Anda di halaman 1dari 3

MAMA AKU INGIN PULANG

Mama oh mama
Aku ingin pulang
Kurindu kepadamu
Dulu tak kudengar nasehatmu
Mama maafkan anakmu
Mama oh mama
Aku ingin pulang
Kurindu kepadamu
Dia yang kucinta telah berdusta
Kini tinggalkan diriku
Hidupku kini tiada arti
Bagaikan burung di dalam sangkarnya
Ku ingin bebas dari derita
Mama tolonglah diriku
Dari belenggu cintanya
Cicin emas melingkar
Ia berikan dulu
Untuk apa kalau ia tak cinta
Gaun bersulam sutra
Ia berikan dulu
Untuk apa kalau ia tak rindu
Keringlah sudah air mataku
Mama aku ingin pulang

Suara hatiku
Ijikan cintaku berbunga di hatimu
Biar terus mekar jadi kenyataan
Tlah lama kudahaga
Belaian seorang insan
Smoga bersamamu ceria hidupku
Kutak akan bersuara walau dirimu kekurangan
Hanya setiamu itu kuharapkan
Kutakan menduakan walau kilauan menggoda
Kasih dan sayangku Tetap utuh untukmu
Hanya kupinta darimu Setialah selamanya
Sehingga abadi cinta ini sayang begitu kudoakan
Kutak akan bersuara walau dirimu kekurangan
Hanya setiamu itu kuharapkan

Kutakan menduakan walau kilauan menggoda


Kasih dan sayangku Tetap utuh untukmu
Hanya kupinta darimu Setialah selamanya
Sehingga abadi cinta ini sayang begitu kudoakan
Tak mungkin kan terjadi kehancuran cinta kita
Andainya hatimu seperti hatiku
Andainya hatimu seperti hatiku
Pasukan kucing pemburu tikus

Sebuah tema yang menurut saya sensitif dan urgen untuk terus dibicarakan. Itulah
C I N T A: hak bagi segala bangsa untuk mewujudkanya, hak segala usia
membicarakanya, serta hak segala mahluk untuk merasakannya. Tetapi, apa
hakikat sebenarnya terhadap tanggung-jawab kita pada satu kata itu, LOVE?
Saya baru tahu, rupanya Eric Fromm, tokoh yang saya kenal lewat buku-buku
pedagogia kritis itu punya urun perpsektif juga dalam mengeja makna LOVE.
Tetapi pada Al-Adawiyah, sungguh spesial pengalaman beliau tentang Cinta. Dia
bisa menyerahkan segala semesta cintanya pada sang Maha Rabb, nampaknya
sangat berbeda dengan Fromm. Al-Adawiyah karena cinta itu dia berani keluar dari
alam material dan menuju kesatuan universalitas jiwanya dengan Tuhan.
Implikasinya, ia jadi tidak peduli pada selain kekekalan, ia tidak peduli dengan
lipstik, senyuman, sanjungan dan lain-lain yang melekat pada raga dan tidak abadi
serta cepat rusak setelah di tinggal nyawa. Saya merasa tersindir membaca beliau.
Wujud cinta seperti itu, hanya 3001 di dunia ini.
Mengapa Cinta, bukan Rangga!. Hahaha. Saya ketinggalan kereta nonton AADC 2.
Dan, rasanya perlu pula kita membuat sesen khusus tentang film fenomenal itu.
Dalam konteks Fromm, cinta dirasakan karena imun seksual. Maka tak pernyataan
Fromm menemui kebenaranya: bahwa manusia cenderung menggunakan logika
pertukaran dalam memandang cinta. Itulah sebabnya cinta seperti butuh
kemenarikan, butuh pangkat, butuh gincu, butuh parfum dan instrument-instrumen
kepuasan inderawi.
Agaknya dunia kita masih terlalu banyak dihuni para cinta zombie. Memandang
kehidupan cinta hanya sandang material dan ketika hilang material itu kadar cinta
merosot secepat-cepatnya. Orang-orang dibutakan oleh cinta fisikal, dan celakanya
mereka berjalan melakoni cinta itu dengan hati dan perasaan yang buta oleh
kepuasan diri.
Jika diperkenankan bertanya, apakah Fromm pernah gagal cintanya, berapa kali,
apa penyebab dan bagaimana kemudian dia move on? Ini penting sebelum lebih
jauh kita mengkaji kitab The Art of Loving yang membongkar kepalsuan cinta dan
telah mashur di berbagai bahasa itu.

Kalau babak teknis, penulis terlalu luas menyenggol kanan-kiri dan secara ekstriksik
tidak mengemukakan sisi tepat gunanya. Harap ketika penulis mencatut nama
tokoh, supaya mengutip idiom yang khas darinya dan memberi umpan balik singkat
tapi kontekstual. Saya kira itu lebih dapat diterima dan tulisan jadi menghidupkan.
Gaya tulisan media Tempo saat digawangi Goenawan Mohamad seperti itu.
Last, maka dalam rangka Ushikum wanafsiy, tulisan di atas (dan terusannya nanti)
sesungguhnya ada yang lebih substansial dari pada untuk hiburan para
jomblowan/i. Tulisan itu sangat tepat menjadi pengingat kita bersama dalam
mengasah mutiara hikmah dari keagungan cinta, dan lebih khusus terkait
perjodohan. Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai