BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sasaran utama kebidanan komunitas adalah ibu dan anak balita yang
berada didalam keluarga dan masyarakat. Bidan memandang pasiennya sebagai
makhluk sosial yang memiliki budaya tertentu dan dipengaruhi oleh kondisi
ekonomi, politik, sosial budaya dan lingkungan sekitarnya. Unsur-unsur yang
tercakup dalam kebidanan komunitas adalah bidan, pelayanan kebidanan,
lingkungan, pengetahuan serta teknologi (Ambarwati, 2010).
Perkembangan nasional dibidang kesehatan bertujuan untuk mencapai
kemampuan untuk hidup sehat, bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk mewujudkan kesehatan
masyarakat secara optimal diperlukan peran serta masyarakat dan sumber daya
masyarakat sebagai modal dalam pembangunan nasional, termasuk keluarga
sebagai unit terkecil dari masyarakat. Dalam upaya mewujudkan kesehatan
masyarakat terutama dalam mencegah angka kematian ibu dan anak pemerintah
mencanangkan program safe motherhood yang berupa 6 pilar sebagai realisasi
kerja, antara lain : pelayanan keluarga berencana, asuhan antenatal, persalinan
bersih dan aman, pelayanan obsetrik neonatal, pelayanan kesehatan dasar, dan
pelayanan kesehatan primer dengan memberdayakan wanita (Ambarwati, 2010).
Pada masa bayi dan balita merupakan masa pertumbuhan cepat dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan fisik. Pada usia ini kondisi pertumbuhan
anak sangat pesat sehingga membutuhkan zat gizi yang relative lebih tinggi dari
orang dewasa. Disisi lain alat-alat pencernaannya belum berkembang sempurna
karena itu pengaturan makan dan perencanaan menu harus dilakukan dengan
hati-hati sesuai dengan kebutuan gizi dan kesehatan (Ambarwati, 2010).
Derajat
kekurangan
gizi
pada
anak
adalah
rendahnya
tingkat
pengkonsumsian makanan pokok yang dibutuhkan oleh tubuh. Sebagai alat bantu
ukurnya yaitu KMS yang menunjukkan BB badan bayi tidak terdapat pada pita
hijau (Ambarwati, 2010).
Masih adanya balita yang mengalami gizi buruk bisa diakibatkan karena
faktor ekonomi keluarga yang secara tidak langsung akan berdampak pada
makanan apasaja yang mampu dikonsumsi sesuai denagn kemmpuan yang
dimiliki keluarga tersebut, selain itu kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi juga
mempengaruhi pola pemberain makanan pada bayinya.
Proses tumbuh kembang pada bayi sangat dipengaruhi oleh asupan gizi
yang didapat, apalagi masa 5 tahun pertama setelah anak lahir merupakan masa
yang menentukan pembentukan fisik , psikis serta intelegensinya.
Asuhan kebidanan pada keluarga merupakan asuhan kebidanan komunitas
yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan keluarga. Dalam sebuah
keluarga biasanya dijumpai lebih dari satu permasalahan kesehatan. Misalnya
adalah keluarga Tn. N, di dalam keluarga ini terdapat dua masalah kesehatan
yaitu gizi pada balita, dan merokok.
Keluarga Tn. N terdiri dari tiga anggota keluarga dengan permasalahan
kesehatan yang terdapat pada anak balita, suami dan istri. Tn. N selaku kepala
keluarga mempunyai kebiasaan merokok yang sangat berbahya bagi dirinya
sendiri dan juga orang-orang di sekitarnya khususnya bagi sang istri dan anaknya
yang baru berumur 5 tahun. Sedangkan anak Tn.N yang sejak bulan Agustus
mengalami penurunan berat badan di bawah garis merah.
Dari masalah- masalah tersebut nantinya akan dipilih satu yang menjadi
prioritas dan harus segera mendapatkan penanganan, di samping juga dua
masalah lainya yang harus tetap dicari solusinya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat menerapkan teori yang telah didapatkan pada
kehidupan secara selangsung untuk memecahkan masalah yang dialami oleh
keluarga Tn. N terutama dalam meningkatkan derajat kesehatan sehingga
terwujud keluarga sehat dan sejahtera.
2. Tujuan Khusus
ketrampilan
dalam
kegiatan
pelayanan
kebidanan
komunitas.
b. Meningkatkan pengetahuan dalam pengelolaan pelayanan kebidanan
komunitas.
D. Metode
1. Pendataan dan identifikasi masalah dilakukan dengan :
a.
Wawancara
Melakukan wawancara mendalam terhadap responden setiap KK.
b. Pemeriksaan fisik
Dilakukan bila perlu terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah
dan keluhan terhadap kesehatan dan keperawatan, misalnya pada balita.
2. Perencanaan intervensi bersama masyarakat dilakukan dengan :
Penyajian data beserta masalahnya
3. Perencanaan program (Intervensi)
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
adalah
sekelompok
manusia
yang
terbesar
yang
kesehatan
keluarga
tergantung
pada
lingkungan
sehubungan
dengan
peningkatan
dan
pemeliharaan
sehubungan
dengan
pemulihan
kesehatan (Health
10
11
12
hormon
progestin
juga
akan
berpengaruh
pada
13
2) Kurang efektif
Seseorang yang memutuskan untuk melakukan kontrasepsi KB suntik
harus sering bolak-balik ke pusat pelayanan kesehatan guna
melakukan penyuntikan ulang setelah jangka waktu perlindungan
dari hormon progesteron tersebut habis. Misalnya saja mereka yang
memutuskan untuk ber KB suntik 3 bulan, maka tiap 3 bulan sekali ia
harus mendapatkan suntikan lagi. Begitu juga dengan KB suntuk 1
bulan, maka setiap bulan ia harus mendapatkan suntikan ulang
hormon progesteron kembali. Selain itu, penggunaan kontrasepsi ini
tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sesuka hati. Pengguna
kontrasepsi ini harus menunggu hingga masa efektif hormon habis.
3) Timbulnya masalah berat badan
Bagi para wanita yang pada dasarnya memiliki badan gemuk,
sebaiknya berhati-hati dengan jenis kontrasepsi ini. KB suntik dapat
menyebabkan kenaikan pada berat badan. Hal ini dikarenakan
hormon progesteron yang disuntikan ke tubuh dapat menambah nafsu
makan, yaitu dengan mempengaruhi pusat pengendali nafsu makan di
hipotamus sehingga akseptor makan akan meningkat dari biasanya.
4) Tidak dapat menjamin perlindungan terhadap penularan penyakit
Penggunaan kontrasepsi KB suntik sangat rawan terhadap penularan
berbagai jenis penyakit menular berbahaya HIV AIDS, Hepatitis B,
maupun penyakit IMS.
14
15
16
17
Lebih aman
Hal ini dikarenakan terjadinya kasus kehamilan bagi mereka yang
memilih kontrasepsi ini sangatlah kecil, hanya berkisar 0.3 dari 100
wanita. Jenis kontrasepsi ini juga sangat aman digunakan oleh wanita
yang telah berusia lebih dari 35 tahun.
2) Lebih praktis Hal ini mungkin saja dikarenakan penyuntikan satu
hormon pada tubuh bisa memberikan perlindungan hingga 3 bulan
lamanya.
3) Tidak mempengaruhi jumlah produksi ASI
Menurut para ahli kesehatan penyuntikan hormon progesteron justru
berdampak baik bagi produksi ASI. Hal inilah yang menjadikan
alasan mengapa KB suntik sangat cocok bagi mereka yang masih
menyusui.
4) Dapat membantu menambah nafsu makan
Dalam beberapa kasus, penyuntikan hormon progesteron dapat
menambah nafsu makan, sehingga dapat membantu menaikkan berat
badan seperti konsumsi makanan penambah berat badan.
5) Mengurangi masalah haid
18
19
tahun.
b) Norplan -2 (2 batang), berisi hormon levonogrestel, daya kerja 3
tahun
c) Satu batang, berisi hormon ST- 1435, daya kerja 2 tahun. Rencana
siap pakai: Tahun 2000.
d) Satu batang, berisi hormon 3-keton desogesteri daya kerja 2,5-4
tahun (Hanafi,2010 : 179)
Sedangkan non biodegradable implan dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
20
1) Norplan
Dipakai sejak tahun 1987, terdiri dari 6 kapsul kosong silastik
(karet silicon) yang diisi dengan hormon levonor ges trel dan ujungujung kapsul ditutup dengan Silastik adhesive. Tiap kapsul
mempunyai panjang 34 mm, diameter 2,4 mm, Berisi 36 mg
levonorgestrel,
serta
mempunyi
cirri
sangat efektif
dalam
21
22
e. Kerugian
1) Susuk KB/implant harus dipasang dan diangka oleh petugas
kesehatan yang terlatih.
2) Lebih mahal.
3) Sering timbul perubahan pola haid.
4) Akseptor tidak dapat menghentikan implant sekehendaknya sendiri.
5) Beberapa wanita mungkin segan untuk menggunakannya karena
kurang mengenalnya.
f. Kontra Indikasi
1) Kehamilan atau disangka hamil.
2) Penderita penyakit hati akut.
3) Kanker payudara
4) Kelainan jiwa.
5) Penyakit jantung, hipertensi, diabettes mellitus.
6) Penyakit trombo emboli.
7) Riwayat kehamilan etropik (Hanafi ,2010 : 169)
g. Indikasi
1) Wanita-wanita yang ingin memakai kontrasepsi untuk jangka waktu
yang lama tetapi tidak tersedia menjalani kontap / menggunakan
AKDR.
2) Wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB yang mengandung
estrogen.
h. Efektivitas
1) Efektivitasnya tinggi, angka kegagalan norplant < 1 per 100 wanita
per tahun dalam tahun pertama.
2) Efektivitasnya norplant berkurang sedikit setelah sedikit setela 5
tahun, dan pada Tahun ke 6 kira-kira 2,5-3% akseptor menjadi hamil.
23
24
25
26
pada
keluarga
yang
berpenghasilan
cukup.
Keadaan
ini
keragaman
bahan
dan
keragaman
jenis
makanan
yang
27
yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein, dibeberapa daerah masih
dianggap sebagai makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga.
e. Kebiasaan atau pantangan
Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makanan
tertentu masih sering kita jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan
terhadap anak untuk makan telur, ikan atau daging hanya berdasarkan
kebiasaan yang tidak ada datanya dan hanya diwarisi secara dogmatis
turun temurun, padahal anak itu sendiri sangat memerlukan bahan
makanan seperti guna keperluan pertumbuhan tubuhnya.
d. Kesukaan jenis makanan tertentu
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu
atau disebut sebagaifaddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak
memperoleh semua zat gizi yang diperlukan.
e. Jarak kelahiran yang terlalu rapat
Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak
yang menderita gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau
adik yang baru telah lahir, sehingga ibunya tidak dapat merawat secara
baik. Anak Dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan perawatan
ibunya, baik perawatan makanan maupun perawatan kesehatan dan kasih
sayang.
f. Sosial ekonomi
Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan
yang disajikan. Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga turut
menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik
kualitas maupun jumlah makanan.
28
g. Penyakit infeksi
Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau
makan. Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang
seharusnya dipakai untuk pertumbuhan.
3.
29
30
c. Buah-buahan
Jumlah yang dibutuhkan per hari pada balita usia 2 tahun: 1 gelas
takar.Jumlah yang dibutuhkan per hari pada balita usia 3 tahun: 1,5 gelas
takar.
Contoh makanan dan cara penyajian: untuk memastikan jumlahnya
gunakan gelas takar. Pisang dengan panjang 20-23 cm sama dengan 1
gelas takar.
d. Susu
Jumlah yang dibutuhkan per hari pada balita usia 2 tahun: 2 gelas (400
ml).Jumlah yang dibutuhkan per hari pada balita usia 3 tahun: 2 gelas
(400 ml).
Contoh makanan dan cara penyajian: 1 gelas sama dengan seperti 1 gelas
susu, 1 1/2 ons (45 gram) keju alami, atau 2 ons (60 gram) keju yang
sudah diproses.
e. Daging dan kacang-kacangan
Jumlah yang dibutuhkan per hari pada balita usia 2 tahun: 2 ons (65
gram).Jumlah yang dibutuhkan per hari pada balita usia 3 tahun: 3-4 ons
(85-115 gram).
Contoh makanan dan cara penyajian: 1 ons sama dengan 1 ons (300
gram) daging ayam atau ikan, 1/4 gelas takar kacang-kacangan matang
atau 1 butir telur.
Selain kebutuhan nutrisi di atas, lengkapi juga balita dengan asupan 500
miligram kalsium per hari. Jumlah nutrisi tersebut sangat mudah
didapatkan jika Anda memberikan sedikitnya dua gelas susu per hari.
31
32
Protein merupakan bahan padat utama dari otot organ dan glandula
endoterm. Merupakan unsur utama dari matriks tulang dan
gigi,kulit,kuku,rambut,sel darah dan serum.
2) Pengaturan proses tubuh
Mengatur keseimbangan air dan elektrolit dalam tubuh. Protein juga
mempertahankan
ketahanan
terhadap
mikroorganisme
yang
33
3) Energi
Protein merupakan sumber energi potensial, setiap gram menghasilkan
sekitar 4 kkal. Jika protein digunakan untuk energi maka tidak akan
dipakai untuk kebutuhan sintesis. Sumber protein: ASI, susu formula,
sereal atau gandum, telur, tahu, tempe, ikan, dan daging.
b. Karbohidrat
Karbohidrat adalah sumber tenaga bagi anak, Bayi yang baru mendapat
asupan makanan dari ASI. Pada anak yang lebih besar yang sudah
mendapat makanan tambahan pendamping ASI, karbohidrat dapat
diperoleh dari makanan yang mengandung tepung seperti: bubur susu,
sereal,roti,nasi tim atau nasi. Apabila tidak mendapatkan asupan
karbohidrat yang memadai untuk menghasilkan energi, tubuh akan
memecah protein dan lemak cadangan dalam tubuh
Fungsi Karbohidrat:
Hampir semua karbohidrat pada akhirnya digunakan untuk memenuhi
kebutuhan energi tubuh. Beberapa karbohidrat yang ada digunakan untuk
sintesis dari sejumlah senyawa pengatur.
c. Energi
Setiap gram karbohidrat yang dioksidasi rata-rata menghasilkan 4 kalori.
Sejumlah karbohidrat dalam bentuk glucose akan digunakan secara
langsung untuk memenuhi kebutuhan energi jaringan sejumlah kecil akan
disimpan sebagai glikogen dalam hepar dan otot dan beberapa akan
disimpan sebagai jaringan adipose untuk dikonversi menjadi energi.
34
Glukose merupakan satu-satunya untuk otak dan jaringan saraf dan harus
tersedia dengan mudah. Setiap kegagalan untuk mencatu glukosa dan
oksigen untuk oksidasi dengan cepat akan menimbulkan kerusakan otak,
terutama pada masa neonatus. Pertumbuhan otak terjadi sangat cepat
dalam minggu terakhir kehidupan intrauterine. Karena itu penting
diusahakan agar bayi yang dilahirkan sebelum aterm tidak kekurangan
glucose sehingga pertumbuhan otak dapat berlanjut, bayi yang kecil untuk
umur cenderung mengalami hipoglikemia dan karena itu, berada dalam
resiko.
d. Vitamin
Vitamin adalah sejumlah zat yang terdapat dalam makanan, yang
berfungsi untuk mempertahankan fungsi tubuh (Marlow,D.R.dan Reeding
BA,1988) Kekurangan vitamin akan menyebabkan tubuh cepat merasa
lelah, kurang nafsu makan, kerusakan pembuluh darah dan sel saraf serta
dapat mengurangi ketajaman penglihatan. Vitamin C penting untuk tubuh
untuk pembentukan substansi antar sel, meningkatkan daya tahan tubuh
dan meningkatkan absorbsi zat besi dalam usus.Vitamin D penting untuk
penyerapan dan metabolisme kalsium dan posfor, pembentukan tulang
dan gigi.
Sumber-sumber vitamin :
1) Vit A : tomat, wortel, sayur-sayuran hijau
2) Vit B : beras merah
3) Vit C : jeruk, jambu biji
4) Vit D : buah dan sayur
5) Vit K : jambu biji
e. Mineral
35
2) Fosfor
3) Zat Besi
4) Lodium
: Garam berio
5) Iodium
6) Fluor
36
5)
37
e. Malam nasi atau roti oles mentega/margarin daging, ayam, ikan, tahu
atau tempe sayur mayur Buah atau puding satu gelas susu contoh
menu.
Makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan
kecerdasan anak. Oleh karenanya, pola makan yang baik dan teratur perlu
diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan pengenalan jam-jam makan
dan variasi makanan.
Gizi seimbang dapat dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai
berikut :
1) Agar kebutuhan gizi seimbang anak terpenuhi, makanan sehari-hari
sebaiknya terdiri atas ketiga golongan bahan makanan tersebut.
2) Kebutuhan
bahan
makanan
itu
perlu
diatur, sehingga
anak
2)
3)
4)
5)
6)
7)
BAHAYA ROKOK
a. Definisi Rokok
Dari definisi yang saya temukan di blog wikipedia, di sana
dikatakan, Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70
38
39
40
41
42
2)
Batuk
3)
Iritasi paru-paru
4)
Nyeri dada
5)
2)
3)
4)
43
44
BAB III
MANAJEMEN KEBIDANAN PADA KELUARGA BAPAK N
A. PENGKAJIAN DATA
I. DATA UMUM
1. Identitas Keluarga
Nama Kepala Keluarga : Bp.N
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 30 tahun
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Indonesia
Pendidikan
: SMP
Status Pernikahan
Alamat
Lama pernikahan
: 10 tahun
Jumlah Anak
: 1 (Satu)
2. Anggota Keluarga
N
Nama
Umu
L/
Hub.
Pendidikan
Pekerjaan Keterangan
o
1.
Tn. N
r
30
P
L
Kel.
Suam
SMP
PETANI
2.
3.
i
Ny. S
27
P
Istri
SMP
An. S 5
P
Anak Belum tamat TK
3. Kesehatan lingkungan keluarga :
IRT
SISWI
b.
Jenis rumah
: Permanen
Atap rumah
: Genting
Lantai rumah
: Semen
Ventilasi
Sumber penerangan
: Listrik
45
c.
: Sumur
Penggunaan air
: Mandi, Memasak
: Gentong
: Bersih
d. Pembuangan limbah
: Tertutup
: Baik
: Terbuka
4.
: Tidak ada
Pemanfaatan pekarangan
: Sayuran
Kepemilikan :
a.Jaminan sosial kesehatan : BPJS
b. Kegiatan sosial yang diikuti
: Arisan, PKK.
Cukup
46
5.
Nama
Tn.N
Istirahat/
Tidur
8jam/ hari
Kebiasaan
Nutrisi
8 jam/ hari
8 jam/ hari
Miras,
3 x / hari
Mandi 2x/ hr
3 x / hari
Mandi 2x/ hr
Ganti baju 2x/ hr
An.S
Rokok,
fasilitas kesh)
kesehatan
2 x / hari
Mandi 2x/ hr
Ganti baju 2x/ hr
Gosok gigi 2x/ hr
didalam rumah)
47
Keadaan Umum
: Baik
ii. Kesadaran
: Composmentis
: Satabil
iv. HPL
: 26 Desember 2015
v. Tanda Vital
vi.
TD
: 110/70 mmHg
Nadi
: 84 x/menit
RR
: 24 x/menit
Suhu
: 36.10C
BB
: 58 kg
vii. TB
: 146 cm
viii.LILA
: 25 cm
Muka
b) Mata
: Merah muda
: Tidak ikterik
48
c) Hidung
d) Telinga
e) Mulut
2) Leher
3) Dada
4) Mammae
5) Perut
6) Genetalia
7) Ekstremitas
Atas
Bawah
: Baik
ii. Kesadaran
: Composmentis
Nadi
: 100 x/menit
RR
: 35 x/menit
: 36,50C
iv. BB/PB
v. LD/LK
: 15 kg / 75 cm
: 50 cm / 48 cm
49
Muka
ii. Mata
Telinga: Normal, simetris.
iv.
v.
vi.
vii.
ix.
Abdomen :
Ekstremitas
Dinding abdomen/turgor
: Turgor baik
Kandung kemih
: Kosong
:
Atas
Tulang punggung
Keadaan Umum
: Baik
ii. Kesadaran
: Composmentis
: Satabil
v.
TD
: 120/80 mmHg
Nadi
: 88 x/menit
RR
: 28 x/menit
Suhu
: 36.70C
BB
vi. TB
: 70 kg
: 168 cm
50
Muka
b) Mata
: Merah muda
: Tidak ikterik
c) Hidung
d) Telinga
e) Mulut
2) Leher
3) Dada
: Simetris.
4) Genetalia
5) Ekstremitas
Atas
Bawah
B. ANALISA DATA
Setelah dilakukan pengkajian, didapatkan hasil bahwa keluarga Tn. N di kadus
III Kunti Lor, Desa Kunti mempunyai masalah kesehatan antara lain :
1. Kepala keluarga mempunyai kebiasaan merokok (dalam sehari + 1 bungkus
dan merokok didalam rumah).
2. Ibu adalah akseptor KB DMPA selama + 3 tahun dengan keluhan menstruasi
tidak teratur.
3. Balita berusia 5 tahun dengan susah makan dan terpapar asap rokok.
51
C. PERUMUSAN MASALAH
1. Tn. A umur 30 tahun dengan kebiasaan merokok.
Masalah : Kepala keluarga dengan kebiasaan merokok
2. Ny. S umur 27 tahun dengan Akseptor Kb DMPA + 3 tahun dengan menstruasi
tidak teratur.
Masalah : Akseptor Kb DMPA > 2 tahun dengan menstruasi tidak teratur.
3. An. S umur 5 tahun dengan susah makan dan terpapar asap rokok
Masalah : Balita dengan susah makan dan terpapar asap rokok
D. PRIORITAS MASALAH
1. Akseptror Kb DMPA > 2 tahun
2. Balita dengan susah makan dan terpapar asap rokok
3. Kepala keluarga dengan kebiasaan merokok
52
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
1. Masalah : Akseptor KB > 2 tahun
Ibu P1A0 umur 27 tahun akseptor Kb DMPA + 3 tahun dengan menstruasi tidak
teratur.
Pemecahan masalah yang sudah dilakukan :
a. Melakukan konseling efek samping pemakaian Kb DMPA lebih dari 2 tahun.
b. Memberikan penyuluhan tentang macam macam alat kontrasepsi
c. Membantu ibu untuk memilih alat kontrasepsi yang akan digunakan untuk
sementara waktu.
Evaluasi akhir :
Ibu pada pertemuan ke 5 sudah dilakukan pemasangan implant di Bidan Sri.
Kondisi tersebut diatas berdasarkan teori (Handayani, 2010) yang menyatakan
: Alat kontrasepsi yang berupa susuk yang terbuat dari sejenis karet silastik
yang berisi hormon, dipasang pada lengan dalam jangka waktu pemakaian 3
tahun.
2.
Balita
c. Melakukan pemantauan kebiasaan makan pada balita.
Evaluasi akhir :
An. S pada pertemuan ke 4 sudah mau makan setiap kali makan habis 1/2 porsi,
sehari makan 3 kali.
Kondisi tersebut diatas berdasarkan teori (Melinda, 2011), yang menyatakan
bahwa rata rata balita dalam usia 5 tahun mengalami susah makan
dikarenakan beberapa faktor, yaitu : kehilangan selera makan, sedang pilek dan
53
batuk, mengkonsumsi cemilan, tidak nafsu makan, makan manis sebelum jadwal
makan.
3.
54
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Akseptor KB DMPA > 2 tahun setelah dilakukan konseling secara intensif
maka diambil keputusan untuk ganti cara kontrasepsi yaitu dengan KB
implant.
2. Balita umur 5 tahun dengan susah makan setelah dilakukan penyuluhan, orang
tua sudah mengerti gizi seimbang pada balita, porsi makan balita yaitu 1/2 porsi,
sehari makan 3 kali.
3. Kepala keluarga merokok setelah dilakukan konseling, maka Tn. N sudah
mulai bisa mengurangi rokoknya yang tadinya 1 bungkus sehari sekarang
menajdi 1/2 bungkus perhari dan lokasi untuk merokok diluar ruangan dan
jauh dari anak anak.
B. Saran
1. Kepada Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan lebih dapat menggali lebih dalam lagi mengenai
kesehatan keluarga dan meningkatkan pengetahuan mengenai asuhan
kebidanan pada keluarga.
2. Kepada Keluarga
Dengan diadakannya penyuluhan ini diharapkan keluarga dapat
mengenali masalah kesehatan serta mampu mencari penyelesaian secara
mandiri.
3. Kepada Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan diharapkan dapat memberikan bimbingan yang
dapat memberikan semangat bagi para mahasiswa.
55
DAFTAR PUSTAKA
Ari Kunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (edisi revisi V)
cetakan kedua belas. Jakarta : Rhineka Cipta.
Utami Roesli, 2011. ASI Panduan Praktis Ibu Menyusui. Yogyakarta : Banyu Media.