Pada umumnya manusia memang tidak bisa segera mencerna dengan akalnya ketika Allah
menginformasikan akan membangkitkan mereka dari kuburnya. Namun, itu lebih dikarenakan
mereka sombong dan tidak membuka pikirannya untuk menerima berbagai kemungkinan.
Seperti dialog yang dilakukan Ibrahim dengan Raja Namrudz, pada waktu itu. Padahal, kalau
mereka membuka hatinya untuk kebenaran, Insya Allah mereka bisa menerimanya.
QS Al Baqarah : 258
Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah)
karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim
mengatakan: "Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan," orang itu berkata: "Saya
dapat menghidupkan dan mematikan". Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan
matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat," lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
Ayat di atas menunjukkan kepada kita betapa orang-orang kafir itu memang memiliki pola pikir
yang tidak terbuka. Mereka menganggap dirinyalah yang paling pintar dan paling benar,
sehingga tidak mau menerima apa yang disampaikan oleh orang lain. Padahal Allah dan para
Rasulnya selalu memberikan argumentasi argumentasi yang logis dalam menyebarkan agama.
Termasuk apa yang disampaikan Nabi Ibrahim kepada raja Namrudz.
.
Nah, berkaitan dengan hari kebangkitan ini, Allah juga memberikan logika-logika yang menarik.
Asalkan kita open mind, maka setiap kita akan bisa menerimanya.
Untuk meyakinkan bahwa manusia pasti dibangkitkan dari dalam kuburnya, Allah memberikan
logika-logika sebagai berikut.
Yang pertama : bahwa Allahlah yang dulu menciptakan kita dari tanah (benda mati), kemudian
dihidupkanNya melewati sebuah proses bertingkat dari sperma sampai menjadi janin di dalam
rahim seorang ibu. Dan kemudian setelah hidup di dunia sekian lama, mereka akan dimatikan
oleh Allah dikembalikan lagi ke tanah alias dikubur. Maka, apalah sulitnya bagi Allah untuk
menghidupkan kembali orang orang yang sudah mati itu.
QS. Al Hajj (22 ): 5 - 7
"Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkilan (dari kubur), maka (ketahuilah)
sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian
dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya maupun yang
tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang
Kami kehendaki sampai waktu yang ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi,
kemudian sampailah kamu kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan di
antara kamu (ada pula) yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui
lagi sesuatu pun yang dulu dia ketahui Dan kamu lihat Bumi itu kering, kemudian apabila telah
Kami turunkan air di alasnya, hiduplah Bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai
macam tumbah-tumbuhan yang indah."
Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah, Dialah Yang Haq, dan sesungguhnya Dialah
yang menghidupkan segala yang mati, dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.
Dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya, dan bahwasanya
Allah membangkitkan semua orang yang di dalam kubur
Dalam logika pertama ini, Allah membeberkan fakta kehidupan kita, bahwa kita dulu adalah
sekadar benda mati, yaitu Tanah. Lantas Allah mengambil zat-zat penyusun tubuh kita darinya
seperti C, H, 0, N, S, P, Ca, Fe, dan lain sebagainya melewati mekanisme 'rantai makanan' dalam
tumbuhan, hewan, kemudian manusia.
Setelah itu, diprosesNya semuanya dengan suatu mekanisme yang sangat canggih di dalam
rahim ibu kita. Dan tiba-tiba benda yang tadinya mati itu terlahir sebagai makhluk yang hidup,
yaitu bayi manusia. Bisakah kita merasakan betapa Allah sedang 'menarik perhatian dan
pemahaman kita tentang proses berubahnya benda 'mati terurai' menjadi makhluk hidup yang
kompleks?
Maka, Allah menegaskan di dalam firmanNya di atas bahwa memang Allah adalah penguasa
segala eksistensi ini. Hanya Dialah yang bisa menghidupkan benda-benda mati berubah menjadi
makhluk hidup. (Yang mana, tidak satu pun pakar biomolekuler bisa menciptakan yang
demikian).
Karena itu Dia lantas menggunakan logika itu untuk menjelaskan proses kebangkitan. Bahwa
Tuhan yang menciptakan kehidupan ini, pasti sangat mudah dan tidak menemui kesulitan
sedikitpun untuk membangkitkan dan menghidupkan kembali manusia dari dalam kuburnya.
Ayat berikut ini juga menegaskan logika itu. Dulu Allah menciptakan manusia dari tanah dengan
proses yang sangat menakjubkan. Setelah itu, Allah mematikan kita, dan kemudian kita dikubur
lagi ke dalam tanah. Lantas, kalau Allah berkehendak untuk mengeluarkan lagi dari dalam tanah,
"apa susahnya?"
QS Nuh (71) : 17 - 18
"Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya. Kemudian Dia
mengembalikan kamu ke dalam tanah, dan mengeluarkan kamu (daripadanya pada hari kiamat)
dengan sebenar benarnya.
Logika kedua, Allah mengatakan bahwa membangkitkan manusia dari kubur itu adalah
pekerjaan yang jauh lebih mudah dibandingkan dengan menciptakan manusia pada awal
mulanya. Kenapa demikian? Karena, membangkitkan itu hanyalah sekedar mengulang kejadian.
Tentu saja, melakukan pengulangan adalah jauh lebih mudah daripada menciptakan dari tidak
ada menjadi ada.
QS. Ar Ruum (30) : 27
"Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan
(menghidupkan)nya kembali. Dan menghidupkannya kembali itu adalah lebih mudah bagiNya..."
Di dalam tubuh manusia, misalnya, terdapat sekitar 4-5 miliar genome dalam bentuk komposisi
biokimiawi. Setiap komposisi itu berpengaruh dan bertanggungjawab terhadap salah satu sifat
yang kita miliki.
Logika yang Ketiga. Dalam logika ini Allah mengatakan bahwa Dialah yang menciptakan langit
dan Bumi. Kalau menciptakan Langit dan Bumi yang demikian dahsyat saja Dia bisa, apalagi
untuk menciptakan manusia.
QS. Al Ahqaaf : 33
"Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan langit
dan Bumi, dan Dia yang tidak merasa payah karena menciptakannya, kuasa menghidupkan
orang-orang mati? Ya, sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu."
QS. Al Israa (17) : 99
"Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa Allah yang menciptakan langit dan Bumi itu
kuasa pula menciptakan yang serupa dengan mereka, dan telah menetapkan waktu yang tertentu
bagi mereka yang tidak ada keraguan padanya ? Dan orang zalim itu (memang) tidak
menghendaki kecuali kekafiran."
Seperti kita tahu, bahwa planet Bumi yang kita tempati ini adalah benda langit yang sangat kecil
dibandingkan dengan besarnya alam semesta. Perbandingannya adalah bagaikan debu di padang
pasir 'semesta'. Maka, manusia yang hidup di atas Bumi itu pun adalah makhluk yang sangat
kecil di 'hadapan' alam semesta ini.
Karena itu, Allah memberikan perbandingan tersebut untuk menyadarkan kita akan kekuasaan
Allah. Kalau menciptakan alam semesta yang demikian besar dan dahsyat saja Allah bisa, tentu
sangatlah mudah bagiNya untuk menciptakan manusia. Apalagi cuma membangkitkan saja dari
dalam kuburnya. Tidak ada kesulitan sedikit pun bagi Allah.
Sebagaimana difirmankan Allah, jin juga seperti manusia. Dia dikenai kewajiban untuk
beribadah. Karena itu, juga bakal dimintai pertanggungjawaban atas segala perbuatannya, pada
Hari Kiamat.
QS. Adz Dzariyat (51) : 56
"Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah (menyembah) kepadaKu."
Maka, di kalangan mereka ada juga jin yang baik, jahat atau pun kafir. Bagi yang kafir, sama
saja, mereka juga tidak percaya bahwa mereka akan dibangkitkan sesudah matinya.
QS. Jin (72) : 7
"Dan sesungguhnya mereka (jin) menyangka sebagaimana persangkaan kamu (orang-orang kafir
Makkah) bahwa Allah sekali-kali tidak akan membangkitkan seorang pun"
Pada hari kiamat itu, segala yang hidup, temasuk jin dan manusia akan mengalami kematian.
Kecuali para malaikat. Sebagaimana manusia, jin memang bisa mengalami kematian dalam
hidupnya. Hanya saja, karena badannya yang terbuat dari gelombang panas (api), maka dia
air hujan di daerah tersebut, maka hidup kembalilah Bumi yang telah 'mati'.
Selain itu, ada nuansa, proses kebangkitan manusia itu berjalan secara massal. Allah
menggambarkan seperti pepohonan di daerah tandus yang tiba-tiba bertumbuhan akibat turunnya
hujan. Penyebabnya satu, yaitu hujan, tetapi efeknya berjalan secara massal, bagi semua
tumbuhan yang ada di daerah itu.
Bahkan di ayat lain Allah mengatakan bahwa proses kebangkitan itu bagaikan menghidupkan
satu jiwa saja. Sekali 'stimulasi', efeknya berjalan secara massal. Seluruh manusia yang ada di
dalam kubur bangkit.
QS. Luqman (31) : 28
Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu melainkan
hanyalah seperti satu jiwa saja. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
Hanya saja muncul pertanyaan : bagaimanakah kebangkitan itu berlangsung? Apakah butuh
proses lama ataukah cepat? Kalau kita menginterpretasi dari ayat-ayat di atas sepertinya butuh
waktu yang lama. Sebab Allah mengidentikkan dengan proses; bertumbuhannya berbagai
tanaman.
Untuk bisa tumbuh menjadi pohon besar, ada suatu proses; yang mesti dilalui. Mulai dari Uji,
tunas, pohon kecil, dan kemudian pohon besar. Dan semua itu dihidupkan oleh Allah lewat
turunnya air hujan, sebagai penyebabnya.
Itulah yang dijadikan perumpamaan olehNya untuk menggambarkan proses, kebangkitan.
Artinya, tidak secara tiba-tiba dan tanpa proses. Meskipun di ayat-ayat lain Allah
menggambarkan betapa manusia keluar secara cepat dari kuburan-kuburan yang terbongkar.
QS Al Qomar (54) : 7
"Sambil menundukkan pandangan-pandangan mereka keluar dari kuburan seakan-akan belalang
yang beterbangan."
Namun, itu hanya mengambarkan saat-saat keluarnya manusia dari dalam kubur. Akan tetapi,
proses 'persiapan' kebangkitan itu sendiri berjalan selama jutaan atau bahkan miliaran tahun.
Bayangkan, pada waktu kiamat, Bumi telah mengalami kerusakan yang sangat parah. Sehingga
Allah menggambarkan gunung gunung pun telah hancur berubah menjadi pasir. Dan Bumi,
menjadi rata, tidak memiliki daerah-daerah yang naik turun.
QS. Thaaha (20) : 105 - 107
"Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, maka katakanlah : Tuhanku akan
menghancurkannya (dihari kiamat) sehancur hancurnya"
"Maka Dia akan menjadikan bekas gunung-gunung itu datar sama sekali."
"Tidak ada sedikitpun kamu lihat padanya tempat yang rendah dan tempat yang tinggi."
Padahal di ayat-ayat lain tentang Surga dan Neraka, kita mendapati Bumi telah kembali ideal. Di
sana ada tempat-tempat tinggi yang digambarkan penuh dengan pepohonan yang subur dan
banyak mata air serta sungai-sungai di bawahnya. Dan Neraka juga digambarkan sebagai tempat
yang rendah penuh keadaan yang mengerikan, seperti pohon-pohon berduri dan sumber-sumber
api yang sangat panas.
Sehingga, jika demikian keadaannya, kita bisa menarik kesimpulan bahwa ada suatu proses yang
sangat panjang untuk menjadikan Bumi ini kembali ideal seperti zaman Adam dan Hawa dulu
diciptakan. Waktu itu, Adam dan Hawa juga digambarkan berada di dalam Surga yang sangat
menyejukkan.
Nah, untuk mengembalikan kondisi Bumi yang sangat rusak menjadi sangat ideal itulah
diperlukan waktu jutaan sampai miliaran tahun. Tetapi yang jelas Allah memang merubah dan
merehabilitasi Bumi yang telah mengalami kehancuran itu, sebagaimana Dia firmankan berikut
ini.
QS. Ibrahim (14) : 48
"(yaitu) pada hari (ketika) Bumi diganti dengan Bumi yang lain, dan (demikian pula) langitnya,
dan mereka semuanya berkumpul menghadap ke hadirat Allah Yang Satu Lagi Perkasa."
Dalam ayat di atas, Allah memberikan penjelasan yang sangat gamblang, bahwa Bumi dan langit
yang menyelimuti nya telah diganti dan direhabilitasi. Dan setelah semuanya siap untuk
kehidupan, maka Allah membangkitkan seluruh manusia dari dalam kuburnya, untuk
mempertanggungjawabkan segala perbuatannya di kehidupan sebelumnya.
Nah, dalam rekonstruksi ini, kemungkinan proses rehabiltasi itu memakan waktu sekitar 3 miliar
tahun. Sejak Bumi mengalami kehancuran, sampai ketika alam semesta berhenti berkembang
(memuai).
Sekadar mengingatkan. Alam semesta ini sedang berkembang atau memuai ke segala penjuru.
Pemuaian itu berlangsung selama sekitar 12 miliar tahun, sejak terjadinya Ledakan Dahsyat (Big
Bang) di pusatnya. Diperkirakan, pemuaian itu akan berhenti sekitar 3 miliar tahun lagi.
Kurun waktu itulah yang dipakai oleh Allah untuk merehabilitasi Bumi sehingga kembali ideal.
Termasuk lapisan-lapisan atmosfernya, semuanya diperbaiki olehNya. Maka, ketika semua siap,
saat itu pula alam semesta mengalami penciutan kembali.
ITULAH WAKTU DIMULAINYA ALAM AKHIRAT. Sejak saat itu hukum alam berjalan
terbalik (seiring berbaliknya arah pergerakan alam semesta, dari berkembang menjadi menciut.)
Jika sekarang, manusia cenderung menuju pada kematian, maka pada waktu itu justru
sebaliknya. Manusia justru akan cenderung mengarah pada kehidupan abadi. Yang tadinya
MATI, justru akan HIDUP KEMBALI. Secara Fisika, dikatakan bahwa kalau sekarang Entropi
alam semesta ini naik terus, maka nanti pada periode Akhirat itu, entropinya akan turun terus.
Itulah saat-saat malaikat meniupkan terompet untuk kedua kalinya. Yang pertama, ditiupkan
ketika Bumi mengalami kehancurannya, Kiamat Sughra. Sedangkan yang kedua, pada saat alam
semesta mengalami pembalikan arah pergerakan, alias dimulainya Periode Akhirat.
Begitulah gambaran proses kebangkitan yang bakal terjadi, kelak. Karena. hukum alam berjalan
terbalik, maka 'trand' kehidupan bukan menuju kepada kematian, melainkan justru dari, kematian
menuju pada hidup selama-lamanya. Benda-benda yang rusak justru akan berproses menjadi baik
kembali. Makanan-makanan yang busuk menjadi segar kembali. Tidak akan pernah berubah rasa,
kata Allah ketika menggambarkan Surga.
Karena itu, Allah menegaskan bahwa sangatlah gampang mengumpulkan kembali atom-atom
dan molekul-molekul tubuh yang sudah tercerai-berai di dalam tanah. Di ayat lain Allah bertanya
: Apakah kalian mengira bahwa Aku tidak bisa mengumpulkan jari-jari tangan mereka yang
sudah hancur di dalam tanah itu? Sungguh semua itu bakal tedadi dengan sangat mudahnya,
ketika hukum alam ini sudah dibalik oleh Nya.
QS. An Naziaat (79) 13 - 14
"Sesungguhnya pengembalian itu hanya satu kali tiupan saja. Maka serta merta mereka kembali
hidup di permukaan Bumi."
Dalam pemahaman yang sedikit berbeda, kita bisa menjelaskan rekonstruksi kebangkitan itu
seperti dihidupkannya kembali pohon pohon yang sudah mati.
Bagaimanakah Allah menghidupkan pohon yang sudah mati? Katakanlah kita mempunyai pohon
Mangga Gadung. Jika karena sesuatu hal, pohon Mangga Gadung tersebut mati, maka apakah
yang kita lakukan agar kita memiliki pohon seperti itu lagi ?
Tanamlah bijinya yang sudah masak. Maka, akan tumbuh pohon Mangga Gadung seperti semula.
Rasa dan karakteristiknya sama dengan Mangga Gadung sebelumnya. Kenapa bisa begitu?
Sebab di biji Mangga Gadung yang ditanam itu terdapat seluruh sifat-sifat pohon yang telah mati
tersebut. Hal ini telah dielaskan secara biomolekuler di bagian sebelumnya.
Maka, ketika, biji itu ditanam, terjadilah proses replika terhadap pohon sebelumnya. Seluruh sifat
yang terkandung di dalam genetikanya diturunkan kepada pohon berikutnya, lewat bijinya.
Proses kebangkitan manusia dari dalam kubur kurang lebih sama. Setiap manusia memiliki gen
pembawa sifat di dalam sel kita. Memang sebagian besar badan kita hancur ketika, terkubur di
dalam tanah selama bertahun-tahun. Akan tetapi, selalu masih ada yang tertinggal dan tidak
hancur. Di antaranya adalah gigi, tulang, dan rambut. Maka, di dalam bagian tubuh yang tidak
hancur itu, masih terdapat genome-genome yang membawa sifat asli dari tubuh yang mati itu.
Sehingga, sebenarnya tidak ada kesulitan yang berarti Allah membangkitkan manusia dari dalam
kuburnya Sebab, seluruh cetak biru manusia tersebut telah tersimpan di dalam genetikanya.
Berdasar gen gen itulah Allah mereplika tubuh manusia yang telah hancur 'dimakan tanah'. Ini
sama dengan proses tumbuhnya kembali biji Mangga Gadung yang saya uraikan di atas.
Nah, kombinasi dari dua rekonstruksi itu menjadi perpaduan yang lebih baik untuk menjelaskan
proses kebangkitan.Yaitu, seluruh sifat dan. perbuatan manusia yang tersimpan di dalam
tubuhnya, termasuk dalam genetikanya, akan menjadi acuan untuk mereplika / mengcopy
kembali badannya. Sedangkan pemicunya muncul dari peristiwa berbalik arahnya gerakan alam