Anda di halaman 1dari 3

EPIDEMOILOGI HEMIPARESE

Hemiparesis adalah kerusakan pada seluruh korteks piramidalis sesisi menimbulkan


kelumpuhan UMN (Upper Motor Neuron) pada belahan tubuh sisi kontralateral. Bila
kerusakan unilateral pada jaras kortikobulbar/kortikospinal di tingkat batang
otak menimbulkan sindrom hemiplegia alternans. Sindrom tersebut terdiriatas kelumpuhan
UMN
yang
melanda
otot-otot
belahan
tubuh
kontralateral
yang berada di tingkat lesi, sedangkan setingkat lesinya terdapat kelumpuhan LMN,
yang
melanda otot-otot yang disarafi oleh saraf kranial yang terlibat dalam lesi.Tergantung pada
lokasi lesi paralitiknya, sehingga dapatlah dijumpai hemiplegiaalternans di mesensefalon.
Sebuah gambarannya dijumpai bilamana hemilasi di batang otak menduduki pedunkulus
serebri di tingkat mesensefalon.
PREVALENSI HEMIPARESIS

Prevalensi adalah bagian dari studi epidemiologi yang membawa pengertian jumlah
orang dalam populasi yang mengalami penyakit, gangguan atau kondisi tertentu pada suatu
tempoh waktu dihubungkan dengan besar populasi dari mana kasus itu berasal.
Gejala yang paling khas pada hemiparesis, kelemahan ekstremitas sesisi, hilang
sensasi wajah, kesulitan bicara dan kehilangan penglihatan sesisi (Irfan, 2010). Data 28 RS di
Indonesia, pasien yang mengalami gangguan motorik sekitar 90,5% (Misbach & Soertidewi,
2011). Pemulihan kekuatan ekstremitas masih merupakan masalah utama yang dihadapi oleh
pasien yang mengalami hemiparesis. Sekitar 80% pasien mengalami hemiparesis akut di
bagian ekstremitas atas dan hanya sekitar sepertiga yang mengalami pemulihan fungsional
penuh (Beebe & Lang, 2009). Untuk meminimalkan angka kecacatan pada orang yang
menderita hemiparese maka dapat dilakukan fisioterapi. Rata rata pasien yang mengalami
hemiparese pada ekstremitas atas kekuatan ototnya berkisar antara 0-3.

PROSES PATOLOGI GANGGUAN MOTORIK AKIBAT HEMIPARESE


Jika terdapat kelumpuhan pada lengan dan kaki pada sisi yang sama,
dan jika tanda UMN merujuk pada lesi sentral, maka lesi kemungkinan berada dikorda
spinalis servikal atau otak. Nyeri leher atau pada daerah dermatom servikaldapat menjadi
bukti tempat lesi. Jika hemiparesis yang berasal dari serebral berprogresi dalam hari
atauminggu, dapat dicurigai lesi massa serebral, baik pada pasien anak-anak atau dewasa.
Selain tumor otak, kemungkinan lain termasuk malformasiarteriovenosus, abses otak, atau

infeksi lainnya. Kelainan otak metabolik biasanyamengakibatkan tanda bilateral dengan


gangguan
mental,
tetapi
merupakan penyebab
hemiparesis yang
jarang. Secara umum, hemiparesis biasanya merujuk pada lesi serebral daripada lesi di leher,
dan penyebabnya dapat ditemukan denganmelihat gejala klinis dan dengan CT atau MRI.

MANIFESTASI KLINIS

Adapun tanda-tanda dan gejala yang terdapat pada hemiparese sinistra disesuaikan
dengan stadiumnya, yaitu:

a. Stadium akut

Paralisis, pupil mata melebar. Kadang satu pupil lebih lebar dari yang lain
disebabkan oleh paralysis dari iris/otot mata, denyut jantung dan nadi tidak teratur
biasanya lambat. Anggota gerak yang terkena menjadi fleksid paralysis, semua reflek
hilang. Pada stadium ini terjadi penurunan kesadaran yang dinamakan opopletik fit.
Serangan ini dapat didahului dengan sakit kepala, pusing tapi kadang-kadang tanpa
keluhan, maka penderita menjadi pucat, nafas bersuara berat karena saluran nafas
terhalang oleh lidah.

b. Stadium recovery

Stadium ini dimulai dengan tanda pulsa/denyut nadi menjadi lebih cepat,
temperatur/suhu tubuh naik, penderita gelisah, mudah terkejut dan kadang sulit tidur.
Sistem reflek kembali seperti semula pada system sehat, otot yang mengalami fleksid
paralisis menjadi spastik. Kebanyakan otot yang terserang berada dalam keadaan
fleksid untuk beberapa hari sampai 2 atau 3 minggu, terutama pada daerah lengan dan
jari tangan.

c. Stadium spastisitas

Keadaan otot dan reflek sudah mulai kembali, tetapi berlebihan, timbul ankle
klonus dan reflek patologi (babinski sign). Lengan masih dalam keadaan serangan
yang lebih berat dibanding dengan tungkai dan wajah. Biasanya lengan terfiksir
melekat pada badan dengan posisi adduksi shoulder, semi fleksi elbow, lengan bawah
pronasi, wrist dan finger fleksi ini merupakan posisi karakteristik. Tungkai terfiksir
pada ibu jari oposisi, posisi lutut ekstensi, plantar fleksi, eksternal rotasi dan
mengalami drop foot. Bila wajah yang terkena serangan, dampaknya lebih ringan dan
yang terkena adalah wajah bagian bawah. Lidah akan membelok ke samping bagian
paralysis.

Anda mungkin juga menyukai