan sedang dan memiliki motivasi matematika yang rendah. Beta adalah siswi
kelas 5 SD dengan kemampuan sedang dan
memiliki motivasi tinggi terhadap matematika.
Prosedur pengambilan datanya diawali dengan pemberian masalah kepada
siswa. Subjek 1 (Alfa) diberi diberikan
masalah penjumlahan dan subjek 2 (Beta)
diberi masalah terkait dengan materi
waktu.
Selanjutnya, siswa yang mengalami kesalahan karena miskonsepsi diwawancarai untuk mengetahui letak kesalahannya. Setelah mengetahui letak kesala-
Melalui contoh analogi tersebut, siswa diberi kesempatan untuk mengonstruksi prosedur untuk menemukan jawaban yang tepat. Siswa mencoba memikirkan bagaimana mendapatkan jawaban yang tepat, dan
akhirnya menemukan cara bahwa untuk
menemukan jawabannya adalah dengan
mengurangakan 5 dengan 2, sehingga ketemu 3.
Selanjutnya peneliti memberikan
kasus lain yang analogi dengan kasus sebelumnya, namun bilangannya lebih rumit.
.........
P: kalo seandainya saya punya soal gini,
gimana? 12 + ......... = 27
A: ini seperti tadi kan, Pak, kalo gitu
berarti titik-titik itu isinya.........
hmmm.......... 27 dikurangi 12 jadinya
15,
P: apa kamu yakin?
A: iya, Pak, karena 12 + 15 = 27
.........
Alfa telah mampu menggunakan prosedur
yang Ia temukan dari contoh analogi sebelumnya. Selanjutnya, peneliti mengajak
siswa untuk memastikan jawaban pada
masalah asal, yaitu 123 + 558 = 432.
.........
P: nah, sekarang, kalo kita kembali ke
masalah untuk menentukan bilangan
yang mengisi titik-titik dari soal 123 +
...... = 432, tadi caramu gimana?
A: 123 + 432 = 558
P: kalo dibandingkan dengan caramu
untuk menyelesaikan 2 + ......... = 5
tadi, berarti gimana? Caramu udah
benar atau masih salah?
A: hmm........... iya...ya.... berarti ini salah,
tadi kan ditambah, harusnya dikurangi
P: maksudnya gimana?
A: ini lho, Pak. Yang ini 432 harusnya
dikurangi 123, trus jadinya jawabannya
Skemp, Richard R. 1976. Relational Understanding and Instrumental Understanding. Mathematics Teaching, 77, 2026.
Subanji. 2013. Pembelajaran Matematika
Kreatif dan Inovatif. Malang: UM
Press.
Subanji. 2015. Teori Kesalahan Konstruksi
Konsep dan Pemecahan Masalah
Matematika. Malang: UM Press.
Zazkis, Rina & Chernoff, Egan J.. 2008.
What makes a counterexample
exemplary?. Educ Stud Math
68:195208 DOI 10.1007/s10649007-9110-4
Zazkis, Rina & Leikin, Roza. 2008.
Exemplifying definitions: a case of
a square. Educ Stud Math 69:131
148 DOI 10.1007/s10649-0089131-7
Zazkis, Rina; Liljedahl, Peter; & Chernoff,
Egan J. 2008. The role of examples
in forming and refuting generalizations. ZDM Mathematics Education DOI 10.1007/s11858-0070065-9