Anda di halaman 1dari 4

Fondasi Berperilaku sebagai Bangsa

oleh Cindy Yunitasari (1506672975)

Judul Pemicu

: Maraknya Korupsi di Indonesia

Pokok Permasalahan : Peran Pancasila dan UUD 1945 dalam pembentukan karakter bangsa
Penulis Referensi

: R. Ismala Dewi, Slamet Soemiarno, Agnes Sri Poerbasari, dan Eko A.


Meinarno

Data Publikasi

: Buku Ajar III MPKT A (Bangsa, Negara dan Pancasila), Universitas


Indonesia, Depok, 2015

Nilai-nilai Pancasila sering dikaitkan dengan identitas nasional. Tidak hanya itu, mantan
ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Antasari Azhar pernah menegaskan bahwa
Pancasila merupakan sumber nilai anti-korupsi. Realita yang terjadi menunjukkan keadaan yang
sebaliknya, nilai-nilai luhur Pancasila semakin ditinggalkan, sehingga seseorang terdorong untuk
bertindak korupsi. Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, internalisasi nilai-nilai Pancasila
perlu dilakukan dan dapat diwujudkan dengan pengetahuan mendasar mengenai Pancasila.
Nilai pertama Pancasila adalah ketuhanan. Nilai utama ini mengacu pada keyakinan
terhadap Tuhan dan menjalani hidup sesuai dengan perintah-Nya, tanpa menganggu urusan
agama masing-masing individu. Mengenai pelaksanaan ibadah dari agama yang berbeda-beda di
Indonesia, sudah secara baik diatur dan dapat berjalan secara berdampingan, atau disebut sebagai
toleransi beragama. Akan tetapi, kurangnya pemahaman nilai-nilai ketuhanan pada masingmasing individu menyebabkan kasus korupsi marak terjadi, dan berlangsung sistemik di segala
bidang. Nilai-nilai ketuhanan tersebut antara lain penuh rasa terima kasih (bersyukur), optimis,
dan berorientasi masa depan. Para koruptor sebagai pemangku jabatan dan pemegang amanah
rakyat, lupa bahwa kesuksesan dirinya untuk dapat terpilih dan menduduki jabatan itu tidak
terlepas dari peran Tuhan Yang Maha Esa. Namun, setelah diamanahkan sebuah tanggung jawab
besar, ia tidak cukup bersyukur, sehingga yang dipikirkan adalah kepentingan dan ambisi dirinya
sendiri. Para koruptor juga tidak bersikap optimis bahwa rezeki sudah diatur dan besarnya rezeki
kembali pada usaha individu tersebut, sehingga mereka berani mencuri uang rakyat. Selain itu,

para koruptor hanya berorientasi pada masa kini, dan hal ini menjadi salah satu pemicu
timbulnya korupsi, seperti keinginan untuk balik modal setelah menghabiskan banyak dana
untuk kampanye. Mereka tidak berpikir secara jangka panjang, bahwa dengan amanah,
intelegensi dan integritas yang mereka miliki adalah semata untuk melayani kepentingan dan
membela hak rakyat.
Nilai kedua Pancasila pada prinsipnya mengakui persamaan hak dan kewajiban, kasih
sayang terhadap sesama, dan menjalin hubungan dengan bangsa lain berdasarkan sikap saling
menghormati. Cerminan tingkah laku dari fondasi nilai kedua sebagai individu dan masyarakat
adalah ketika mengakui bangsa-bangsa lain yang menyatakan diri merdeka dan berdaulat sesuai
dengan prosedur yang berlaku. Cerminan lainnya adalah para perokok yang tidak menghormati
hak orang non-perokok untuk menghirup udara bersih, karena orang-orang di sekitarnya
dipaksa merokok bersama. Sama halnya dengan masalah perokok, masalah korupsi yang
terjadi di segala bidang di Indonesia menandakan bahwa para pejabat publik yang terbukti
melakukan korupsi tidak mengakui hak rakyat untuk mendapatkan umpan balik dalam bentuk
pembangunan dan peningkatan pelayanan publik dari pajak yang sudah dibayarkan. Selain itu,
mereka juga tidak menghormati amanah yang diberikan oleh rakyat, sehingga tidak memiliki
rasa bersalah terhadap rakyat jika melakukan tindak korupsi.
Nilai ketiga Pancasila berupaya untuk mengutamakan kepentingan bangsa dibandingkan
kepentingan diri sendiri, kelompok dan atau golongan, cinta tanah air dan bangsa, serta
pengembangan rasa persatuan bagi bangsa. Nilai ketiga ini tidak diterapkan secara efektif,
sehingga para pemangku jabatan publik hanya mengutamakan kepentingan dirinya sendiri,
keluarga, kelompok dan atau golongan. Rasa cinta terhadap bangsa juga tidak terlihat di diri para
koruptor, karena sebagai pemegang amanah rakyat, mereka seharusnya dapat memperbaiki
sistem birokrasi yang tidak sehat agar Indonesia menjadi lebih baik, namun pada kenyataannya
para koruptor mengikuti sistem tidak sehat tersebut dan memperburuk kondisi Indonesia.
Pada nilai keempat Pancasila menengahkan tema demokrasi. Demokrasi memosisikan
rakyat sebagai pemegang kedaulatan penuh atas dirinya. Dalam hal ini, rakyat Indonesia yang
memilih para pejabat publik tersebut melalui Pemilu dan Pilkada, rakyat juga yang menikmati
hasil dari amanah yang telah diberikan kepada pejabat, dan rakyat juga berhak menjatuhkan

pejabat publik jika mereka terbukti bersalah dan melakukan pengkhianatan terhadap negara,
seperti melakukan tindak korupsi.
Nilai kelima dalam Pancasila adalah identitas yang dikenal baik oleh masyarakat di
negara-negara lain, yaitu gotong-royong. Gotong-royong merupakan sebuah aktivitas bantuan
kepada pihak lain yang meminta secara santun untuk menyelesaikan satu tugas agar tercapai
tujuan bersama (Koentjaraningrat, 1977: 6; Marzali, 2005: 159). Nilai kelima diwujudkan untuk
membangun karakter. Berdasarkan pemicu yang berisi tentang maraknya kasus korupsi, nilai
gotong royong ini salah diartikan menjadi gotong-royong untuk saling korupsi, yang sangat
bertentangan dengan gotong-royong dalam mencapai tujuan bersama yang baik. Korupsi secara
gotong-royong sering terjadi di lingkungan atau instansi secara tertutup yang mementingkan
jaringan (network) teman lama.
Berdasarkan pembahasan mengenai kelima nilai Pancasila di atas, dapat dipahami bahwa
Pancasila merupakan sumber nilai anti-korupsi. Kunci terwujudnya Indonesia menjadi negara
yang bersih dan rakyat yang lebih berwibawa di mata negara lain adalah dengan menerapkan
nilai-nilai Pancasila, bersama dengan norma-norma agama, secara efektif dan berkelanjutan,
serta menaati peraturan perundang-undangan yang telah disusun. Dengan demikian, saatnya
Pancasila direvitalisasi sebagai dasar filsafat negara dan menjadi Prinsip Prima. Sesuai dengan
perannya sebagai prinsip prima, maka nilai-nilai Pancasila dan norma-norma agama merupakan
dasar atau fondasi bagi seluruh masyarakat Indonesia dalam bertingkah laku.

Daftar Pustaka

Burke, Ronald J., Edward E. Tomlinson, dkk. Crime and Corruption. Farnham: Gower Applied
Research.
Center for Democracy and Governance. 1999. A Handbook On Fighting Corruption.
Washington, D.C.: CreateSpace Independent Publishing Platform.
Dewi, R. Ismala, Slamet Soemiarno, dkk. Buku Ajar III: Bangsa, Negara dan Pancasila. 2015.
Depok: Universitas Indonesia.
Natasya, Vidya. 2014. Penerapan Nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
https://prezi.com/pedmyydt9i1t/. Diakses pada tanggal 18 April 2016.
Prasetyo, Egi. 2013. Nilai-nilai Pancasila sebagai Upaya Pemberantasan Korupsi di Indonesia.
https://www.academia.edu/4022378/. Diakses pada tanggal 19 April 2016.
Revida, Erika. 2003. Korupsi di Indonesia: Masalah dan Solusinya. Medan: Penerbit Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Sugiarto, Ryan. 2013. Cinta Indonesia Setengah. Jakarta: Bentang Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai