Anda di halaman 1dari 7

A.

PENDAHULUAN
Seperti yang kita ketahui, mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam.Dalam
perkembangannya di Indonesia, Islam dikelompokkan menjadi beberapa paham, diantaranya
adalah NU dan Muhammadiyah.Kedua paham ini memiliki pendapat yang berbeda yaitu NU
menganut paham Ahlussunnah Wal Jamaah (ASWAJA), sedangkan Muhammadiyah
menganut paham Amal Maruf Nahi Munkar.
NU menganut paham Ahlussunnah Waljamaah yang artinya sebuah pola pikir yang
mengambil jalan ekstm aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrem naqli (skripturalis). Karena itu
sumber pemikiran bagi NU tidak hanya Al-Quran, sunnah, tetapi juga menggunakan
kemampuan akal ditambah dengan realitas empirik, cara berpikir semacam itu dirujuk dari
pemikir terdahulu seperti Abu Hasan Al Asyari dan Abu Mansyur Al Maturidi dalam bidang
teologi.
Muhammadiyah menganut paham Amar Maruf Nahi Munkar sebagai gerakan
keagamaan yang berwatak sosio-kultural, dalam dinamika kesejarahannya selalu berusaha
merespon berbagai perkembangan kehidupan dengan senantiasa merujuk pada ajaran Islam
(al-ruj il al-Qurn wa al-sunnah, menjadikan al-Quran dan as-Sunnah sebagi sumber
rujukan).

B.

Isi Ringkasan

1. Muhammadiyah
Kategorisasi pemikiran Muhammadiyah mengelompokkan pemikiran Muhammadiyah
ke dalam jenis pemikiran yang bersifat filosofis dan teoritis.
Pemikiran Muhammadiyah dapat disusun secara garis besar filosofi keperjuangan
Muhammadiyah

dalam

lima

prinsip.

Pertama;

tauhid,

kedua;

ibadah,

ketiga;

kemasyarakatan/jamaah, keempat; ittiba, kelima; tajdid dan keenam; organisasi. Dengan


tajdid dimaksudkan sebagai penempatan rasio atau akal atau arroyu sebagai alat dalam
memahami dan merealisasikan ajaran Islam.
Berdasarkan prinsip tersebut di atas, maka gerak dakwah Muhammadiyah dalam semua
aspek kehidupan sosial harus merupakan pelaksanaan dan penjabaran enam prinsip itu. Oleh

karena itu penataan organisasi Muhammadiyah harus berdimensi tauhid, sebagai ibadah
dalam konteks hidup sosial/jamaah yang dikembangkan sesuai dengan pola sunnah rasul.
Oleh karena itu kehidupan sosial selau berubah setiap saat, maka penerapan prinsip di
atas dikembangkan melalui pertimbangan rasional dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Demikian pula halnya dengan pengembangan amal usaha Muhammadiyah
yang meliputi berbagai aspek kehidupan sosial.
Selanjutnya, jenis pemikiran yang kedua yang bersifat teoritis mengandung beberapa
prinsip strategi dan teori keperjuangan Muhammadiyah melalui gerakan dakwah dan tajdid.
Pemikiran ini disebut teoritis dan strategis karena merupakan teoritisasi norma yang
tercantum dalam pemikiran jenis pertama dengan realitas hidup obyektif.
Sesuai dengan posisi pemikiran jenis kedua tersebut, maka pemikiran jenis kedua
bersifat kondisional yang lahir sebagai jawaban terhadap realitas kehidupan sosial yang selalu
berubah. Secara garis besar prinsip strategi keperjuangan Muhammadiyah terdiri dari
beberapa konsep. Pertama, pendalaman akidah bagi pimpinan dan anggota. Kedua,
memperluas wawasan pemahaman Islam. Ketiga, korektif dan musyawarah. Keempat,
pengembangan keterbukaan dan kemerdekaan berpikir secara rasional. Kelima, dakwah Islam
merupakan konsep umum pengembangan tata kehidupan Islam. Keenam, politik dalam
pengertiannya yang luas merupakan sub-sistem dari konsep dan gerakan dakwah Islam.
Ketujuh, penertiban administrasi dan organisasi. Kedelapan, profesionalisasi dan spesialisasi
sebagai metode pembagian kerja dan tugas dalam gerakan dakwah. Kesembilan, peningkatan
mutu kehidupan sosial dan ekonomi anggota serta warga masyarakat antara lain dilakukan
melalui peningkatan mutu amal-usaha Muhammadiyah di bidang sosial, ekonomi, budaya
dan politik. Kesepuluh, ukhuwah-islamiyah sebagai prinsip hubungan kemasyarakatan.
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dapat dipahami dari dua segi: pertama dapat
diartikan

bahwa

gerakan

Muhammadiyah

harus

berciri/

bersifat

Islam.

Seperti

kedisiplinannya dalam menepati waktu. Kedua, dapat diartikan menggerakkan Islam,


menjadikan Islam ini bergerak (dinamis) tidak diam (statis) sehingga adanya Islam dapat
dirasakan oleh semua orang, tidak hanya orang Muhammadiyah saja, tetapi juga mendirikan
tempat- yang bermanfaat lainnya seperti mendirikan sekolah, dan rumah sakit.

Sebagai gerakan Islam, Muhammadiyah berjuang dalam bidang masyarakat, bekerja dan
bergerak ditengah masyarakat dalam melaksanakan dakwah Islam yang berprinsip pada
Amar Maruf nahi Munkar

dalam arti yang sebenarnya dan seluas-luasnya untuk

menggerakkan dan menjunjung tinggi agama Islam, sehingga terwujud masyarakat yang
mutamaddin, yang adil makmur serta diridhai Allah.
2. Nahadlatul Ulama
Sejak awal pendiriannya NU merupakan organisasi yang bermotif dan berlandaskan
keagamaan yang spesifik dengan haluan Ahl-Sunnah wa al-Jamaah. Oleh karena itu segala
sikap, perilaku, dan karakter perjuangannya akan selalu diukur berdasarkan norma dan
prinsip ajaran agama Islam yang dianut. Prinsip-prinsip ajaran (ideologi) yang dianutnya
menjadi tuntutan atau pedoman bagi praktik-praktik keagamaan maupun dalam kehidupan
sosial-kemasyarakatan di kalangan NU, yang pada gilirannya akan membentuk karakteristik
tersendiri dalam perjalanan kehidupan NU, serta membedakannya dengan organisasi
keagamaan yang lain. Adapun prinsip-prinsip ajaran yang memberikan nuansa spesifik pada
NU dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Paham NU dalam bidang keagamaan
Pikiran Nahdlatul Ulama dalam bidang keagamaan secara ringkas dapat dibagi dalam
tiga bidang, yaitu: bidang aqidah, fiqh dan tasawuf.
Dalam bidang aqidah yang dianut oleh NU sejak didirikan pada tahun 1926 adalah
Islam atas dasar Ahlus sunnah wal jamaah. Adapun faham ahlus sunnah wal jamaah yang
dianut oleh NU adalah faham yang dipelopori oleh Abul Hasan Al- Asyari dan Imam Abu
Mansur Al- Maturidi. Faham ini menjadi cita-cita kelahiran, menjadi pedoman dalam
perjalanan kehidupan NU, menjadi landasan perjuangan yang senantiasa dipegang teguh
dalam mengembangkan Islam di Indonesia.
Dalam bidang fiqh, dalam rangka mengajarkan agama Islam NU menganut dan
mengikuti produk hukum Islam (fiqh) dari salah satu madzhab empat sebagai konsekuensi
dari menganut faham ahlus sunnah wal jamaah. Walaupun demikian tidak berarti NU tidak
lagi menganut ajaran Rasulullah, sebab keempat madzhab tersebut berlandaskan al-Quran
dan as-Sunnah di samping ijma dan qiyas sebagai sumber pokok Islam.

Faham NU dalam bidang tasawuf mengikuti aliran tasawuf yang dipelopori oleh Imam
Al-Junaid Al Bagdadi dan Imam Al-Ghazali. Imam Al-Junaid Al Bagdadi adalah salah
seorang ulama sufi terkenal yang wafat pada tahun 910 M di Irak sedang Imam Al-Ghazali
adalah ulama besar yang berasal dari Persia.Untuk kepentingan ini, yaitu membentuk sikap
mental dan kesadaran batin yang benar dalam beribadah bagi warga NU, maka pada tahun
1957 para tokoh NU membentuk suatu badan Jamiyah al-Thariqah al-Muqtabarah. Badan
ini merupakan wadah bagi warga NU dalam mengikuti ajaran tasawuf.
b. Faham NU dalam bidang kemasyarakatan
Sikap NU dalam bidang kemasyarakatan diilhami dan didasari oleh sikap dan faham
keagamaan yang dianut. Sikap kemasyarakatan NU bercirikan pada sifat: tawasuth dan
itidal, tasammuh, tawazun dan amar maruf nahi munkar. Sikap ini harus dimiliki baik oleh
aktifis NU maupun segenap warga dalam berorganisasi dan bermasyarat.
1. Sikap Tawasuth dan Itidal. Tawasuth artinya tengah, sedang Itidal artinya tegak.
Sikap Tawasuth dan Itidal maksudnya sikap tengah yang berintikan kepada prinsip
hidup yang menjunjung tinggi keharusan berlaku adil dan lurus ditengah tengah
kehidupan bersama.
2. Sikap Tasammuh maksudnya adalah NU bersikap toleran terhadap perbedaan
pandangan, baik dalam masalah keagamaan terutama hal-hal yang bersikap furu atau
yang menjadi masalah khilafiyah maupun dalam masalah kemasyarakatan dan
kebudayaan.
3. Sikap Tawazun yaitu sikap seimbang dalam berkhidmad. Menyerasikan khidmad
kepada Allah SWT, khidmad kepada sesama manusia serta kepada lingkungannya.
4. Amar Maruf Nahi Munkar. Warga NU diharapkan mempunyai kepekaan untuk
mendorong berbuat baik dan bermanfaat bagi kehidupan sesama, serta mencegah
semua hal yang menjerumuskan dan merendahkan nilai-nilai kehidupan.
5. Pola pikir NU
Dalam NU dikenal sumber hukum Islam itu ada empat, yaitu: Al-Quran, As-Sunnah,
Al-Ijma, Qiyas. Selain empat sumber hukum Islam tersebut, NU juga mengacu kepada lima

pokok tujuan syariyah, yang dikemukakan oleh oleh Imam As Sathibi, yaitu melindungi:
Agama, jiwa, keturunan/kehormatan, harta, dan akal sehat. Ciri lain dalam metode berfikir
NU adalah mengacu kepada kaidah-kaidah fiqh.

C. ANALISIS
Dalam perkembangannya, Islam yang berkembang di Indonesia mengalami kelunturan
tentang ke ontetikan Islam itu sendiri. Dengan hal tersebut di Indonesia membentuk suatu
organisasi yang pada dasarnya yaitu mempertahankan agama Islam yang murni seperti ajaran
Islam pada waktu dibawa Rasulullah SAW. Di antara paham-paham agama Islam di
Indonesia tersebut yaitu Muhammadiyah dan NU.
Dilihat dari kondisi sekarang, Muhammadiyah dan NU seolah-olah memiliki perbedaan
yang menjadikan masyarakat membeda-bedakan dan tidak ada kesatuan antara mereka. Hal
yang sering diperselisihkan tersebut di antaranya masalah bacaan qunut dalam shalat subuh,
kata sayyidina dalam sholawat, jumlah rakaat dalam shalat tarawih, dan lain-lain. Padahal
pada dasarnya mengenai aqidah antara Muhammadiyah dan NU itu sama, yaitu mereka samasama berdasarkan al-Quran dan Hadits. Persoalan yang membedakan mereka sangatlah tipis,
hanya soal syariat, tatanan dan aturan pelaksanaan syariatnya saja yang beda. Atau dengan
kata lain, persoalan yang membedakan mereka adalah cara-nya mencapai Dasar hukum Alquran dan Hadist tersebut.
Kalau Muhammadiyah mengambil dasar hukum didahului dengan melihat Al-quran dan
Hadist dulu, apakah ada dalilnya, kalau tidak ada barulah menkaji dan menganalogikan
dengan dalil yang dekat dengan persoalan itu. Berbeda dengan NU, Kalau ada persoalan di
kaji dulu masalah itu dan kemudian dicari dalil hukumnya dari berbagai tokoh ulama atau
kyai, baru kemudian dilihat ke Al-quran atau Hadist, tetapi kalau di buku-buku karangan
kyai atau Ulama sudah cukup kadang tidak terus mencari Al-quran dan Hadist.

D. KESIMPULAN
Paham-paham agama Islam di Indonesia yang paling terkenal adalah Muhammadiyah
dan NU. Muhammadiyah berdiri pada 8 Dzulhijjah 1330 H/18 Nopember 1912 M yang
dipelopori oleh KH. Ahmad Dahlan. Jenis pemikiran Muhammadiyah bersifat filosofis dan

teoritis. Misi utama yang dibawa oleh Muhammadiyah adalah pembaharuan (tajdid)
pemahaman agama.
NU berdiri pada 16 Rajab 1344 H/31 Januari 1926 M pendirinya yaitu KH. Hasyim
Asyari. NU merupakan organisasi yang bermotif dan berlandaskan keagamaan yang spesifik
dengan haluan Ahl-Sunnah wa al-Jamaah. Tujuan berdirinya NU yaitu untuk memelihara,
melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam yang berhaluan Ahlussunnah
wal Jamaah dan menganut salah satu madzhab empat, serta untuk memepersatukan langkah
para ulama dan para pengikut-pengikutnya.

Konsep Pemahaman Aqidah Islamiyah Menurut Paham


Muhammadiyah dan Nahadlatul Ulama
Tugas Individu Mata Kuliah AIK 1
Dosen Pengampu : Drs. Mujahidun, M.Pd

Disusun oleh
Maya Guita Mawar
15.0305.0155

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2015

Anda mungkin juga menyukai