5.54 AM
Achmad Anshori
Di kesempatan kali ini, saya akan berbagi pengetahuan tentang kerajaan-kerajaan Islam yang
pernah berdiri dan berjaya di alam nusantara ini. Selain itu, admin juga ingin membantu
teman-teman saya yang sedang diberi tugas untuk mencari artikel seperti ini. Baiklah, tanpa
panjang lebar, mari kita simak.
KERAJAAN SAMUDERA PASAI
1. Letak
Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di bumi nusantara ini dan
terletak di pantai timur Sumatera bagian utara yang dekat jalur pelayaran perdagangan
internasional, Selat Malaka.
2. Sumber Sejarah
Sumber sejarah Kerajaan Samudera Pasai sebenarnya tidak banyak. Sumber sejarahnya
antara lain adalah makan Sultan Malik as-Saleh dan catatan Ibnu Batutah dan Cheng Ho.
3. Sultan
1267-1297 : Sultan Malik as-Saleh (Marah Silu)
1297-1326 : Sultan Malik Al Thahir (Sultan Malikul Thahir)
4. Peristiwa Penting
Pada masa kekuasaan Sultan Malik Al-Thahir (1921-1236), terjadi peristiwa penting yaitu
saat Abdullah (putra Sultan Malik as-Saleh) memisahkan diri ke Aru dan bergelar (Sultan
Malikul Mansur).
5. Penyebab Kemunduran
Penyebab kemunduran Kerajaan Samudera Pasai adalah:
a. Kerajaan Majapahit berambisi menyatukan bumi nusantara.
b. Berdirinya Kerajaan Bandar Malaka yang letaknya lebih strategis karena berada di daerah
pusat Selat
Malaka.
c. Setelah Sultan Malik Al-Thahir wafat, tidak ada yang meggantikan tahta sehingga
penyebaran agama
Islam diambil dan diteruskan oleh Kerajaan Aceh.
KERAJAAN ACEH
1. Letak
Secara geografis, Kerajaan Aceh terletak strategis di Sumatera bagian utara dekat jalur
pelayaran perdagangan internasional, sekitar Selat Malaka.
2. Sumber Sejarah
Sumber sejarah Kerajaan Aceh adalah Masjid Raya Aceh, Masjid Raya Baiturrahman, catatan
Lombard, dan asal-usul Aceh yang berupa cerita turun-temurun.
3. Sultan
1511-1530 : Sultan Alaidin Ali Mughayat Syah
1530-1539 : Sultan Salahuddin
1539-1571 : Sultan Alaidin Riayat Syah (Sultan Al Qahhar)
1571-1579 : Sultan Husain Alaidin Riayat Syah
1579-1580 : Sultan Zainal Abidin
1581-1587 : Sultan Alaidin Mansyur Syah
1587-1589 : Sultan Mugyat Bujang
1589-1604 : Sultan Alaidin Riayat Syah
1604-1607 : Sultan Muda Ali Riayat Syah
1607-1636 : Sultan Iskandar Muda (Dharma Wangsa Perkasa Alam Syah)
1636-1641 : Sultan Iskandar Sani
4. Peristiwa Penting
Salah satu peristiwa penting yang dialami Kerajaan Aceh adalah Perang Aceh, yaitu dimulai
sejak Belanda menyatakan perang terhadap Kerajaan Aceh.
5. Penyebab Kemunduran
Penyebab kemunduran Kerajaan Aceh adalah:
a. Setelah Sultan Iskandar Muda wafat, tidak ada lagi sultan yang mampu mengendalikan
daerah Kerajaan
Aceh yang begitu luas.
b. Di masa Sultan Iskandar Sani, disinilah masa-masa kemunduran dan setelah beliau wafat,
kemunduran itu
lebih terasa sangat mundur.
c. Timbulnya pertikaian terus menerus di Kerajaan Aceh antara golongan bangsawan (teuku)
dengan
golongan ulama (teungku) yang mengakibatkan melemahnya Kerajaan Aceh.
d. Daerah-daerah bawahan banyak yang melepaskan diri seperti Johor, Pahang, Perak,
Minangkabau, dan
Siak.
KERAJAAN DEMAK
1. Letak
Kerajaan Demak pada masa itu berada di tepi laut, berada di Kampung Bintara, menjadi Kota
Demak, Jawa Tengah.
2. Sumber Sejarah
Sumber sejarah Kerajaan Demak yaitu masjid yang sangat terkenal yaitu Masjid Agung
Demak. Ada juga sumber sejarah yang lain, yaitu Pintu Bledeg, Piring Campa, Saka Tatal,
Dampar Kencana, serta makam sultan-sultan Kerajaan Demak.
3. Sultan
1518-1521 : Pati Unus
1521-1548 : Sultan Trenggana
4. Peristiwa Penting
Peristiwa penting yang pernah terjadi di Kerajaan Demak yaitu di Masjid Agung Demak,
pada tahun 1668 Sunan Amangkurat II dari Kerajaan Mataram Islam mengucap sumpah setia
terhadap perjanjian dengan Belanda yang ditandatangani setelah Kapten Tack di Kartasura.
5. Penyebab Kemunduran
Berikut ini adalah penyebab kemunduran Kerajaan Demak:
a. Setelah Sultan Trenggono, terjadi perebutan kekuasaan antara Pangeran Seda di Lepen dan
Sunan
Prawoto (putra Sultan Trenggana)
b. Raden Patah kurang menarik simpati orang-orang pedalaman dan bekas rakyat Kerajaan
Majapahit.
KERAJAAN PAJANG
1. Letak
Kerajaan Pajang yang sekarang tinggal batas-batas fondasinya saja berada di perbatasan
Kelurahan Pajang, Kota Surakarta dan Desa Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo.
2. Sumber Sejarah
Sumber sejarah Kerajaan Pajang adalah salah satu peninggalan karya sastra Islam yaitu
Babad tanah Jawi.
3. Sultan
1549-1582 : Jaka Tingkir (Hadiwijaya)
1583-1586 : Arya Pangiri (Ngawantipuro)
1586-1587 : Pangeran Benawa (Prabuwijoyo)
4. Peristiwa Penting
Peristiwa penting yang pernah terjadi di Kerajaan Pajang yaitu:
a. Ki Ageng Pamanahan dihadiahi wilayah Mataram oleh Sultan Hadiwijaya atas jasanya
mengalahkan Arya
Panangsang.
b. Ki Ageng Pamanahan membangun istana di Pasargede atau yang sekarang disebut
Kotagede.
c. Sultan Pajang mengangkat Sutawijaya sebagai penguasa baru di Mataram.
d. Pasukan Kesultanan Pajang yang menyerbu Mataram porak-poranda diterjang letusan
Gunung Merapi.
5. Penyebab Kemunduran
Penyebab kemunduran Kerajaan Pajang yaitu:
a. Sultan Hadiwijaya sakit dan wafat.
b. Pemerintahan Arya Pangiri disibukkan dengan balas dendam terhadap Kerajaan Mataram
Islam.
c. Pangeran Benawa bersekutu dengan Sutawijaya menyerbu Kerajaan Pajang.
d. Perang Kerajaan Pajang melawan Kerajaan Mataram Islam dan Jipang berakhir kekalahan
Arya Pangiri.
e. Tidak ada pengganti tahta kerajaan setelah Pangeran Benawa.
f. Sutawijaya sendiri mendirikan Kerajaan Mataram Islam.
KERAJAAN MATARAM ISLAM
1. Letak
Kerajaan Mataram Islam asal-usulnya adalah suatu Kadipatan di bawah Kesultanan Pajang
dan berpusat di Bumi Mentaok yang diberikan pada Ki Ageng Pamanahan sebagai hadiah
jasanya. Kerajaan Mataram Islam juga beribukota di Kota Gede, Karta, dan Pleret.
2. Sumber Sejarah
Sumber sejarah Kerajaan Mataram Islam sebenarnya terbatas, yaitu berasal dari naskah
Babad, Serat, dan tradisi lisan.
3. Sultan
1587-1601 : Panembahan Senopati (Raden Sutawijaya)
1601-1613 : Panembahan Hanyakrawati (Raden Mas Jolang)
1613-1645 : Sultan Agung (Raden Mas Rangsang)
1645-1677 : Amangkurat I (Sinuhun Tegal Arum)
4. Peristiwa Penting
Peristiwa penting yang pernah terjadi di Kerajaan Mataram Islam, yaitu:
a. Mataram menjadi Kerajaan dengan Sutawijaya sebagai sultan.
b. Panembahan Hanyakrawati dikenal sebagai "Panembahan Seda ing Krapyak" karena wafat
saat berburu.
c. Pertentangan dan perpecahan keluarga kerajaan dimanfaatkan oleh VOC.
5. Penyebab Kemunduran
Kemunduran Kerajaan Mataram Islam berawal kekalahan Sultan Agung merebut Batavia dan
menguasai Jawa dari Belanda.
KERAJAAN CIREBON
1. Letak
Letak Kerajaan Cirebon adalah di pantai utara Pulau Jawa.
2. Sumber Sejarah
Sumber sejarah Kerajaan Cirebon menurut Sulendraningrat adalah berasal dan mendasar dari
1. Letak
Kerajaan Banten terletak di Provinsi Banten.
2. Sumber Sejarah
Sumber sejarah tentang Kerajaan Banten sangat sedikit dapat ditemukan karena di abad XVI
Kerajaan Banten telah menjadi pelabuhan Kerajaan Sunda. Dan salah satu sumber sejarah
Kerajaan Banten adalah catatan dari Ten Dam.
3. Sultan
1552-1570 : Maulana Hasanuddin
1. Letak
Kerajaan Gowa dan Tallo bergabung menjadi satu dengan nama Kerajaan Makassar yang
terletak di Sulawesi Sekatan.
2. Sumber Sejarah
Sumber sejarah Kerajaan Makassar adalah berasal dari catatan Tome Pires.
3. Sultan
1591-1639 : Sultan Alaudin
1639-1653 : Sultan Muhammad Said
1653-1669 : Sultan Hasanudin
4. Peristiwa Penting
Kerajaan Makassar terdesak setelah VOC menjalin kerja sama dengan Raja Bone di Aru
Palaka.
5. Penyebab Kemunduran
Penyebab kemunduran Kerajaan Makassar yaitu:
a. Terjadi pertentangan keluarga bangsawan.
b. Tidak ada regenerasi yang cakap.
c. Kerajaan Makassar terdesak setelah VOC menjalin kerja sama dengan Raja Bone di Aru
Palaka.
KERAJAAN TERNATE DAN TIDORE
1. Letak
Kerajaan Ternate dan Tidore adalah kerajaan Islam di Maluku dan merupakan kerajaan
terlama yang pernah berdiri di Nusantara.
2. Sumber Sejarah
Sumber sejarah Kerajaan Ternate dan Tidore masih belum jelas karena tidak memiliki kutipan
pada kalimat. Jadi, sumber sejarah Kerajaan Ternate adalah berupa catatan kaki yang sulit
diterjemahkan karena tidak memiliki kutipan yang disebut pada zaman itu yaitu Royal Ark
Ternate.
3. Sultan
Kerajaan Islam
Kerajaan Islam yang berdiri di Indonesia yang dibawa dari Kerjaan Turki
Usmani merupakan salah satu cikal bakal umat Islam di Indonesia. Kehadiran
Islam sebagian besar dibawa oleh para pedagang Gujarat Timur Tengah. Pastinya
kita dengar Kerajan Islam Samudara Pasai di Sumatra, Demak di Jawa dll. Sejarah
Wali Songo juga sanagt identik dengan perkembangan Islam di Jawa. Berikut ini
Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia yang pernah berdiri menjadi sejarah abadi.
1. Kerajaan Perlak
Kerajaan yang berdiri pada tahun 840 ini berakhir pada tahun 1292 karena
bergabung dengan Kerajaan Samudra Pasai. Sejak berdiri sampai bergabungnya
Perlak dengan Samudra Pasai, terdapat 19 orang raja yang memerintah. Raja
yang pertama ialah Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah (225 249 H /
840 964 M). Sultan bernama asli Saiyid Abdul Aziz pada tanggal 1 Muhharam
225 H dinobatkan menjadi Sultan Kerajaan Perlak.
Samudra
Pasai
dan
Perlak
berjalan
harmonis.
Meurah
Silu
memperkokoh hubungan ini dengan menikahi putri Ganggang Sari, anak Raja
Perlak. Meurah Silu berhasil memperkuat pengaruh Kerajaan Samudra Pasai di
pantai timur Aceh dan berkembang menjadi kerajaan perdagangan yang kuat di
Selat Malaka.
Raja-raja Samudra Pasai selanjutnya adalah Sultan Muhammad Malik Zahir
(1297-1326), Sultan Mahmud Malik Zahir (1326-1345), Sultan Manshur Malik
Zahir (1345-1346), dan Sultan Ahmad Malik Zahir (1346-1383). Raja selanjutnya
adalah Sultan Zainal Abidin (1383-1405). Pada masa pemerintahannya,
kekuasaan kerajaan meliputi daerah Kedah di Semenanjung Malaya. Sultan
Zainal Abidin sangat aktif menyebarkan pengaruh Islam kepulau Jawa dan
Sulawesi dengan mengirimkan ahli-ahli dakwah, seperti Maulana Malik Ibrahim
dan Maulana Ishak.
3. Kerajaan Malaka
Iskandar Syah merupakan raja pertama Kerajaan Malaka. Iskandar Syah
awalnya adalah seorang pangeran dari kerajaan Majapahit yang melarikan diri
setelah Majapahit kalah dalam perang Paregreg. Nama asli Iskandar Syah adalah
Parameswara. Ia melarikan diri bersama pengikutnya ke Semenanjung Malaya
dan membangun kerajaan baru yang kemudian diberi nama Malaka.
Kerajaan Malaka merupakan kerajaan Islam kedua setelah Kerajaan
Samudra Pasai. Berkembangnya kegiatan perdagangan dan pelayaran di
Kerajaan Malaka banyak didukung para pedagang Islam dari Arab dan India.
Kerajaan Malaka pun banyak mendapatkan pengaruh budaya Islam dari kedua
daerah ini. Nama Iskandar Syah sendiri merupakan nama Islam, yang diperoleh
setelah ia menjadi pemeluk agama Islam. Pada periode kekuasaan Raja Iskandar
Syah (1396-1414), Kerajaan Malaka berkembang sebagai salah satu kerajaan
Islam terbesar yang disegani kerajaan lain di sekitarnya.
Muhammad Iskandar Syah merupakan putra mahkota, Kerajaan Malaka
yang
naik
tahta
menggantikan
ayahnya,
Selama
memerintah
Malaka,
Pasai,
ia
baru
menguasai
wilayah
perdagangan
disekitarnya.
Syah.
Pada
masa
pemerintahannya,
Kerajaan
Malaka
berhasil
Sultan
Salahuddin.
Sayangnya,
keadaan
pemerintahan
kurang
berlangsung
cukup
lama.
Kerajaan
Aceh
Darussalam
mengalami
besar
yang
berhasil
menguasai
jalur
perdagangan
alternatif.
daerah-daerah
taklukan
melepaskan
diri
satu
per
satu.
5. Kerajaan Demak
Berdirinya
Kerajaan
Demak
dilatarbelakangi
oleh
melemahnya
1500-1518.
Pada
masa
pemerintahan
agama
Islam
mengalami
Raja
Demak
dipimpin
oleh
anggota
wali
lainnya.
Pada
masa
Pada masa Kerajaan Malaka jatuh ke tangan Portugis tahun 1511, Raden
Patah merasa berkewajiban untuk membantu. Jatuhnya kerajaan Malaka berarti
putusnya jalur perdagangan nasional. Untuk itu, ia mengirimkan putrannya, Pati
Unus untuk menyerang Portugis di Malaka. Namun, usaha itu tidak berhasil.
Setelah Raden Patah wafat pada tahun 1518, ia digantikan oleh putranya Pati
Unus. Pati Unus hanya memerintah tidak lebih dari tiga tahun. Ia wafat tahun
1521 dalam usahanya mengusir Portugis dari kerajaan Malaka.
Saudaranya, Sultan Trenggono, akhirnya menjadi raja Demak ketiga dan
merupakan raja Demak terbesar. Sultan Trenggono berkuasa di kerajaan Demak
dari tahun 1521-1546. Sultan Trenggono dilantik menjadi raja Demak oleh Sultan
Gunung Jati. Ia memerintah Demak dengan gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin.
Pada masa pemerintahan Sultan Trenggono, Kerajaan Demak mencapai
puncak kejayaannya dan agama Islam berkembang lebih luas lagi. Sultan
Trenggono mengirim Fatahilallah ke Banten. Dalam perjalanannya ke Banten,
Fatahillah singgah di Cirebon untuk menemui Syarif Hidayatullah atau Sunan
Gunung Jati. Bersama-sama dengan pasukan Kesultanan Cirebon, Fatahillah
kemudian dapat menaklukan Banten dan Pajajaran.
Setelah wafatnya Sultan Trenggono pada tahun 1546, Kerajaan Demak
mulai
mengalami
kemunduran
karena
terjadinya
perebutan
kekuasaan.
Perebutan tahta Kerajaan Demak ini terjadi antara Sunan Prawoto dengan Arya
Penangsang. Arya Penangsang adalah Bupati Jipang (sekarang Bojonegoro) yang
merasa lebih berhak atas tahta Kerajaan Demak. Perebutan kekuasaan ini
berkembang menjadi konflik berdarah dengan terbunuhnya Sunan Prawoto oleh
Arya Penangsang. Arya Penangsang juga membunuh adik Sunan Prawoto, yaitu
Pangeran Hadiri.
Usaha Arya Penangsang menjadi Sultan Demak di halangi oleh Jaka
Tingkir, menantu Sultan Trenggono. Jaka Tingkir mendapat dukungan dari para
tetua Demak, yaitu Ki Gede Pemanahan dan Ki Penjawi. Konflik berdarah ini
akhirnya berkembang menjadi Perang Saudara. Dalam pertempuran ini, Arya
Penagsang terbunuh sehingga tahta Kerajaan Demak jatuh ke tangan Jaka
Tingkir.
Jaka Tingkir menjadi raja Kerajaan Demak dengan gelar Sultan Hadiwijya.
Ia kemudian memindahan pusat kerajaan Demak ke daerah Pajang.Walaupun
sebenarnya sudah menjadi kerajaan baru, kerajaan Pajang masih mengklaim diri
sebagai penerus Kerajaan Demak. Sebagai tanda terima kasih kepada Ki Gede
Pemanahan yang telah mendukungnya, Sultan Hadiwijaya memberikan sebuah
daerah Perdikan (otonom) yang disebut Mataram. Ki Gede Pemanahan kemudian
menjadi penguasa Mataram dan di sebut Ki Gede Mataram.
Sultan Hadiwijaya bukanlah digantikan oleh putranya, yakni Pangeran
Benawa, melainkan putra Sunan Prawoto, Aria Pangiri. Pangeran Benawa sendiri
diangkat sebagai penguasa daerah Jipang. Pangeran Benawan kurang puas
dengan keputusan ini. Apalagi, pemerintahan Aria Pangiri di Pajang juga
dikelilingi oleh para bekas pejabat Kerajaan Demak. Pangeran Benawa kemudian
minta bantuan kepada Sutawijaya, putra Ki Ageng Mataram, untuk merebut
kembali tahta Kerajaan Pajang.
Pada tahun 1588, Sutawijaya dan Pangeran Benawan berhasil merebut
kembali tahta Kerajaan Pajang. Kemudian, Benawa menyerahkan hak kuasanya
pada Sutawijaya secara simbolis melalui penyerahan pusaka Pajang pada
Sutawijaya. Dengan demikian, Pajang menjadi bagian kekuasaan Kerajaan
Mataram.
6. Kerajaan Pajang
Berdirinya Kerajaan Pajang tidak lepas dari runtuhnya Kerajaan Demak
pada tahun 1568. Pada mulanya, Arya Penangsang yang menguasai Demak
berhasil dikalahkan oleh Jaka Tingkir. Oleh Jaka Tingkir, pusat Kerajaan Demak
dipindahkan ke Pajang, sebelah barat kota Solo (sekarang).
Sejak saat itu, berakhirlah Kerajaan Demak dan berdirilah Kerajaan Pajang.
Adapun Demak pada saat itu, dijadikan wilayah kadipaten yang diserahkan
kepada Arya Pangiri (putra Sunan Prawoto). Pada waktu Sultan Hadiwijaya (Jaka
Tingkir) memerintah Kerajaan Pajang, Ki Ageng Pemanahan diangkat menjadi
bupati di Mataram sebagai balas jasa atas bantuannya mengalahkan Arya
Penangsang. Setelah Ki Ageng Pemanahan wafat, jabatan bupati di Mataram
diberikan kepada Sutawijaya, putra angkat Ki Ageng Pemanahan (lihat Sejarah
Kerajaan Mataram).
Sepeninggal Sultan Hadiwijaya pada tahun 1582, takhta Pajang menjadi
rebutan antara Pangeran Benawa (putra Hadiwijaya) dan Arya Pangiri (menantu
Hadiwijaya). Arya Pangiri merasa tidak puas dengan hanya menjabat sebagai
adipati di Demak. Pangeran Benawa disingkirkan dan hanya dijadikan adipati di
Jipang. Selama berkuasa, (1582 1586), Arya Pangiri banyak melakukan
tindakan yang meresahkan rakyat, sehingga menimbulkan berbagai perlawanan.
Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Pangeran Benawa untuk menghimpun
kekuatan dan merebut kembali takhta Pajang. Dalam hal ini, Pangeran Benawa
bekerja sama dengan Sutawijaya (Mataram). Akhirnya, Arya Pangiri dapat
dikalahkan dan disuruh kembali ke Demak.
Setelah
Pajang
kembali
ke
tangannya,
Pangeran
Benawa
justru
7.Kerajaan Banten
Kerajaan Banten meliputi wilayah sebelah barat pantai Jawa sampai ke
Lampung.
Daerah
ini
sebenarnya
merupakan
daerah
tetangga
Kerajaan
ini
berkuasa
sampai
Maulana
Muhammad
cukup
umur untuk
memerintah.
Tahun 1596, Banten melancarkan serangan terhadap Kerajaan Palembang,
serangan
tersebut
dipimpin
oleh
Maulana
Muhammad,
penyerangan
ini
Pada
tahun
1671,
Sultan
Ageng
Tirtayasa
mengangkat
putra
mahkotanya yaitu Sultan Abdul Kahar atau Sultan Haji sebagai Raja Muda.
Pemerintahan sehari-hari di jalankan oleh Sultan Haji namun Sultan Ageng
Tirtayasa tetap mengawasi.
Selam pemerintahannya, Sultan Haji cenderung bersahabat dengan VOC.
VOC
memanfaatkan
kesempatan
ini
untuk
mempengruhi
kebijakan
Sultan
Haji
dengan
Belanda
dan
berrencana
mencabut
kembali
8. Kesultanan Cirebon
Kesultanan Cirebon adalah sebuah kerajaan islam yang ternama di Jawa Barat.
Kerajaan ini berkuasa pada abad ke 15 hingga abad ke 16 M. Letak kesultanan cirebon adalah
di pantai utara pulau jawa. Lokasi perbatasan antara jawa tengah dan jawa barat membuat
kesultanan Cirebon menjadi jembatan antara kebudayaan jawa dan Sunda. Sehingga, di
Cirebon tercipta suatu kebudayaan yang khas, yaitu kebudayaan Cirebon yang tidak
didominasi oleh kebudayaan Jawa maupun kebudayaan Sunda.
Pada awalnya, cirebon adalah sebuah dukuh kecil yang dibangun oleh Ki Gedeng
Tapa. Demikian dikatakan oleh serat Sulendraningrat yang mendasarkan pada naskah Babad
Tanah Sunda. Lama-kelamaan cirebon berkembang menjadi sebuah desa yang ramai yang
diberi nama caruban. Diberi nama demikian karena di sana bercampur para pendatang dari
beraneka bangsa, agama, bahasa, dan adat istiadat.
Karena sejak awal mata pecaharian sebagian besar masyarakat adalah nelayan, maka
berkembanglah pekerjaan nenangkap ikan dan rebon (udang kecil) di sepanjang pantai, serta
pembuatan terasi, petis dan garam. Dari istilah air bekas pembuatan terasi (belendrang) dari
udang rebon ini berkembang sebutan cai-rebon (bahasa sunda : air rebon), yang kemudian
menjadi cirebon.
Dengan dukungan pelabuhan yang ramai dan sumber daya Alam dari pedalaman,
cirebon menjadi salah satu pelabuhan penting di pesisir utara jawa. Dari pelaburan cirebon,
kegiatan pelayaran dan perniagaan berlangsung antar-kepulauan nusantara maupun dengan
bagian dunia lainnya. Selain itu, tidak kalah dengan kota-kota pesisir lainnya Cirebon juga
tumbuh menjadi pusat penyebaran islam di jawa barat.
Al kisah, hiduplah Ki gedeng Tapa, seorang saudagar kaya di pelabuhan Muarajati. Ia
mulai membuka hutan, membangun sebuah gubuk pada tanggal 1 Sura 1358 (tahun jawa),
bertepatan dengan tahun 1445 M. Sejak saat itu, mulailah para pendatang menetap dan
membentuk masyarakat baru di desa caruban. Kuwu atau kepala desa pertama yang diangkat
oleh masyarakat baru itu adalah Ki Gedeng Alang-alang. Sebagai pangraksabumi atau
wakilnya, diangkatlah raden Walangsungsang. Walangsungsang adalah putra prabu Siliwangi
dan Nyi Mas Subanglarang atau Subangkranjang, putri Ki Gedeng Tapa. Setelah ki gedeng
alang-alang meninggal walangsungsang bergelar Ki Cakrabumi diangkat sebagai Kuwu
pengganti ki Gedeng Alang-alang dengan gelar pangeran Cakrabuana.
Ketika kakek ki gedeng Tapa meninggal, pangeran cakrabuana tidak meneruskannya,
melainkan mendirikan istana Pakungwati, dan membentuk pemerintahan cirebon. Dengan
demikian yang dianggap sebagai pendiri pertama kesultanan Cirebon adalah pangeran
Cakrabuana (. 1479). Seusai menunaikan ibadah haji, cakrabuana disebut Haji Abdullah
Iman, dan tampil sebagai raja Cirebon pertama yang memerintah istana pakungwati, serta
aktif menyebarkan islam.
Pada tahun 1479 M, kedudukan Cakrabuana digantikan oleh keponakannya.
Keponakan Cakrabuana tersebut merupakan buah perkawinan antara adik cakrabuana, yakni
Nyai Rarasantang, dengan Syarif Abdullah dari Mesir. Keponakan Cakrabuana itulah yang
bernama Syarif Hidayatullah (1448 1568 M). Setelah wafat, Syarif Hidayatullah dikenal
dengan nama sunan Gunung Jati, atau juga bergelar ingkang Sinuhun Kanjeng Jati Purba
Penetep Panatagama Awlya Allah Kutubid Jaman Khalifatura Rasulullah.
Pertumbuhan dan perkembangan kesultanan Cirebon yang pesat dimulai oleh syarif
Hidayatullah. Ia kemudian diyakini sebagai pendiri dinasti kesultanan cirebon dan banten,
serta menyebar islam di majalengka, Kuningan, kawali Galuh, Sunda Kelapa, dan Banten.
Setelah Syarif Hidayatullah wafat pada tahun 1568, terjadilah kekosongan jabatan pimpinan
tertinggi kerajaan Islam cirebon. Pada mulanya, calon kuat penggantinya adlah pangeran
Dipati Carbon, Putra Pengeran Pasarean, cucu syarif hidayatullah. Namun, Pangeran dipati
carbon meninggal lebuh dahulu pada tahun 1565.
Kosongnya kekuasaan itu kemudian diisi dengan mengukuhkan pejabat istana yang
memegang kenali pemerintahan selama syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati
melaksanakan Dakwah. Pejabat tersebut adalah Fatahillah atauFadillah Khan. Fatahillah
kemudian naik tahta, secara resmi menjadi sultan cirebon sejak tahun 1568.
Naiknya Fatihillah dapat terjadi karena dua kemungkinan pertama, para sultan
Gunung Jati, yaitu Pangeran Pasarean, pangeran Jayakelana, dan pangeran Bratakelana,
meninggal lebih dahulu, sedangkan putra yang masih hidup, yaitu sultan Hasanuddin
(pangeran Sabakingkin), memerintah di Banten berdiri sendiri sejak tahun 1552 M. Kedua,
Fatahillah adalah menantu Sunan Gunung Jati (Fatahillah menikah dengan Ratu Ayu, putri
sunan Gunung Jati), dan telah menunjukkan kemampuannya dalam memerintah Cirebon
(1546 1568) mewakili Sunan Gunug Jati. Sayang, hanya dua tahun Fatahillah menduduki
tahta Cirebon, karena ia meninggal pada 1570.
Sepeninggal Fatahillah, tahta jatuh kepada cucu Sunan Gunung Jati, yaitu pangeran
Emas. Pangeran emas kemudian bergelar panembahan ratu I, dan memerintah cirebon selama
kurang lebih 79 tahun. Setelah panembahan ratu I meninggal pada tahun 1649, pemerintahan
kesultanan Cirebon dilanjutkan oleh cucunya yang bernama pangeran Karim, karena ayahnya
yaitu panembahan Adiningkusumah meninggal dunia terlebih dahulu. Selanjutnya, pangeran
karim dikenal dengan sebutan Panembahan Ratu II atau panembahan Girilaya.
Pada masa pemerintahan Panembahan Girilaya, Cirebon terjepit di antara dua
kekuatan, yaitu kekuatan Banten dan kekuatan mataram. Banten curiga, sebab cirebot
dianggap mendekat ke mataram. Di lain pihak, mataram pun menuduh cirebon tidak lagi
sungguh-suingguh mendekatkan diri, karena panembahan Girilaya dan Sultan Ageng dari
banten adalah sama-sama keturunan pajajaran.
Kondisi panas ini memuncak dengan meninggalnya panembahan Girilaya saat
berkunjung ke Kartasura. Ia lalu dimakamkan di bukit Girilaya, Gogyakarta, dengan posisi
sejajar dengan makam sultan Agung di Imogiri. Perlu diketahui, panembahan Girilaya adalah
juga menantu Sultan Agung Hanyakrakusuma. Bersamaan dengan meninggalnya
panembahan Girilaya, Pangeran Martawijaya dan Pangeran Kartawijaya, yakni para putra
panembahan Girilaya di tahan di mataram.
Dengan kematian panembahan Girilaya, terjadi kekosongan penguasa. Sultan ageng
tirtayasa segera dinobatkan pangeran Wangsakerta sebagai pengganti panembahan Girilaya,
atas tanggung jawab pihak Banten. Sultan ageng tirtayasa pun kemudian mengirimkan
pasukan dan kapal perang untuk membantu trunajaya, yang pada saat itu sedang memerangi
Amangkurat I dari mataram. Dengan bantuan Trunajaya, maka kedua putra penembahan
Girilaya yang ditahan akhirnya dapat dibebaskan, dan dibawa kembali ke Cirebon. Bersama
satu lagi putra panembahan Girilaya, mereka kemudian dinobatkan sebagai penguasa
kesultanan Cirebon.
Panembahan Girilaya memiliki tiga putra, yaitu pangeran murtawijaya, pangeran
Kartawijaya, dan pangeran wangsakerta. Pada penobatan ketiganya di tahun 1677, kesultanan
cirebon terpecah menjadi tiga. Ketiga bagian itu dipimpin oleh tiga anak panembahan
Girilaya, yakni :
1. Pangeran Martawijaya atau sultan Kraton Kasepuhan, dengan gelar Sepuh Abi Makarimi
Muhammad Samsudin (1677 1703)
2. Pangeran Kartawijaya atau Sultan Kanoman, dengan gelar Sultan Anom Abil Makarimi
Muhammad Badrudin (1677 1723)
3. Pangeran Wangsakerta atau Panembahan Cirebon, dengan gelar pangeran Abdul Kamil
Muhammad Nasarudin atau Panembahan Tohpati (1677 1713)
Perubahan gelar dari panembahan menjadi sultan bagi dua putra tertua pangeran
girilaya dilakukan oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Sebab, keduanya dilantik menjadi sultan
Cirebon di Ibukota banten. Sebagai sultan, mereka mempunyai wilayah kekuasaan penuh,
rakyat, dan keraton masing-masing. Adapun pangeran wangsakerta tidak diangkat sebagai
Sultan, melainkan hanya panembahan. Ia tidak memiliki wilayah kekuasaan atau keraton
sendiri, akan tetapi berdiri sebagai kaprabonan (paguron), yaitu tempat belajar para ilmuwan
keraton.
Pergantian kepemimpinan para sultan di cirebon selanjutnya berjalan lancar, sampai
pada masa pemerintahan Sultan Anom IV (1798 1803). Saat itu terjadilah pepecahan karena
salah seorang putranya, yaitu pangeran raja kanoman, ingin memisahkan diri membangun
kesultanan sendiri dengan nama kesultanan Kacirebonan.
Kehendak raja kanoman didukung oleh pemerintah belanda yang mengangkatnya
menjadi Sultan Cirebon pada tahun 1807. namun belanda mengajukan satu syarat, yaitu agar
putra dan para pengganti raja Kanoman tidak berhak atas gelar sultan. Cukup dengan gelar
pangeran saja. Sejak saat itu, di Kesultanan Cirebon bertambah satu penguasa lagi, yaitu
kesultanan Kacirebonan. Sementara tahta sultan Kanoman V jatuh pada putra Sultan Anom
IV lain bernama Sultan Anom Abusoleh Imamuddin (1803 1811).
Sesudah kejadian tersebut, pemerintah kolonial belanda pun semakin ikut campur
dalam mengatur Cirebon, sehingga peranan istana-istana kesultanan Cirebon di wilayahwilayah kekuasaannya semakin surut. Puncaknya terjadi pada tahun-tahun 1906 dan 1926,
ketika kekuasaan pemerintahan kesultanan Cirebon secara resmi dihapuskan dengan
pengesahan berdirinya Kota Cirebon.
pantai
di
sekitarnya.
Namun,
ia
gugur
dalam
usahanya
menjalin
hubungan
dengan
Belanda,
orang-orang
Belanda
benteng
dan
tindakan
sewenang-wenangan
Belanda
akhirnya
Ia
dilarikan
ke
Tegalwangi
dan
meninggal
disana.
daerah,
yaitu
Kesultanan
Yogyakarta,
Kasuhunan
Surakarta,
dan
yakni
Kesultanan
Yogyakarta,
Kesuhunan
Surakarta,
Kerajaan
Beliau
berkuasa
sejak
tahun
1653.
Masa
pemerintahannya
sebagian
Papua.
Tanah
Maluku
yang
kaya
akan
rempah-rempah
Pada abad ke 12 M, Permintaan akan cengkeh dan Pala dari negara Eropa
meningkat pesat. Hal ini menyebabkan dibukannya perkebunan di daerah Pulau
Buru,
Seram
dan
Ambon.
Dengan
adanya
kepentingan
atas
penguasa
perdagangan terjadilah persekutuan daerah antara kerajaan. Persekutuanpersekutuan tersebut adalah Uli Lima (Persekutuan Lima). Yaitu persekutuan
antara lima saudara yang dipimpin oleh Ternate (yang meliputi Obi, Bacan,
Seram dan Ambon, serta Uli Siwa (persekutuan Sembilan) yaitu persekutuan
antara sembilan bersaudara yang wilayahnya meliputi Pulau Tidore, Makyan,
Jahilolo atau Halmahera dan pulau-pulau di daerah itu sampai Papua.
Antara kedua persekutuan tersebut telah terjadi persaingan yang sangat
tajam. Hal ini terjadi setelah para pedagang Eropa datang ke Maluku. Pada tahun
1512, bangsa Portugis datang ke Ternate, sedangkan tahun 1521 bangsa Spanyol
datang ke Tidore.
Setelah 10 tahun berada di Kerajaan Ternate, bangsa Portugis mendirikan
Benteng yang diberi nama Sao Paolo. Menurut
berguna untuk melindungi Ternate dari Kerajaan Tidore. Namun hal tersebut
hanyalah taktik Portugis agar mereka dapat tetap berdagang dan menguasai
Ternate. Pembangunan Benteng Soa Paolo mendapat perlawanan dan salah
seorang yang menantang kehadiran kekuasaan militer Portugis tersebut yaitu
Sultan Hairun. Beliau berkuasa di kerajaan Ternate sejak tahun 1559. Sultan tidak
ingin perekonomian dan pemerintahan kerajaan di kuasai oleh bangsa lain dan
pendirian benteng tersebut dianggap menunjukkan niat buruk Portugis atas
Ternate.
Ketidak
setujuan
Sultan
Hairun
terhadap
Portugis tidak
berbentuk