Anda di halaman 1dari 29

Fika Apriani

220110090027
Kasus 2 Sistem Reproduksi 3
Kanker Payudara
I. Menopause
A. Definisi
Titik dimana menstruasi terhenti.
Menopause adalah kondisi fisiologis dimana terjadi berakhirnya menstruasi yang ratarata terjadi pada umur 51 tahun.
Keadaan dimana seorang wanita berhenti haid untuk selamanya. Didiagnosa tidak haid
sekurang- kurangnya 1 tahun dari siklus menstruasi terakhir.
Menopause dini adalah menopause yang terjadi sebelum usia 40 tahun. Kemungkinan
penyebabnya adalah faktor keturunan, penyakit autoimun dan rokok.
Menopause buatan terjadi akibat campur tangan medis yang menyebabkan berkurangnya atau
berhentinya pelepasan hormon oleh ovarium. Campur tangan ini bisa berupa pembedahan untuk
mengangkat ovarium atau untuk mengurangi aliran darah ke ovarium serta kemoterapi atau
terapi penyinaran pada panggul untuk mengobati kanker. Histerektomi (pengangkatan rahim)
menyebabkan berakhirnya siklus menstruasi, tetapi selama ovarium tetap ada hal tersebut tidak
akan mempengaruhi kadar hormon dan tidak menyebabkan menopause.
B. Klimakterium
Masa peralihan dalam kehidupan wanita dari tahap reproduktif ke tahap tidak reproduktif,
dimana:
- Ovarium berhenti menghasilkan sel telur.
- Aktivitas menstruasi berkurang dan akhirnya berhenti.
- Pembentukan hormon wanita (estrogen dan progesteron) berkurang.
Periode yang meliputi premenopause, menopause, pasca menopause securang-kurangnya
1 tahun setelah menopause.
Penyebab
Sejalan dengan pertambahan usia, ovarium menjadi kurang tanggap terhadap rangsangan oleh
LH dan FSH, yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa. Akibatnya ovarium melepaskan lebih
sedikit estrogen dan progesteron dan pada akhirnya proses ovulasi (pelepasan sel telur) berhenti.
C. Adaptasi Fisiologis dan Psikologis Klimakterium
1. Perubahan Hormonal
Sejalan dengan pertambahan usia, ovarium menjadi kurang tanggap terhadap rangsangan
oleh
LH
dan
FSH,
yang
dihasilkan
oleh
kelenjar
hipofisa.
Akibatnya ovarium melepaskan lebih sedikit estrogen dan progesteron dan pada akhirnya
proses ovulasi (pelepasan sel telur) berhenti. Inhibin, zat yang dihasilkan dalam indung
telur, juga semakin berkurang sehingga mengakibatkan meningkatnya kadar FSH hormon
perangsang folikel yang dihasilkan hipofise.
Selama pra-menopause, tubuh wanita mulai menghasilkan lebih banyak estrogen dari
jenis yang berbeda, yang dinamakan estron, yang dihasilkan di dalam indung telur
maupun dalam lemak tubuh.

Fika Apriani
220110090027

Kadar progesteron benar-benar mulai menurun selama pra-menopause


Kadar testoteron biasanya tidak turun secara nyata selama pra-menopause.

2. Ketidakstabilan Vasomotor
Ketidakstabilan vasomotor merupakan gangguan yang paling umum terjadi. Wanita
mengalami vasokontriksi dan vasodilatasi yang berubah-ubah, sepert:
Warna kemerahan akibat panas (flashes), muncul tiba-tiba dengan durasi dan intensitas
yang bervariasi di kepala, leher, dan dada. Kemerahan ringan tidak menganggu aktivitas
sehari-hari. Kemerahan moderat menyebabkan rasa tidak nyaman disertai peningkatan
suhu. Kemerahan berat menimbulkan rasa tidak nyaman yang ekstrim dan mengganggu
aktivitas sehari-hari.
Keringat malam menyebabkan gangguan tidur sehingga kelelahan semakin memburuk
dan semakin mudah tersinggung.
3. Atrofi Genital dan Perubahan Seksualitas
Seiring dengan penurunan kadar estrogen, epitel vagina menipis dan pH vagina
meningkat sehingga timbul kekeringan, rasa terbakar, iritasi, dan dispereunia.
Pada beberapa wanita penyusutan uterus, vulva, dan bagian distal uretra menimbulkan
gejala-gejala seperti sering berkemih, disuria, prolaps uterus, stres inkontinensia, dan
konstipasi.
Vulva menipis, kurang elastis, lebih rentan terhadap peradangan.
4. Gangguan Emosi
Perubahan mood, iritabilitas, ansietas, dan depresi. Wanita secara emosional merasa lebih
labil, gugup, gelisah. Merasa tua, mudahtersinggunga, mudah kaget sehingga jantung
berdebar, takut tidak bias memenuhikebutuhan seksual suami, rasa takut bahwa suami
akan menyeleweng. Keinginanseksual menurun dan sulit mencapai kepuasan (otgasme),
dan juga merasa tidak berguna dan tidakmenghasilkan sesuatu, merasa memberatkan
keluarga dan orang lain.
Stress kehidupan setengah baya (menghadapi anak remaja, membantu orang tua yang
berumur lanjut, menjadi janda atau bercerai, dab berduka karena saki atau menjelang ajal)
dapat memperburuk menopaus.
Pesan budaya mempengaruhi status emosi selama perimenopause. Banyak eanita
mempersepsikan ketidak mampuan untuk mengandung sebagi suatu kehilangan yang
bermakna, kehilangan kecantikan.
5. Pusing, Kesemutan dan Palpitasi (Jantung Berdebar).
6. Perubahan Fisik Lainnya
Menurunnya estrogen dan progesteron sehingga tidak bisa mempertahankan lapisan kolagen
yang sehat pada kulit. Seorang wanita mengalami perubahan kulit. Lemak bawah kulit
menghilang sehingga kulit mengendor, sehingga jatuhdan lembek. Kulit mudah terbakar

Fika Apriani
220110090027
sinar matahari dan menimbulkan pigmentasi danmenjadi hitam.pada kulit tumbuh bintik
hitam, kelenjar kulit kurang berfungsisehingga kulit menjadi kering dan keriput. Karena
menurunnya estrogen dapat menimbulkan perubahan kerja usus menjadi lambat, dan
mereabsorbsi sari makanan makin berkurang. Kerjausus halus yang semakin berkurang maka
akan menimbulkan gangguan buang air besar berupa obstipasi.

7. Keluhan Jangka Panjang


Osteoporosis (pengeroposan tulang).
Menurunnya estrogen dalam pengubahan vitamin D menjadi kalsitonin akan mengurangi
absorbsi kalsium oleh usus halus. Penurunan absorbsi kalsium akan menyebabkan
penipisan atau pengeroposan tulang. Resiko tinggi terjadinya osteoporosis ditemukan
pada wanita yang:
- Kurus
- Merokok
- Mengkonsumsi alkohol secara berlebihan
- Mengkonsumsi kortikosteroid
- Memiliki asupan kalsium yang rendah
- Jarang berolah raga.
Tanda pertama osteoporosis seringkali adalah penurunan tinggi badan akibat fraktur dan
kolaps tulang belakang, nyeri punggung dapat timbul atau juga tidak, muncul bongkol
dipunggung, serta fraktur pinggul.

Penyakit jantung dan pembuluh darah.


Penurunan kadar estrogen menyebabkan meningkatnya kadar kolesterol LDL (kolesterol
jahat) dan menurunnya kadar kolesterol HDL (kolesterol baik). Estrogen
bertanggungjawab terhadap pembentukan lapisan epitel pada rongga rahim. Selama masa
reproduktif, pembentukan lapisan rahim diikuti dengan pelepasan dinding rahim pada
setiap siklus menstruasi. Berkurangnya kadar estrogen pada menopause menyebabkan
tidak terjadinya pembentukan lapisan epitel pada rongga rahim.

Kepikunan (Dimensia tipe alzheimer)


Kekurangan hormon estrogen mempengaruhi susunan syaraf pusat/otak, sehingga
menyebabkan kesulitan konsentrasi, kehilangan ingatan pada peristiwa jangka pendek.

II. Kanker Payudara


A. Anatomi Fisiologi Payudara
1. Anatomi Payudara

Fika Apriani
220110090027
Secara fisiologi anatomi payudara terdiri dari
alveolusi, duktus laktiferus, sinus laktiferus, ampulla,
pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran limfa dari
payudara kurang lebih 75% ke aksila. Sebagian lagi
kelenjar parasternal terutama dari bagian yang sentral
dan medial dan ada pula pengaliran yang ke kelenjar
interpektoralis.

ke

2. Fisiologi Payudara
Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama ialah
mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan
menopause. Sejak pubertas pengaruh ekstrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan
juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari
kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi
berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak
rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga
pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan.
Pada waktu itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar
terlalu besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang. Perubahan ketiga terjadi waktu
hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan
duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis
anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian
dikeluarkan melalui duktus ke puting susu.

B. Konsep Penyakit
1. Definisi
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal
pada payudara yang terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya
sel-sel ini menjadi bentuk bejolan di payudara. Jika benjolan
kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa
menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase
bisa terjadi pada kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun di
atas tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa bersarang di
tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit.

Fika Apriani
220110090027
2. Etiologi dan Faktor Resiko
Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor resiko pada
pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu :
a. Tinggi melebihi 170 cm.
Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara karena
pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya perubahan struktur
genetik (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya berubah ke arah sel ganas.
b. Masa reproduksi yang relatif panjang.
1) Menarche pada usia muda dan kurang dari usia 10 tahun.
2) Wanita terlambat memasuki menopause (lebih dari usia 60 tahun).
3) Wanita yang belum mempunyai anak. Lebih lama terpapar dengan hormon estrogen
relatif lebih lama dibandingkan wanita yang sudah punya anak.
4) Kehamilan dan menyusui. Berkaitan erat dengan perubahan sel kelenjar payudara saat
menyusui.
5) Wanita gemuk. Dengan menurunkan berat badan, level estrogen tubuh akan turun pula.
6) Preparat hormon estrogen. Penggunaan preparat selama atau lebih dari 5 tahun.
7) Faktor genetic. Kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2 3 x lebih besar pada
wanita yang ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker payudara.

3. Epidemiologi/Insidensi
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar kanker di dunia
adalah kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar dan kanker lambung dan kanker
hati. Sementara data dari pemeriksaan patologi di Indonesia menyatakan bahwa urutan lima
besar kanker adalah kanker leher rahim, kanker payudara, kelenjar getah bening, kulit dan kanker
nasofaring. Angka kematian akibat kanker payudara mencapai 5 juta pada wanita. Data terakhir
menunjukkan bahwa kematian akibat kanker payudara pada wanita menunjukkan angka ke 2
tertinggi penyebab kematian setelah kanker rahim.

Fika Apriani
220110090027
Insiden kanker payudara sangat bervariasi di seluruh dunia, yang lebih rendah di negaranegara berkembang dan terbesar di lebih-negara maju. Dalam dua belas wilayah dunia, tingkat
kejadian tahunan usia-standar per 100.000 perempuan adalah sebagai berikut: di Asia Timur, 18;
Selatan Asia Tengah, 22; sub-Sahara Afrika, 22; Selatan-Asia Timur, 26; Afrika Utara dan Barat
asia, 28; Selatan dan Amerika Tengah, 42; Eropa Timur, 49; Eropa Selatan, 56; Eropa Utara, 73;
Oseania, 74; Eropa Barat, 78, dan di Amerika Utara, 90. Kanker payudara sangat terkait dengan
umur dengan hanya 5% dari semua kanker payudara terjadi pada wanita di bawah 40 tahun.

a. Amerika Serikat
Resiko seumur hidup untuk kanker payudara di Amerika Serikat biasanya
memberikan sebagai 1 dalam 8 (12,5%) dengan 1 dalam 35 (3%) peluang kematian.
Amerika Serikat memiliki tingkat insiden tertinggi tahunan kanker payudara di dunia; 128,6
per 100.000 pada kulit putih dan 112,6 per 100.000 di kalangan Afrika Amerika. Pada tahun
2007, kanker payudara diperkirakan akan menyebabkan 40.910 kematian di Amerika Serikat
(7% dari kematian akibat kanker; hampir 2% dari semua kematian). Angka ini termasuk
450-500 kematian per tahun antara laki-laki dari 2000 kasus kanker.
Di AS, baik insiden dan angka kematian untuk kanker payudara telah menurun dalam
beberapa tahun terakhir di penduduk asli Amerika dan Alaska Pribumi. Namun demikian,
sebuah penelitian AS yang dilakukan pada tahun 2005 oleh Masyarakat Penelitian
Kesehatan Perempuan menunjukkan bahwa kanker payudara masih penyakit yang paling
ditakuti, meskipun penyakit jantung adalah penyebab jauh lebih umum kematian di kalangan
perempuan. Banyak dokter mengatakan bahwa wanita membesar-besarkan risiko kanker
payudara.
b. Kesenjangan ras
Beberapa studi telah menemukan bahwa perempuan kulit hitam di AS lebih mungkin
untuk meninggal akibat kanker payudara meskipun perempuan kulit putih lebih mungkin
didiagnosis dengan penyakit. Bahkan setelah diagnosis, perempuan kulit hitam kurang
mungkin untuk mendapatkan pengobatan dibandingkan dengan wanita kulit putih. Para ahli
telah beberapa teori canggih untuk kesenjangan, termasuk akses memadai untuk skrining,
berkurangnya ketersediaan teknik bedah dan medis paling maju, atau beberapa karakteristik
biologis penyakit pada populasi Afrika-Amerika. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
perbedaan rasial dalam hasil kanker payudara dapat mencerminkan bias budaya lebih dari
perbedaan penyakit biologis. Penelitian sedang berlangsung untuk menentukan kontribusi
baik faktor biologis dan budaya.
c. Inggris
45.000 kasus didiagnosis dan 12.500 kematian per tahun. 60% kasus yang diobati dengan
tamoxifen, obat ini menjadi tidak efektif di 35%.

d. Negara-negara berkembang

Fika Apriani
220110090027
Seperti negara-negara berkembang tumbuh dan mengadopsi budaya Barat mereka
juga menumpuk penyakit yang lebih yang timbul dari budaya Barat dan kebiasaan nya
(lemak / asupan alkohol, merokok, paparan kontrasepsi oral, perubahan pola melahirkan dan
menyusui, paritas rendah). Sebagai contoh, Amerika Selatan telah dikembangkan sehingga
memiliki jumlah kanker payudara. Kanker payudara di negara-negara kurang berkembang,
seperti di Amerika Selatan, merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama. Ini
adalah penyebab utama kematian terkait kanker pada wanita di negara-negara seperti
Argentina, Uruguay, dan Brasil. Angka-angka yang diharapkan dari kasus baru dan kematian
akibat kanker payudara di Amerika Selatan untuk tahun 2001 adalah sekitar 70.000 dan
30.000 masing-masing. Namun, karena kurangnya dana dan sumber daya, pengobatan tidak
selalu tersedia bagi mereka yang menderita kanker payudara.

4. Gejala Klinik
Menurut Erik T (2005) gejala-gejala kanker payudara antara lain, terdapat benjolan di
payudara yang nyeri maupun tidak nyeri, keluar cairan dari puting, ada perlengketan dan lekukan
pada kulit dan terjadinya luka yang tidak sembuh dalam waktu yang lama, rasa tidak enak dan
tegang, retraksi putting, pembengkakan lokal. Gejala lain yang ditemukan yaitu konsistensi
payudara yang keras dan padat, benjolan tersebut berbatas tegas dengan ukuran kurang dari 5
cm, biasanya dalam stadium ini belum ada penyebaran sel-sel kanker di luar payudara.
Menurut''The Merck manual'', jejala pertama, atau tanda subjektif, kanker payudara
biasanya benjolan yang terasa berbeda dari sisa jaringan payudara. Lebih dari 80% kasus kanker
payudara ditemukan ketika wanita merasa benjolan. Menurut American Cancer Society, tanda
medis pertama, atau indikasi tujuan kanker payudara dideteksi oleh dokter, ditemukan oleh
mamogram. Ketika sel kanker payudara menyerang pembuluh getah bening dermal limfatikkecil di kulit payudara-nya presentasi dapat menyerupai peradangan kulit dan dengan demikian
dikenal sebagai kanker payudara inflamasi (KPI).
Gejala kanker payudara inflamasi termasuk rasa sakit, bengkak, kehangatan dan
kemerahan di seluruh payudara, serta tekstur kulit jeruk-pada kulit disebut sebagai''peau
d'orange''. Kadang-kadang, kanker payudara metastatik menyajikan penyakit sebagai, yaitu
kanker yang telah menyebar di luar organ asli. Kanker payudara metastatik akan menimbulkan
gejala yang tergantung pada lokasi metastasis. Situs umum dari metastasis termasuk tulang, hati,
paru dan otak. Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan kadang-kadang bisa pemberita
kanker payudara okultisme, seperti dapat gejala demam atau kedinginan. Nyeri tulang atau sendi
kadang-kadang bisa manifestasi dari kanker payudara metastatik, seperti dapat ikterus atau gejala
neurologis. Gejala-gejala ini "tidak spesifik", yang berarti mereka juga bisa manifestasi dari
penyakit lainnya.

Fika Apriani
220110090027
Kebanyakan gejala gangguan payudara tidak berubah mewakili kanker payudara yang
mendasari. Penyakit payudara jinak seperti mastitis dan fibroadenoma payudara adalah penyebab
yang lebih umum dari gejala gangguan payudara. Munculnya gejala baru harus ditanggapi
dengan serius oleh kedua pasien dan dokter mereka, karena kemungkinan kanker payudara yang
mendasari di hampir usia berapa pun.

5. Klasifikasi dan Stadium Kanker Payudara


Tumor primer (T)
1. Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan
2. To : Tidak terbukti adanya tumor primer
3. Tis : Kanker in situ, paget dis pada papila tanpa teraba tumor
4. T1 : Tumor < 2 cm
T1a : Tumor < 0,5 cm
T1b : Tumor 0,5 1 cm
T1c : Tumor 1 2 cm
5. T2 : Tumor 2 5 cm
6. T3 : Tumor diatas 5 cm
7. T4 : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke dinding thorax atau kulit.
T4a : Melekat pada dinding dada
T4b : Edema kulit, ulkus, peau dorange, satelit
T4c : T4a dan T4b
T4d : Mastitis karsinomatosis

Nodus limfe regional (N)


1. Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan
2. N0 : Tidak teraba kelenjar axila
3. N1 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang tidak melekat.

Fika Apriani
220110090027
N2 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang melekat satu sama lain atau melekat
pada jaringan sekitarnya.
N3 : Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral

Metastas jauh (M)


1. Mx : Metastase jauh tidak dapat ditemukan
2. M0 : Tidak ada metastase jauh
3. M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula

Stadium Kanker Payudara


1. Stadium I : tumor kurang dari 2 cm, tidak ada limfonodus terkena (LN) atau penyebaran
luas.
2. Stadium IIa : tumor kurang dari 5 cm, tanpa keterlibatan LN, tidak ada penyebaran jauh.
Tumor kurang dari 2 cm dengan keterlibatan LN
3. Stadium IIb : tumor kurang dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. Tumor lebih besar dari 5 cm
tanpa keterlibatan LN
4. Stadium IIIa : tumor lebih besar dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. semua tumor dengan LN
terkena, tidak ada penyebaran jauh
5. Stadium IIIb : semua tumor dengan penyebaran langsung ke dinding dada atau kulit semua
tumor dengan edema pada tangan atau keterlibatan LN supraklavikular
6. Stadium
IV
:
(Setio W, 2000, hal : 285)

semua

tumor

dengan

metastasis

jauh.

Kanker payudara akan dijelaskan sepanjang empat skema klasifikasi yang berbeda, atau
kelompok, masing-masing berdasarkan kriteria yang berbeda dan melayani tujuan yang berbeda:

Patologi - tumor Setiap diklasifikasikan oleh histologis nya (anatomi mikroskopik)


penampilan dan kriteria lainnya.

Kelas tumor - Nilai histologis tumor ditentukan oleh ahli patologi di bawah mikroskop.
Sebuah''baik''dibedakan (kelas rendah) tumor menyerupai jaringan normal. ''''Sebuah buruk
dibedakan (kelas tinggi) tumor terdiri dari sel-sel tidak teratur dan, karena itu, tidak terlihat

Fika Apriani
220110090027
seperti jaringan normal. ''''Cukup dibedakan (intermediate grade) tumor adalah suatu tempat
di antara.

Protein & Status ekspresi gen - Saat ini, semua kanker payudara harus diuji untuk
berekspresi, atau efek terdeteksi, dari reseptor estrogen (ER), reseptor progesteron (PR) dan
protein HER2/neu. Tes ini biasanya dilakukan oleh imunohistokimia dan disajikan dalam
laporan patologis. Profil ekspresi tumor yang diberikan membantu memprediksi prognosis,
atau pandangan, dan membantu onkolog memilih pengobatan yang paling tepat. Gen lebih
dan / atau protein dapat diuji di masa depan.

Tahap tumor - Skema pementasan saat ini diterima untuk kanker payudara adalah
klasifikasi TNM. Ini mempertimbangkan Umar T sendiri, apakah telah menyebar ke getah
bening N Odes, dan apakah ada etastases M untuk lokasi lain dari payudara dan kelenjar
getah bening.
Kanker payudara biasanya, namun tidak selalu, terutama diklasifikasikan oleh penampilan
histologis nya. Varian langka didefinisikan berdasarkan temuan pemeriksaan fisik. Sebagai
contoh, kanker payudara inflamasi (KPI), suatu bentuk karsinoma duktal atau kanker ganas pada
saluran-saluran, dibedakan dari karsinoma lain dengan penampilan meradang dari payudara yang
terkena. Di masa depan, beberapa klasifikasi patologis dapat diubah.

Gambar ini menunjukkan karsinoma duktal in situ


dan sel-sel kanker menyebar di luar saluran. Sel-sel kanker yang menyerang jaringan di
dekatnya di dalam payudara.
6. Pemeriksaan Diagnostik
Dokter menggunakan berbagai macam cara untuk mendiagnose kanker payudara dan
untuk menentukan apakah sudah ada metastasis ke organ lain. Beberapa test juga berguna untuk
menentukan pengobatan yang paling efektive untuk pasien. Kebanyakan pada type kanker, biopsi
(mengambil sedikit jaringan, untuk diteliti dibawah mikroskop, yang dilakukan oleh ahli
patologi) adalah jalan satu-satunya untuk menentukan secara pasti diagnosis kanker. Apabila
biopsy tidak mungkin dilakukan, dokter akan mengusulkan test lain untuk membantu diagnosa.
Test Imaging bisa digunakan untuk menemukan apakah telah terjadi metastasis. Dokter akan
mempertimbangkan factor-faktor dibawah ini, ketika akan memutuskan test diagnostik :

Usia dan kondisi medis pasien


Type kanker
Beratnya gejala

Fika Apriani
220110090027

Hasil test sebelumnya


Test diagnosa kanker payudara biasanya dimulai apabila wanita atau dokter menemukan
suatu massa atau pengerasan yang tidak normal ( suatu titik kecil dari kalsium, biasanya dilihat
pada saat X-ray ), pada screening mammogram. Atau bisa juga suatu yang tidak normal di
payudara wanita ditemukan pada pemeriksaan klinis atau pemeriksaan sendiri. Beberapa test
mungkin dilakukan untuk memastikan diagnosa dari kanker payudara.
a. Diagnostic mammography.
Sama dengan screening mammography hanya
pada test ini lebih banyak gambar yang bisa diambil.
Biasanya digunakan pada wanita dengan tanda-tanda,
diantaranya putting mengeluarkan cairan atau ada
benjolan baru. Diagnostic mammography bisa juga
digunakan apabila sesuatu yang mencurigakan
ditemukan pada saat screening mammogram.
b. Ultrasound ( USG )
Suatu pemeriksaan ultrasound adalah menggunakan gelombang bunyi dengan frekuensi
tinggi untuk mendapatkan gambaran jaringan pada payudara. Gelombang bunyi yang tinggi ini
bisa membedakan suatu massa yang solid, yang kemungkinan kanker, dan kista yang berisi
cairan, yang kemungkinannya bukan kanker.
c. MRI
MRI menggunakan magnetic, bukan Xray, untuk memproduksi gambaran detail dari
tubuh. MRI bisa digunakan, apabila sekali
seorang wanita, telah didiagnose mempunyai
kanker, maka untuk mencheck payudara lainnya
bisa digunakan MRI. Tapi ini tidak mutlak. Bisa
juga untuk screening saja. Menurut American
Cancer Society (ACS), wanita yang mempunyai
resiko tinggi terkena kanker payudara, seperti
contohnya pada wanita dengan mutasi gen
BRCA atau banyak anggota keluarganya yang
terkena kanker payudara, sebaiknya juga
mendapatkan MRI, bersamaan dengan mammography. MRI biasanya lebih baik dalam melihat
suatu kumpulan massa yang kecil pada payudara yang mungkin tidak terlihat pada saat USG atau
mammogram. Khususnya pada wanita yang mempunyai jaringan payudara yang padat.
Kelemahan MRI juga ada, kadang jaringan padat yang terlihat pada saat MRI bukan kanker, atau
bahkan MRI tidak bisa menunjukkan suatu jaringan yang padat itu sebagai in situ breast cancer
maka untuk memastikan lagi harus dilakukan biopsy.
d. Biopsi
Suatu test bisa saja menunjukkan kemungkinan adanya kanker, tapi hanya biopsy yang bisa
memberikan diagnosis secara pasti. Sample yang diambil dari biopsy, dianalisa oleh ahli patologi

Fika Apriani
220110090027
(dokter spesialis yang ahli dalam menterjemahkan test-test laboratorium dan mengevaluasi sel,
jaringan, organ untuk menentukan penyakit)

Image guided biopsy digunakan ketika suatu benjolan yang mencurigakan tidak teraba.
Itu dapat dilakukan dengan Fine Needle Aspiration Biopsy ( FNAB, menggunakan jarum
kecil untuk untuk mengambil sample jaringan ). Stereotactic Core Biopsy ( menggunakan Xray untuk menentukan jaringan yang akan diambil ) atau Vacuum-Assisted Biopsy
( menggunakan jarum yang tebal untuk mengambil beberapa macam jaringan inti yang
luas ). Dalam melakukan prosedur ini, jarum biopsy untuk menuju area yang dimaksud,
dibantu oleh mammography, USG atau MRI. Metal clip kecil bisa diletakkan pada bagian
dari payudara yang akan dilakukan biopsy. Dalam kasus ini apabila jaringan itu
membuktikan adanya kanker, maka segera diadakan operasi tambahan. Keuntungan teknik
ini adalah bahwa pasien hanya butuh sekali operasi untuk menetukan pengobatan dan
menetukan stadium.

Core Biopsy dapat menetukan jaringan. FNAB dapat menetukan sel dari suatu massa
yang teraba, dan ini semua kemudian dapat dianalisa untuk menentukan adanya sel kanker.
Fine needle biopsy
Sentinel node biopsy

Surgical Biopsy (biopsy dengan cara operasi) mengambil sejumlah besar


jaringan.Biopsy ini bisa incisional (mengambil sebagian dari benjolan) atau excisional
(mengambil seluruh benjolan).

Apabila didiagnose kanker, operasi lanjutan mungkin diperlukan untuk mendapatkan clear
margin area (area jaringan disekitar tumor dimana dipastikan sudah bersih dari sel kanker)
kemungkinan, sekalian mengambil jaringan kelenjar getah bening. Jaringan yang didapat dari
biopsy juga akan di ditest oleh dokter untuk menentukan pengobatan. Test itu untuk melihat:

Ciri-ciri tumor. Apakah tumor itu Invasive (biasanya menyebar) atau In situ (biasanya
tidak menyebar). Ductal (dalam saluran susu) atau lobular (dalam kelenjar susu). Grade
(seberapa besar perbedaan sel kanker itu dari sel sehat) dan apakah sel kanker telah menjalar
ke pembuluh darah atau pembuluh getah bening. Margin dari tumor juga di amati.

Receptor Estrogen (ER) dan Receptor Progesteron (PR) test. Sel kanker payudara apabila
diketahui positif mengandung receptor ini ER (+) dan PR (+) berarti sel kanker ini
berkembangnya karena hormon-hormon tersebut. Biasanya diadakan terapy hormone (akan
dibahas tersendiri).

Test HER2 neu.(C-erb2). Adanya protein HER2 yang berlebihan. Rata-rata 25%
penderita kanker. Dengan mengetahui status HER2 (positive atau negative) maka dapat
ditentukan apakah pasien akan diterapi dengan menggunakan obat yang disebut trastuzumab
(HERCEPTIN) atau tidak.

Genetic Description of the Tumor. Test dengan melihat unsur biology dari tumor, untuk
memahami lebih dalam mengenai kanker payudara. Oncotype DX adalah test untuk
mengukur resiko seberapa jauh kekambuhannya.

Fika Apriani
220110090027
e. Test Darah
Test darah juga diperlukan untuk lebih mendalami kondisi kanker. Test-test itu antara lain :

Level Hemoglobin (HB) : untuk mengetahui jumlah oksigen yang ada di dalam sel darah
merah

Level Hematocrit : untuk mengetahui prosentase dari darah merah didalam seluruh badan

Jumlah dari sel darah putih : untuk membantu melawan infeksi

Jumlah trombosit (untuk membantu pembekuan darah)

Differential (prosentase dari beberapa sel darah putih )


f. Jumlah Alkaline Phosphatase
Jumlah enzyme yang tinggi bisa mengindikasikan penyebaran kanker ke liver, hati dan saluran
empedu dan tulang.
g. SGOT & SGPT
Test ini untuk mengevaluasi fungsi lever. Angka yang tinggi dari salah satu test ini
mengindikasikan adanya kerusakan pada liver, bisa jadi suatu sinyal adanya penyebaran ke liver
h. Tumor Marker Test
Untuk melihat apakah ada suatu jenis zat kimia yang ditemukan pada darah, kencing atau
jaringan tubuh. Dengan adanya jumlah tumor marker yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dari
nilai normalnya, mengindikasikan adanya suatu proses tidak normal dalam tubuh. Bisa
disebabkan karena kanker , bisa juga bukan. Pada kanker payudara tumor marker yang biasanya
dilakukan adalah CA 15.3 dengan mengambil sample darah. Pada standard PRODIA tumor
marker tidak boleh melebihi angka 30.
i. Test-test Lain
Test test lain yang biasa dilakukan untuk kanker payudara adalah :

Photo Thorax Untuk mengetahui apakah sudah ada penyebaran keparu-paru

Bonescan Untuk mengetahui apakah kanker sudah menyebar ke tulang. Pada bonescan,
pasien disuntikkan radioactive tracer pada pembuluh vena. Yang natinya akan berkumpul
pada tulang yang menunjukkan kelainan karena kanker. Jarak antara suntikan dan
pelaksanaan bonescan kira-kira 3-4 jam. Selama itu pasien dianjurkan minum sebanyakbanyaknya. Hasil yang terlihat adalah gambar penampang tulang lengkap dari depan dan
belakang. Tulang yang menunjukkan kelainan akan terlihat warnanya lebih gelap dari tulang
normal.

Computed Tomography (CT atau CAT) Scan.Untuk melihat secara detail letak tumor.
Disini pasien juga disuntik radioactive tracer pada pembuluh vena, tapi volumenya lebih
banyak sehingga sebenarnya sama dengan infuse. Setelah disuntik CT-scan bisa segera
dilakukan. CT-scan akan membuat gambar tiga dimensi bagian dalam tubuh yang diambil
dari berbagai sudut. Hasilnya akan terlihat gambar potongan melintang bagian dari tubuh
yang discan 3 dimensi.

Positron Emission Tomography (PET) scan.Untuk melihat apakah kanker sudah


menyebar.Dalam PET scan cairan glukosa yang mengandung radioaktif disuntikkan pada
pasien. Sel kanker akan menyerap lebih cepat cairan glukosa tersebut, dibanding sel normal.

Fika Apriani
220110090027
Sehingga akan terlihat warna kontras pada PET scan. PET scan biasanya digunakan sebagai
pelengkap data dari hasil CTscan, MRI dan pemeriksaan secara fisik
7. Pencegahan (SADARI)
Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan adanya benjolan di
payudaranya. Untuk pencegahan awal, dapat dilakukan sendiri. Sebaiknya pemeriksaan
dilakukan sehabis selesai masa menstruasi. Sebelum menstruasi, payudara agak membengkak
sehingga menyulitkan pemeriksaan. Cara pemeriksaan adalah sebagai berikut :
a. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada payudara. Biasanya
kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak terletak pada ketinggian yang sama.
Perhatikan apakah terdapat keriput, lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila
terdapat kelainan itu atau keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah pergi ke
dokter.
b. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua payudara.
c. Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan periksa lagi.
d. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang kepala, dan sebuah bantal
di bawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri dengan telapak jari-jari kanan. Periksalah apakah
ada benjolan pada payudara. Kemudian periksa juga apakah ada benjolan atau
pembengkakan pada ketiak kiri.
e. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar susu bila diraba
dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan mudah digerakkan. Bila ada tumor,
maka akan terasa keras dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari
tempatnya). Bila terasa ada sebuah benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah pergi ke
dokter. Makin dini penanganan, semakin besar kemungkinan untuk sembuh secara
sempurna.
f. Lakukan hal yang sama untuk payudara dan ketiak kanan.

8. Penanganan
a. Pembedahan
1) Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran). Mulai dari lumpektomi sampai
pengangkatan segmental (pengangkatan jaringan yang luas dengan kulit yang terkena).

Fika Apriani
220110090027
2) Mastektomi total dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua kelenjar limfe
dilateral otocpectoralis minor.
3) Mastektomi radikal yang dimodifikasi. Seluruh payudara, semua atau sebagian besar
jaringan aksial:
a) Mastektomi radikal, seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor dibawahnya :
seluruh isi aksial.
b) Mastektomi radikal yang diperluas. Sama seperti mastektomi radikal ditambah dengan
kelenjar limfe mamaria interna.

b. Non Pembedahan
1) Penyinaran
Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada kanker lanjut;
pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe aksila.
2) Kemoterapi
Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut.
3) Terapi hormon dan endokrin
Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen, coferektomi
adrenalektomi hipofisektomi.
9. Prognosis
Ada faktor prognostik yang berhubungan dengan kanker payudara: pementasan, ukuran
tumor dan lokasi, kelas, apakah penyakit sistemik (telah menyebar, atau bepergian ke bagian lain
dari tubuh), kambuhnya penyakit, dan usia pasien.
Tahap yang paling penting, karena memperhitungkan ukuran pertimbangan, keterlibatan
status, lokal kelenjar getah bening dan apakah penyakit metastasis hadir. Semakin tinggi stadium
saat diagnosis, prognosis lebih buruk. Panggung diangkat oleh invasiveness penyakit ke kelenjar
getah bening, dinding dada, kulit atau di luar, dan agresivitas sel kanker. Panggung diturunkan
oleh kehadiran zona bebas kanker dan dekat-ke-normal perilaku sel (grading). Ukuran bukanlah

Fika Apriani
220110090027
faktor dalam pementasan kecuali kanker invasif. Karsinoma duktal in situ sepanjang seluruh
payudara adalah nol panggung.
Penilaian didasarkan pada bagaimana dibiopsi, sel kultur berperilaku. Lebih dekat ke selsel kanker normal, semakin lambat pertumbuhan mereka dan semakin baik prognosisnya. Jika sel
tidak baik dibedakan, mereka akan muncul belum matang, akan membelah lebih cepat, dan akan
cenderung untuk menyebar. Yah dibedakan diberi kelas 1, kelas 2 moderat, sedangkan miskin
atau dibeda-bedakan diberi kelas yang lebih tinggi dari 3 atau 4 (tergantung pada skala yang
digunakan).
Wanita yang lebih muda cenderung memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan
wanita pasca-menopause karena beberapa faktor. Payudara mereka yang aktif dengan siklus
mereka, mereka mungkin bayi menyusui, dan mungkin tidak menyadari perubahan di payudara
mereka. Oleh karena itu, wanita yang lebih muda biasanya pada stadium yang lebih lanjut saat
didiagnosis. Mungkin juga ada faktor biologis yang berkontribusi terhadap risiko lebih tinggi
kekambuhan penyakit untuk wanita muda dengan kanker payudara.
Kehadiran reseptor estrogen dan progesteron di sel kanker, sementara tidak prognostik,
adalah penting dalam membimbing pengobatan. Mereka yang tidak tes positif untuk reseptor
spesifik tidak akan menanggapi terapi hormon. Demikian juga, status HER2/neu mengarahkan
pengobatan. Pasien yang sel kanker positif untuk HER2/neu memiliki penyakit yang lebih
agresif dan dapat diobati dengan trastuzumab, antibodi monoklonal yang menargetkan protein
ini. Peningkatan CA15-3, dalam hubungannya dengan fosfatase alkali, ditunjukkan untuk
meningkatkan kemungkinan kekambuhan kanker payudara awal.

10. Aspek Psikologis


Dampak emosional dari diagnosa kanker, gejala, pengobatan, dan isu-isu terkait dapat
parah. Sebagian besar rumah sakit yang lebih besar berhubungan dengan kelompok-kelompok
pendukung kanker yang menyediakan lingkungan yang mendukung untuk membantu pasien
mengatasi dan mendapatkan perspektif dari penderita kanker. Kelompok kanker dukungan online
juga sangat bermanfaat bagi pasien kanker, terutama dalam menghadapi masalah ketidakpastian
dan tubuh-citra yang melekat dalam pengobatan kanker.
Wanita premenopause dengan estrogen reseptor positif kanker payudara harus
menghadapi masalah menopause dini disebabkan oleh banyak rejimen kemoterapi digunakan
untuk mengobati kanker payudara mereka, terutama yang menggunakan hormon untuk
menetralkan fungsi ovarium. Di sisi lain, sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh para peneliti
di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Georgia menunjukkan bahwa wanita yang lebih

Fika Apriani
220110090027
tua mungkin menghadapi pemulihan yang lebih sulit dari kanker payudara dari rekan-rekan
mereka yang lebih muda.

Patofisiologis

Fika Apriani
220110090027
11. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Biodata
Nama
Umur

: Ny. H
: 60 tahun

Jenis kelamin : perempuan


Agama

:-

Pendidikan

:-

Pekerjaan

:-

Alamat

:-

2) Riwayat keluhan utama.


nyeri pada payudara
3) Riwayat kesehatan sekarang
P: Q: R: payudara
S: 5
T: 4) Riwayat kesehatan masa lalu
sejak 1 bulan ini payudara bagian kiri nyeri, keluar cairan, bernanah, bau busuk, dan
sekitar payudara kulit keriput
5) Riwayat Keluarga: 6) Riwayat psikologis :

Fika Apriani
220110090027
Merasa takut dan malu karena akan di operasi
7) Riwayat Menstruasi: 8) Riwayat perkawinan: 9) Riwayat KB: 10) Riwayat persalinan: 11) Pengkajian fisik meliputi :
Keadaan umum:
lemah, nampak ngantuk
Tingkah laku: BB: 38 kg, TB: 150 cm
TTV:
Tekanan Darah 100/60 mmHg,
HR 78 X/ menit,
Temperatur 36,5 C
RR 20 X/ menit
Pengkajian payudara:
Payudara terbalut kasa. Daerah sekitar payudara kering bersisik, Aerola berwarna
coklat, puting inferted, payudara kiri ditutup kasa. Nampak rembesan cairan kuning
dan kemerahan, bau tidak sedap.
12) Pemeriksaan laboratorium :
HB : 8,7
13) Nutrisi
tidak nafsu makan karena mual
14) Eliminasi: 15) Istirahat dan tidur

Fika Apriani
220110090027
16) Personal hygiene
Identifikasi masalah psikologis, sosial dan spritual :
Status psikologis: klien merasa cemas saat menghadapi operasi
Status social: klien merasa malu
Kegiatan keagamaan : -

Analisa Data

N
o
1

Data
Do :
-

Etiologi
mendesak jaringan sekitar

payudara
bagian
kiri nyeri, keluar
cairan, bernanah,
bau busuk, dan
sekitar
payudara
kulit
keriput,
intensitas nyeri kala
5

Masalah
Nyeri (Akut)

mendesak sel saraf


interupsi sel saraf

nyeri

Ds:
-

Do :
Ds :
-

klien menyatakan
nyeri
di
area
payudara
bagian
kiri
mensuplai nutrisi ke jar Ca
BB 38 kg

Nutrisi kurang dari


kebutuhan

hipermetabolisme ke jaringan
tidak nafsu makan
karena mual

suplai nutris ke jaringan lain


BB turun
Nutrisi kurang dari kebutuhan

Do : Ds :
- klien merasa takut
dan cemas karena
akan
dilakukan

Ukuran mammae yang semakin


besar
Rencana tindakan pembedahan

Ansietas

Fika Apriani
220110090027
pembedahan

Kurang pengetahuan
cemas

4.

Do:
-

Daerah
sekitar
payudara
kering
bersisik,
Aerola
berwarna
coklat,
puting
inferted,
payudara
kiri
ditutup
kasa.
Nampak rembesan
cairan kuning dan
kemerahan,
bau
tidak sedap.

mendesak jaringan sekitar


mendesak ke luar jaringan

Kerusakan Integritas
Kulit

perfusi jaringan
ulkus

kerusakan integritas jaringan

Ds: -

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan suplai nutrisi ke jaringan Ca
3. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tindakan pembedahan
4. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ulkus

Intervensi Keperawatan
No

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan

Intervensi

Rasional

Fika Apriani
220110090027
1.

Perubahan pola

Tujuan :

Kaji TTV klien

Memberikan

berkemih

Setelah dilakukan

berhubungan dengan

tindakan

mengenai

distensi kandung

keperawatan

kondisi tubuh

kemih ditandai

selama 3 x 24 jam

dengan frequency dan

klien dapat

urgency.

mempertahankan

informasi

klien
memberikan

pola eliminasi

Awasi pemasukan dan

informasi

pengeluaran karakteristik urin

tentang fungsi

secara adekuat.

ginjal

Kriteria hasil:

adanya

1. Klien dapat

komplikasi
peningkatan

berkemih
setiap 3 jam

sekali
2. Tidak terjadi
frequency
3. Klien dapat

hidrasi

Dorong meningkatkan

membilas

pemasukan cairan

bakteri.
Retensi

urgency dan

dan

dapat

urin
terjadi

Kaji keluhan pada kandung

menyebabkan

BAK secara

kemih dan palpasi area

distensi

langsung

suprapubik untuk melihat ada

jaringan

tanpa kateter

atau tidaknya retensi

(kandung

kemih)

Kolaborasi
Pemberian Antibiotik

Antibiotik
untuk
mengobati
infeksi pada
kandung

kemih

Awasi pemeriksaan laboratorium,


BUN, Kreatinin

Pengawasan
terhadap

Fika Apriani
220110090027
disfungsi
ginjal

Lakukan tindakan untuk

asam

urin

memelihara asam urin yaitu

menghalangi

dengan meningkatkan masukan

tumbuhnya

sari buah berri dan buah-buahan

kuman.

tinggi vitamin C untuk

Peningkatan

meningkatkan asam urin

masukan
sari

buah

dapt
berpengaruh
dalm
pengobatan
infeksi
saluran
kemih.

Perencanaan keperawatan adalah pengembangan dari pencatatan perencanaan perawatan untuk


memenuhi kebutuhan klien yang telah diketahui.
Pada perencanaan meliputi tujuan dengan kriteria hasil, intervensi, rasional, implementasi dan
evaluasi.
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor
Ditandai dengan :
DS : Klien mengeluh nyeri pada sekitar payudara sebelah kiri menjalar ke

Fika Apriani
220110090027
kanan.
DO : Klien nampak meringis
Klien nampak sesak
Nampak luka di verban pada payudara sebelah kiri
Tujuan : Nyeri teratasi.
Kriteria Hasil :
Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang
Nyeri tekan tidak ada
Ekspresi wajah tenang
Luka sembuh dengan baik
Intervensi :
1) Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi dan penyebaran.
Rasional : Untuk mengetahui sejauhmana perkembangan rasa nyeri yang dirasakan oleh klien
sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk intervensi selanjutnya.
2) Beri posisi yang menyenangkan.
Rasional : Dapat mempengaruhi kemampuan klien untuk rileks/istirahat secara efektif dan dapat
mengurangi nyeri.
3) Anjurkan teknik relaksasi napas dalam.
Rasional : Relaksasi napas dalam dapat mengurangi rasa nyeri dan memperlancar sirkulasi O2 ke
seluruh jaringan.
4) Ukur tanda-tanda vital
Rasional : Peningkatan tanda-tanda vital dapat menjadi acuan adanya peningkatan nyeri.
5) Penatalaksanaan pemberian analgetik
Rasional : Analgetik dapat memblok rangsangan nyeri sehingga dapat nyeri tidak dipersepsikan.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu.
Ditandai dengan :
DS :
Klien mengeluh sakit jika lengan digerakkan.
Klien mengeluh badan terasa lemah.
Klien tidak mau banyak bergerak.
DO :
Klien tampak takut bergerak.
Tujuan : Klien dapat beraktivitas
Kriteria Hasil :
Klien dapat beraktivitas sehari hari.
Peningkatan kekuatan bagi tubuh yang sakit.

Fika Apriani
220110090027
Intervensi :
1) Latihan rentang gerak pasif sesegera mungkin.
Rasional : Untuk mencegah kekakuan sendi yang dapat berlanjut pada keterbatasan gerak.
2) Bantu dalam aktivitas perawatan diri sesuai keperluan
Rasional : Menghemat energi pasien dan mencegah kelelahan.
3) Bantu ambulasi dan dorong memperbaiki postur.
Rasional : Untuk menghindari ketidakseimbangan dan keterbatasan dalam gerakan dan postur.
3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.
Ditandai dengan :
DS :
Klien mengatakan takut ditolak oleh orang lain.
Ekspresi wajah tampak murung.
Tidak mau melihat tubuhnya.
DO :
Klien tampak takut melihat anggota tubuhnya.
Tujuan : Kecemasan dapat berkurang.
Kriteria Hasil :
Klien tampak tenang
Mau berpartisipasi dalam program terapi
Intervensi :
1) Dorong klien untuk mengekspresikan perasaannya.
Rasional : Proses kehilangan bagian tubuh membutuhkan penerimaan, sehingga pasien dapat
membuat rencana untuk masa depannya.
2) Diskusikan tanda dan gejala depresi.
Rasional : Reaksi umum terhadap tipe prosedur dan kebutuhan dapat dikenali dan diukur.
3) Diskusikan tanda dan gejala depresi
Rasional : Kehilangan payudara dapat menyebabkan perubahan gambaran diri, takut jaringan
parut, dan takut reaksi pasangan terhadap perubahan tubuh.
4) Diskusikan kemungkinan untuk bedah rekonstruksi atau pemakaian prostetik.
Rasional : Rekonstruksi memberikan sedikit penampilan yang lengkap, mendekati normal.
4. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah
Ditandai dengan :
DS :
Klien mengatakan malu dengan keadaan dirinya
DO :
Klien jarang bicara dengan pasien lain

Fika Apriani
220110090027
Klien nampak murung.
Tujuan : Klien dapat menerima keadaan dirinya.
Kriteria Hasil :
Klien tidak malu dengan keadaan dirinya.
Klien dapat menerima efek pembedahan.
Intervensi :
1) Diskusikan dengan klien atau orang terdekat respon klien terhadap penyakitnya.
Rasional : membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah
2) Tinjau ulang efek pembedahan
Rasional : bimbingan antisipasi dapat membantu pasien memulai proses adaptasi.
3) Berikan dukungan emosi klien.
Rasional : klien bisa menerima keadaan dirinya.
4) Anjurkan keluarga klien untuk selalu mendampingi klien.
Rasional : klien dapat merasa masih ada orang yang memperhatikannya.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.
Ditandai dengan :
DS :
Klien mengeluh nyeri pada daerah sekitar operasi.
DO :
Adanya balutan pada luka operasi.
Terpasang drainase
Warna drainase merah muda
Tujuan : Tidak terjadi infeksi.
Kriteria Hasil :
Tidak ada tanda tanda infeksi.
Luka dapat sembuh dengan sempurna.
Intervensi :
1) Kaji adanya tanda tanda infeksi.
Rasional : Untuk mengetahui secara dini adanya tanda tanda infeksi sehingga dapat segera
diberikan tindakan yang tepat.
2) Lakukan pencucian tangan sebelum dan sesudah prosedur tindakan.
Rasional : Menghindari resiko penyebaran kuman penyebab infeksi.
3) Lakukan prosedur invasif secara aseptik dan antiseptik.
Rasional : Untuk menghindari kontaminasi dengan kuman penyebab infeksi.
4) Penatalaksanaan pemberian antibiotik.
Rasional : Menghambat perkembangan kuman sehingga tidak terjadi proses infeksi.

Fika Apriani
220110090027
6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan penyakitnya
berhubungan dengan kurangnya informasi.
Ditandai dengan :
DS : Klien sering menanyakan tentang penyakitnya.
DO : Ekspresi wajah murung/bingung.
Tujuan : Klien mengerti tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil :
Klien tidak menanyakan tentang penyakitnya.
Klien dapat memahami tentang proses penyakitnya dan pengobatannya.
Intervensi :
1) Jelaskan tentang proses penyakit, prosedur pembedahan dan harapan yang akan datang.
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar, dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan
informasi, dan dapat berpartisipasi dalam program terapi.
2) Diskusikan perlunya keseimbangan kesehatan, nutrisi, makanan dan pemasukan cairan yang
adekuat.
Rasional : Memberikan nutrisi yang optimal dan mempertahankan volume sirkulasi untuk
mengingatkan regenerasi jaringan atau proses penyembuhan.
3) Anjurkan untuk banyak beristirahat dan membatasi aktifitas yang berat.
Rasional : Mencegah membatasi kelelahan, meningkatkan penyembuhan, dan meningkatkan
perasaan sehat.
4) Anjurkan untuk pijatan lembut pada insisi/luka yang sembuh dengan minyak.
Rasional : Merangsang sirkulasi, meningkatkan elastisitas kulit, dan menurunkan
ketidaknyamanan sehubungan dengan rasa pantom payudara.
5) Dorong pemeriksaan diri sendiri secara teratur pada payudara yang masih ada. Anjurkan untuk
Mammografi.
Rasional : Mengidentifikasi perubahan jaringan payudara yang mengindikasikan terjadinya /
berulangnya tumor baru.
7. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat
Ditandai dengan :
DS :
Klien mengeluh nafsu makan menurun
Klien mengeluh lemah.
DO :
Setengah porsi makan tidak dihabiskan
Klien nampak lemah.
Nampak terpasang cairan infus 32 tetes/menit.
Hb 10,7 gr %.

Fika Apriani
220110090027
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :
Nafsu makan meningkat
Klien tidak lemah
Hb normal (12 14 gr/dl)
Intervensi :
1) Kaji pola makan klien
Rasional : Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi klien dan merupakan asupan dalam tindakan
selanjutnya.
2) Anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : dapat mengurangi rasa kebosanan dan memenuhi kebutuhan nutrisi sedikit demi
sedikit.
3) Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi.
Rasional : agar menambah nafsu makan pada waktu makan.
4) Anjurkan untuk banyak makan sayuran yang berwarna hijau.
Rasional : sayuran yang berwarna hijau banyak mengandung zat besi penambah tenaga.
5) Libatkan keluarga dalam pemenuhan nutrisi klien
Rasional : partisipasi keluarga dpat meningkatkan asupan nutrisi untuk kebutuhan energi.
Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana keperawatan
dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada tahap ini perawat
siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan
klien.
Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya, pertama-tama
harus mengidentifikasi prioritas perawatan klien, kemudian bila perawatan telah dilaksanakan,
memantau dan mencatat respons pasien terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan
informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan lainnya. Kemudian, dengan menggunakan
data, dapat mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan dalam tahap proses keperawatan
berikutnya
Evaluasi
Tahapan evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diinginkan dan
respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan kemudian mengganti rencana
perawatan jika diperlukan.
Tahap akhir dari proses keperawatan perawat mengevaluasi kemampuan pasien ke arah
pencapaian hasil.
Daftar Pustaka
Doenges M., (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta

Fika Apriani
220110090027
Dixon M., dkk, (2005), Kelainan Payudara, Cetakan I, Dian Rakyat, Jakarta.
Mansjoer, dkk, (2000), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta.
Sjamsuhidajat R., (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta
Tapan, (2005), Kanker, Anti Oksidan dan Terapi Komplementer, Elex Media Komputindo,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai