Surat wesel adalah surat berharga yang memuat kata wesel didalamnya, diberi tanggal
dan ditandatangani disuatu tempat, dalam mana penerbit (trekker) memberi perintah tak
bersyarat kepada tersangkut (betrokkene) untuk membayar sejumlah uang pada hari bayar
(vervaldag) kepada orang yang ditunjuk oleh penerbit yang disebut penerima (nemer)
atau penggantinya disuatu tempat tertentu.
Para pihak yang berkaitan dalam surat wesel :
1. penerbit (trekker)
2. tersangkut (betrokkene)
3. penerima (nemer)
4. pemegang ( houder)
5. endossant.
Pengaturan wesel dalam KUHD buku I Bab VI pasal 100 sampai dengan 173.
Surat wesel adalah suatu surat berharga yang harus memenuhi syarat-syarat sebagai yang
ditetapkan dalam pasal 100 KUHD ----- menentukan syarat-syarat formal yang harus
dipenuhi wesel. Penyimpangan dari syarat-syarat iru tidak diperkenankan, kacual;I UU
sendiri
membuat
penyimpangan-penyimpangan
(pasal
101
(1)
KUHD).
Jika
penyimpangannya tidak seperti UU, maka wesel itu bukan wesel yang sah dan
pertanggungajawabannya dibebankan kepada orang yang menandatangani wesel itu.
Ganti rugi yang mungkin timbul dapat dituntut melalui pasal 1316 KUHPdt.
Bentuk surat wesel :
-
Perbedaan wesel domisili (pasal 103) dengan wesel domisili dalam blangko :
a. wesel domisili pada saat diterbitkan, nama pihak ketiga yang akan membayar wesel
tersebut sudah disebut dengan jelas dalam surat wesel.
b. wesel domisili dalam blangko pada saat diterbitkan, nama pihak ketiga yang akan
membayar wesel tersebut belum disebut dalam wesel. Penentuan nama pihak ketiga
yang akan membayar wesel diserahkan kepada tersangkut pada kesempatan
memberikan akseptasinya.
c. baik wesel domisili maupun wesel domisili dalam blangko, keduanya dapat dibayar
ditempat domisili tersangkut atau diluar domisili tersangkut (pasal 103 jo 126).
Perbedaan wesel dari sudut hari bayarnya :
1. wesel unjuk (pasal 132 ayat 1)
2. wesel setelah unjuk (pasal 132 ayat 2)
3. wesel setelah lampau tenggang waktu tertentu
4. wesel tanggal tertentu
Perbedaan penyerahan wesel secara cessie dan endossement :
a. peralihan hak yang timbul dari perbuatan endossement tidak perlu diberitahukan
kepada D lebih dahulu. Jadi peralihan hak berlaku sepenuhnya bagi pemegang tanpa
pemberitahuan kepada D. Sedangkan peralihan pada cessie baru berlaku bagi
penerima cessie sesudah D diberitahu tentang adanya peralihan hak itu.
b. Pada cessie hak yang beralih kepada penerima cessie tidak lebih dan tidak kurang dari
hak-hak yang dimiliki oleh penyerah cessie, sehingga tuntutan kompensasi dari D
kepada penyerah cessie sebelumpemberitahuan dapat juga berlaku bagi penerima
cessie. Sedangkan pada endossement, hak yang diterima oleh pemegang lebih banyak
dari hak yang dimiliki oleh penerima. Dalam hal ini D wesel tidak boleh melancarkan
upaya-upaya bantahan kepada pemegang berdasarkan atas hubungan pribadi dengan
penerbit atau dengan pemegang sebelumnya (pasal 116), sedang upaya-upaya
bantahan itu dapat dilancarkan oleh D kepada penerbit atau pemegang sebelumnya
yang terikat dengan hubungan pribadi.
Untuk wesel yang harus dibayar pada hari bayar tertentu, ketentuan bungan tidak
diperlukan, sebab bungan sudah dapat ditentukan semula dan ditambahkan pada uang
pokok yang haus dibayar. Tapi pada wesel unjuk dan setelah unjuk, hari bayar belum
dapat ditentukan sebelumnya dan baru dapat ditetapkan pada saat wesel itu diunjukkan
pada tersangkut ---- tanpa akseptasi ---- pasal 104.
Bila penulisan dengan angka berbeda dengan penulisan dengan huruf, penulisan dengan
huruf yanmg dianggap benar. Jika penulisan jumlah uang baik dengan angka maupun
dengan huruf masing-masing berbeda, maka penulisan jumlah uang yang terkecil yang
dianggap benar (pasal 105).
Bila wesel sudah memenuhi syarat, penerbit memberi jaminan dua hal kepada
pemegangnya (pasal 108 ayat 1)
Peniadaan jaminan akseptasi dapat dilakukan dengan cara tidak langsung, yakni dengan
cara melarang akseptasi itu dalam wesel (pasal 121 ayat 2). Wesel-wesel yang harus
diakseptasi dulu sebelum dibayar dan tidak boleh ditiadakan :
1. wesel domisili (pasal 103 jo 121 ayat 2),
2. wesel domisili ddalam blangko (pasal 126),
3. wesel setelah unjuk (pasal 132 ayat 2 jo 121 ayat 2).
Pasal 109 mengenai siapa yang harus bertanggungjawab bila ada kerugian yang
ditimbulkan oleh wesel blangko. Sedangkan pasal 109 b mengenai dana wesel, yaitu :
dapat berupa piutang, simpanan, kredit, selain itu juga diatur dalam pasal 152 a ayat 1.
Kedudukan debitur wesel dalam arti luas menurut UU adalah :
1. penerbit (pasal 146 ayat 1 dan pasal 142),
2. akseptan (pasal 127 ayat 1 dan pasal 146),
3. endossan (pasal 146 ayat 1 dan pasal 142),
4. avalis (penjamin aval) (pasal 146 ayat 1 pasal 131 ayat 3 dan pasal 142),
5. pihak ketiga atas tanggungan siapa surat wesel itu diterbitkan dan yang sudah
menikmati nilai wesel (pasal 146 ayat 1 dan pasal 142),
6. akseptan penyela (pasal 157) ----- Mr. S.J. Fockema Andrea Rechtsgeleerd
Handwoordenboek. Secara khusus D wesel dibagi dalam dua golongan :
- D wesel
- D regres
Tanda tangan yang terdapat dalam surat wesel :
a. tanda tangan penerbit (pasal 100 sub 8)
b. tanda tangan akseptan (pasal 124 ayat 1)
c. tanda tangan avalis (pasal 130)
d. tanda tangan penyela (pasal 156)
e. tanda tangan endossant (pasal 112 ayat 2).
Ketentuan mengenai endossement ada pada pasal 111 ayat 1 dan 2 dan pasal 114.
Untuk menjadi pemilik wesel yang sah, cukup membuktikan :
1. pemegang sekarang yang menguasai wesel itu,
2. dalam wesel itu ada satu deretan tak terputus dari semua pengendosemenan, meski
endossement yang terakhir dilakukan dengan blangko (pasal 115 ayat 1)
Ketentuan mengenai endossement yang palsu --- pasal 1386 KUHPdt jo pasal 115 & 139
b. Penerbit ddalam surat sanggup tiddak memberi perintah untuk membayar, tapi
menyanggupi untuk membayar,
c. Penerbit surat sanggup tidak menjadi D regres, tapi D surat sanggup,
d. Penerbit tidak menjamin seperti oada penerbit wesel, tapi melakukan pembayaran
sendiri sebagai D surat sanggup.,
e. Penerbit surat sanggup merangkap kedudukan sebagai akseptan pada wesel yaitu
mengikatkan diri untuk membayar.
Passal 174 ---- bentuk surat sanggup, pasal 175 ---- pengecualiannya.
Surat sanggup adalah surat berharga murni, artinya bentuk surat yang berharganya (surat
rekta) tidak ada. Satu-satunya sifat surat sanggup adalah kepada penggantidan surat
kepada penggnti adalah ciri khas dari surat berharga murni.
Sebagian besar aturan wesel berlaku, kecuali :
1. aturan-aturan yangvmengenai tersangkut dan akseptasi,
2. aturan-aturan mengenai penerbit tidak begitu penting, karena penerbit surat sanggup
tidak wajib regres (pasal 176 ayat 1).